Share

BAB 4 KAMPUNG SILUMAN

"Hei Bibo, mau kemana kalian? Siapa gadis itu?" salah satu siluman ular dengan sosok pria bertanya karena ia belum pernah melihat Fang Jianheeng. Fang Jianheeng hanya bisa menunduk dan tidak banyak bicara.

"Haish!! Jangan kepo!!" sahut Sisu, mereka sampai di perkampungan siluman ular, ingin lewat jalur lain, namun Bibo maupun Sisu khawatir jika bertemu monster. Mau tak mau mereka lewat perkampungan, tak perlu khawatir karena Fang Jianheeng sudah diolesi darah Bibo, sehingga tidak akan ada yang curiga. Kecuali jika mereka sial bertemu siluman dengan kekuatan yang tinggi. Karena hanya siluman berkekuatan tinggi yang bisa mencium aroma manusia meski sudah dimanipulasi dengan darah Bibo sekalipun.

"Haish!! Jangan bersikap sejahat itu padaku, apa kalian sudah makan? Aku tadi menangkap rusa cukup besar," kata siluman ular dengan sosok pria itu, namanya Osan. Pria ular itu menyukai Bibo sudah lama. Namun Bibo adalah siluman ular tercantik yang cukup populer dan sulit didekati, sehingga tak heran banyak siluman ular yang mencoba menarik perhatiannya.

Sisu juga cantik dan tidak kalah populer, hanya saja semua siluman tau kalau Sisu sudah memiliki kekasih siluman ular pria, seorang siluman petarung yang berjaga di perbatasan kampung siluman ular.

"Kami sudah makan Osan, pergilah jangan mengganggu karena aku sedang ada urusan!!" sahut Bibo dengan dingin, Osan tak marah karena semakin dingin Bibo, maka semakin cantik dirinya di mata Osan.

"Urusan apa? Apa perlu kubantu?" tanya Osan lagi sembari mengiringi Bibo, Sisu dan Fang Jianheeng yang sedang menyamar.

"Kau akan membantu dengan cara tidak mengganggu!! Pergilah Osan!!" kata Sisu lagi, Bibo bahkan menatap Osan tajam. Memberi peringatan agar Osan tidak mengikuti mereka lagi, membuat Osan akhirnya menyerah dan berhenti mengikuti mereka.

"Baiklah... Baiklah... Aku pergi, kalau perlu bantuanku, panggil saja nanti!!" kata Osan mengangkat kedua tangannya, mengerlingkan mata sebelum benar-benar pergi menjauh.

Bibo hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan Osan, sedangkan ia mendapati Fang Jianheeng menatapnya dengan tatapan takjub.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Bibo.

Fang Jianheeng tersenyum dengan canggung karena kedapatan menatap Bibo, "kau begitu cantik, jadi aku paham mengapa para pria menyukaimu..." kata Fang Jianheeng.

"Kau juga cantik, pasti banyak pria yang menyukaimu," sahut Sisu.

Fang Jianheeng menggeleng pelan, "tidak ada yang menyukai gadis miskin sepertiku, mereka hanya menatapku seperti..."

Fang Jianheeng menggantung kata-katanya, karena ia ingat betul setiap perlakuan setiap orang kepadanya,"seperti sampah yang mengganggu," lanjut Fang Jianheeng hampir tak terdengar.

Bibo memutar bola matanya jengah, ia tau sifat dasar manusia memang suka meremehkan manusia lainnya. "Jangan pedulikan penilaian mereka karena sebenarnya kau sangat berharga, terlebih dengan takdir yang kau punya, merekalah yang sebenarnya sampah!!" kata Bibo, mendengar itu setetes air mata jatuh membasahi pipi Fang Jianheeng, baru kali ini ada yang menghiburnya seperti itu. Takdir yang ia miliki sangat menyedihkan, namun Bibo mengatakan seolah-olah ia memiliki takdir yang baik. Ah, nyatanya malah seorang siluman lebih menghargainya ketimbang sesama manusia.

"Mengapa kau menangis?" tanya Sisu heran.

Fang Jianheeng kembali tersenyum dan mengusap air mata itu, "aku kelilipan!!" sahut Fang Jianheeng.

Bibo maupun Sisu percaya dan hanya mengangguk pelan, tak lama setelah itu mereka sampai di perbatasan kampung siluman ular, Mo-ar kekasih Sisu datang menghampiri begitu melihat kekasihnya dari kejauhan.

