Beranda / Historical / PERMAISURI YIN / 3. Pertemuan Rahasia

Share

3. Pertemuan Rahasia

Penulis: Rosa Rasyidin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-07 15:57:14

Di tengah malam yang sunyi, Istana Naga Perak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Di dalam salah satu aula tersembunyi, Permaisuri Li A Yin menunggu dengan gelisah. Suara langkah kaki yang lembut terdengar mendekat, dan Menteri Keamanan Istana Zhang, muncul dari balik pintu.

“Permaisuri, aku datang seperti yang diperintahkan,” ujar Menteri Zhang dengan suara rendah.

Li A Yin mengangguk, matanya penuh dengan kekhawatiran. Wanita berwajah keibuan itu melakukan semuanya dengan hati-hati.

“Kita harus mengendap-endap, Menteri Zhang. Tidak ada yang boleh tahu tentang pertemuan ini.”

“Baik, aku mengerti, Pemaisuri A Yin. Dan aku membawa apa yang kau minta.” Menteri Zhang menyerahkan silsilah keluarga dari Selir Agung Ming. Sebuah silsiliah yang amat sangat dekat dengan kaisar sejak dulu.

“Kalau seperti ini, rasanya sulit untuk melawan Selir Agung Ming.” A Yin cepat sekali berputus asa.

“Benar, bahkan terakhir permaisuri utama mencoba melawannya berakhir diasingkan di istana dingin. Sampai sekarang yang jadi permaisuri utama kaisar juga salah satu bonekanya.”

“Ini sulit, Menteri Zhang, karena itu aku butuh bantuanmu. Kalau tidak, dia akan terus semena-mena pada Istana Naga Perak. Bukan tidak mungkin satu demi satu orangku juga dibunuhnya.”

Dua orang penting di dalam aula rahasia itu terus saja berbicara tentang strategi untuk memperkuat posisi di dalam istana. Li A Yin melakukan hal demikian juga demi agar Pangeran Kedua lekas kembali dari perbatasan.

Hanya saja, tanpa sepengetahuan mereka, di balik tirai tebal, pesuruh Selir Agung Ming diam-diam mengawasi. Senyum licik menghiasi wajahnya saat dia mendengarkan setiap kata yang diucapkan. Tidak semua orang di dalam istana naga perak adalah bawahan yang setia.

***

Setelah pertemuan berakhir, Selir Agung Ming segera menemui Menteri Huang. Wanita dengan bibir tipis itu akhirnya punya target baru untuk segera dimusnahkan.

“Kita punya kesempatan emas, Menteri Huang. Permaisuri mulai menyusun kekuatan. “Kita bisa menggunakan ini untuk keuntungan kita.”

Menteri Huang mengangguk, matanya bersinar dengan ambisi. Ia juga tak suka dengan sikap dingin Li A Yin dan keteguhan hati Menteri Keamanan dalam istana. Sebagai Menteri Pertanian, bisa-bisa kedudukannya terancam.

“Apa rencanamu, Selir Agung?”

“Kita akan merencanakan pembunuhan. Dengan Permaisuri keluar dari jalan, kita bisa menguasai istana ini,” jawab Selir Agung Ming dengan suara berbisik. “Kita Bunuh Menteri Zhang, dia sering mempersulit jalanku.” Senyum Selir Agung begitu licik.

“Apa tidak terlalu berlebihan, Selir Agung?”

“Kau takut? Kalau takut mundur, aku bisa mencari sekutu baru?” Wantia dengan perhiasan emas di rambut itu memegang kukunya yang cantik.

“Tidak, Selir Agung, hamba patuh padamu.” Menteri Huang memberi hormat. Sungguh ia pun kadang takut dengan kekejian Selir Agung.

Malam itu, rencana kelam mulai terbentuk. Intrik dan pengkhianatan menyelimuti Istana Naga Perak, dan nasib Permaisuri Li A Yin tergantung pada kekuatannya yang masih amat sangat rapuh. Kedudukan menjadi pertaruhan, bahkan nyawanya.

