Share

PENGKHIANATAN
PENGKHIANATAN
Author: Quilla Tsabita

Alasan

last update Last Updated: 2021-05-01 15:09:55

Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉

 

 

Hujan siang ini cukup deras, kebetulan hari weekend, suamiku tertidur dengan pulasnya. Kaila berada di dekapan Mas Sa'dan. 

 

"Makasih, ya, Mas. Kamu berarti buat kami. Jaga anakmu, Mas." 

 

Sapuan tanganku tak mampu mengalahkan pulasnya tidur Mas Sa'dan. Dia terlihat sangat menikmati hari di mana tidak lagi berurusan dengan pekerjaan kantor. 

 

Tiba-tiba ada sesuatu kusentuh di dekat kepala mas Sa'dan. 

 

"Hp? Mas, Mas. Saking capeknya, ya. Sampai lupa meletakkan hp di atas meja. Ntar kalau jatuh gimana?" 

 

Ada rasa pensaran, sejak kami menikah, aku tak lagi ngerecokin hp Mas Sa'dan. Aku yakin dia suami yang setia apalagi sudah ada Kaila. Kaila memperkuat ikatan kami. 

 

Sandinya ganti? Bukan lagi tanggal jadian kami. Bukan juga tanggal pernikahan kami. Akhirnya secara perlahan kuraih jari Mas Sa'dan. Kunci hp terbuka. Dan langsung berada di halaman chat. 

 

"Chat siapa ini? Mm mungkin urusan pekerjaan." 

 

Badanku mendadak gemetar saat melihat ada satu kata asing di sana. Bahkan sudah lama aku tak pernah mendengar kata-kata itu darinya. 

 

"Sayang?" 

 

Proses scroll pun berlanjut. Kugigit bibir bawahku agar Mas Sa'dan tak terbangun karena mendengar isak tangis. 

 

[Mas. Untuk tiga hari kedepan tolong jangan chat aku, ya.]

 

[Kenapa, Sayang? Kamu gak kangen sama aku?]

 

[Kangen dong, Mas. suamiku datang dari luar kota. Jadi aku takut dia tahu, bisa mati aku dibuatnya.]

 

[Yasudah. Tiga hari aja, ya.]

 

[Iya, Mas. Tenang, kamu tetap yang kusayang. Miss you.]

 

Mas Sa'dan membalas dengan stiker love. 

 

"Kenapa kamu khianati aku, Mas? Aku salah apa sama kamu." 

 

"Haruskan aku menggugat cerai? Tapi bagaimana nasib Kaila, aku tak ingin dia besar tanpa seorang ayah. Aku tak sanggup melukai hatinya." 

 

Tangan mas Sa'dan bergerak. Sesegera mungkin aku berusaha menghilangkan jejak. 

 

"Sekarang nikmati saja hari liburmu, Mas. Aku ikuti dulu permainanmu. Aku tak terima kamu perlakukan seperti ini. Padahal saat pacaran dulu, kamu bilang tak akan ada pengkhianatan di antara kita. Kenapa kamu tega, Mas?" Gertu ini hanya kupendam dalam hati. 

 

Semua akan pecah pada masanya, Mas. 

 

"Ren, aku lapar. Bisa ambilin aku makan nggak?" 

 

"Iya, Mas." 

 

Hati ini memang tersayat, tapi akan lebih tersayat jika aku dikendalikan amarah saat ini.

 

"Ini, Mas." 

 

"Lenganku ditindih kepala Kaila. Boleh suapin nggak?" 

 

"Iya, Mas." 

 

"Tumben banget kamu tak banyak bicara?" 

 

"Gak papa, Mas." 

 

Mas Sa'dan tak banyak protes lagi. Dia menikmati suap demi suap makanan yang kumasak spesial buat dia.

 

"Kenapa kamu balas dengan pengkhiatan yang sakitnya tak berbanding apapun, Mas?" 

