Home / Historical / PERMAISURI YIN / 1. Misteri di Pinggir Kota

Share

PERMAISURI YIN
PERMAISURI YIN
Author: Rosa Rasyidin

1. Misteri di Pinggir Kota

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2024-10-07 15:56:06

Su Yin menatap langit kelabu di atas kota Shanghai yang sibuk. Sebagai seorang dokter forensik yang juga merangkap sebagai polisi, hari-harinya selalu penuh dengan teka-teki yang harus dipecahkan.

Sampai di usia yang hampir menginjak kepala empat ia belum juga memikirkan tentang pernikahan. Namun, semua pekerjaan ia tangani denngan baik dan kasus yang satu ini terasa berbeda.

Pagi itu, Su Yin menerima panggilan darurat. Seorang gadis muda ditemukan tewas di pinggir kota, tubuhnya tergeletak di antara semak-semak yang jarang dilalui orang. Su Yin segera bergegas ke lokasi kejadian, ditemani oleh rekan kerjanya, Officer Jimmi.

Setibanya di tempat kejadian, Su Yin langsung mengenakan sarung tangan lateks dan mulai memeriksa tubuh korban. Gadis itu tampak berusia sekitar dua puluh tahun, dengan rambut hitam panjang yang kusut dan wajah yang pucat. Tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik yang jelas, namun ada sesuatu yang aneh pada posisi tubuhnya.

“Jimmi, tolong ambilkan lampu senter,” pinta Su Yin sambil terus memeriksa tubuh korban.

Officer Jimmi segera menyerahkan senter dan Su Yin mulai memeriksa lebih teliti. Di pergelangan tangan gadis itu, terdapat bekas suntikan yang hampir tidak terlihat.

“Ini bukan overdosis biasa,” gumam Su Yin. “Ada sesuatu yang lebih di sini.” Jimmi mengangguk, “Kita harus membawa tubuhnya ke lab untuk pemeriksaan lebih lanjut.”

***

Di laboratorium forensik, Su Yin bekerja tanpa lelah. Dia memeriksa setiap detail, mencari petunjuk yang bisa mengungkap misteri kematian gadis itu.

Setelah beberapa jam, dia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Di dalam darah korban, terdapat jejak zat kimia yang tidak biasa, sesuatu yang hanya bisa didapatkan melalui akses khusus. Di bagian tubuh yang lain pula di tempat yang amat sensitif ditemukan jejak pelecehan kelas berat.

“Ini bukan perbuatan satu orang” kata Su Yin kepada Jimmi. “Sepertinya kasus ini masih saling berkaitan dengan kasus bandar narkoba dua minggu yang lalu.” Jimmi menyimak ucapan seniornya. “Cari tahu siapa gadis ini dan mengapa dia menjadi target, sekarang!” perintah Su Yin amat jelas.

Wanita dengan tatapan mata tajam itu menatap tubuh gadis yang tergeletak dengan seksama. Ia tahu bahwa ini masih awal mula dari sebuah kasus yang rumit dan berbahaya. Namun, Su Yin siap menghadapi segala rintangan untuk menemukan kebenaran. Kasus besar seperti ini pasti melibatkan mafia dan organisasi anti pemerintah yang amat besar jaringannya.

***

Su Yin dan Jimmi mulai menyelidiki identitas gadis itu. Mereka menemukan bahwa namanya adalah Xu Chan, seorang mahasiswa jurusan keperawatan di universitas terkemuka Shanghai. Teman-temannya menggambarkan Xu Chan sebagai sosok yang pendiam dan tertutup

“Ini semakin aneh,” ucap Jimmi sambil memeriksa catatan Chan. “Tidak ada tanda-tanda bahwa dia terlibat dalam sesuatu yang berbahaya.”

Su Yin mengangguk. “Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan pribadinya. Mungkin ada sesuatu yang Chan sembunyikan.”

Mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah susun di mana Chan tinggal. Di sana, mereka menemukan sebuah diary yang tersembunyi di bawah tempat tidurnya.

Diary itu penuh dengan catatan kesehatan yang sangat aneh. Sebuah catatan di mana ada kehidupan di masa lalu dan masa depan memiliki satu kesamaan.

“Dia sedang meneliti hal yang besar,” kata Su Yin sambil membalik halaman Diary. “Tapi apa?”

Jimmi menemukan sebuah foto yang diselipkan di antara halaman Diary. Foto itu menunjukkan Chan bersama seorang pria yang tidak dikenal.

