"Fang Wei, keluar kau!! Bayar hutangmu!!"
Deg!
Itu adalah suara paman Bao, preman yang menjaga klub malam di pasar.
Fang Jianheeng sontak keluar dari rumah-- menatap Bao dan beberapa anak buahnya dengan perasaan takut. Namun jika tidak dihadapi maka pintu rumah yang sudah reot itu sepertinya akan roboh jika terus digedor secara kasar seperti itu. "Paman, ada apa?" tanya Fang Jianheeng pelan. "Jianheeng, dimana ayahmu? Dia sudah membuat onar tadi malam!! Dia meminum banyak alkohol, dia berutang untuk judi, dan semua belum dibayar!!" kata Bao dengan kasar, ia bahkan berkacak pinggang dan menunjuk-nunjuk Fang Jianheeng. "Ayah masih belum sadar dari mabuknya, bisakah paman pulang dulu? Nanti ketika ayah sadar maka aku akan memberitahunya perihal hal ini," kata Fang Jianheeng lagi. Ia masih memegang kain lap di tangannya, sehingga ia bisa meremas kain itu untuk menghilangkan perasaan gugup. "Aku bukan orang bodoh Jianheeng, jika ayahmu tau kami datang menagih hutang, maka ia pasti akan kabur lagi!!" kata Bao marah, ia bahkan ingin memukul wajah Fang Jianheeng kalau saja tidak mengingat soal moral memukul anak gadis. "Cuih!" Bao bahkan meludah untuk menghilangkan rasa kesalnya itu. "Bangunkan ayahmu, kali ini ia harus melunasi hutangnya!!" katanya. "Tapi paman, kami tidak punya uang," jawab Fang Jianheeng dengan pelan dan hampir tidak terdengar. "Kau bicara apa?! Katakan dengan jelas anak bod*h!!" kata Fang Jianheeng dengan cara membentak. Fang Jianheeng semakin gugup. "Baiklah paman, aku akan membangunkan ayahku!!" kata Fang Jianheeng, ia dengan ragu masuk ke dalam rumah, menggerakkan Fang Wei yang masih tertidur pulas. "Ayah!! Bangunlah, ada paman Bao diluar, ia membawa beberapa orang untuk menagih hutangmu!!" kata Fang Jianheeng dengan suara pelan namun terdengar marah. Fang Jianheeng menggoncang tubuh ayahnya dengan keras, dan akhirnya membuahkan hasil. Fang Wei terbangun dan mengernyit begitu silau mengenai matanya. "Jam berapa ini? Apa kau tidak pergi ke sekolah?" tanya Fang Wei. "Ayah, ada paman Bao di luar rumah bersama beberapa orang untuk menagih hutang!!" kata Fang Jianheeng mengulang perkataannya. Fang Wei terduduk, ia kemudian menatap Fang Jianheeng dengan tatapan takut, namun mau tak mau ia harus menghadapi preman-preman klub malam itu. Atau mereka pasti akan melakukan sesuatu yang pastinya akan merugikannya. "Baiklah, serahkan urusan ini kepada ayah, dan kau bersiap untuk berangkat ke sekolah!!" kata Fang Wei dengan senyum yang dipaksakan. "Benarkah, apa ayah punya uang untuk membayar mereka?" tanya Fang Jianheeng lagi. "Ayah punya uang jadi kau pergilah lebih dulu agar tidak terkena masalah!!"Fang Wei tampak meyakinkan.