 

"Jika aku mau, bukan hal yang sulit untuk membalas semuanya, Mas. Kaila, iya, Kaila. Aku harus bertahan demi dia." 

 

Diam adalah senjataku saat ini. Jika pun aku butuh menjerit, biar jerit itu hanya di hati. 

 

***

 

Tiga hari berjalan dengan cepat bahkan lebih cepat rasanya dari sambaran kilat. Aku menaruh curiga yang hampir bisa dikatakan mas Sa'dan sudah terbukti bersalah. Chat itu jelas bahkan tanpa kode-kodean. 

 

"Lihat saja apa yang hendak aku lakukan, Mas."

 

Pososiku sedang membuntuti suamiku, sengaja tak menggunakan mobil pribadi agar suamiku tak curiga. Bahkan dia pasti menggap aku menemani Kaila di sekolah. 

 

"Aku tak sebodoh yang kamu kira, Mas. Lihat saja, karena kamu bermain cantik denganku maka caraku tak kalah halus, Mas." 

 

Benar, mas Sa'dan berhenti di depan rumah yang kurasa itu bukan rumah kerabat kami. Keluarlah seorang wanita, hatiku semakin hancur saat melihat mas Sa'dan mencium kening perempuan itu. 

 

"Mas. Aku kecewa sama kamu mas." 

 

Inisiatifku mulai beraksi. 

 

"Hallo, Mas." 

 

"Iya, Ren? Ada apa?" 

 

"Mas, Kaila demam tinggi. Kamu di mana, Mas?" 

 

"Aku lagi rapat, Ren. Kamu bawa dulu Kaila ke rumah sakit ya." 

 

Sambungan telepon pun langsung dimatikannya. Sebelum itu, bukti panggilan juga foto mas Sa'dan kusimpan. Kini kesempatanku untuk mengumpulkan bukti sebanyak-banyaknya sebelum menyerang. 

 

"Oke, Mas. Kita tunggu siapa yang akan mengalah. Kamu yang mengakui kesahanmu dan meninggalkan kelakuan bejatmu. Atau aku mundur yang tentunya hak asuh Kaila harus jatuh di tanganku?"

 

"Kamu jahat, Mas."

 

 

***

"Haruskah kubuat kamu tiada berhasrat sama siapapun? Tega sekali kamu permainkan cintaku, Mas." 

"Mas! Putar balik." Perintahku pada sopir grab. 

"Oh, baik, Buk." 

"Percuma aku pergoki dia pagi ini, aku harus banyak mengumpulkan bukti. Bagaimanapun dia ayah dari anakku." 

"Mas! Ke sekolah Padika Kasih, ya, Mas." 

"Baik, Buk." 

"Sayaaang..."

Kaila lari berhamburan menyambutku. Dia alasan semangat ini. Alasan mengapa hati ini tak boleh lemah. 

"Bunda... Besok aku ada acara pertemuan wali murid. Aku pengen Ayah yang nemenin. Boleh, Bun?" 

"Iya. Boleh, Sayang. Tapi kalau Ayah tidak sibuk kerja, ya." 

"Asyiiik." 

"Dah... Belajar yang rajin, ya. Agar kelak jadi anak pandai dan sukses. Semangat!" 

Kaila masuk kelas. Aku punya kesempatan mencari informasi tentang Mas Sa'dan melalui Dewi. Dia teman seperjuanganku yang kini kerja sebagai salah satu staf di kantor Mas Sa'dan. Apa mungkin Mas Sa'dan selingkuh dengan sekretaris kantornya? 

[Dew... Sibuk, nggak?] Kulayangkan chat untuk Dewi. 

Drett... Drett... Dewi antusias dan langsung menelfonku. 

"Hallo, Ren. Gimana kabarmu?" 

"Alhamdulillah, Dew. Aku baik. Kamu sendiri?" 

"Alhamdulillah, aku juga baik." 

"Oiya, tumben kamu telfon aku sepagi ini? Ada apa?" 