“Siapa dia?” tanya Jimmi.

Su Yin memeriksa foto itu dengan seksama. “Kita harus menemukan pria ini. Dia mungkin tahu sesuatu tentang apa yang terjadi pada Chan.”

Penyelidikan mereka membawa mereka ke sebuah gudang rahasia di pinggiran kota. Di sana, mereka menemukan bukti bahwa Chan sedang bekerja pada sebuah proyek rahasia yang melibatkan obat-obatan terlarang yang berkolaborasi dengan sebuah ritual kuno.

Sebuah ritual yang telah lekang oleh zaman. Namun, sebelum mereka bisa menyelidiki lebih lanjut, mereka disergap oleh sekelompok pria bersenjata.

“Ini jebakan!” teriak Jimmi sambil menarik Su Yin ke belakang drum biru. Di dalam drum terdapat darah segar dan sudah beku. Terdengar beberapa kali suara tembakan.

Su Yin meraih pistol dan membalas tembakan. Mereka belum berhasil melarikan diri, tetapi mereka tahu bahwa bisa saja malam ini keduanya tewas. Su Yin mengirim pesan meminta bantuan.

“Kita harus berhati-hati,” kata Su Yin sambil mengatur napas. “Mereka tidak ingin kita menemukan kebenaran.”

“Tapi kita tidak bisa berhenti sekarang. Kita harus menemukan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Chan.”

Dengan tekad yang semakin kuat, Su Yin dan Jimmi mempertahankan diri. Mereka tahu bahwa mereka menghadapi musuh yang berbahaya, tetapi mereka tidak akan berhenti sampai mereka menemukan kebenaran walau taruhannya nyawa.

Su Yin dan Jimmi semakin terdesak. Bahkan peluru dalam pistol mereka telah habis. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, pada saat yang sama, drum biru berisi darah segar itu tumpah hingga aroma anyirnya memenuhi ruangan.

“Bunuh mereka, sekarang!” perintah penjaga gudang.

Su Yin dan Jimmi angkat tangan tanda menyerah. Namun, kepala gudang tak mau ada kegagalan sama sekali. Atas perintahnya peluru ditembakkan. Hanya saja jelas sekali ada dinding gaib yang menjadi penghalang peluru mengenai keduanya.

“Apa ini?” tanya Su Yin ketika menyentuh penghalang tak kasat mata.

“Tidak ada banyak waktu, Nona, ayo kita lari dari sini.” Jimmi mengajak seniornya berlari.

Kaki Su Yin kotor karena noda darah yang tumpah di lantai. Beberapa ekor anjing mengejar mereka. Secara tak sengaja Su Yin dan Jimmi dipisahkan oleh tabir gaib itu. Jimmi mengatakan dari gerak bibir pada Su Yin agar terus berlari.

“Jimmi, Jimmi, pergi, pergiii!” teriak Su Yin ketika ada lima orang bertubuh besar ada di belakangnya.

Angin kencang mulai berembus sampai mendorong tubuh Su Yin sekian ratus meter jaraknya dan terpisah dari Jimmi. Ia berusaha berlari lagi tapi tubuh Su Yin mendadak kaku.

Pada saat yang sama, di atas pohon terdapat lonceng-lonceng tua digantung dan mulai bergoyang. Lonceng itu membuat kesadaran Su Yin hilang.

Dokter forensik tersebut roboh dan jatuh ke tanah. Perlahan ia menutup mata—mungkin untuk selama-lamanya atau sebentar saja. Darah yang ada di kaki mengakibatkan rumput terus tumbuh tinggi dan menutupi sekujur tubuh Su Yin.

Tubuh polisi wanita itu tak terlihat lagi oleh pandangan mata manusia biasa. Bahkan tak terendus oleh anjing pelacak. Lonceng terus berdentang tak keruan semakin lama semakin kencang diiringi oleh angin yang menusuk tulang.

Kesadaran Su Yin semakin hilang. Ia kini berada dalam dimensi baru, sebuah zaman di mana bukan tempatnya tinggal.