***

Malam yang berbeda, Permaisuri Li A Yin mengadakan pertemuan rahasia dengan Menteri Zhang di pustaka istana. Mereka berbicara dengan suara rendah, membahas rencana untuk melindungi kerajaan dari ancaman luar dan dalam. Namun, tiba-tiba, lampu di pustaka padam, dan dalam kegelapan, terdengar suara jeritan.

Ketika lampu kembali menyala, Menteri Zhang tergeletak di lantai, tak bernyawa. Permaisuri Li A Yin berdiri di sampingnya, terkejut dan bingung. Ditambah sebuah pedang penuh darah ada di sisinya.

Sebelum ia bisa menjelaskan para penjaga istana masuk dan menangkapnya. Kegaduhan terjadi, pustaka istana penuh darah dan huru-hara menyebar dengan cepat.

“Apa? Menteri Keamanan tewas? Kenapa?” tanya Selir Agung berpura-pura terkejut. Malam itu kaisar ada di kediamannya.

“Tangkap dan adili pelakunya. Siapa pun itu hukum mati tanpa ampun. Aku tidak peduli walau itu Putra Makhota sekalipun!” Titah sang kaisar telah keluar.

Sang permaisuri dari istana naga perak dibawa ke dalam penjara. Seluruh atribut kerajaan dari tubuhnya dilepas dan kini statusnya sama seperti budak.

“Permaisuri, aku akan menemanimu.” Sang hamba tak tega melihat perempuan lemah itu di dalam jeruji besi bersama tikus.

“Jangan, kau kembalilah ke istana, saat pangeran datang jelaskan semuanya.” Li A Yin bahkan tak tahan dingin di dalam sana.

“Permaisuri, pakai mantelku.” Setelah memberikan mantelnya, sang hamba diseret keluar oleh para penjaga penjara.

Permaisuri Li A Yin dihadapkan ke pengadilan istana. Bukti-bukti yang memberatkannya disusun dengan rapi, dan saksi-saksi yang tidak dikenal memberikan kesaksian palsu. Selir Agung Ming, yang diam-diam merencanakan semua ini, tersenyum puas di balik layar.

Hakim memutuskan bahwa Permaisuri Li A Yin bersalah atas pembunuhan Menteri Zhang. Hukuman yang dijatuhkan sangat berat. Seluruh keluarganya yang tidak memiliki kekuatan politik dihukum mati, dan Permaisuri Li A Yin dijatuhi hukuman minum racun.

Di hari eksekusi, Permaisuri Li A Yin berdiri di tengah aula besar, dikelilingi oleh para penjaga dan pelayan istana. Dengan tangan gemetar, dia meminum racun yang diberikan kepadanya. Matanya menatap kosong ke arah Selir Agung Ming, yang berdiri di sudut dengan senyum kemenangan.

Akibat kematian Permaisuri, semua pelayan di Istana Naga Perak juga akan dijatuhi hukuman setelah pemakaman tuan mereka. Istana yang dulu penuh dengan kehidupan kini menjadi tempat yang sunyi dan penuh dengan kenangan kelam.

***

Para pejabat istana berkumpul di aula besar untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Permaisuri Li A Yin. Tubuhnya terbaring dalam peti, mengenakan baju putih yang kini berlumuran darah. Suasana penuh duka dan keheningan menyelimuti ruangan.

Para hamba sahaya menangisi kepergian tuan baik hati yang amat sangat tragis. Pangeran Kedua belum diberi tahu perihal istrinya yang tewas mengenaskan.

Ketika peti hampir ditutup, tiba-tiba mata Li A Yin terbuka lebar. Dengan kekuatan yang tak terduga, ia menendang tutup peti dan berdiri tegak, napasnya terengah-engah. Semua orang di lapangan itu terkejut, termasuk Kaisar, Selir Agung Ming, dan Menteri Huang.

