Share

PERMAISURI YIN
PERMAISURI YIN
Penulis: Rosa Rasyidin

1. Misteri di Pinggir Kota

Su Yin menatap langit kelabu di atas kota Shanghai yang sibuk. Sebagai seorang dokter forensik yang juga merangkap sebagai polisi, hari-harinya selalu penuh dengan teka-teki yang harus dipecahkan.

Sampai di usia yang hampir menginjak kepala empat ia belum juga memikirkan tentang pernikahan. Namun, semua pekerjaan ia tangani denngan baik dan kasus yang satu ini terasa berbeda.

Pagi itu, Su Yin menerima panggilan darurat. Seorang gadis muda ditemukan tewas di pinggir kota, tubuhnya tergeletak di antara semak-semak yang jarang dilalui orang. Su Yin segera bergegas ke lokasi kejadian, ditemani oleh rekan kerjanya, Officer Jimmi.

Setibanya di tempat kejadian, Su Yin langsung mengenakan sarung tangan lateks dan mulai memeriksa tubuh korban. Gadis itu tampak berusia sekitar dua puluh tahun, dengan rambut hitam panjang yang kusut dan wajah yang pucat. Tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik yang jelas, namun ada sesuatu yang aneh pada posisi tubuhnya.

“Jimmi, tolong ambilkan lampu senter,” pinta Su Yin sambil terus memeriksa tubuh korban.

Officer Jimmi segera menyerahkan senter dan Su Yin mulai memeriksa lebih teliti. Di pergelangan tangan gadis itu, terdapat bekas suntikan yang hampir tidak terlihat.

“Ini bukan overdosis biasa,” gumam Su Yin. “Ada sesuatu yang lebih di sini.” Jimmi mengangguk, “Kita harus membawa tubuhnya ke lab untuk pemeriksaan lebih lanjut.”

***

Di laboratorium forensik, Su Yin bekerja tanpa lelah. Dia memeriksa setiap detail, mencari petunjuk yang bisa mengungkap misteri kematian gadis itu.

Setelah beberapa jam, dia menemukan sesuatu yang mengejutkan. Di dalam darah korban, terdapat jejak zat kimia yang tidak biasa, sesuatu yang hanya bisa didapatkan melalui akses khusus. Di bagian tubuh yang lain pula di tempat yang amat sensitif ditemukan jejak pelecehan kelas berat.

“Ini bukan perbuatan satu orang” kata Su Yin kepada Jimmi. “Sepertinya kasus ini masih saling berkaitan dengan kasus bandar narkoba dua minggu yang lalu.” Jimmi menyimak ucapan seniornya. “Cari tahu siapa gadis ini dan mengapa dia menjadi target, sekarang!” perintah Su Yin amat jelas.

Wanita dengan tatapan mata tajam itu menatap tubuh gadis yang tergeletak dengan seksama. Ia tahu bahwa ini masih awal mula dari sebuah kasus yang rumit dan berbahaya. Namun, Su Yin siap menghadapi segala rintangan untuk menemukan kebenaran. Kasus besar seperti ini pasti melibatkan mafia dan organisasi anti pemerintah yang amat besar jaringannya.

***

Su Yin dan Jimmi mulai menyelidiki identitas gadis itu. Mereka menemukan bahwa namanya adalah Xu Chan, seorang mahasiswa jurusan keperawatan di universitas terkemuka Shanghai. Teman-temannya menggambarkan Xu Chan sebagai sosok yang pendiam dan tertutup

“Ini semakin aneh,” ucap Jimmi sambil memeriksa catatan Chan. “Tidak ada tanda-tanda bahwa dia terlibat dalam sesuatu yang berbahaya.”

Su Yin mengangguk. “Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan pribadinya. Mungkin ada sesuatu yang Chan sembunyikan.”

Mereka memutuskan untuk mengunjungi rumah susun di mana Chan tinggal. Di sana, mereka menemukan sebuah diary yang tersembunyi di bawah tempat tidurnya.

Diary itu penuh dengan catatan kesehatan yang sangat aneh. Sebuah catatan di mana ada kehidupan di masa lalu dan masa depan memiliki satu kesamaan.

“Dia sedang meneliti hal yang besar,” kata Su Yin sambil membalik halaman Diary. “Tapi apa?”