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Piyu_Qu
Seru nih ceritanyaaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • PERMAISURI YIN   2. Kesepian di Istana Naga Perak

    Ribuan Tahun sebelum Shanghai menjadi kota modernDi masa Dinasti Tang, di sebuah istana cukup megah yang dikenal sebagai Istana Naga Perak, hiduplah seorang permaisuri bernama Li A Yin. Tubuhnya lemah dan sering sakit-sakitan, hingga membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar yang dingin dan sunyi. Sejak dinikahi oleh Pangeran Kedua, hidupnya berubah drastis. Pangeran yang gagah berani harus meninggalkan istana untuk berperang di perbatasan. Meninggalkan wanita bermata sendu itu dalam kesendirian yang mendalam.Hari-hari berlalu dengan lambat di Istana Naga. Li A Yin sering duduk di dekat jendela besar yang menghadap ke taman istana, memandangi bunga-bunga yang bermekaran tanpa bisa menikmati keindahannya. Permaisuri Yin—begitu dirinya kerap dipanggil mudah sesak napas jika kelelahan. Setiap kali angin berhembus, ia merasakan dingin yang menusuk hingga ke tulang, seolah-olah mengingatkannya pada jarak yang memisahkan dirinya dengan sang suami.Para pelayan istana sel

    Last Updated : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   3. Pertemuan Rahasia

    Di tengah malam yang sunyi, Istana Naga Perak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Di dalam salah satu aula tersembunyi, Permaisuri Li A Yin menunggu dengan gelisah. Suara langkah kaki yang lembut terdengar mendekat, dan Menteri Keamanan Istana Zhang, muncul dari balik pintu.“Permaisuri, aku datang seperti yang diperintahkan,” ujar Menteri Zhang dengan suara rendah.Li A Yin mengangguk, matanya penuh dengan kekhawatiran. Wanita berwajah keibuan itu melakukan semuanya dengan hati-hati. “Kita harus mengendap-endap, Menteri Zhang. Tidak ada yang boleh tahu tentang pertemuan ini.”“Baik, aku mengerti, Pemaisuri A Yin. Dan aku membawa apa yang kau minta.” Menteri Zhang menyerahkan silsilah keluarga dari Selir Agung Ming. Sebuah silsiliah yang amat sangat dekat dengan kaisar sejak dulu. “Kalau seperti ini, rasanya sulit untuk melawan Selir Agung Ming.” A Yin cepat sekali berputus asa. “Benar, bahkan terakhir permaisuri utama mencoba melawannya berakhir diasingkan di istana dingin. Sampa

    Last Updated : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   4. Kebangkitan

    Su Yin terbangun dengan kepala yang berat dan pandangan yang kabur. Apalagi usai menghajar seorang penjaga istana. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana ia berada. Di sekelilingnya, suara riuh rendah orang-orang berbicara dalam bahasa yang terdengar asing namun entah bagaimana akrab. Ia merasakan kain halus menyentuh kulitnya, berbeda dari pakaian modern yang biasa ia kenakan.Ketika pandangannya mulai jelas, Su Yin terkejut melihat dirinya berada di tengah-tengah istana dengan orang-orang yang berpakaian begitu anggun. Orang-orang mengenakan pakaian tradisional Tiongkok, dengan warna-warna cerah dan desain yang rumit. Ia melihat seorang pria dengan jubah kekaisaran menatapnya dengan aneh lalu berjalan dengan wibawa, diikuti oleh para pengawal dan pelayan. Di sampingnya, seorang wanita cantik dengan pakaian yang mewah dan hiasan kepala yang indah, yang Su Yin kenali sebagai Selir Agung Ming.“Kenapa, kenapa aku benci pada wanita itu,” gumam Su Yin perlahan. Kini dok

    Last Updated : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   5. Pangeran Kedua

    “Pangeran, sudahlah, sudah cukup kau terluka parah,” ucap Fu Rong, pengawal pribadi pangeran kedua. Ia telah bersama sejak dulu dan bersedia mengorbankan nyawa demi tuannya. “Tidak, belum, sedikit lagi kita berhasil!” Pangeran kedua mengangkat pedangnya. Entah sudah berapa hari yang ia lalui dalam jebakan musuh. Entah sudah berapa banyak darah pengawalnya yang tumpah. Namun, sang pangeran tak menyerah. “Fu Rong, berapa amunisi yang kita punya?” tanya pangeran kedua. Lelaki yang baru menikah tapi dipisahkan oleh istrinya dengan cara tidak adil. “Tak banyak, Pangeran, hanya ada lima pengawal pribadi dan hanya tersisa 70 pengawal umum saja.” “Musuh diperkirakan ada berapa?” “Sekitar 400 orang, Pangeran.” “Kalau begitu kita harus berperang dengan cerdas. Kita harus menang, agar kita bisa pulang.” Namun, baru saja mengucapkan kalimat demikian sang pangeran tiba-tiba roboh. Luka di punggung akibat tertancap panah belum sempat diobati. ***Di bawah langit kelabu yang selalu mengintai

