Share

3. Pertemuan Rahasia

Di tengah malam yang sunyi, Istana Naga Perak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Di dalam salah satu aula tersembunyi, Permaisuri Li A Yin menunggu dengan gelisah. Suara langkah kaki yang lembut terdengar mendekat, dan Menteri Keamanan Istana Zhang, muncul dari balik pintu.

“Permaisuri, aku datang seperti yang diperintahkan,” ujar Menteri Zhang dengan suara rendah.

Li A Yin mengangguk, matanya penuh dengan kekhawatiran. Wanita berwajah keibuan itu melakukan semuanya dengan hati-hati.

“Kita harus mengendap-endap, Menteri Zhang. Tidak ada yang boleh tahu tentang pertemuan ini.”

“Baik, aku mengerti, Pemaisuri A Yin. Dan aku membawa apa yang kau minta.” Menteri Zhang menyerahkan silsilah keluarga dari Selir Agung Ming. Sebuah silsiliah yang amat sangat dekat dengan kaisar sejak dulu.

“Kalau seperti ini, rasanya sulit untuk melawan Selir Agung Ming.” A Yin cepat sekali berputus asa.

“Benar, bahkan terakhir permaisuri utama mencoba melawannya berakhir diasingkan di istana dingin. Sampai sekarang yang jadi permaisuri utama kaisar juga salah satu bonekanya.”

“Ini sulit, Menteri Zhang, karena itu aku butuh bantuanmu. Kalau tidak, dia akan terus semena-mena pada Istana Naga Perak. Bukan tidak mungkin satu demi satu orangku juga dibunuhnya.”

Dua orang penting di dalam aula rahasia itu terus saja berbicara tentang strategi untuk memperkuat posisi di dalam istana. Li A Yin melakukan hal demikian juga demi agar Pangeran Kedua lekas kembali dari perbatasan.

Hanya saja, tanpa sepengetahuan mereka, di balik tirai tebal, pesuruh Selir Agung Ming diam-diam mengawasi. Senyum licik menghiasi wajahnya saat dia mendengarkan setiap kata yang diucapkan. Tidak semua orang di dalam istana naga perak adalah bawahan yang setia.

***

Setelah pertemuan berakhir, Selir Agung Ming segera menemui Menteri Huang. Wanita dengan bibir tipis itu akhirnya punya target baru untuk segera dimusnahkan.

“Kita punya kesempatan emas, Menteri Huang. Permaisuri mulai menyusun kekuatan. “Kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita.”

Menteri Huang mengangguk, matanya bersinar dengan ambisi. Ia juga tak suka dengan sikap dingin Li A Yin dan keteguhan hati Menteri Keamanan dalam istana. Sebagai Menteri Pertanian, bisa-bisa kedudukannya terancam.

“Apa rencanamu, Selir Agung?”

“Kita akan merencanakan pembunuhan. Dengan Permaisuri keluar dari jalan, kita bisa menguasai istana ini,” jawab Selir Agung Ming dengan suara berbisik. “Kita Bunuh Menteri Zhang, dia sering mempersulit jalanku.” Senyum Selir Agung begitu licik.

“Apa tidak terlalu berlebihan, Selir Agung?”

“Kau takut? Kalau takut mundur, aku bisa mencari sekutu baru?” Wantia dengan perhiasan emas di rambut itu memegang kukunya yang cantik.

“Tidak, Selir Agung, hamba patuh padamu.” Menteri Huang memberi hormat. Sungguh ia pun kadang takut dengan kekejian Selir Agung.

Malam itu, rencana kelam mulai terbentuk. Intrik dan pengkhianatan menyelimuti Istana Naga Perak, dan nasib Permaisuri Li A Yin tergantung pada kekuatannya yang masih amat sangat rapuh. Kedudukan menjadi pertaruhan, bahkan nyawanya.

***

Malam yang berbeda, Permaisuri Li A Yin mengadakan pertemuan rahasia dengan Menteri Zhang di pustaka istana. Mereka berbicara dengan suara rendah, membahas rencana untuk melindungi kerajaan dari ancaman luar dan dalam. Namun, tiba-tiba, lampu di pustaka padam, dan dalam kegelapan, terdengar suara jeritan.

Ketika lampu kembali menyala, Menteri Zhang tergeletak di lantai, tak bernyawa. Permaisuri Li A Yin berdiri di sampingnya, terkejut dan bingung. Ditambah sebuah pedang penuh darah ada di sisinya.

Sebelum ia bisa menjelaskan para penjaga istana masuk dan menangkapnya. Kegaduhan terjadi, pustaka istana penuh darah dan huru-hara menyebar dengan cepat.