“Permaisuri?” ucap sang hamba dengan terheran-heran.

“Siapa yang berani mengganggu ketenangan istana ini?” teriak Kaisar dengan suara gemetar.

Mereka semua ketakutan. Bagaimana bisa orang yang sudah mati dua hari hidup kembali?

Ruh Su Yin yang kini bersemayam dalam tubuh Permaisuri Li A Yin, menatap tajam ke arah mereka. Mengapa ia berada di tengah-tengah keramaian dengan pakaian zaman dahulu.

“Aku di mana?” Su Yin bertanya-tanya. Pakain penuh cipratan darah dan rambut panjang sampai ke betis. Ini bukanlah gayanya sebagai polisi.

“Mana baju dinasku, borgol, dan pistol.” Su Yin tiba-tiba melompat dari dalam peti. Semua orang menghindar dan ketakutan. Bahkan para penjaga mengarahkan tombak ke arah permaisuri.

“Permaisuri, hamba di sini!” teriak sang hamba.

“Minggir kau budak sialan!” Salah satu penjaga menendang tubuh pelayan itu. Su Yin murka melihatnya.

“Kau, kau berani menindas yang lemah! Lelaki pengecut!” Sebuah tendangan telak diarahkan Su Yin ke perut penjaga itu sampai muntah darah. Tak ayal lagi semua orang di sana tanpa terkecuali semakin bertanya-tanya.

Su Yin masih merenda nasibnya kini di mana. Selir Agung Ming pun mendapatkan lawan yang seimbang. Siapa yang akan menang?

Bersambung …

Bab terkait

  • PERMAISURI YIN   4. Kebangkitan

    Su Yin terbangun dengan kepala yang berat dan pandangan yang kabur. Apalagi usai menghajar seorang penjaga istana. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana ia berada. Di sekelilingnya, suara riuh rendah orang-orang berbicara dalam bahasa yang terdengar asing namun entah bagaimana akrab. Ia merasakan kain halus menyentuh kulitnya, berbeda dari pakaian modern yang biasa ia kenakan.Ketika pandangannya mulai jelas, Su Yin terkejut melihat dirinya berada di tengah-tengah istana dengan orang-orang yang berpakaian begitu anggun. Orang-orang mengenakan pakaian tradisional Tiongkok, dengan warna-warna cerah dan desain yang rumit. Ia melihat seorang pria dengan jubah kekaisaran menatapnya dengan aneh lalu berjalan dengan wibawa, diikuti oleh para pengawal dan pelayan. Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan pakaian yang mewah dan hiasan kepala yang indah, yang Su Yin kenali sebagai Selir Agung Ming.“Kenapa, kenapa aku benci pada wanita itu,” gumam Su Yin perlahan. Kini dok

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   5. Pangeran Kedua

    “Pangeran, sudahlah, sudah cukup kau terluka parah,” ucap Fu Rong, pengawal pribadi pangeran kedua. Ia telah bersama sejak dulu dan bersedia mengorbankan nyawa demi tuannya. “Tidak, belum, sedikit lagi kita berhasil!” Pangeran kedua mengangkat pedangnya. Entah sudah berapa hari yang ia lalui dalam jebakan musuh. Entah sudah berapa banyak darah pengawalnya yang tumpah. Namun, sang pangeran tak menyerah. “Fu Rong, berapa amunisi yang kita punya?” tanya pangeran kedua. Lelaki yang baru menikah tapi dipisahkan oleh istrinya dengan cara tidak adil. “Tak banyak, Pangeran, hanya ada lima pengawal pribadi dan hanya tersisa 70 pengawal umum saja.” “Musuh diperkirakan ada berapa?” “Sekitar 400 orang, Pangeran.” “Kalau begitu kita harus berperang dengan cerdas. Kita harus menang, agar kita bisa pulang.” Namun, baru saja mengucapkan kalimat demikian sang pangeran tiba-tiba roboh. Luka di punggung akibat tertancap panah belum sempat diobati. ***Di bawah langit kelabu yang selalu mengintai