    Last Updated : 2024-10-07
  • PERMAISURI YIN   6. Dimensi yang Membingungkan

    Su Yin yang kini terperangkap dalam tubuh Permaisuri Li A Yin merasa bimbang dengan apa yang ada di depan matanya. Semua serba tradisional dan ketinggalan zaman. Bahkan cermin di depannya saja tidak mampu memantulkan bayangan wajah dengan sempurna seperti di masa depan. Tidak ada lampu, yang ada hanya lilin di setiap sudut kamar. “Permaisuri,” panggil pelayan setia A Yin. “Iya, kenapa, ada yang bisa aku bantu?” Terbiasa hidup sebagai polisi membuat Su Yin harus tanggap dengan panggilan. “Permaisuri, jangan terlalu sopan, hamba ini hanya seorang budak.” “Budak?” Su Yin mengedipkan mata cepat. “Kenapa aku bisa ada di masa kerajaan? Lalu kasus pembunuhan yang aku periksa bagaimana? Officer Jimmi juga bagaimana?”“Permaisuri, apakah ada yang mengusik hatimu?” “Ada banyak dan aku ingin bertanya, tapi sebelumya aku ingin tahu siapa namamu?” “Ah, hamba tidak punya nama, Permaisuri. Biasanya Selir Agung akan memanggil hamba kera busuk saja.” “Kenapa begitu?” tanya Su Yin keheranan.

    Last Updated : 2024-10-29
  • PERMAISURI YIN   7. Menerima Keadaan

    “Kurang ajar, lelaki hidung belang. Habis ambil perawan dia kabur, bededah busuk, aku cincang baru tahu!” Permaisuri berdiri lagi dengan wajah penuh amarah. Jauh sekali perbedaan antara A Yin dan Su Yin walau wajah dan tubuh sama persis. “Permaisuri, tenangkan dirimu. Jangan memaki pangeran kedua. Beliau itu pangeran yang berpengaruh setelah putra makhkota. Ditambah lagi pangeran adalah suamimu, jadi hormatlah dengan beliau.” Xu Chan mengingatkan sambil menelan ludah. Entah kali keberapa sudah ia melihat tuannya marah-marah sejak bangkit dari kubur. “Peduli apa aku, walau dia kaisar sekalipun. Gubernur saja pernah aku penjarakan.” Su Yin duduk dan menarik napas panjang. Sore yang terasa berangin dan menerbangkan anak rambut di wajahnya. “Permaisuri, hamba belum selesai bicara. Setelah melewati malam pertama, Pangeran Kedua mendapat panggilan perang mendadak dari perbatasan karena itu beliau pergi meninggalkan kita semua di sini.” “Panggilan perang?” gumam Su Yin perlahan. Ia masi

    Last Updated : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   8. Konspirasi Dalam Istana

    Selir Agung Ming duduk di dalam kamarnya. Kepala wanita bengis itu terasa pusing hingga pelayan datang membuka semua perhiasan mewah dan mulai memijit kepalanya. “Bagaimana mungkin,” ucap Ming Hua sambil menarik napas. “Katakan padaku bagaimana caranya orang mati bisa hidup lagi.” Mata wanita itu masih memejam. “Hamba tidak tahu, Selir Agung.” “Sudah jelas sekali dia bersimbah darah dan tubuhnya dingin serta kaku. Aku sendiri yang memegangnya. Saat peti mati akan ditutup lalu A Yin tiba-tiba saja bangun. Ini sungguh di luar rencana.” “Selir Agung, apakah butuh tabib?” tanya pelayannya yang bernama Cu Li. “Tidak, siapkan air hangat, aku ingin menyegarkan tubuhku. Tambahkan bunga mawar di dalamnya. Aku harus menemukan keanehan yang terjadi siang ini.” Atas perintah Ming Hua, pelayan setianya undur diri. Wanita itu membuka bola matanya, lalu tiba-tiba saja ia kaget. Wujud Li A Yin baru saja ada di depan mata dengan wajah pucat dan bibir bersimbah darah. “Apa ini, kenapa jadi seram

