Share

PENGANTIN RAJA SAETAN
PENGANTIN RAJA SAETAN
Author: Ummi

BAB 1 FANG JIANHEENG

"Fang Wei, keluar kau!! Bayar hutangmu!!"

Deg!

Itu adalah suara paman Bao, preman yang menjaga klub malam di pasar.

Fang Jianheeng sontak keluar dari rumah-- menatap Bao dan beberapa anak buahnya dengan perasaan takut. Namun jika tidak dihadapi maka pintu rumah yang sudah reot itu sepertinya akan roboh jika terus digedor secara kasar seperti itu.

"Paman, ada apa?" tanya Fang Jianheeng pelan.

"Jianheeng, dimana ayahmu? Dia sudah membuat onar tadi malam!! Dia meminum banyak alkohol, dia berutang untuk judi, dan semua belum dibayar!!" kata Bao dengan kasar, ia bahkan berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuk Fang Jianheeng.

"Ayah masih belum sadar dari mabuknya, bisakah paman pulang dulu? Nanti ketika ayah sadar maka aku akan memberitahunya perihal hal ini," kata Fang Jianheeng lagi. Ia masih memegang kain lap di tangannya, sehingga ia bisa meremas kain itu untuk menghilangkan perasaan gugup.

"Aku bukan orang bodoh Jianheeng, jika ayahmu tau kami datang menagih hutang, maka ia pasti akan kabur lagi!!" kata Bao marah, ia bahkan ingin memukul wajah Fang Jianheeng kalau saja tidak mengingat soal moral memukul anak gadis.

"Cuih!" Bao bahkan meludah untuk menghilangkan rasa kesalnya itu. "Bangunkan ayahmu, kali ini ia harus melunasi hutangnya!!" katanya.

"Tapi paman, kami tidak punya uang," jawab Fang Jianheeng dengan pelan dan hampir tidak terdengar.

"Kau bicara apa?! Katakan dengan jelas anak bod*h!!" kata Fang Jianheeng dengan cara membentak.

Fang Jianheeng semakin gugup. "Baiklah paman, aku akan membangunkan ayahku!!" kata Fang Jianheeng, ia dengan ragu masuk ke dalam rumah, menggerakkan Fang Wei yang masih tertidur pulas.

"Ayah!! Bangunlah, ada paman Bao diluar, ia membawa beberapa orang untuk menagih hutangmu!!" kata Fang Jianheeng dengan suara pelan namun terdengar marah. Fang Jianheeng menggoncang tubuh ayahnya dengan keras, dan akhirnya membuahkan hasil. Fang Wei terbangun dan mengernyit begitu silau mengenai matanya.

"Jam berapa ini? Apa kau tidak pergi ke sekolah?" tanya Fang Wei.

"Ayah, ada paman Bao di luar rumah bersama beberapa orang untuk menagih hutang!!" kata Fang Jianheeng mengulang perkataannya.

Fang Wei terduduk, ia kemudian menatap Fang Jianheeng dengan tatapan takut, namun mau tak mau ia harus menghadapi preman-preman klub malam itu. Atau mereka pasti akan melakukan sesuatu yang pastinya akan merugikannya.

"Baiklah, serahkan urusan ini kepada ayah, dan kau bersiap untuk berangkat ke sekolah!!" kata Fang Wei dengan senyum yang dipaksakan.

"Benarkah, apa ayah punya uang untuk membayar mereka?" tanya Fang Jianheeng lagi.

"Ayah punya uang jadi kau pergilah lebih dulu agar tidak terkena masalah!!"

Fang Wei tampak meyakinkan.

Fang Jianheeng akhirnya mengangguk, ia percaya kali ini kepada ayahnya, ia tak melihat kebohongan dimata ayahnya. Sehingga Fang Jianheeng memutuskan untuk pergi ke sekolah.

"Paman Bao, aku pergi ke sekolah dulu!!" pamit Fang Jianheeng ketika ia akan melewati Bao yang sedang berhadapan dengan Fang Wei. Fang Wei hanya bisa tersenyum dan mengibaskan tangannya, meminta Fang Jianheeng untuk segera pergi.

Fang Jianheeng menunduk hormat dan mengendarai sepeda tuanya yang masih berguna. Sesampainya di sekolah, Fang Jianheeng langsung pergi ke toilet untuk mencuci muka dan menggosok gigi, mereka tak punya air dirumah sehingga Fang Jianheeng harus membersihkan dirinya di sekolah.

Seragam juga hanya punya 2 pasang, jika hari ini ia memakai seragam yang satunya, maka hari ini ia akan mencuci seragam lainnya dan menggantungnya di sekolah pula, besok ia akan mengganti seragamnya dengan yang telah bersih. Begitulah kehidupan miskin yang Fang Jianheeng jalani.

"Astaga, aku mencium bau!!" Mei Lan masuk ke dalam toilet bersama kedua temannya. Fung Jiao dan Jing Jili.