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   6. Dimensi yang Membingungkan

    Su Yin yang kini terperangkap dalam tubuh Permaisuri Li A Yin merasa bimbang dengan apa yang ada di depan matanya. Semua serba tradisional dan ketinggalan zaman. Bahkan cermin di depannya saja tidak mampu memantulkan bayangan wajah dengan sempurna seperti di masa depan. Tidak ada lampu, yang ada hanya lilin di setiap sudut kamar. “Permaisuri,” panggil pelayan setia A Yin. “Iya, kenapa, ada yang bisa aku bantu?” Terbiasa hidup sebagai polisi membuat Su Yin harus tanggap dengan panggilan. “Permaisuri, jangan terlalu sopan, hamba ini hanya seorang budak.” “Budak?” Su Yin mengedipkan mata cepat. “Kenapa aku bisa ada di masa kerajaan? Lalu kasus pembunuhan yang aku periksa bagaimana? Officer Jimmi juga bagaimana?”“Permaisuri, apakah ada yang mengusik hatimu?” “Ada banyak dan aku ingin bertanya, tapi sebelumya aku ingin tahu siapa namamu?” “Ah, hamba tidak punya nama, Permaisuri. Biasanya Selir Agung akan memanggil hamba kera busuk saja.” “Kenapa begitu?” tanya Su Yin keheranan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • PERMAISURI YIN   7. Menerima Keadaan

    “Kurang ajar, lelaki hidung belang. Habis ambil perawan dia kabur, bededah busuk, aku cincang baru tahu!” Permaisuri berdiri lagi dengan wajah penuh amarah. Jauh sekali perbedaan antara A Yin dan Su Yin walau wajah dan tubuh sama persis. “Permaisuri, tenangkan dirimu. Jangan memaki pangeran kedua. Beliau itu pangeran yang berpengaruh setelah putra makhkota. Ditambah lagi pangeran adalah suamimu, jadi hormatlah dengan beliau.” Xu Chan mengingatkan sambil menelan ludah. Entah kali keberapa sudah ia melihat tuannya marah-marah sejak bangkit dari kubur. “Peduli apa aku, walau dia kaisar sekalipun. Gubernur saja pernah aku penjarakan.” Su Yin duduk dan menarik napas panjang. Sore yang terasa berangin dan menerbangkan anak rambut di wajahnya. “Permaisuri, hamba belum selesai bicara. Setelah melewati malam pertama, Pangeran Kedua mendapat panggilan perang mendadak dari perbatasan karena itu beliau pergi meninggalkan kita semua di sini.” “Panggilan perang?” gumam Su Yin perlahan. Ia masi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   8. Konspirasi Dalam Istana

    Selir Agung Ming duduk di dalam kamarnya. Kepala wanita bengis itu terasa pusing hingga pelayan datang membuka semua perhiasan mewah dan mulai memijit kepalanya. “Bagaimana mungkin,” ucap Ming Hua sambil menarik napas. “Katakan padaku bagaimana caranya orang mati bisa hidup lagi.” Mata wanita itu masih memejam. “Hamba tidak tahu, Selir Agung.” “Sudah jelas sekali dia bersimbah darah dan tubuhnya dingin serta kaku. Aku sendiri yang memegangnya. Saat peti mati akan ditutup lalu A Yin tiba-tiba saja bangun. Ini sungguh di luar rencana.” “Selir Agung, apakah butuh tabib?” tanya pelayannya yang bernama Cu Li. “Tidak, siapkan air hangat, aku ingin menyegarkan tubuhku. Tambahkan bunga mawar di dalamnya. Aku harus menemukan keanehan yang terjadi siang ini.” Atas perintah Ming Hua, pelayan setianya undur diri. Wanita itu membuka bola matanya, lalu tiba-tiba saja ia kaget. Wujud Li A Yin baru saja ada di depan mata dengan wajah pucat dan bibir bersimbah darah. “Apa ini, kenapa jadi seram