“Apa? Menteri Keamanan tewas? Kenapa?” tanya Selir Agung berpura-pura terkejut. Malam itu kaisar ada di kediamannya.

“Tangkap dan adili pelakunya. Siapa pun itu hukum mati tanpa ampun. Aku tidak peduli walau itu Putra Makhota sekalipun!” Titah sang kaisar telah keluar.

Sang permaisuri dari istana naga perak dibawa ke dalam penjara. Seluruh atribut kerajaan dari tubuhnya dilepas dan kini statusnya sama seperti budak.

“Permaisuri, aku akan menemanimu.” Sang hamba tak tega melihat perempuan lemah itu di dalam jeruji besi bersama tikus.

“Jangan, kau kembalilah ke istana, saat pangeran datang jelaskan semuanya.” Li A Yin bahkan tak tahan dingin di dalam sana.

“Permaisuri, pakai mantelku.” Setelah memberikan mantelnya, sang hamba diseret keluar oleh para penjaga penjara.

Permaisuri Li A Yin dihadapkan ke pengadilan istana. Bukti-bukti yang memberatkannya disusun dengan rapi, dan saksi-saksi yang tidak dikenal memberikan kesaksian palsu. Selir Agung Ming, yang diam-diam merencanakan semua ini, tersenyum puas di balik layar.

Hakim memutuskan bahwa Permaisuri Li A Yin bersalah atas pembunuhan Menteri Zhang. Hukuman yang dijatuhkan sangat berat. Seluruh keluarganya yang tidak memiliki kekuatan politik dihukum mati, dan Permaisuri Li A Yin dijatuhi hukuman minum racun.

Di hari eksekusi, Permaisuri Li A Yin berdiri di tengah aula besar, dikelilingi oleh para penjaga dan pelayan istana. Dengan tangan gemetar, dia meminum racun yang diberikan kepadanya. Matanya menatap kosong ke arah Selir Agung Ming, yang berdiri di sudut dengan senyum kemenangan.

Akibat kematian Permaisuri, semua pelayan di Istana Naga Perak juga akan dijatuhi hukuman setelah pemakaman tuan mereka. Istana yang dulu penuh dengan kehidupan kini menjadi tempat yang sunyi dan penuh dengan kenangan kelam.

***

Para pejabat istana berkumpul di aula besar untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Permaisuri Li A Yin. Tubuhnya terbaring dalam peti, mengenakan baju putih yang kini berlumuran darah. Suasana penuh duka dan keheningan menyelimuti ruangan.

Para hamba sahaya menangisi kepergian tuan baik hati yang amat sangat tragis. Pangeran Kedua belum diberi tahu perihal istrinya yang tewas mengenaskan.

Ketika peti hampir ditutup, tiba-tiba mata Li A Yin terbuka lebar. Dengan kekuatan yang tak terduga, ia menendang tutup peti dan berdiri tegak, napasnya terengah-engah. Semua orang di lapangan itu terkejut, termasuk Kaisar, Selir Agung Ming, dan Menteri Huang.

“Permaisuri?” ucap sang hamba dengan terheran-heran.

“Siapa yang berani mengganggu ketenangan istana ini?” teriak Kaisar dengan suara gemetar.

Mereka semua ketakutan. Bagaimana bisa orang yang sudah mati dua hari hidup kembali?

Ruh Su Yin yang kini bersemayam dalam tubuh Permaisuri Li A Yin, menatap tajam ke arah mereka. Mengapa ia berada di tengah-tengah keramaian dengan pakaian zaman dahulu.

“Aku di mana?” Su Yin bertanya-tanya. Pakain penuh cipratan darah dan rambut panjang sampai ke betis. Ini bukanlah gayanya sebagai polisi.

“Mana baju dinasku, borgol, dan pistol.” Su Yin tiba-tiba melompat dari dalam peti. Semua orang menghindar dan ketakutan. Bahkan para penjaga mengarahkan tombak ke arah permaisuri.

“Permaisuri, hamba di sini!” teriak sang hamba.

“Minggir kau budak sialan!” Salah satu penjaga menendang tubuh pelayan itu. Su Yin murka melihatnya.

“Kau, kau berani menindas yang lemah! Lelaki pengecut!” Sebuah tendangan telak diarahkan Su Yin ke perut penjaga itu sampai muntah darah. Tak ayal lagi semua orang di sana tanpa terkecuali semakin bertanya-tanya.

Su Yin masih merenda nasibnya kini di mana. Selir Agung Ming pun mendapatkan lawan yang seimbang. Siapa yang akan menang?

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status