"Ehem, gini Dew. Tapi jangan bilang siapa-siapa, ya." 

"Tenang, Ren. Ada apa? Ceritakan saja." 

"Mmm... Sebenarnya Mas Sa'dan kalau di kantor gimana sih, Dew?" 

"Ouh, Pak Sa'dan. Mm baik, terus kalau gimananya aku kurang paham sih, aku jarang ketemu dia pas makan siang, denger-denger lebih suka makan di luar gitu. Eh, maaf, Ren. Aku cuma bicara apa adanya." 

"Mm, iya, Dew. Gak papa kok, lagian memang aku  yang nanya, kan. Terus, kamu punya foto sekretaris Mas Sa'dan, nggak?" 

"Duh, kalau itu sih aku gak punya. Tapi kalau kamu butuh bisa aku fotoin kok." 

"Nah, boleh. Sore nanti bisa ketemu, nggak?" 

"Mmm.. Sore?. Bisa..." 

"Oke, sampai ketemu nanti, ya. Jangan lupa fotonya yang terpenting." 

"Sip."

Sedikit bisa bernapas lega. Aku harus mengatur strategi. Haruskah aku masih membahas cinta? Apa mungkin cinta Mas Ardan sudah lenyap?

"Perlahan aku yakin akan terungkap pengkhianatanmu, Mas. Satu persatu bukti akan kudapatkan." 

***

"Bundaaa..." 

"Mmm Sayangnya bunda sudah pulang? Gimana tadi, Nak?" 

"Aku dapat nilai tertinggi, Bun. Terus kata Bu Guru, jangan lupa besok wali murid harus datang."

  

"Iya, Sayang. Kita bilang ayah nanti, ya." 

"Bun, pengen ice cream." 

"Iya, Sayang. Kita beli ice cream, ya." 

Kugandeng tangan Kaila. Sekilas terlintas bayangan Mas Sa'dan tadi pagi. Dia menggandeng tangan wanita itu dengan penuh rasa percaya diri. Dengan lagak lelaki belum berisitri. 

"Bunda... Bunda kenapa menangis?" 

"Ehem.. Bunda gak papa, Sayang. Tadi kena debu." 

Kami pun menuju rumah. Kembali kupesan grab. 

***

"Assalamu'alaikum." 

"Ayaaaah..." 

Kaila memeluk ayahnya. Tetap pada posisiku saat ini kurasa lebih baik. Teringat ini sudah sore, dan ada janji dengan Dewi. Aku bergegas pamit pada Mas Sa'dan untuk keluar. 

"Mau ke mana, Ren?" 

"Ketemu Dewi, Mas." 

"Di mana? Mau Mas antar?" 

"Ouh, nggak. Enggak usah. Aku bisa sendiri kok."

  

"Kaila Sayang. Kaila sama Ayah dulu, ya. Bunda masih mau keluar bentar. Kaila mau oleh-oleh apa?" 

"Olehin Pizza, ya, Bun. Yang beeesar." 

Kaila menjawab dengan peraga tangannya. Kukecup dan usap keningnya sebelum berangkat. Mecium punggung tangan Mas Sa'dan. 

Mobil pun melaju, sudah tak sabar ingin tahu siapa dan seperti apa sekretaris Mas Sa'dan sekarang. Aku tahu sekretaris itu cantik-cantik, tapi jika cinta Mas Sa'dan benar-benar sejati mana mungkin dia akan berkhianat. 

***

"Ren."

Ternyata Dewi sudah datang lebih awal. Dia memanggilu dengan melambaikan tangannya. Aku tersenyum menghampirinya. 

"Unch... Maaf, ya. Sudah menunggu lama." 

"Ouh, enggak kok. Aku juga baru datang." 

"Oiya, nih aku sudah dapet foto yang kamu minta."

Dewi menyodorkan hpnya. Kuamati lekat-lekat foto itu. Wajahnya tidak sama dengan wanita yang kutemui sudah dijemput suamiku tadi pagi. Lalu siapa wanita itu. 