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   9. Rencana Licik

    Utusan berpakaian hitam itu memegang perutnya yang kena tendang Su Yin. Ia merupakan salah satu pengawal Menteri Huang dan cukup terkejut dengan ketangkasan sang permaisuri yang dikenal sebagai wanita lemah tak berdaya. “Aku harus pergi dari sini. Aku hanya mengujinya saja bukan cari mati.” Pengawal itu mulai ketakutan. “Siapa yang mengutusmu untuk membunuhku. Apakah kau tak tahu kalau aku ini istri pangeran kedua?” Su Yin memanfaatkan kedudukannya. Ia bergerak ke kiri ketika melihat langkah utusan itu ingin melarikan diri dari kamarnya. “Tidak menjawab? Jangan khawatir, aku selalu punya cara untuk membuat penjahat mengaktu.” Su Yin mengambil salah satu guci dan melempar ke arah utusan itu. Lelaki tersebut menghindar dan hampir kepalanya kena. Suara pecahan guci membuat seluruh penghuni istana naga perak bangun dari tidurnya. Mereka berlarian ke kamar sang tuan takut terjadi sesuatu sebab istana itu tidak ada pengawal lelaki yang mumpuni. Namun, ketika para pelayan sampai di depa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • PERMAISURI YIN   10. Su Yin VS Kejaksaan

    Su Yin bangun di pagi hari menuju siang. Tubuhnya yang lelah sebab perjalanan waktu membuatnya harus beristirahat lebih banyak. Bangun-bangun sudah ada tiga pelayan setianya yang membawakan air cuci muka, kain bersih dan sisir. Padahal ia bisa melakukan itu sendirian. “Astaga, aku merasa seperti Cinderella saja.” Su Yin menguap sangat besar. Biasanya ketika bangun pagi ia akan sikat gigi, cuci muka, minum kopi dan makan roti. Sekarang? Jangankan roti, gula saja susah untuk didapat. “Permaisuri, seorang istri pangeran tidak boleh menguap terlalu besar. Tidak enak untuk dipandang.” Xu Chan mengingatkan tuannya yang amnesia.“Selain menguap, kentut pun tidak boleh? Terus sendawa dan terbawa ahahahahahaha, boleh tidak?” Su Yin merasa aturan istana semakin tidak masuk akal. “Tidak boleh terlalu kuat, Permaisuri, ada aturan yang harus kita jalankan.” “Terserah, aku tak mau ikut aturan yang keterlaluan seperti itu.” Su Yin mencuci muka dan mengeringkan wajah pakai kain bersih yang diba

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • PERMAISURI YIN   11. Cinta Pangeran

    Shen Du sedang meditasi tingkat tinggi dalam ruangan khusus yang hanya ada diri sendiri, dupa, lilin aroma bunga dan tentu saja arwah penasaran Li A Yin. “Sedikit lagi,” ucapnya ketika memasuki dimensi di mana pertukaran A Yin dan Su Yin terjadi. Lalu tiba-tiba saja ia batuk dan bibirnya mengeluarkan darah. Hal yang Shen Du lakukan sangat berbahaya dan hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan spiritual tingkat tinggi. “Akhirnya aku mengerti juga, darimana dia berasal.” Shen Du menahan nyeri di dadanya. Ia mengalami luka dalam karena melakukan perjalanan berbahaya. Arwah Li A Yin memandang Shen Du dengan lurus. Seolah-olah ada yang ingin disampaikan dan ia pun ingin pergi dari ruang spritual. Namun, arwah permaisuri terkurung di sana karena energi spritualnya terlalu besar. “Permaisuri, engkau ingin kembali ke tubuhmu, bukan?” tanya Shen Du. Hanya ia saja yang bisa melihat Li A Yin. Arwah permaisuri mengangguk. “Sayangnya, tubuhmu sudah ada yang mengisi, ini sangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05

