"Hei Bibo, mau kemana kalian? Siapa gadis itu?" salah satu siluman ular dengan sosok pria bertanya karena ia belum pernah melihat Fang Jianheeng. Fang Jianheeng hanya bisa menunduk dan tidak banyak bicara.
"Haish!! Jangan kepo!!" sahut Sisu, mereka sampai di perkampungan siluman ular, ingin lewat jalur lain, namun Bibo maupun Sisu khawatir jika bertemu monster. Mau tak mau mereka lewat perkampungan, tak perlu khawatir karena Fang Jianheeng sudah diolesi darah Bibo, sehingga tidak akan ada yang curiga. Kecuali jika mereka sial bertemu siluman dengan kekuatan yang tinggi. Karena hanya siluman berkekuatan tinggi yang bisa mencium aroma manusia meski sudah dimanipulasi dengan darah Bibo sekalipun. "Haish!! Jangan bersikap sejahat itu padaku, apa kalian sudah makan? Aku tadi menangkap rusa cukup besar," kata siluman ular dengan sosok pria itu, namanya Osan. Pria ular itu menyukai Bibo sudah lama. Namun Bibo adalah siluman ular tercantik yang cukup populer dan sulit didekati, sehingga tak heran banyak siluman ular yang mencoba menarik perhatiannya. Sisu juga cantik dan tidak kalah populer, hanya saja semua siluman tau kalau Sisu sudah memiliki kekasih siluman ular pria, seorang siluman petarung yang berjaga di perbatasan kampung siluman ular. "Kami sudah makan Osan, pergilah jangan mengganggu karena aku sedang ada urusan!!" sahut Bibo dengan dingin, Osan tak marah karena semakin dingin Bibo, maka semakin cantik dirinya di mata Osan. "Urusan apa? Apa perlu kubantu?" tanya Osan lagi sembari mengiringi Bibo, Sisu dan Fang Jianheeng yang sedang menyamar. "Kau akan membantu dengan cara tidak mengganggu!! Pergilah Osan!!" kata Sisu lagi, Bibo bahkan menatap Osan tajam. Memberi peringatan agar Osan tidak mengikuti mereka lagi, membuat Osan akhirnya menyerah dan berhenti mengikuti mereka. "Baiklah... Baiklah... Aku pergi, kalau perlu bantuanku, panggil saja nanti!!" kata Osan mengangkat kedua tangannya, mengerlingkan mata sebelum benar-benar pergi menjauh. Bibo hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan Osan, sedangkan ia mendapati Fang Jianheeng menatapnya dengan tatapan takjub. "Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Bibo. Fang Jianheeng tersenyum dengan canggung karena kedapatan menatap Bibo, "kau begitu cantik, jadi aku paham mengapa para pria menyukaimu..." kata Fang Jianheeng. "Kau juga cantik, pasti banyak pria yang menyukaimu," sahut Sisu. Fang Jianheeng menggeleng pelan, "tidak ada yang menyukai gadis miskin sepertiku, mereka hanya menatapku seperti..." Fang Jianheeng menggantung kata-katanya, karena ia ingat betul setiap perlakuan setiap orang kepadanya,"seperti sampah yang mengganggu," lanjut Fang Jianheeng hampir tak terdengar. Bibo memutar bola matanya jengah, ia tau sifat dasar manusia memang suka meremehkan manusia lainnya. "Jangan pedulikan penilaian mereka karena sebenarnya kau sangat berharga, terlebih dengan takdir yang kau punya, merekalah yang sebenarnya sampah!!" kata Bibo, mendengar itu setetes air mata jatuh membasahi pipi Fang Jianheeng, baru kali ini ada yang menghiburnya seperti itu. Takdir yang ia miliki sangat menyedihkan, namun Bibo mengatakan seolah-olah ia memiliki takdir yang baik. Ah, nyatanya malah seorang siluman lebih menghargainya ketimbang sesama manusia. "Mengapa kau menangis?" tanya Sisu heran. Fang Jianheeng kembali tersenyum dan mengusap air mata itu, "aku kelilipan!!" sahut Fang Jianheeng. Bibo maupun Sisu percaya dan hanya mengangguk pelan, tak lama setelah itu mereka sampai di perbatasan kampung siluman ular, Mo-ar kekasih Sisu datang menghampiri begitu melihat kekasihnya dari kejauhan. "Kalian mau kemana?" tanya Mo-ar, meskipun Mo-ar kekasihnya, ada beberapa hal yang tidak akan Sisu bagi selain kepada kakaknya