    Last Updated : 2024-11-01
  • PERMAISURI YIN   9. Rencana Licik

    Utusan berpakaian hitam itu memegang perutnya yang kena tendang Su Yin. Ia merupakan salah satu pengawal Menteri Huang dan cukup terkejut dengan ketangkasan sang permaisuri yang dikenal sebagai wanita lemah tak berdaya. “Aku harus pergi dari sini. Aku hanya mengujinya saja bukan cari mati.” Pengawal itu mulai ketakutan. “Siapa yang mengutusmu untuk membunuhku. Apakah kau tak tahu kalau aku ini istri pangeran kedua?” Su Yin memanfaatkan kedudukannya. Ia bergerak ke kiri ketika melihat langkah utusan itu ingin melarikan diri dari kamarnya. “Tidak menjawab? Jangan khawatir, aku selalu punya cara untuk membuat penjahat mengaktu.” Su Yin mengambil salah satu guci dan melempar ke arah utusan itu. Lelaki tersebut menghindar dan hampir kepalanya kena. Suara pecahan guci membuat seluruh penghuni istana naga perak bangun dari tidurnya. Mereka berlarian ke kamar sang tuan takut terjadi sesuatu sebab istana itu tidak ada pengawal lelaki yang mumpuni. Namun, ketika para pelayan sampai di depa

    Last Updated : 2024-11-02

Latest chapter

  • PERMAISURI YIN   89. Surat Perintah

    “Aku hanya ingin kemenangan untuk Tang, Yang Mulia.” “Aku mengenalmu cukup baik, ada yang kau sembunyikan dariku, katakan.” Perintah Kaisar dengan tegas. “Yang Mulia, izinkan hamba berangkat ke kaisar dan setelahnya akan hamba persembahkan kemenangan untuk Tang.” “Itu saja?” Kaisar tahu adiknya belum mau jujur sepenuhnya. “Juga, jika hamba memperoleh kemenangan izinkan hamba tinggal di selatan dan memerintah daerah itu dengan tradisi dan kebijakan Dinasti Tang.” Jujur juga Li Wei akhirnya. “Jadi kau ingin meninggalkan Chang An.” Kaisar memerintahkan Li Wei bangun dari sujudnya. “Benar.” “Kenapa?” “Terlalu banyak kenangan pahit di sini.” “Pahit?” “Salah satunya kematian ibuku juga istriku sempat mati kemarin. Aku hanya ingin menyelamatkan keluargaku.” “Sekarang aku sudah menjadi kaisar, tidak akan ada orang yang berani menyakitimu.” “Aku khawatir bukan orang lain yang menyakitiku, justru …” “Maksudmu, Ibu Suri?” tebak Kaisar. Li Wei diam saja. “Pergilah, akan aku pertimban

  • PERMAISURI YIN   88. Keinginan Terpendam

    Tubuh Kaisar diawetkan selama beberapa hari sebelum disemayamkan di sebuah kuburan yang luas. Sejak saat itu takhta kosong dan sudah jelas siapa yang akan mendudukinya meski belum dinobatkan secara resmi. Putra Mahkota mengambil alis tugas ayahnya yang mangkat dengan penyakit misterius. Masa berkabung dimulai sejak saat itu dan belum diakhiri hingga sebuah kuburan yang luas dan megah selesai. Satu demi satu perhiasan kesukaan kaisar diletakkan di dalam. Termasuk emas dan perak, juga baju-baju sutra yang dulu pernah dikenakan.Dalam kuburan kuno itu dibangun beberapa perangkap. Apabila ada yang mencuri perhiasan milik Kaisar akan mati dan terkubur di sana. Para selir kaisar yang tidak memiliki anak secara jelas diusir oleh Selir Agung. Permaisuri Utama dan Selir Cun masih tinggal karena telah memiliki anak. Ming Hua mencapai tujuannya untuk menjadi ibu suri. Hari ini tubuh Kaisar yang sudah diberikan pakaian terbaik diletakkan di dalam peti. Satu demi satu putra, putri, selir, pej

