"Fang Jianheeng kau seharusnya tidak melakukan itu, kau tau apa yang kau lakukan itu salah?!" Kepala Sekolang Huang Jumei menatap Fang Jianheeng dengan tatapan dingin, wajahnya memuram memikirkan bagaimana nanti jika orangtua Zie Luhan mengetahui anaknya dipukul di tempat yang tidak semestinya, tempat yang sangat rawan untuk meneruskan keturunan keluarga Zie. Huang Jumei hampir frustasi jika para orangtua itu mulai mengomel. "Brakh!!" Pintu dibuka dengan kasar. Benar saja seorang wanita dengan dandanan glamour dan terlihat sombong masuk dan langsung mendekati Fang Jianheeng. "Plak!! Plak!! Plak!!"Tiga kali tamparan mendarat di pipi Fang Jianheeng, Fang Jianheeng bahkan terduduk pada tamparan terakhir, pipinya benar-benar lebam. Namun rasa sakit itu tak membuat Fang Jianheeng menangis, ia menahan dengan susah payah air mata yang akan jatuh. "Kau menendang sesuatu yang berharga!! Jika terjadi sesuatu pada anakku Zie Luhan, maka aku akan memastikan hidupmu akan menderita!!" "Nyonya
"Kasihan, pasti ia mengira Gu Liang baik kepadanya karena suka, padahal karena permintaan Bunga." "Gadis miskin selalu baper( terbawa perasaan) kalau ada pria yang baik kepadanya," "Hihihi!! Bukannya dia sudah ada bekingan?" "Bekingan om-om?" "Bisa saja, kan banyak yang seperti itu sekarang ini, mereka gadis miskin akan menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya menjadi orang kaya." Fang Jianheeng tentu mendengar semua omong kosong yang mereka katakan, namun ia juga tak bisa melawan semua kata-kata yang dilontarkan kepadanya. Fang Jianheeng hanya bisa menutup telinganya, berusaha tidak mendengar semua itu. "Jegaaaarrr!!" Suara petir mulai terdengar diiringi derai air hujan yang mulai membasahi bumi, ketika jam pulang semua murid mulai dijemput. Ada yang dijemput kedua orangtua, ada yang dijemput saudaranya, ada yang dijemput neneknya, ada yang dijemput pengawal atau sekedar supir, setidaknya ada yang menemani mereka di saat hujan seperti ini. Sementara Fang Jia
Fang Jianheeng lalu berlari keluar dari rumah, ia terlalu sedih dan merasa kembali dikhianati. "Jian!!" Sisu ingin menyusul Fang Jianheeng, namun dihalangi oleh Bibo. "Biarkan dia sendiri Sisu, mungkin dia perlu waktu untuk menata hatinya..." "Kak, malam hari sangat berbahaya!! Bisa jadi Jian akan diincar oleh para siluman!!" sahut Sisu, membuat Bibo tersadar akan hal itu. "Kau benar Sisu, ayo kita kejar Jian!!" kata Bibo. Raja Saetan hanya terdiam, ia tak menghalangi Sisu maupun Bibo yang akan mengejar Fang Jianheeng. Raja Saetan punya urusan tersendiri yang harus ia selesaikan. "Yang Mulia, bolehkah kami mengejar Jian?" tanya Bibo meminta izin, Raja Saetan hanya mengibaskan tangan agar mereka segera pergi, tanda ia memberikan izin. "Sepertinya aku terlalu kejam pada gadis bodoh itu," Raja Saetan termenung sejenak, ia kemudian menggeleng pelan mengusir perasaan bersalah dari hatinya. "Lagipula dia yang memulai lebih dulu!! Dia selalu mendebat dan melawanku!!" gum
Raja Saetan menatap tak percaya dengan harga diri yang sedikit terluka. Bagaimana bisa gadis bodoh ini membuatnya datang seperti ini? Hanya memanggil dari dalam hati, ia mampu membuat seorang Raja Saetan datang!! "Kau, apa yang kau lakukan? Apa ini berhubungan dengan segel?!" Lagi-lagi Raja Saetan mencekik Fang Jianheeng, Fang Jianheeng menangis. Sontak dada Raja Saetan terasa sakit. Apa ini? Mengapa jadi begini? Apa aku tidak boleh menyakitinya? Sialan!! "Brught!!" Raja Saetan melepaskan cekikannya, membuat Fang Jianheeng kembali bisa bernapas dan memegangi lehernya. "Raja tenanglah, kami akan mencari catatan tentang ini, leluhur kami menyimpan cerita tentang penyegelanmu serta mencari tau bagaimana caranya melepaskan segel tersebut!!" jelas Sisu, Raja Saetan menatap Sisu dan Bibo bergantian. "Yang Mulia, percayalah kami akan mencari catatan tersebut!! Dan melepaskan segelmu!!" kata Bibo ikut meyakinkan. "Baiklah, cari secepatnya!! Jangan buat aku menunggu terlalu lama!!" Seg