Jimmi menemukan sebuah foto yang diselipkan di antara halaman Diary. Foto itu menunjukkan Chan bersama seorang pria yang tidak dikenal.

“Siapa dia?” tanya Jimmi.

Su Yin memeriksa foto itu dengan seksama. “Kita harus menemukan pria ini. Dia mungkin tahu sesuatu tentang apa yang terjadi pada Chan.”

Penyelidikan mereka membawa mereka ke sebuah gudang rahasia di pinggiran kota. Di sana, mereka menemukan bukti bahwa Chan sedang bekerja pada sebuah proyek rahasia yang melibatkan obat-obatan terlarang yang berkolaborasi dengan sebuah ritual kuno.

Sebuah ritual yang telah lekang oleh zaman. Namun, sebelum mereka bisa menyelidiki lebih lanjut, mereka disergap oleh sekelompok pria bersenjata.

“Ini jebakan!” teriak Jimmi sambil menarik Su Yin ke belakang drum biru. Di dalam drum terdapat darah segar dan sudah beku. Terdengar beberapa kali suara tembakan.

Su Yin meraih pistol dan membalas tembakan. Mereka belum berhasil melarikan diri, tetapi mereka tahu bahwa bisa saja malam ini keduanya tewas. Su Yin mengirim pesan meminta bantuan.

“Kita harus berhati-hati,” kata Su Yin sambil mengatur napas. “Mereka tidak ingin kita menemukan kebenaran.”

“Tapi kita tidak bisa berhenti sekarang. Kita harus menemukan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Chan.”

Dengan tekad yang semakin kuat, Su Yin dan Jimmi mempertahankan diri. Mereka tahu bahwa mereka menghadapi musuh yang berbahaya, tetapi mereka tidak akan berhenti sampai mereka menemukan kebenaran walau taruhannya nyawa.

Su Yin dan Jimmi semakin terdesak. Bahkan peluru dalam pistol mereka telah habis. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun, pada saat yang sama, drum biru berisi darah segar itu tumpah hingga aroma anyirnya memenuhi ruangan.

“Bunuh mereka, sekarang!” perintah penjaga gudang.

Su Yin dan Jimmi angkat tangan tanda menyerah. Namun, kepala gudang tak mau ada kegagalan sama sekali. Atas perintahnya peluru ditembakkan. Hanya saja jelas sekali ada dinding gaib yang menjadi penghalang peluru mengenai keduanya.

“Apa ini?” tanya Su Yin ketika menyentuh penghalang tak kasat mata.

“Tidak ada banyak waktu, Nona, ayo kita lari dari sini.” Jimmi mengajak seniornya berlari.

Kaki Su Yin kotor karena noda darah yang tumpah di lantai. Beberapa ekor anjing mengejar mereka. Secara tak sengaja Su Yin dan Jimmi dipisahkan oleh tabir gaib itu. Jimmi mengatakan dari gerak bibir pada Su Yin agar terus berlari.

“Jimmi, Jimmi, pergi, pergiii!” teriak Su Yin ketika ada lima orang bertubuh besar ada di belakangnya.

Angin kencang mulai berembus sampai mendorong tubuh Su Yin sekian ratus meter jaraknya dan terpisah dari Jimmi. Ia berusaha berlari lagi tapi tubuh Su Yin mendadak kaku.

Pada saat yang sama, di atas pohon terdapat lonceng-lonceng tua digantung dan mulai bergoyang. Lonceng itu membuat kesadaran Su Yin hilang.

Dokter forensik tersebut roboh dan jatuh ke tanah. Perlahan ia menutup mata—mungkin untuk selama-lamanya atau sebentar saja. Darah yang ada di kaki mengakibatkan rumput terus tumbuh tinggi dan menutupi sekujur tubuh Su Yin.

Tubuh polisi wanita itu tak terlihat lagi oleh pandangan mata manusia biasa. Bahkan tak terendus oleh anjing pelacak. Lonceng terus berdentang tak keruan semakin lama semakin kencang diiringi oleh angin yang menusuk tulang.

Kesadaran Su Yin semakin hilang. Ia kini berada dalam dimensi baru, sebuah zaman di mana bukan tempatnya tinggal.

Bersambung …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status