  • PERMAISURI YIN   87. Angin Dingin

    Di luar istana para suami menjalankan tugas negara dengan berat. Li Wei sampai membuka pakaian agungnya sebagai pangeran demi membantu pekerja tambang bijih besi membuat senjata tajam. Tubuhnya yang kekar menjadi semakin keras. Ia memukul-mukul besi panas hingga dibentuk menjadi pedang kemudian dicelupkan ke air. Begitu pula dengan Putra Mahkota. Ia turun tangan sendiri merekrut para tentara baru. Termasuk ikut serta membantu para tentara baru berlatih kungfu dasar. Hal demikian berlangsung tidak selama satu atau dua bulan. Dan kini sudah memasuki bulan ketiga para suami jauh dari istrinya demi menunaikan tugas negara. Di dalam istana para istri terus mendoakan kebaikan untuk suaminya termasuk Bai Jing juga Su Yin. Permaisuri Yin bersungguh-sungguh dalam merajut. Ia membuat pola rajutan naga memeluk bulan dengan benang perak yang amat sangat indah. Saking rumitnya rajutan itu, baru bisa selesai pada bulan ketiga dan tak terhitung sudah berapa banyak jarum yang menusuk tangannya.

  • PERMAISURI YIN   86. Memaafkan

    Aligur mengobati luka di betis Tugur dengan darah segar. Tugur menutup mata karena menahan pedih di kaki. Dengan beberapa kali pengobatan luka itu tertutup sempurna juga. “Wanita itu memang malaikat maut,” ucap Aligur sembari membasuh keringat yang bercucuran. “Seharusnya kita bunuh dulu wanita itu baru bisa menyerang istana dengan mudah,” sahut Tugur. “Tapi wanita itu bukanlah tujuan utama kita, Tuan.” “Aku tahu, tapi dia penghalang yang mematikan.” “Tidak juga!” “Maksudmu?” “Tidak lama lagi dia akan meninggalkan istana, setelah itu Tuan bisa melancarkan aksi. Enam bulan lagi anakmu akan lahir, Tuan. Dia akan menjadi penerus takhta Tang yang agung, anakmu akan jadi raja di generasi berikutnya,” bisik Aligur. “Selama enam bulan itu aku harus tetap bersabar, bukan?” “Benar, Tuan, tapi jika diperbolehkan aku ingin melakukan balas dendam, bukan pada wanita itu tapi untuk orang lain. Untuk memuluskan takhta anakmu nanti, kita harus membuat istana dalam keadaan huru-hara.” “Renca

  • PERMAISURI YIN   85. Perintah Kaisar

    “Nyonya,” ujar Shen Du sembari menahan batuk akibat kesalahan tadi malam. “Tuan Shen, maafkan kesalahanku tadi malam. Tapi kau tak akan mengerti kalau tak mengalami yang namanya jatuh cinta.” “Cinta membuat orang bodoh, karena itu aku memutuskan menjadi kepala kuil agar tidak harus mengenal yang namanya cinta.” “Kau benar.” Mata Su Yin mencari di mana Li A Yin berada. “Nyonya mencari Permaisuri Li A Yin? Arwahnya sudah pergi ke alam baka dan akan segera bereinkarnasi pada beberapa kehidupan.” “Oh, baguslah kalau begitu. Sekali lagi aku minta maaf atas keributan tadi malam.” Su Yin melangkah pergi tapi ia ditahan oleh Shen Du. “Keputusanmu malam tadi akan berdampak pada dirimu, Nyonya, engkau menolak kembali dan membuat jalinan takdir antara masa lalu serta masa depan jadi kacau. Umurmu tak akan panjang, kau akan merasakan sakit teramat sangat jelang kematianmu.” Shen Du mengingatkan permaisuri. “Aku bisa menanggungnya.” Su Yin berkeras hati. “Apakah ini sepadan? Menjadi istri

  • PERMAISURI YIN   84. Empat Mata

    Su Yin dan An Mama melihat Li Wei dikejar oleh Tugur dan lelaki lainnya. Dua perempuan itu kemudian melompat dari kuda dan menghunuskan pedang serta menebas siapa saja yang mengganggu keamaan Pangeran Kedua. Li Wei melihat dengan matanya bagaimana Su Yin menikam para lelaki hingga tubuh mereka hangus perlahan. “Suku serigala,” gumam Li Wei. Ia menghunuskan pedang ke belakang ketika seseorang menyergap dirinya. Tugur melompat dan hampir saja kepala Li Wei terkena tebasan kalau tidak ditahan dengan pedang sekuat tenaga. Dua lelaki dengan tubuh tinggi dan tegap itu saling bertarung satu sama lain, kemudian jatuh, berdiri lagi dan berusaha meraih kemenangan. Su Yin mencari peluang untung menyerang Tugur. Ia berguling di tanah kemudian menancapkan belatinya pada betis Tugur. Lelaki dari suku serigala itu menjerit dan memegang kakinya. Aligur yang mengetahui kejadian itu cepat melompat dan melempar Su Yin hingga terpental cukup jauh. Beruntung permaisuri ditangkap oleh An Mama. “Nyony