"Mmm makasih ya, Dew." 

"Sebanarnya ada apa sih, Ren? Ceritakan jika memang kamu perlu menceritakan." 

"Gak papa, Dew. Aku cuma minta tolong, ya. Kalau ada tingkah laku dari Mas Sa'dan yang nyeleneh, kamu langsung bilang aku. Plisss, bantu Aku, Dew." 

"Kamu curiga Pak Sa'dan selingkuh, ya?" 

"Iya, Dew. Sedangkan Aku terbatas untuk nyelidikin semua itu, Aku harus jaga Kaila." 

"Iya, Ren. Tenang, ya. InsyaAllah aku bantu. Kamu yang sabar ya. Semoga tidak terjadi apa-apa. Kasihan Kaila. Dia masih kecil." 

"Pagi tadi Aku pergoki Mas Sa'dan jemput seorang wanita. Dia beralasan meeting saat kutelfon padahal jelas di depan matau dia menggandeng seorang wanita." 

Related chapters

  • PENGKHIANATAN   Mencari Bukti

    Tak terasa mutiara jatuh melintasi pipiku. Hatiku menolak, Aku harus tegar. Apapun yang akan terjadi, harus siap kujalani. Dewi mengelus pundakku."Semoga kamu dilimpahi kelapangan, ya, Ren. Aku di sini akan berusaha membantumu semampuku. Saat aku susah kamu datang membantu memecahkan, kini aku bersamamu, Ren."Dewi memelukku erat."Aku belum cukup bukti, Mas. Tapi hatiku sakit dengan apa yang sudah kamu perbuat. Aku yakin sepandai-pandai tupai melompat lama-lama akan jatuh juga. Simpan rapat wanita simpananmu, Mas. Akan kubuat kamu menyesal karena melakukan itu padaku."Melihat penjual martabak dekat Indomart. Teringat Kaila, putriku. Dia sangat suka martabak. Kutepikan mobil."Mas! Martabaknya paket komplit, ya.""Baik. Silaka

    Last Updated : 2021-05-01
  • PENGKHIANATAN   Wanita itu?

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Mas! Sekarang di sekolah Kaila ada pertemuan wali murid. Kamu cepat datang ke sini, ya."Sesegera mungkin aku menelpon Mas Sa'dan, tak peduli dia mau beralasan meeting atau lainnya. Padahal kuyakin meeting itu hanya caranya untuk lolos dari tuntutanku."Adduh, Ren. Kenapa baru bilang? Aku

    Last Updated : 2021-05-01
  • PENGKHIANATAN   Labrak!!!

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Pembantu?"Mas Sa'dan kebingungan, mungkin dia merasa tak aman lagi untuk bisa menemui gundiknya. Aku sudah mengurus semuanya, bahkan tugas-tugasnya. Kini tinggal diri ini mengatur siasatku sendiri."Aku tak sepolos yang kamu pikir, Mas," gumamku dalam hati."Eum, iya, Mas. Kita pakai pembantu, ya. Biar bisa lebih banyak waktu buat Kaila dan Mama."Terpancar raut aneh dari wajah Mas Sa'dan. Namun dia mengalihkan dengan meraih roti dan mengoleskan coklat di atasnya. Pagi ini Aku berniat mulai menjalankan misiku sendiri. Tak enak juga jika Ak

    Last Updated : 2021-05-01
  • PENGKHIANATAN   Firasat

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉Laju kencang mobil adalah pelampiasanku sekarang. Entah sudah hilang akal atau bagaimana. Cinta ini terlalu suci dan susah payah dijaga, tapi ternyata salah satu di antara kami justru berkhianat, dan telah merobek hati dengan keji."Jika hati yang terluka, masih bisa dijahit, Mas. Tapi bagaimana jika kepercayaan yang pecah sanggupkah tuk dirajut kembali? Hatiku sakit, iya, terlampau sakit, Mas."Dalam pikiranku saat ini hanyalah bersiap, bersiap jika kenyataan pahit akan terjadi tanpa permisi. Jika Mas Sa'dan memutuskan untuk pergi. Laki-laki saat ditinggal pergi kebanyakan langsung mencari is