Bibo. "Kami akan pergi ke gunung keabadian, apa kami boleh lewat? Ada urusan penting, ini keluargaku Ji-an!!" kata Sisu, ia memegangi tangan kekasihnya itu dengan mata berkedip menggoda. "Apa urusan itu sangat penting? Karena beberapa akhir-akhir ini banyak Pendekar maupun monster berkeliaran di sekitar sini." jelas Mo-ar. "Sangat penting!! Tenanglah sayang, kau tau jika ilmu kami cukup untuk mengalahkan para monster dan pendekar-pendekar itu, lagipula ini adalah jalan terdekat menuju gunung keabadian. Boleh ya?" kata Sisu lagi, kali ini ia memperlihatkan wajah lebih imut untuk merayu kekasihnya itu. "Baiklah, tapi tolong jaga dirimu, jangan terjadi sesuatu yang membuatku khawatir, kau bisa mengirimkan sinyal jika kalian berada dalam masalah, oke?" "Oke!!" Sisu mencium pipi Mo-ar dengan cepat membuat Bibo berdecak kesal melihat kemesraan adiknya itu. "Hei cepatlah!!" kata Bibo. Pintu gerbang dibuka, mereka keluar dan dengan cepat pergi menuju gunung keabadian. Setiap desa siluman terdapat batasan antara siluman lainnya, mereka membuat pagar tinggi untuk berjaga dari serangan siluman lain yang ingin berebut kawasan. Selain itu mereka juga menjaga diri dari para pendekar yang hanya ingin mengetes kemampuan maupun dari para monster yang suka berburu apa saja. Ada 4 klan siluman terbesar di dalam hutan terlarang, masing-masing dari klan siluman itu menduduki wilayah barat klan siluman Srigala, timur klan siluman rubah ekor sembilan, utara klan siluman harimau dan selatan klan siluman ular. Sementara pertengahan hutan adalah tempat untuk berbagai macam siluman berkumpul untuk melakukan perundingan dan di isi oleh beberapa siluman yang tidak memiliki klan. Lokasi para siluman tidak bisa terlihat oleh mata manusia biasa, hanya beberapa pendekar dan manusia terpilih yang mampu melihat tempat para siluman. Lagipula para siluman sudah memagari area mereka dengan ilusi. Sehingga membuat para pendekar dengan ilmu yang rendah tidak bisa melihat kota siluman. "Kita harus cepat dan bergerak dengan hati-hati, jangan sampai bertemu dengan pendekar!!" kata Bibo, ia tak terlalu mencemaskan monster karena yang lebih menganggu adalah para pendekar, terlebih jika pendekar itu berilmu cukup tinggi. "Aku tidak bisa bergerak secepat kalian," sahut Fang Jianheeng buru-buru mengejar Bibo maupun Sisu yang bergerak seperti terbang. "Haish!! Aku lupa kalau kau manusia!!" kata Bibo, ia yang bertubuh tinggi langsung menggendong Fang Jianheeng dan bergerak dengan cepat. Mereka melompati pohon demi pohon agar bisa sampai dengan cepat ke gunung keabadian. Mata Fang Jianheeng berbinar, bukan takut yang ia rasakan ketika Bibo membawanya terbang, malah perasaan senang dan seperti bebas. Baru kali ini ia merasakan keajaiban seperti terbang. Mereka bahkan melewati beberapa pagar tinggi, lebih tinggi daripada pohon-pohon yang mereka lewati, terdapat suara dari dalam pagar tinggi itu. "Tempat apa itu?" tanya Fang Jianheeng. "Itu kampung tengah, kampung campuran yang disinggahi semua ras siluman!!" kata Sisu. Mereka lalu singgah ke sebuah gua dekat air terjun, tempat persembunyian lain Bibo dan Sisu ketika menjelajahi hutan. Fang Jianheeng terpesona dengan tampilan gua yang sudah terlihat seperti rumah itu. "Kita dimana?" tanya Fang Jianheeng lagi. "Rumah persembunyian kami," sahut Bibo.Fang Jianheeng meraba setiap dinding gua yang dingin, dari luar gua ini terlihat seperti gua biasa, namun begitu memasukinya Fang Jianheeng melihat beberapa perabotan rumah yang dimiliki oleh manusia. Nyatanya para siluman adalah keturunan dari manusia yang bekerja sama dengan alam Jien untuk mendapatkan kekuatan dan keabadian namun masih bisa mati jika dibunuh. Mereka hanya tidak menua dan tidak mengalami sakit seperti sakitnya