Bab terbaru

  • PERMAISURI YIN   76. Tipuan

    Su Yin berlatih pedang bersama An Mama di teras istana bulan. Polisi wanita itu melakukan kegiatan ekstra agar tubuhnya tak membeku diterjang cuaca dingin dari pegunungan. Kali ini ia dibimbing langsung oleh sang guru yang merupakan pelatih para pangeran. Dari pagi sampai beranjak siang hari Permaisuri Yin tidak menghentikan latihannya. Hingga kini ia menggunakan dua pedang di tangannya dan melakukan gerakan cepat melompat serta berguling di lantai. “Cukup, Nyonya, istitrahatkan tubuhmu.” An Mama memegang bahu Su Yin yang hampir menghantam tiang. “Ah, iya, aku juga sudah sangat lelah.” Permaisuri Yin memberikan pedangnya pada salah satu pasukan elite yang berlatih. Setelah selesai ia masuk ke dalam kamar sendirian dan di sana telah tersedia makanan yang dibawa para pelayan. Li Wei belum juga kembali sejak tiga hari yang lalu. Su Yin hanya mendapat kabar kalau pangeran baik-baik saja dan sedang menyusuri pegunungan untuk mencari tempat persembunyian Dugur. “Andai ini terjadi di k

  • PERMAISURI YIN   75. Janji Suci

    Dugur dan Tugur merupakan saudara kandung. Di mana Tugur adalah kakak pertama. Mereka memiliki adik perempuan yang tak kalah bengis dan sadis sama seperti serigala. Ketiga saudara itu merupakan abdi setia dari Raja dari desa bebatuan bernama Bae Yung yang usianya telah menembus 200 tahun. Kali ini tiga saudara itu berbagi tugas. Yigur—bungsu perempuan melatih armada angkatan laut agar lebih kuat. Tugur menguasai kota Chang An dari dalam dan Dugur akan menghancurkan suku bintang yang diketahui menjalin perjanjian damai dengan Chang An. Dugur sudah lama tiba di Pegunungan Utara dan membuat rumah di dekat gunung. Ia tahan dingin karena tubuhnya berdarah panas seperti serigala. Selama ini lelaki dengan tubuh tambun dan kekar itu menunggu saat yang tepat dan ketika Li Wei datang, maka waktu itu telah tiba. Hanya saja Dugur salah perhitungan. Disangkanya Pangeran Kedua datang sendiri dan tak membawa sekutu yang hebat. Nyatanya sang pangeran datang bersama pasukan terbaik yang tidak dib

  • PERMAISURI YIN   74. Benteng Pertahanan

    Su Yin membuka mata sambil menghembuskan napas dengan kuat. Di depannya sudah ada Li Wei yang duduk dan menatapnya begitu intens. “Bukannya tadi aku …” Su Yin mengingat kejadian yang belum lama berlalu. “Kau tidur di dekat kolam sambil memegang gelang. Kenapa tidur di sana, kita diberikan ranjang?” tanya Pangeran Kedua sambil membantu permaisuri duduk. “Aku tidak tidur.” “Dan?” “Ada yang masuk ke dalam kamarku, ada darah menetes di lantai mungkin masih ada jejaknya, dan tadi ak—” “Tidak ada jejak darah di lantai sama sekali, mungkin kau kelelahan.” “Kau mulai tidak percaya denganku.” Permaisuri balas menatap pangeran lebih dalam. “Kalau tahu di luar banyak kejadian aneh, tahu begini kau tidak akan kubawa.” “Kau pikir kalau di istana aku aman? Kau pikir selir agung tidak akan mencoba membunuhku, belum menteri lain yang tiba-tiba tidak suka denganku.” “Besok, kau bersama setengah pasukan elite akan aku kirim kembali ke istana.” “Aku tidak mau!” “Ini perintah!” Li Wei mengera