Fang Jianheeng akhirnya mengangguk, ia percaya kali ini kepada ayahnya, ia tak melihat kebohongan dimata ayahnya. Sehingga Fang Jianheeng memutuskan untuk pergi ke sekolah. "Paman Bao, aku pergi ke sekolah dulu!!" pamit Fang Jianheeng ketika ia akan melewati Bao yang sedang berhadapan dengan Fang Wei. Fang Wei hanya bisa tersenyum dan mengibaskan tangannya, meminta Fang Jianheeng untuk segera pergi. Fang Jianheeng menunduk hormat dan mengendarai sepeda tuanya yang masih berguna. Sesampainya di sekolah, Fang Jianheeng langsung pergi ke toilet untuk mencuci muka dan menggosok gigi, mereka tak punya air dirumah sehingga Fang Jianheeng harus membersihkan dirinya di sekolah.Seragam juga hanya punya 2 pasang, jika hari ini ia memakai seragam yang satunya, maka hari ini ia akan mencuci seragam lainnya dan menggantungnya di sekolah pula, besok ia akan mengganti seragamnya dengan yang telah bersih. Begitulah kehidupan miskin yang Fang Jianheeng jalani.
"Astaga, aku mencium bau!!" Mei Lan masuk ke dalam toilet bersama kedua temannya. Fung Jiao dan Jing Jili. Fang Jianheeng tau, mereka menyindirnya, tiga gadis dengan gelar bunga sekolah itu selalu membullynya, mengatakan hal-hal yang selalu menyakiti hatinya. Namun Fang Jianheeng tak punya kuasa melawan, hanya menambah energi baru melawan genk bunga sekolah yang memiliki kehidupan berbeda dengan Fang Jianheeng, sehingga Fang Jianheeng selalu memutuskan untuk berdiam diri dan menutup telinganya. "Benar bau apa ini!! Benar-benar menjijikkan!!" sahut Fung Jiao sembari menutup hidupnya. "Ah!! Aku tau bau ini!!" kata Jing Jili. Ketiga gadis itu saling bertatapan seolah memberi kode untuk bersama-sama mengatakan apa yang sebenarnya ingin mereka katakan, "BAU KEMISKINAN!!" teriak ketiganya. "Hahahaha!!" Bahkan tawa mereka terdengar sangat nyaring, hingga semua orang yang melewati toilet wanita di sekolah, pasti mendengar suara mengejek itu. Fang Jianheeng langsung mengemas barangnya, dan bergegas keluar dari toilet wanita. Sudah ada beberapa orang di luar toilet, menatapnya dengan tatapan menghina, Fang Jianheeng hanya bisa menundukkan kepala dan pergi menjauh dari smeua tatapan itu. "Kucel sekali dia, mengganggu pemandangan saja!!" "Aku rasa dia sangat tidak pantas ada di sekolah kita!!" "Kudengar dia masuk jalur beasiswa karena miskin!!" "Wah benarkah, jadi uang kita sebagian untuk membiayai anak miskin itu!! Aku tidak rela!!' Suara gunjingan selalu mengiringi hari-hari Fang Jianheeng, ia pun tidak ingin hidup miskin seperti ini, terkadang Fang Jianheeng ingin marah kepada takdirnya, tapi ia ingat pada seseorang yang pernah berkata kepadanya. ["Hidup itu harus penuh rasa syukur, jika kau bersyukur maka Yang Maha Kuasa akan menambah nikmatnya kepadamu."] Jadi Fang Jianheeng mengusap air matanya dalam diam, ia tak ingin menjadi orang yang tak beryukur, lagipula kehidupannya tidak semenderita itu, ia masih bisa sekolah, masih punya tempat untuk pulang, meski hanya sekali sehari, namun ia masih bisa makan. "Semangat Jianheeng!!" kata Fang Jianheeng kepada dirinya sendiri.Dilewatinya waktu sekolah dan bekerjanya dengan baik.
Fang Jianheeng bahkan baru pulang saat Bibi Da Huanran, bos tempat Fang Jianheeng bekerja, mengingatkannya.
"Jianheeng, pulanglah!! Hari sudah beranjak malam, dan ini makanan untukmu..."
Sang bos pun memberikan sebungkus nasi beserta lauknya dan uang 10 tembaga.
"Bibi, ini sangat banyak!!" kata Fang Jianheeng tidak nyaman, baginya diberi makanan saja sudah bersyukur. Terlebih Bibi Huanran selalu memberinya bekal untuk dimakan di rumah.