    Last Updated : 2021-05-01
  • PENGKHIANATAN   Penyesalan

    Aku diam, memegang pipi yang mungkin sudab merah akibat tamparan Mas Sa'dan."Ren. Kamu tidak mau memaafkan aku? Maafkan aku, Ren. Aku akui memang bersalah." Kata-kata itu terus diulanginya.Sontak terlintas Kaila di benakku. Membuat hati ini berontak dan memacu agar kuturunkan egoku. Bagaimana pun Kaila masih kecil, butuh kasih sayang ayahnya."Baik, Mas. Aku akan maafkan kamu. Tapi bersyarat. Iya, maaf bersyarat.""Baik, Ren. Apa itu? Sebutkan saja. Apapun itu akan aku lakukan.""Kamu harus berhenti dari perbuatan keji itu, ingat Kaila, Mas. Dia masih sangat kecil, dia butuh kekompakan kita dalam menyayanginya."Mas Sa'dan diam. Entah

    Last Updated : 2021-05-01
  • PENGKHIANATAN   Maaf?

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Apa itu yang menjadi alasanmu selama ini kenapa kamu tidak pernah memanggilku dengan panggilan khusus, Mas?!""Panggilan khusus? Panggilan khusus gimana, Ren?"Dor... dor... dor..., "Buka pintunya, Ren!""Jangan kira Aku tidak tahu panggilan apa yang kamu pakai untuk selingkuhanmu itu, Mas.""Dew! Aku benar-benar tidak ...""Ayah...!" suara Kaila memanggil Mas Sa'dan."Iya, Sayang?""Kenapa Ayah berdiri di depan pintu? Bunda mana?""Iya, Dan. Di mana istrimu? Kenapa mukamu tampat resah? Ada apa?""Ma! Maafin Sa'dan, Ma."Aku pun membuka pintu saat mendengar suara Mama. Mas Sa'dan berlutut di depan Mama dengan deru tangisnya. Rasa peduliku sudah hancur. Kura

    Last Updated : 2021-05-01
  • PENGKHIANATAN   Cerai?

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Ibuk? Boleh ikut saya ke ruangan? Atau Mas Sa'dan yang mau mewakili?" tukas Dokter Rio menoleh ke arahku kemudian ke arah Mas Sa'dan."Biar dia saja."Aku membuang muka dari Mas Sa'dan, segitu bencikah dia padaku? Kaila tidak bersalah, kenapa seakan begitu apatis tidak ingin tahu bagaimana perkembangan kondisi Kaila.Aku berjalan membuntuti dokter hingga ke ruangan. Kumasukkan surat dari Mas Sa'dan ke dalam tas."Silakan duduk, Buk.""Gimana, Dok?""Gini, Buk. Kaila mengalami penyakit gejala paru-paru. Untuk saat ini dia tidak sadarkan diri karena panas yang terlalu tinggi, mungkin sebentar lagi dia akan siuman namun masih akan sedikit sesak untuk bernapas. Semoga Ibuk diberi kesabaran, ya."

    Last Updated : 2021-05-01
  • PENGKHIANATAN   Ancaman

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Fan! Bisa enggak kalau Mama mertuaku dipindah untuk dirawat di rumahku saja? Eh, Dokter Alfan."Kututup mulutku, malu. Karena tidak memanggilnya dengan sebutan formal."Apaan sih, Ren. Sudah panggil Alfan saja. Aku tetap sahabatmu. Jadi tidak perlu panggil dokter atau apalah."Kami terkekeh bersama. Mama Anggi pun turut tersenyum mendengar ungkapan Alfan. Aku berjalan menuju tempar tidur Mama. Kemudian menukas, "Ma, gak papa, ya Mama dirawat di rumah dulu."Tiba-tiba mata Mama tampat berkaca-kaca. Aku gusar karena takut ada pernyataanku yang membuatnya tersinggung."Mama kenapa? Ada yang sakit, Ma?""Kamu sudah baik banget sama Mama. Padahal putra Mama yang sudah membuat kamu sakit."

