Share

2. Kesepian di Istana Naga Perak

Ribuan Tahun sebelum Shanghai menjadi kota modern

Di masa Dinasti Tang, di sebuah istana cukup megah yang dikenal sebagai Istana Naga Perak, hiduplah seorang permaisuri bernama Li A Yin. Tubuhnya lemah dan sering sakit-sakitan, hingga membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar yang dingin dan sunyi.

Sejak dinikahi oleh Pangeran Kedua, hidupnya berubah drastis. Pangeran yang gagah berani harus meninggalkan istana untuk berperang di perbatasan. Meninggalkan wanita bermata sendu itu dalam kesendirian yang mendalam.

Hari-hari berlalu dengan lambat di Istana Naga. Li A Yin sering duduk di dekat jendela besar yang menghadap ke taman istana, memandangi bunga-bunga yang bermekaran tanpa bisa menikmati keindahannya. Permaisuri Yin—begitu dirinya kerap dipanggil mudah sesak napas jika kelelahan.

Setiap kali angin berhembus, ia merasakan dingin yang menusuk hingga ke tulang, seolah-olah mengingatkannya pada jarak yang memisahkan dirinya dengan sang suami.

Para pelayan istana selalu siap melayani, namun tidak ada yang bisa mengisi kekosongan di hati Li A Yin. Ia merindukan senyum hangat dan sentuhan lembut Pangeran Kedua, yang kini hanya tinggal kenangan.

Rumor yang beredar, kaisar terpengaruh oleh Selir Agung Ming yang membenci pangeran kedua. Hingga tega mengirim sang putra yang dingin dan jarang senyum ke perbatasan setelah melewati malam pertama.

Setiap malam, sang permaisuri berdoa agar suaminya kembali dengan selamat. Namun perang, seolah tak pernah berakhir. A Yin ingin menyusul, tapi naik kereta saja ia bisa jatuh sakit.

Di tengah kesepiannya, Li A Yin menemukan pelipur lara dalam seni kaligrafi dan puisi. Ia menulis tentang kerinduannya. Tentang harapan dan ketakutan yang menghantui setiap malam.

Kertas-kertas penuh tulisan itu sang permaisuri simpan dalam sebuah kotak kayu. A Yin berharap suatu hari nanti Pangeran Kedua akan membacanya dan mengerti betapa besar cintanya. Namun, waktu terus berjalan dan Li A Yin semakin tenggelam dalam kesedihan.

Tubuhnya yang lemah semakin tak berdaya menghadapi beban rindu yang tak terucapkan. Istana Naga yang megah kini terasa seperti penjara emas, tempat di mana ia terkurung dalam bayang-bayang masa lalu.

***

Li A Yin tidak tertarik terjun ke dalam dunia politik. Hal itu membuatnya menjadi sasaran empuk bagi Selir Agung Ming yang ambisius.

Selir Ming sering mengintimidasinya, memanfaatkan kelemahan Li A Yin untuk memperkuat posisinya di istana. A Yin menjadi kambing hitam, hingga sering kali istana naga perak dijatuhi hukuman.

Pada pagi yang dingin, Li A Yin sedang menulis puisi di kamarnya. Ia ingin mengirim untuk sang pangeran. Sekaligus keluhan karena sering disiksa. Namun, Selir Agung Ming datang tanpa diundang.

“Permaisuri Yin, apakah kau tidak bosan hanya duduk di sini dan menulis puisi?” tanya Selir Ming dengan nada sinis. Tangannya diberikan kuku-kuku emas panjang nan megah.

“Ini adalah satu-satunya cara bagiku untuk mengisi waktu dan mengurangi kesedihan.” Li A Yin mengangkat wajahnya yang pucat dan menjawab dengan suara lemah.

“Kau seharusnya lebih pintar ketika masuk ke dalam istana. Tanpa perlindungan dan kekuatan, kau hanya akan menjadi boneka yang mudah dihancurkan.” Selir Agung Ming menaikkan sebelah alisnya.

Li A Yin menunduk, air mata mulai menggenang di matanya. Ia tahu bahwa keluarganya tidak memiliki kekuatan politik untuk melindunginya.

“Aku hanya ingin suamiku kembali,” bisiknya pelan. Selir Ming kemudian mendekat dan berbisik di telinga Li A Yin.