manusia. "Rumah persembunyian kalian sangat bagus, tidak kalah bagus dari rumah utama kalian," kata Fang Jianheeng senang. "Kau anak yang ceria jika tersenyum seperti itu," kata Sisu, membuat rona merah di wajah Fang Jianheeng muncul. "Aku merasa nyaman karena kalian tidak seperti mereka yang selama ini kutemui, kalian tidak mencemoohku," sahut Fang Jianheeng sembari menggigit bibirnya menyesali apa yang baru saja ia ceritakan. "Aku senang kalau kau merasa nyaman dengan kami, kau harus seperti itu hingga selesai membantu kami!!" sahut Bibo lagi, namun kali
Raja Saetan memang memiliki rumor yang sangat luar biasa, tampan, kuat dan jahat. Mahluk yang paling berkuasa di alam Jien itu, sangat sulit untuk ditemui, terlebih hanya siluman seperti Bibo maupun Sisu. Oleh karena itu Sisu takkan menyia-nyiakan kesempatan yang datang untuknya dan kakaknya. "Raj~a... Ampu~ni aku!!" kata Sisu dengan mulut tercekat, Bibo geram dan ingin marah namun ia tak berani melakukan apapun, pikirannya bekerja cepat agar nyawa Sisu bisa selamat, Bibo bahkan sempat melirik ke arah Fang Jianheeng yang sedang terbatuk selepas dari cengkraman Raja Saetan. "Ampuni kami Raja!! Wanita itu terikat karena kutukan yang ditujukan kepadamu, menurut leluhur kami, kau tidak bisa membunuhnya hingga cara melepaskan kutukanmu ditemukan!!" kata Bibo bergetar masih dalam posisi berlutut. "Brugh!!" Raja Saetan melepaskan cekikannya dari Sisu, Sisu terbatuk karena Raja Saetan begitu kuat, terlambat sedikit saja nyawa Sisu akan melayang. Raja Saetan menatap Bibo yang masih
"Fang Jianheeng, apa kamu tidak berganti baju? Maaf, tidak bermaksud menyinggungmu, tetapi bajumu tercium bau busuk, aku membawa seragam bekas kakak perempuanku yang dulu sekolah di sini, aku jamin baju ini masih layak dipakai." kata Gu Liang, ketua kelas yang sangat diistimewakan karena ia adalah anak dari salah satu dewan sekolah sekaligus donatur di sekolah mereka. Salah satu murid laki-laki yang memiliki banyak fans wanita di luar sekolah, bertubuh atletis, dengan wajah tampan yang membuat siapapun terpesona kepadanya.Fang Jianheeng menatap baju itu, ia merasa aneh dengan kebaikan ketua kelas yang selama ini terlihat tidak peduli padanya. "Apa tidak masalah kamu memberikan baju ini? Lihatlah, bahkan sekarang kamu jadi perhatian teman sekelas karenaku..." kata Fang Jianheeng lagi, Gu Liang berbalik dan benar semua murid menatapnya namun buru-buru berbalik ketika melihat tatapan Gu Liang, tak ada yang berani cari masalah dengan murid istimewa."Terserah kamu mau pakai atau tidak!
Fang Jianheeng mengernyit tak percaya dengan kata-kata Raja Saetan barusan, bukankah pria itu akan membunuhnya jika memiliki kesempatan dan sekarang ia si Raja Saetan memintanya untuk bersandar kepadanya? "Kau bercanda!!" kata Fang Jianheeng kesal, namun ia masih menahan nada yang ia ucapkan. "Aku adalah Raja Saetan!! Aku tak pernah bercanda dengan kata-kataku!!" desis Raja Saetan, ia tak suka cara Fang Jianheeng menatapnya. Terlebih apa yang Fang Jianheeng katakan di dalam hati, nampak jelas terlihat dari sorot matanya. "Ya... Baiklah," "Kau hanya akan mengatakan itu?" "Hmm... Sekarang boleh aku pergi?" tanya Fang Jianheeng lagi. Raja Saetan hanya mengibaskan tangannya, memperbolehkan Fang Jianheeng untuk pergi. Lagipula kekuatannya sangat terbatas di pagi hari. Setidaknya Fang Jianheeng tau kalau gerak-geriknya terpantau oleh Raja Saetan, ia harus berhati-hati mulai sekarang. "Fang Jianheeng!! Mengapa terlambat masuk?" Guru Shaoxan adalah guru matematika yang s