Fang Jianheeng tau, mereka menyindirnya, tiga gadis dengan gelar bunga sekolah itu selalu membullynya, mengatakan hal-hal yang selalu menyakiti hatinya. Namun Fang Jianheeng tak punya kuasa melawan, hanya menambah energi baru melawan genk bunga sekolah yang memiliki kehidupan berbeda dengan Fang Jianheeng, sehingga Fang Jianheeng selalu memutuskan untuk berdiam diri dan menutup telinganya.

"Benar bau apa ini!! Benar-benar menjijikkan!!" sahut Fung Jiao sembari menutup hidupnya.

"Ah!! Aku tau bau ini!!" kata Jing Jili. 

Ketiga gadis itu saling bertatapan seolah memberi kode untuk bersama-sama mengatakan apa yang sebenarnya ingin mereka katakan, "BAU KEMISKINAN!!" teriak ketiganya.

"Hahahaha!!" Bahkan tawa mereka terdengar sangat nyaring, hingga semua orang yang melewati toilet wanita di sekolah, pasti mendengar suara mengejek itu.

Fang Jianheeng langsung mengemas barangnya, dan bergegas keluar dari toilet wanita. Sudah ada beberapa orang di luar toilet, menatapnya dengan tatapan menghina, Fang Jianheeng hanya bisa menundukkan kepala dan pergi menjauh dari smeua tatapan itu.

"Kucel sekali dia, mengganggu pemandangan saja!!"

"Aku rasa dia sangat tidak pantas ada di sekolah kita!!"

"Kudengar dia masuk jalur beasiswa karena miskin!!"

"Wah benarkah, jadi uang kita sebagian untuk membiayai anak miskin itu!! Aku tidak rela!!'

Suara gunjingan selalu mengiringi hari-hari Fang Jianheeng, ia pun tidak ingin hidup miskin seperti ini, terkadang Fang Jianheeng ingin marah kepada takdirnya, tapi ia ingat pada seseorang yang pernah berkata kepadanya.

["Hidup itu harus penuh rasa syukur, jika kau bersyukur maka Yang Maha Kuasa akan menambah nikmatnya kepadamu."]

Jadi Fang Jianheeng mengusap air matanya dalam diam, ia tak ingin menjadi orang yang tak beryukur, lagipula kehidupannya tidak semenderita itu, ia masih bisa sekolah, masih punya tempat untuk pulang, meski hanya sekali sehari, namun ia masih bisa makan.

"Semangat Jianheeng!!" kata Fang Jianheeng kepada dirinya sendiri.

Dilewatinya waktu sekolah dan bekerjanya dengan baik.

Fang Jianheeng bahkan baru pulang saat Bibi Da Huanran, bos tempat Fang Jianheeng bekerja, mengingatkannya.

"Jianheeng, pulanglah!! Hari sudah beranjak malam, dan ini makanan untukmu..."

Sang bos pun memberikan sebungkus nasi beserta lauknya dan uang 10 tembaga.

"Bibi, ini sangat banyak!!" kata Fang Jianheeng tidak nyaman, baginya diberi makanan saja sudah bersyukur. Terlebih Bibi Huanran selalu memberinya bekal untuk dimakan di rumah.

"Kau harus membeli buku dan yang lainnya, jangan sampai kau tidak menyelesaikan sekolah, miskin boleh, bodoh jangan!!" kata bibi Huanran lagi, ia selalu menjadi tempat Fang Jianheeng mendapatkan nasehat.

"Terima kasih bibi, aku akan selalu mengingat nasehatmu!!" kata Fang Jianheeng dengan air mata yang tertahan, bahkan orang lain saja memikirkan masa depannya, ayahnya malah tidak terlalu perduli, kerjanya hanya mabuk-mabukan, berjudi dan menumpuk hutang.

"Cepatlah pulang!!" kata bibi Huanran sembari mengibaskan tangannya.

Fang Jianheeng mengangguk, ia mengayuh sepeda tuanya untuk kembali kerumah, hari ini Fang Jianheeng sangat senang, uang yang bibi Huanran berikan selalu ia tabung untuk bisa pergi dari kehidupan ayahnya. Jika diibaratkan uang tembaganya sudah senilai 10 logam emas, perlu waktu lama bagi Fang Jianheeng untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Ia bersabar dan sebentar lagi uangnya akan terkumpul banyak setidaknya hingga ia lulus sekolah.

"Ayah, aku pulang!!" teriak Fang Jianheeng, namun keadaan rumah dalam keadaan gelap. Memang mereka tidak memiliki lampu listrik seperti rumah lainnya, rumah Fang Jianheeng hanya diterangi lilin.

Namun keadaan ini membuat Fang Jianheeng merasa gelisah dengan firasat yang tidak baik menghampirinya.

"Ayah!!" panggil Fang Jianheeng lagi, bahkan suara dengkuran keras Fang Wei tidak terdengar sama sekali.

"Kreett...!!" Fang Jianheeng masuk ke dalam rumah dan mendapatkan rumahnya berantakan, seperti diobrak-abrik orang banyak.

Deg!


"Apa ada maling?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status