"Kau harus membeli buku dan yang lainnya, jangan sampai kau tidak menyelesaikan sekolah, miskin boleh, bodoh jangan!!" kata bibi Huanran lagi, ia selalu menjadi tempat Fang Jianheeng mendapatkan nasehat.
"Terima kasih bibi, aku akan selalu mengingat nasehatmu!!" kata Fang Jianheeng dengan air mata yang tertahan, bahkan orang lain saja memikirkan masa depannya, ayahnya malah tidak terlalu perduli, kerjanya hanya mabuk-mabukan, berjudi dan menumpuk hutang.
"Cepatlah pulang!!" kata bibi Huanran sembari mengibaskan tangannya.
Fang Jianheeng mengangguk, ia mengayuh sepeda tuanya untuk kembali kerumah, hari ini Fang Jianheeng sangat senang, uang yang bibi Huanran berikan selalu ia tabung untuk bisa pergi dari kehidupan ayahnya. Jika diibaratkan uang tembaganya sudah senilai 10 logam emas, perlu waktu lama bagi Fang Jianheeng untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Ia bersabar dan sebentar lagi uangnya akan terkumpul banyak setidaknya hingga ia lulus sekolah.
"Ayah, aku pulang!!" teriak Fang Jianheeng, namun keadaan rumah dalam keadaan gelap. Memang mereka tidak memiliki lampu listrik seperti rumah lainnya, rumah Fang Jianheeng hanya diterangi lilin.
Namun keadaan ini membuat Fang Jianheeng merasa gelisah dengan firasat yang tidak baik menghampirinya.
"Ayah!!" panggil Fang Jianheeng lagi, bahkan suara dengkuran keras Fang Wei tidak terdengar sama sekali.
"Kreett...!!" Fang Jianheeng masuk ke dalam rumah dan mendapatkan rumahnya berantakan, seperti diobrak-abrik orang banyak.
Deg!
"Apa ada maling?"
"Apa ada maling?"Fang Jianheeng seketika teringat dengan uang tabungan yang ia simpan di dalam kotak dan berada di bawah lemari bajunya.Dan benar saja kotak tabungannya sudah terbuka dengan uang tembaga yang ia tabung selama bertahun-tahun lenyap tak berbekas. Hanya ada sepucuk surat di atasnya.[Jianheeng anakku sayang... Maafkan ayah, ayah pinjam uangmu!! Nanti jika kembali ayah akan ganti berkali-kali lipat!! Ayah tau ayah tidak berguna dan tidak bisa diandalkan, kali ini ayah akan mencari cara untuk mengembalikan kehidupan kita agar lebih nyaman, karena itu ayah pinjam dulu uangmu!! Anakku, hiduplah dengan giat dan gigih seperti namamu!!]Srak! Fang Jianheeng meremas kuat surat tersebut dan menyobeknya untuk menghilangkan seluruh amarah yang kini membuncah di dadanya. Bagaimana bisa ayahnya mencuri uang yang sudah susah payah ia kumpulkan? Tetesan air mata membasahi pipi Fang Jianheeng, ia menangis sekuat tenaga karena marah, karena tidak berdaya!! "Apa aku harus mati saj
"Uuuggghhh!!" Rasa sakit di kepala karena terbentur saat jatuh membuat Fang Jianheeng memegangi kepalanya, ia melihat ke sekitar namun tatapannya masih buram. "Kau sudah sadar?" tanya Bibo dengan tubuh manusianya sebagai gadis muda yang terlihat dewasa dengan wajah yang tajam. "Mengapa kau bertanya, sudah jelas dia sadar sekarang!!" kata Sisu dengan tatapan kesal ke arah Bibo, Sisu memiliki tubuh gadis cantik muda dengan tatapan ceria. "Aku di mana?" tanya Fang Jianheeng, ia menatap Bibo dan Sisu bergantian. "Apa... Kalian siluman?" tanya Fang Jianheeng lagi. Karena mustahil rasanya ada dua orang wanita cantik yang mampu bertahan hidup di dalam hutan yang terkenal dengan penghuni siluman dan monsternya. "Kau dirumah kami dan mengapa pertanyaanmu seperti itu? Apa kami terlihat seperti siluman?" tanya Bibo dengan nada sinis. Ia sudah menampakkan sosok manusianya yang cantik tapi masih dikira siluman, ingin rasanya Bibo menjitak kepala gadis muda di depannya. "Tidak, kalian sangat c