    Last Updated : 2021-05-01

Latest chapter

  • PENGKHIANATAN   Sa'dan Dalam Incaran Polisi

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Awas ya. Kutunggu kamu di taman. Kalau sampe jam sembilan kamu tidak datang, tamat riwayatmu.""Loh, Mas. Kenapa jadi merembet ke mana-mana?... Mas ..."Mas Sa'dan menutup sambungan dengan tiba-tiba tanpa permisi atau minimalnya kata penutup. Aku terheran-heran dengan tingkahnya akhir-akhir ini.Tok... tok... tok..Suara ketukan yang diikuti dengan salam terdengar begitu jelas karena rumahku sedang sedikit penghuni. Aku pun bergegas menuju arah pintu, tiba-tiba Bi Marni nyamber lari mendahuluiku untuk membukakan pint

  • PENGKHIANATAN   Sebuah Ungkapan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉Pagi yang sangat cerah, kicau burung memantul dari luar rumah. Kuseruput teh hangat dengan keadaan hati sangat merasa bahagia, aku merasa lebih suka kesendirian tanpa suami ini dari pada harus sakit karena di dua.Dret...[Ren, aku harap kamu tidak menerima pinangan siapapun jika ada yang menginginkanmu untuk menjadi istrinya.]Aku tersenyum membaca pesan dari Dokter Alfan. Entah apa alasannya mengirim pesan ini. Ingin sekali menanyakannya namun kehabisan kata-kata untuk menjawabnya."Aku harus jawab apa?""Ada apa, Ren? Kel

  • PENGKHIANATAN   Dokter Alfan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Mmm... Rendangnya enak, Ma. Rena suka." Mama memandangiku di meja makan dengan raut yang sangat sumringah. Tatapannya penuh dengan tatapan kasih sayang. Aku pun menoleh ke arah Kaila yang berada di sampingku. Kesukannya adalah makan dengan daging saja, untuk sayur dan semacamnya dia tak begitu menyukainya."Kaila mau coba?"Kaila hanya menggeleng-gelengkan kepala saat aku menyodorkan sendok untuk menyuapi rendang. Mama terkekeh melihat tingkah Kaila."Bi. Mau ke mana?" Tegurku saat melihat Bi Marni mau ke belakang setelah menyiapkan

  • PENGKHIANATAN   Pembalasan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Ren! Kamu bakalan bahagia kalau sama aku, percaya deh. Gak akan kesepian, kantor pasti ada yang urus. Lebih-lebuh Kaila ..." celoteh Mas Sa'dan."Cukup, Mas!" gertakku menghentikannya. Atas dasar apa dia jadi sepintar ini dalam merangkai puisi-puisi bisu seperti ini. Kata-kata itu membuat panas telingaku. Sampah serapah tak berguna."Kenapa aku harus berhenti? Ucapanku buat kamu juga senang, bukan? Bukannya ini yang kamu inginkan? Kita rujuk dan akhirnya kita hidup bersama, Kaila bahagia kita pun bahagia. Kita buatkan adik untuk dia."

  • PENGKHIANATAN   Mantan Suami Keterlaluan

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Ma."Tak kuasa rasanya memanggil wanita di hadapanku dengan rasa panggilan berbeda. Biasanya aku memanggil sebagai mertua, namun sekarang mendadak beralih status menjadi orang tua kandung. Iya, ibu yang sudah melahirkanku. Memang kami terpisah sehingga Mama tak bisa memantau perkembanganku hingga dewasa, namun Mama selalu ada di hatiku. Bahkan pasti ada di hati ayah.