  • PERMAISURI YIN   83. Menolak Takdir

    “Pangeran, menurut hamba ini adalah langkah cari mati, di mana kita hanya berdua saja mencari si pengirim surat,” ujar Fu Rong ketika merasakan dingin di sekujur tubuh. Ia ragu kali ini akan bisa menyelamatkan pangeran jika dalam keadaan bahaya. “Kau takut?” tanya Li Wei. “Bukan takut, Pangeran, hamba bahkan rela mati untukmu, tapi engkau adalah Pangeran, harus dijaga.” “Dalam perang saja aku tidak minta dijaga apalagi sekarang. Sudahlah, berhenti berasumsi lanjutkan saja perjalanan kita.” Li Wei menunggang kuda dengan santai saja. Rasanya ia ingin menoleh ke belakang sekali lagi dan pulang ke istana. Namun, pantang bagi seorang pangeran mencoreng sikap seorang kesatria. Li Wei bukanlah pengecut. Bulan berdarah sebisa mungkin harus dicegah. Dua pria penghuni istana naga perak itu terus berkuda menuju tempat yang sudah dijanjikan. Li Wei dan Fu Rong kemudian turun serta mengikat kudanya. Lalu mereka berjalan kaki sambil menyiagakan pedang. Terus kaki melangkah hingga menjumpai se

  • PERMAISURI YIN   82. Pesan Dari Luar

    Su Yin melangkah bersama para pelayan sambil membawa kebutuhan makanan matang dan baju baru untuk Selir Cun Ning. Sebagai Putri Daerah, kekayaan Su Yin bertambah banyak dan ia menerima banyak hadiah dari sesama bangsawa. Semua hanfu halus dan mahal itu tak akan terpakai olehnya. Jadi ia berikan beberapa untuk Selir Cun. Ketika sampai di depan istana dingin, polisi wanita itu dikejutkan dengan suara teriakan pelayan. Su Yin masuk dan berlari. Di sana ada Gui Mama dan beberapa orang Ming Hua datang menyiksa Cun Ning. Wajah selir itu ditampar beberapa kali sampai kemerahan. “Cukup. Kalian orang-orang tak punya hati.” Su Yin menangkap tangan pelayan yang menampar Cun Ning. Ia dorong hingga pelayan itu jatuh dan pinggangnya sakit. “Permaisuri Yin, engkau berani melawan perintah Selir Agung!” Gui Mama berbicara dengan nada tinggi pada seorang Putri Daerah. “Kau tahu barusan bicara dengan siapa? Pelayan, bawa Selir Cun masuk ke kamar dan panggilkan Ru Yi, sekarang!” Suara Su Yin mening

  • PERMAISURI YIN   81. Kabar Setengah Baik

    Su Yin menunggu sampai pelayan datang dan memberi tahu di mana Selir Cun tinggal. Bahkan hari ini Selir Cun tak datang ke ulang tahun kaisar karena sakit. Selir Cun memiliki seorang putra. Itu yang disebut pangeran keenam oleh Li Wei. Keberadaannya jarang diingat kaisar berkat kekejian Ming Hua. “Ayo kita ke sana.” Permaisuri Yin menuju istana yang paling jelek bahkan lebih dingin dari dapur milik Pangeran Kedua. “Oh my god, apa ini?” Dokter forensik itu melirik sampah dedaunan di depan istana. Pelayan mengetuk pintu, yang keluar seorang pangeran kecil. Tak lama kemudian pelayan lain datang membawa air hangat dan memberi hormat pada Permaisuri Yin. “Selir Cun ada?” “Ada, Nyonya ini siapa?” tanya pelayannya Selir Cun. “Lancang kau!” Pelayan Su Yin yang marah. “Sudah, santai, jangan marah-marah.” Su Yin menegur pelayannya. “Aku Permaisuri Yin, istri Pangeran Kedua, bisakah aku bertemu Selir Cun, seseorang menitipkan pesan padanya.” “Nyonya, maafkan hamba, tapi Selir Cun sedang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status