"Hei Bibo, mau kemana kalian? Siapa gadis itu?" salah satu siluman ular dengan sosok pria bertanya karena ia belum pernah melihat Fang Jianheeng. Fang Jianheeng hanya bisa menunduk dan tidak banyak bicara. "Haish!! Jangan kepo!!" sahut Sisu, mereka sampai di perkampungan siluman ular, ingin lewat jalur lain, namun Bibo maupun Sisu khawatir jika bertemu monster. Mau tak mau mereka lewat perkampungan, tak perlu khawatir karena Fang Jianheeng sudah diolesi darah Bibo, sehingga tidak akan ada yang curiga. Kecuali jika mereka sial bertemu siluman dengan kekuatan yang tinggi. Karena hanya siluman berkekuatan tinggi yang bisa mencium aroma manusia meski sudah dimanipulasi dengan darah Bibo sekalipun. "Haish!! Jangan bersikap sejahat itu padaku, apa kalian sudah makan? Aku tadi menangkap rusa cukup besar," kata siluman ular dengan sosok pria itu, namanya Osan. Pria ular itu menyukai Bibo sudah lama. Namun Bibo adalah siluman ular tercantik yang cukup populer dan sulit didekati, sehingga t
Fang Jianheeng meraba setiap dinding gua yang dingin, dari luar gua ini terlihat seperti gua biasa, namun begitu memasukinya Fang Jianheeng melihat beberapa perabotan rumah yang dimiliki oleh manusia. Nyatanya para siluman adalah keturunan dari manusia yang bekerja sama dengan alam Jien untuk mendapatkan kekuatan dan keabadian namun masih bisa mati jika dibunuh. Mereka hanya tidak menua dan tidak mengalami sakit seperti sakitnya manusia. "Rumah persembunyian kalian sangat bagus, tidak kalah bagus dari rumah utama kalian," kata Fang Jianheeng senang. "Kau anak yang ceria jika tersenyum seperti itu," kata Sisu, membuat rona merah di wajah Fang Jianheeng muncul. "Aku merasa nyaman karena kalian tidak seperti mereka yang selama ini kutemui, kalian tidak mencemoohku," sahut Fang Jianheeng sembari menggigit bibirnya menyesali apa yang baru saja ia ceritakan. "Aku senang kalau kau merasa nyaman dengan kami, kau harus seperti itu hingga selesai membantu kami!!" sahut Bibo lagi, namun kali
Raja Saetan memang memiliki rumor yang sangat luar biasa, tampan, kuat dan jahat. Mahluk yang paling berkuasa di alam Jien itu, sangat sulit untuk ditemui, terlebih hanya siluman seperti Bibo maupun Sisu. Oleh karena itu Sisu takkan menyia-nyiakan kesempatan yang datang untuknya dan kakaknya. "Raj~a... Ampu~ni aku!!" kata Sisu dengan mulut tercekat, Bibo geram dan ingin marah namun ia tak berani melakukan apapun, pikirannya bekerja cepat agar nyawa Sisu bisa selamat, Bibo bahkan sempat melirik ke arah Fang Jianheeng yang sedang terbatuk selepas dari cengkraman Raja Saetan. "Ampuni kami Raja!! Wanita itu terikat karena kutukan yang ditujukan kepadamu, menurut leluhur kami, kau tidak bisa membunuhnya hingga cara melepaskan kutukanmu ditemukan!!" kata Bibo bergetar masih dalam posisi berlutut. "Brugh!!" Raja Saetan melepaskan cekikannya dari Sisu, Sisu terbatuk karena Raja Saetan begitu kuat, terlambat sedikit saja nyawa Sisu akan melayang. Raja Saetan menatap Bibo yang masih