  • PENGKHIANATAN   Rujuk dan Rahasia

    Tok tok tokSuara pintu diketut dengan ucapan salam yang menyusul. Diketuk tiga kali dengan suara yang semakin keras."Wa'alaikumussalam, iya, sebentar."Aku tidak bisa begitu mengenali suara siapa karena sambil berjalan dari lantai dua rumahku. Menuruni tangga walau sudah biasa bagiku namun aku perlu keseimbangan. Tanggaku tidak tersedia pembatas bagian pinggir sehingga harus benar-benat fokus."Siapa ..."Laki-laki itu tersenyum dengan menyodorkan bunga. Apa maksudnya? Aku tak mempunyai gairah untuk menerima bunga itu. Padahal bunga anggrek adalah bunga uang sangat kusukai sebelum bunga mawar."Ada apa kamu datang ke sini?"Selama kami menjadi pasangan suami istri tidak pernah sekalipun Mas Sa'dan memberikan bunga. Lantas kenapa sekarang dia datang dengan begitu percaya diri bahwa aku akan menerima bunga darinya."Ren! Aku ingin

  • PENGKHIANATAN   Tes DNA

    "Ma, sini biar Rena bantu."Aku memapah wanita yang sudah kuanggap orang tuaku sekalipun sudah menjadi mantan mertuaku. Dia sudah cukup berumur sehingga untuk persendiannya tak heran jika sedikit mengalami gangguan. Untuk bangkit saja seperti memerlukan tenaga ekstra, wajahnya menahan dengan kerut dan senyum kecut."Ren! Kaila sudah tidur?""Iya, Ma. Baru saja dia minum obat, kayaknya memang ada obat yang memiliki efek menyegerakan tidur karena Kaila memang butuh banyak istirahat, Ma."Mama mengangguk dan kembali fokus di jal

  • PENGKHIANATAN   Hampir saja

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Kalau bisa Kaila jangan boleh main ke luar dulu, ya. Karena sangat beresiko buat kesehatan dirinya juga buat orang lain." Dokter Alfan memberitahu sembari nyodorkan obat yang harus dibeli di apotek untuk Kaila.Aku mengangguk pelan, melirik ke arah Kaila agar dia mencerna betul-betul apa yang ditukaskan dokter. Dia suka maksa untuk main keluar, maklum anak-anak tentunya sangat senang bermain apalagi di luar.Kubiarkan Kaila tiduran saja di kamar. Menyelimutinya dan menyarankan untuk istirahat."Jendela kamar harus sering dibuka saat pagi, ya. Agar udara segar bisa masuk.""Oh, baik, Dok.""Panggil Alfan saja."Aku mengikuti Alfan berniat untuk mengantarnya sampai depan. Di ruang tamu tiba-tiba dia berhenti.&nb

  • PENGKHIANATAN   Cemas

    Budayakan Subscribe dulu sebelum baca ya😉Suport dengan tekan tanda love di bawah ini😍 Jangan sungkan buat layangkan komentar😉"Kaila... Nak... Kaila..."Aku mencari-cari Kaila padahal tadi masih bersama Mas Sa'dan di ruangan depan Tv. Kenapa sekarang tidak ada? Ke mana mereka? Dengan segala kepanikanku akhirnya aku pun membuka telefon untuk menghubungi Mas Sa'dan."Mas! Kaila sama kamu?""Iya, kenapa? Gak boleh?""Jangan lama-lama.""Terserah aku dong. Kaila kan anakku juga.""Haloo Bundaaa... Aku jalan-jalan sama Ayah dulu, ya. Tadi pengennya jalan-jalan sama Bunda juga. Kata Ayah, Bunda masih jagain Oma.""Iya, Sayang. Gak papa. Jangan lama-lama, ya. Kamu kan masih harus banyak istirahat.""Iya, Bunda. Sayang, Bunda.""Bunda juga sayang Kaila. Hati-hati di jala

DMCA.com Protection Status