  • PERMAISURI YIN   73. Jalur Sutra

    “Sayang, ayolah, jangan marah lagi. Aku kemarin hanya bercanda.” Li Wei membujuk permaisuri yang masih cemberut dan merengut sejak tadi malam. Saat mandi, saat makan, saat pakai baju sama saja bentuk wajahnya ditekuk terus. “Aku tak percaya denganmu, lihat tari perut saja bisa lupa diri apalagi kalau perempuan buka baju di depanmu.” Su Yin masih menghindari Li Wei. Dua orang itu sedang jalan santai di sepanjang pemukiman suku bintang. An Mama mengikuti dari belakang sambil memantau keamanan. “Kalau mau dari dulu sudah aku lakukan, untuk apa sembunyi-sembunyi darimu.” Pangeran Kedua menyentuh bahu permaisuri, tapi ditepis lagi. “Kenapa aku jadi cemburuan begini, ya? Gawat. Nanti saat kembali ke masa depan bisa-bisa aku labil dan mengganggu tugasku,” guman Su Yin ketika berjalan tak tentu arah. “Sayang, kau mau ke mana?” “Ke sana.” Usai menjawab, dokter forensik itu berlari tanpa arah yang jelas. Li Wei menyusul dengan cepat. “Mereka berdua seperti anak kecil saja. Apa tidak paha

  • PERMAISURI YIN   73. Penyergapan

    “Hei, duduk, kau bikin malu saja.” Li Wei menarik tangan istrinya yang bersorak-sorak bergembira melihat pertunjukan lelaki kekar di depannya. “Lepas, jarang-jarang aku melihat seperti ini.” Su Yin tak mau dilarang. Kapan lagi bisa melihat pemandangan indah seperti sekarang. “Memang lelaki saja yang butuh banyak perempuan cantik,” gumamnya sambil suit suiiit. Semakin meriah pesta dengan ketukan gendang dan tarian pedang dari para lelaki. “Waaah, perutnya ada kotak-kotak delapan, eight pack, langka, sisiwiiiwiiiit.” Tingkah Su Yin membuat Li Wei memejamkan mata dan Ana Mama menahan senyuman sesaat. Ya, memang perempuan juga butuh hiburan tapi jangan terlalu terang-terangan juga memuji di depan suaminya. “Perut kotak-kotak begitu aku juga punya, perlu aku bukan baju di sini?”“Jangan, bikin malu saja nanti,” sahut permaisuri. “Heeh, kau yang bikin malu dari tadi. Lihat perempuan lain duduk manis, kau seperti cacing kepanasan.” “Pangeran, biarkan Permaisuri bahagia. Mungkin dia beta

  • PERMAISURI YIN   72. Istana Bulan

    “Ayo turun, kita sudah sampai.” Li Wei melompat dari kuda terlebih dahulu lalu menyambut turun Su Yin dari kereta. Mereka semua termasuk para pelayan menggunakan mantel bulu tebal karena udara di Pegunungan Utara sangat dingin daripada biasanya. “Waaah, tanpa salju saja aku sudah hampir membeku.” Sang permaisuri memeluk dirinya sendiri. Asap dari bibirnya keluar dan gigi nyaris gemeratakan. “Tenang saja nanti aku peluk kau sepanjang hari agar tak kendinginan.” Pangeran Kedua mengedipkan sebelah matanya. “Gayamu, baru buka baju saja sudah beku kulit duluan.” Hampir Su Yin tak tahan dingin kalau tak menggunakan mantel tebal sebanyak dua lapis. Tak lama kemudian para penjaga yang berasal dari Suku Bintang datang meyambut rombongan Pangeran Kedua. Mereka mempersilakan Li Wei dan Su Yin untuk bertemu dengan kepala suku. Yun Chi adalah nama ketua suku sekaligus ayah dari Yun Zi. “Kami memeri hormat pada Pangeran Kedua sekaligus Permaisuri Yin selaku utusan dari Chang An.” Yun Chi mem