"Fang Jianheeng, apa kamu tidak berganti baju? Maaf, tidak bermaksud menyinggungmu, tetapi bajumu tercium bau busuk, aku membawa seragam bekas kakak perempuanku yang dulu sekolah di sini, aku jamin baju ini masih layak dipakai." kata Gu Liang, ketua kelas yang sangat diistimewakan karena ia adalah anak dari salah satu dewan sekolah sekaligus donatur di sekolah mereka. Salah satu murid laki-laki yang memiliki banyak fans wanita di luar sekolah, bertubuh atletis, dengan wajah tampan yang membuat siapapun terpesona kepadanya.Fang Jianheeng menatap baju itu, ia merasa aneh dengan kebaikan ketua kelas yang selama ini terlihat tidak peduli padanya. "Apa tidak masalah kamu memberikan baju ini? Lihatlah, bahkan sekarang kamu jadi perhatian teman sekelas karenaku..." kata Fang Jianheeng lagi, Gu Liang berbalik dan benar semua murid menatapnya namun buru-buru berbalik ketika melihat tatapan Gu Liang, tak ada yang berani cari masalah dengan murid istimewa."Terserah kamu mau pakai atau tidak!
Fang Jianheeng mengernyit tak percaya dengan kata-kata Raja Saetan barusan, bukankah pria itu akan membunuhnya jika memiliki kesempatan dan sekarang ia si Raja Saetan memintanya untuk bersandar kepadanya? "Kau bercanda!!" kata Fang Jianheeng kesal, namun ia masih menahan nada yang ia ucapkan. "Aku adalah Raja Saetan!! Aku tak pernah bercanda dengan kata-kataku!!" desis Raja Saetan, ia tak suka cara Fang Jianheeng menatapnya. Terlebih apa yang Fang Jianheeng katakan di dalam hati, nampak jelas terlihat dari sorot matanya. "Ya... Baiklah," "Kau hanya akan mengatakan itu?" "Hmm... Sekarang boleh aku pergi?" tanya Fang Jianheeng lagi. Raja Saetan hanya mengibaskan tangannya, memperbolehkan Fang Jianheeng untuk pergi. Lagipula kekuatannya sangat terbatas di pagi hari. Setidaknya Fang Jianheeng tau kalau gerak-geriknya terpantau oleh Raja Saetan, ia harus berhati-hati mulai sekarang. "Fang Jianheeng!! Mengapa terlambat masuk?" Guru Shaoxan adalah guru matematika yang s
Rumah Fang Jianheeng dipenuhi oleh beberapa tetangga yang bahkan tidak pernah menegur Fang Jianheeng. Mereka bahkan tidak sadar dengan kedatangan Fang Jianheeng yang langsung memarkir sepedanya di samping rumah. Fang Jianheeng mendekat, apa yang sebenarnya mereka lihat? "Lucu sekali, lihatlah dengan wajah marah saja bayi ini terlihat tampan!!" kata Bibi Lee Dam, ia tinggal agak jauh dari rumah Fang Jianheeng, karena posisi rumah Fang Jianheeng yang berada agak ke pinggir desa dan jauh dari perumahan lainnya. "Benar, aku tak menyangka kalau anak ini kehilangan orangtuanya, sungguh kasihan!!" sahut bibi Lao Shan. "Astaga, kalian ini terlalu lugu, aku curiga anak ini anak Jian!! Lihatlah ia terlihat mirip!!" tuduh bibi Bora Yue dengan wajah nyinyirnya. "Dia bukan anakku!!" Fang Jianheeng langsung muncul dan melihat bayi Raja Saetan sedang berada di pangkuan Sisu dan dikerumuni para tetangga. "Bibi, kau bicara sembarangan!! Bagaimana bisa kau menuduh seperti itu?" Bib