Rumah Fang Jianheeng dipenuhi oleh beberapa tetangga yang bahkan tidak pernah menegur Fang Jianheeng. Mereka bahkan tidak sadar dengan kedatangan Fang Jianheeng yang langsung memarkir sepedanya di samping rumah. Fang Jianheeng mendekat, apa yang sebenarnya mereka lihat? "Lucu sekali, lihatlah dengan wajah marah saja bayi ini terlihat tampan!!" kata Bibi Lee Dam, ia tinggal agak jauh dari rumah Fang Jianheeng, karena posisi rumah Fang Jianheeng yang berada agak ke pinggir desa dan jauh dari perumahan lainnya. "Benar, aku tak menyangka kalau anak ini kehilangan orangtuanya, sungguh kasihan!!" sahut bibi Lao Shan. "Astaga, kalian ini terlalu lugu, aku curiga anak ini anak Jian!! Lihatlah ia terlihat mirip!!" tuduh bibi Bora Yue dengan wajah nyinyirnya. "Dia bukan anakku!!" Fang Jianheeng langsung muncul dan melihat bayi Raja Saetan sedang berada di pangkuan Sisu dan dikerumuni para tetangga. "Bibi, kau bicara sembarangan!! Bagaimana bisa kau menuduh seperti itu?" Bib
Wajah Fang Jianheeng terlihat pucat, bagaimana tidak ia bahkan belum makan sesendok nasi pun hari ini. Ia bahkan berbohong kepada Bibi Huanran, Fang Jianheeng menelan ludahnya sendiri. "Jian, pulanglah... Bibi lihat kau sangat pucat dan bawa makanan ini!!" kata Bibi Huanran. "Terima kasih bibi!!" Fang Jianheeng menurut, jika ia tidak segera pulang, maka ia hanya akan menyusahkan bibi Huanran. Fang Jianheeng mengambil makanan yang telah dibungkus rapi oleh bibi Huanran, tak lupa seperti biasa bibi Huanran memberinya beberapa keping tembaga. "Jian, jaga kesehatan dan jangan terlalu membenci ayahmu, bagaimanapun ia adalah ayahmu..." kata bibi Huanran memegang tangan Fang Jianheeng dengan lembut. Fang Jianheeng tentu tau kalau rumor tentang ayahnya telah menyebar, jadi Fang Jianheeng hanya mengangguk, ia tak mau mendebat bibi Huanran yang sangat baik kepadanya. Fang Jianheeng lalu mengayuh sepedanya dengan susah payah, jarak dari rumahnya ke rumah bibi Huanran lumayan jauh. Samp
Hari ini Fang Jianheeng memakai seragam bersih dan wangi, Bibo juga telah menjahit seragamnya agar tidak terlihat kebesaran di tubuh Fang Jianheeng. Tak lupa Sisu juga membantunya menata rambut dan mendandani sedikit wajah Fang Jianheeng yang memang cantik alami."Hei siapa dia?""Kau bodoh, dia murid yang selalu terlihat lusuh itu!!""Hah!! Kenapa hari ini dia terlihat cantik?""Sepertinya ada yang mendandaninya!!""Yah, makeup memang bisa membuat seseorang terlihat berbeda!!""Aku rasa itu bukan sekedar dandanan!! Dia terlihat bersih dan wangi hari ini!!""Benar, dandanannya tidak menor sepertimu!!""Aku mau menanyakan namanya!!""Kau bodoh, gadis itu sangat miskin, bukan level kita!! Kalau kau mendekati gadis miskin sepertinya, kau hanya akan diperasnya!!""Benar bisa jadi ia berubah seperti itu karna sudah punya bekingan!!""Maksudmu sugar dady?""Iyuuuuhhh, menjijikan!!"Fang Jianheeng masih berjalan dengan menunduk, meskipun ia sempat terpana dengan penampilannya di cermin tadi
"Fang Jianheeng kau seharusnya tidak melakukan itu, kau tau apa yang kau lakukan itu salah?!" Kepala Sekolang Huang Jumei menatap Fang Jianheeng dengan tatapan dingin, wajahnya memuram memikirkan bagaimana nanti jika orangtua Zie Luhan mengetahui anaknya dipukul di tempat yang tidak semestinya, tempat yang sangat rawan untuk meneruskan keturunan keluarga Zie. Huang Jumei hampir frustasi jika para orangtua itu mulai mengomel. "Brakh!!" Pintu dibuka dengan kasar. Benar saja seorang wanita dengan dandanan glamour dan terlihat sombong masuk dan langsung mendekati Fang Jianheeng. "Plak!! Plak!! Plak!!"Tiga kali tamparan mendarat di pipi Fang Jianheeng, Fang Jianheeng bahkan terduduk pada tamparan terakhir, pipinya benar-benar lebam. Namun rasa sakit itu tak membuat Fang Jianheeng menangis, ia menahan dengan susah payah air mata yang akan jatuh. "Kau menendang sesuatu yang berharga!! Jika terjadi sesuatu pada anakku Zie Luhan, maka aku akan memastikan hidupmu akan menderita!!" "Nyonya