"Kalian mau kemana?" tanya Mo-ar, meskipun Mo-ar kekasihnya, ada beberapa hal yang tidak akan Sisu bagi selain kepada kakaknya Bibo.

"Kami akan pergi ke gunung keabadian, apa kami boleh lewat? Ada urusan penting, ini keluargaku Ji-an!!" kata Sisu, ia memegangi tangan kekasihnya itu dengan mata berkedip menggoda.

"Apa urusan itu sangat penting? Karena beberapa akhir-akhir ini banyak Pendekar maupun monster berkeliaran di sekitar sini." jelas Mo-ar.

"Sangat penting!! Tenanglah sayang, kau tau jika ilmu kami cukup untuk mengalahkan para monster dan pendekar-pendekar itu, lagipula ini adalah jalan terdekat menuju gunung keabadian. Boleh ya?" kata Sisu lagi, kali ini ia memperlihatkan wajah lebih imut untuk merayu kekasihnya itu.

"Baiklah, tapi tolong jaga dirimu, jangan terjadi sesuatu yang membuatku khawatir, kau bisa mengirimkan sinyal jika kalian berada dalam masalah, oke?"

"Oke!!" Sisu mencium pipi Mo-ar dengan cepat membuat Bibo berdecak kesal melihat kemesraan adiknya itu.

"Hei cepatlah!!" kata Bibo.

Pintu gerbang dibuka, mereka keluar dan dengan cepat pergi menuju gunung keabadian. Setiap desa siluman terdapat batasan antara siluman lainnya, mereka membuat pagar tinggi untuk berjaga dari serangan siluman lain yang ingin berebut kawasan. Selain itu mereka juga menjaga diri dari para pendekar yang hanya ingin mengetes kemampuan maupun dari para monster yang suka berburu apa saja.

Ada 4 klan siluman terbesar di dalam hutan terlarang, masing-masing dari klan siluman itu menduduki wilayah barat klan siluman Srigala, timur klan siluman rubah ekor sembilan, utara klan siluman harimau dan selatan klan siluman ular.

Sementara pertengahan hutan adalah tempat untuk berbagai macam siluman berkumpul untuk melakukan perundingan dan di isi oleh beberapa siluman yang tidak memiliki klan.

Lokasi para siluman tidak bisa terlihat oleh mata manusia biasa, hanya beberapa pendekar dan manusia terpilih yang mampu melihat tempat para siluman. Lagipula para siluman sudah memagari area mereka dengan ilusi. Sehingga membuat para pendekar dengan ilmu yang rendah tidak bisa melihat kota siluman.

"Kita harus cepat dan bergerak dengan hati-hati, jangan sampai bertemu dengan pendekar!!" kata Bibo, ia tak terlalu mencemaskan monster karena yang lebih menganggu adalah para pendekar, terlebih jika pendekar itu berilmu cukup tinggi.

"Aku tidak bisa bergerak secepat kalian," sahut Fang Jianheeng buru-buru mengejar Bibo maupun Sisu yang bergerak seperti terbang.

"Haish!! Aku lupa kalau kau manusia!!" kata Bibo, ia yang bertubuh tinggi langsung menggendong Fang Jianheeng dan bergerak dengan cepat. Mereka melompati pohon demi pohon agar bisa sampai dengan cepat ke gunung keabadian.

Mata Fang Jianheeng berbinar, bukan takut yang ia rasakan ketika Bibo membawanya terbang, malah perasaan senang dan seperti bebas. Baru kali ini ia merasakan keajaiban seperti terbang. Mereka bahkan melewati beberapa pagar tinggi, lebih tinggi daripada pohon-pohon yang mereka lewati, terdapat suara dari dalam pagar tinggi itu.

"Tempat apa itu?" tanya Fang Jianheeng.

"Itu kampung tengah, kampung campuran yang disinggahi semua ras siluman!!" kata Sisu.

Mereka lalu singgah ke sebuah gua dekat air terjun, tempat persembunyian lain Bibo dan Sisu ketika menjelajahi hutan. Fang Jianheeng terpesona dengan tampilan gua yang sudah terlihat seperti rumah itu.

"Kita dimana?" tanya Fang Jianheeng lagi.

"Rumah persembunyian kami," sahut Bibo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status