“Jangan berharap terlalu banyak, Anakku. Dunia ini kejam, dan hanya yang kuat yang bisa bertahan, ha ha ha.”

Setelah Selir Ming pergi, Li A Yin menangis dalam kesendirian. Tidak ada yang bisa melindunginya, dan ia merasa semakin terpuruk dalam kesedihan dan ketidak berdayaan.

Suatu hari, saat Li A Yin sedang duduk di taman istana, seorang pelayan setia tanpa nama—atas perintah Selir Agung Ming—datang mendekatinya. Pelayan itu adalah satu-satunya orang yang Li A Yin percayai sepenuhnya.

“Permaisuri, kau tidak apa-apa?” tanya pelayan A Yin.

“Aku ingin mati saja,” jawab A Yin dengan napas sesak.

“Jangan, Permaisuri, hamba akan ada di sini untuk melindungimu walau nyawa taruhannya.” Hamba sahaya A Yin begitu setia. Pelayan yang sering dipanggil kera busuk oleh Selir Agung Ming.

***

“Permaisuri, ada surat datang dari Pangeran.” Hamba sahaya itu berlari dengan penuh semangat.

Li A Yin menatap matanya penuh harap. Pelayan membuka surat dan A Yin membaca dengan suara yang tenang.

“Permaisuri yang tercinta, aku berharap surat ini menemukanmu dalam keadaan sehat. Perang di perbatasan masih berlanjut, tapi aku berjanji akan kembali secepat mungkin. Tetaplah kuat dan jangan biarkan kesedihan menguasaimu. Aku merindukanmu setiap hari. Tertanda Pangeran Kedua.”

Air mata mengalir di pipi Li A Yin.

“Aku merindukannya. Aku merasa begitu lemah dan tak berdaya tanpamu. ”Pelayannya menggenggam tangan Li A Yin dengan lembut.

“Permaisuri, tetaplah tersenyum. Pangeran Kedua akan kembali, dan kau harus siap menyambutnya dengan senyum.”

Tidak semua hari di Istana Naga Perak dan keseluruhan istana dipenuhi dengan harapan. Selir Agung Ming terus mencari cara untuk mengintimidasi Li A Yin.

Di tengah kesedihannya, Li A Yin bertekad untuk bertahan. Ia mulai belajar tentang politik istana dari pelayannya, yang diam-diam mengumpulkan kabar dari para pelayan lainnya.

Li A Yin tahu bahwa ia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk suaminya yang sedang berjuang di medan perang.

Konflik semakin memanas ketika seorang pejabat tinggi istana— Menteri Huang—mulai menunjukkan ketidak sukaannya terhadap Li A Yin. Menteri Huang adalah sekutu dekat Selir Agung Ming dan sering kali menggunakan posisinya untuk menekan Li A Yin.

Pada siang hari, ketika Li A Yin sedang berjalan di dalam pustaka kerajaan, Menteri Huang mendekatinya dengan wajah serius.

“Permaisuri, Anda harus lebih berhati-hati. Banyak yang tidak senang dengan kedudukanmu di istana,” ucap Menteri Huang dengan nada mengancam. Li A Yin mencoba tetap tenang.

“Aku hanya ingin menjalankan tugas sebagai permaisuri dan menunggu Pangeran Kedua kembali.”

Menteri Huang mendekat. Sungguh ia benci melihat wanita lemah itu.

“Jika kau tidak segera menunjukkan kekuatan, kau akan kehilangan segalanya. Selir Ming dan aku memiliki banyak pengaruh di istana. Jangan berpikir bahwa kelemahanmu akan dibiarkan begitu saja. Dan ingat juga, setiap kesalahan yang kau lakukan pelayanmu akan dihukum juga.” Menteri Huang tersenyum tipis.

Li A Yin merasa ketakutan, tapi ia tahu bahwa ia harus tetap kuat.

“Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindungi diri serta para pelayan di dalam Istana Naga Perak.”

Menteri Huang pergi. Li A Yin merasa semakin tertekan. Namun, ia bertekad untuk tidak menyerah.

Dengan bantuan pelayannya, ia mulai merencanakan langkah-langkah untuk memperkuat posisi dan melindungi dirinya dari ancaman yang terus datang.

Sayangnya, A Yin salah memilih lawan. Selir Agung Ming adalah orang yang keji dan tak berperasaan.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status