  • PERMAISURI YIN   71. Kekacauan

    Selir Agung sedang minum teh di pagi hari yang cerah. Secerah senyumnya dibalut gincu merah merekah. Lalu Gui Mama datang mendekat dan berbisik padanya. “Hamba sudah mengirim orang untuk membunuh Pangeran Kedua di perjalanan.” Kata demi kata menyeramkan terucap dengan senyuman gigi emas Gui Mama. “Bagus, penghambat takhta putraku harus segera dibasmi. Yang berani melawanku akan mati.” Ming Hua menghabiskan teh dan menikmati sarapan yang lezat di atas meja. Setelah itu ia pun berjalan mengelilingi taman yang indah, kemudian lanjut mengunjungi istana naga emas. Begitu terus yang Selir Agung lakukan dalam satu minggu terakhir. Hingga pada suatu hari ia melihat putra dan menantunya tak saling bertegur sapa di meja makan. “Kalian baik-baik saja?” tanya Selir Agung. Baik Putra Mahkota dan permaisurinya mengangguk saja. Kejadian malam tadi benar-benar mengguncang kesadaran dan kesabaran keduanya. “Aneh sekali, biasanya Bai Jing sangat murah senyum,” gumam Ming Hua sambil memindahkan ma

  • PERMAISURI YIN   70. Ilmu Hitam

    Putra Mahkota pergi ke kuil yang berada dalam naungan Departemen Sihir dan Perbintangan. Ia sedang galau luar biasa. Istrinya diam seribu bahasa dan ibunya pun akhir-akhir ini senang menyendiri. Tak ada yang tahu apa isi wanita. Ditambah Li Zu Min masih terbeban dengan permintaan Li Wei. “Sepertinya Pangeran punya banyak sekali beban hidup.” Shen Du menyalakan dupa dan memberikan pada Putra Mahkota. “Aku merasa kesialan menerpaku bertubi-tubi, meski tidak ada yang bicara terang-terangan di depanku, tapi aku tahu mereka bilang kalau ini karma ibu.” Li Zu Min melakukan persembahayangan dengan sungguh-sungguh kali ini. “Tenangkan hatimu, Pangeran, sebisa mungkin kita harus mencegah terjadinya peristiwa bulan purnama berdarah.” “Itu juga yang mengganggu isi hatiku. Belum ada keanehan yang aku temui sejak beberapa hari yang lalu. Semua pelayan terlihat biasa-biasa saja di depanku, tapi …” “Tapi apa, Pangeran.” “Salah satu pelayan ibuku menghilang dan tidak ada jejaknya sama sekali.

  • PERMAISURI YIN   69. Bencana

    Gadis yang merintih memohon pertolongan itu terlihat kesakitan bahkan mulai menjerit. An Lee menyimpan pedang dan memapahnya ke salah satu api unggun. Wajah gadis tak dikenal itu sangat pucat sekali bahkan seperti orang tidak punya darah. Tang Ri datang mendekati ibunya yang terlihat kepayahan mengurus seorang gadis. “Bawakan ibu air hangat. Sepertinya dia tidak terluka, mungkin belum makan beberapa hari,” ucap An Lee dan putranya lekas mencari air hangat. Diberinya minum gadis itu dan wajahnya seketika memerah. “Siapa dia, Bu?” tanya Tang Ri. Sang guru hanya menggeleng. “Bencana, bencana!” ucap gadis itu tanpa sebab. “Bencanaaaaa!” jeritannya cukup kencang dan membangunkan Su Yin yang baru saja terlelap dan Li Wei pun tersentak. “Tenangkan dirimu, di sini banyak orang. Kalau ada yang menyakitimu katakan padaku.” An Lee meremas tangan gadis itu agar berkata jujur padanya. “Bencana, di mana-mana ada bencana, darah, bulan akan berdarah tak lama lagi. Kalian akan mati semua.” “Ken

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status