Kali ini Fang Jianheeng terbangun karena ia merasakan deru napas di depannya, seketika Fang Jianheeng kaget bukan main karena wajah Raja Saetan begitu dekat dan... Bibir mereka bersentuhan? "Brught!!" Fang Jainheeng spontan mendorong Raja Saetan hingga kepalanya terantuk, Raja Saetan tidak meringis kesakitan meski ia merasa sakit. Tapi ia begitu gengsi memperlihatkan sikap yang lemah di hadapan siapapun. "Yang Mulia, kau tidak apa-apa?" tanya Mao Jihan terlihat khawatir. "Tidak apa-apa, hanya saja orang yang menempelkan bibir malah dia yang mendorong!! Sungguh tidak tau malu!" kata Raja Saetan mencibir Fang Jianheeng. Kali ini Raja Saetan merasakan perasaan yang aneh di dalam dadanya. Namun ia tak mengerti dengan perasaan yang baru ia rasakan. Fang Jianheeng enggan menyahut, ia hanya merasa kesal dan malu secara bersamaan karena itu adalah ciuman pertamanya. Keduanya berakhir dalam keheningan sepanjang jalan pulang, sesampainya di depan rumah Fang Jianheeng. Mao Jihan l
Setelah memastikan Fang Jianheeng telah tertidur, Raja Saetan membuka matanya. Dia kemudian menatap wajah Fang Jianheeng dan tersenyum dengan rencana liciknya. Raja Saetan lalu membuat sebuah coretan di wajah Fang Jianheeng, seperti bentuk kumis kucing, saat melakukan itu fokusnya malah ke bibir Fang Jianheeng. Deg!! Lagi-lagi Raja Saetan merasakan perasaan aneh di dadanya, ia belum pernah merasakan perasaan ini. Tapi begitu coret-coret di wajah Fang Jianheeng telah selesai, ia kemudian kembali tersenyum dengan puas. "Ha!! Rasakan hukuman kecil itu, kau tidak akan bisa menghapusnya besok!!" gumam Raja Saetan, ia kemudian kembali ke dalam posisi telentang dan tertidur dengan senyuman. "Gyaaaa!!" paginya Fang Jianheeng berteriak dengan panik saat mencuci wajahnya, terdapat goresan di kedua pipinya, membuatnya terlihat memiliki kumis kucing. "Gya, dada da gya gya da!!" (Hei, jangan berisik!!) Bayi Raja Saetan bangun dan mengucek matanya dengan malas. Fang Jianheeng men
Rapat dewan sekolah akan dilaksanakan, beberapa mobil mewah telah datang salah satunya adalah Sa Xilie, padahal Raja Saetan telah membuat peringatan kepada Zie Luhan tapi Sa Xilie mengindahkan permintaan putranya itu. Ada keluarga Gu Chao, keluarga Wijaya Kusuma dan Mao Jihan sebagai ketua dewandewan serta keluarga besar lainnya. Mao Jihan berjalan di depan sementara kepala keluarga lainnya mengikuti dari belakang. "Selamat datang Ketua Mao, maaf membuatmu datang di waktu sibuk seperti ini!!" kata Sa Xilie mengangguk hormat, ia tak bisa menyinggung ketua Mao Jihan, karena ia adalah salah satu kepala keluarga yang memiliki pengaruh di kota Xianwen. "Hmm... Kuharap, apa yang kau bahas tidak membuang waktuku dan sudah menjadi tugasku menjadi penengah jika ada masalah!!" sahut Mao Jihan terlihat berkharisma. Sa Xilie tentu tersenyum senang karena bisa membuat kepala keluarga Mao Jihan datang, meski sebenarnya ia bisa mendepak Fang Jianheeng dengan mudah, tapi ia juga ingin me
Fang Jianheeng tersenyum senang ketika mendengar masalahnya dengan Zie Luhan hanya berakhir dengan hukuman membersihkan sekolah di akhir pekan. "Bibi berikan aku beberapa permen!!" Fang Jianheeng tersenyum senang dan membeli beberapa permen yang akan dia bagi dengan bayi Raja Saetan. Hari ini ia juga telah meminta izin kepada bibi Huanran tidak akan bekerja untuk sementara waktu karena harus mengurus bayi Raja Saetan. "Aku pulang..." Fang Jianheeng masuk ke dalam rumah, namun tidak ada sambutan apapun dari bayi Raja Saetan. Fang Jianheeng merasa tidak nyaman meninggalkan bayi Raja Saetan sendirian, tapi ia tak bisa membawanya ke sekolah, ia pasti akan menjadi santapan gosip jika membawa bayi ke sekolah. "Raja Sae?" panggil Fang Jianheeng, tetap tidak ada respon hingga akhirnya Fang Jianheeng menemukan bayi Raja Saetan tergeletak di dapur dengan suhu tubuh yang memanas. "Raja Saetan!!" Fang Jianheeng langsung menggendong bayi Raja Saetan dan membawanya ke kamar. "Hhhh....