Fang Jianheeng meraba setiap dinding gua yang dingin, dari luar gua ini terlihat seperti gua biasa, namun begitu memasukinya Fang Jianheeng melihat beberapa perabotan rumah yang dimiliki oleh manusia. Nyatanya para siluman adalah keturunan dari manusia yang bekerja sama dengan alam Jien untuk mendapatkan kekuatan dan keabadian namun masih bisa mati jika dibunuh. Mereka hanya tidak menua dan tidak mengalami sakit seperti sakitnya manusia.
"Rumah persembunyian kalian sangat bagus, tidak kalah bagus dari rumah utama kalian," kata Fang Jianheeng senang. "Kau anak yang ceria jika tersenyum seperti itu," kata Sisu, membuat rona merah di wajah Fang Jianheeng muncul. "Aku merasa nyaman karena kalian tidak seperti mereka yang selama ini kutemui, kalian tidak mencemoohku," sahut Fang Jianheeng sembari menggigit bibirnya menyesali apa yang baru saja ia ceritakan. "Aku senang kalau kau merasa nyaman dengan kami, kau harus seperti itu hingga selesai membantu kami!!" sahut Bibo lagi, namun kali ini Fang Jianheeng tidak merasakan adanya ancaman pada kata-kata Bibo. Fang Jianheeng mengangguk, setidaknya ia harus membalas jasa kedua siluman yang telah menyelamatkannya. Meski Fang Jianheeng tak pernah tau takdir seperti apa yang akan menanti dirinya di depan sana. "Tidurlah Ji-an, saat malam tiba kita akan melanjutkan perjalanan!!" kata Sisu lagi. Fang Jianheeng menatap heran, bukankah akan lebih nyaman jika melakukan perjalanan di saat waktu masih terang. "Kita akan melewati kampung siluman Harimau, akan lebih aman jika kita melewati kampung itu di malam hari. Mereka siluman harimau lebih suka berburu di siang hari," jelas Bibo seakan tau apa yang Fang Jianheeng pikirkan. Mendengar itu Fang Jianheeng mengangguk dan merebahkan dirinya dikasur tipis yang telah Sisu siapkan. Meski siluman, namun mereka tetap hidup dengan cara manusia. Tidak berbeda selain kekuatan berubah wujud yang mereka miliki. Ketika malam tiba, giliran Sisu menggendong Fang Jianheeng, mereka melewati kampung harimau secara diam-diam. Pagar tinggi kembali terlihat dengan bola lampu-lampu sihir yang menerangi kampung harimau. Terdapat post jaga seperti milik kampung siluman, namun kampung harimau memiliki lebih banyak post jaga untuk memantau area mereka. Beruntung Bibo, Sisu dan Fang Jianheeng mampu melewati kampung siluman harimau dengan aman, hingga kampung itu tak terlihat lagi. Kini gunung keabadian semakin terlihat, jalanan terlihat curam dan terjal, terdapat sebuah gua gelap di depan mereka. Baik Sisu maupun Bibo bahkan tidak bisa melihat pintu gua itu, namun leluhur mereka memberi sebuah tanda ketika menemukan gua ini. "Apakah kau melihat pintu gua di sekitar sini?" tanya Bibo mengecek kebenaran cerita dari leluhur mereka. Fang Jianheeng menatap heran, sebuah gua bahkan berada di depan mereka terbentang luas seolah mempersilahkan Fang Jianheeng untuk masuk. Fang Jianheeng menunjuk ke arah pintu gua, "di sini, apa kalian tidak melihatnya?" tanya Fang Jianheeng heran. Sisu memegang tangan Fang Jianheeng, "kau tidak berbohong kan? Memang ada gua disini?" tanya Sisu kembali meyakinkan. Fang Jianheeng masih heran namun ia mengangguk, "ada gua besar disini dan seolah..." "Seolah apa?" tanya Bibo penasaran. "Seolah gua ini memanggilku..." kata Fang Jianheeng, sebuah perasaan aneh yang seperti terhubung dengannya. Menarik sukmanya untuk masuk namun masih bertahan di raga Fang Jianheeng. "Masuklah Ji-an, ada sebuah batu kristal hitam di dalam sana!! Bebaskan leluhur kami di dalam dengan meneteskan sedikit darahmu ke batu itu!!" kata Bibo, begitulah cerita yang mereka selalu dengar tentang Raja Saetan yang disegel oleh pendekar dan hanya darah dari keturunan pendekar itu yang mampu membuka segel Raja Saetan, dan tanda di dahi Fang Jianheeng adalah tanda pengantin Raja Saetan yang akan melepaskan Raja Saetan dari segel dan kutukan itu. Mata ular Bibo dan Sisu berkilat seolah mengharapkan sesuatu yang selama ini mereka tunggu-tunggu. "Baiklah, aku akan masuk. Apa kalian tidak ikut?" tanya Fang Jianheeng lagi. Bibo dan Sisu menggeleng cepat, bukan tidak mau tapi mereka tidak bisa memasuki tempat yang masih ditutup untuk semua siluman. "Masuklah, kami akan berjaga di sini untukmu!!" kata Bibo dengan senyum penuh semangat. Sisu kemudian mendorong tubuh Fang Jianheeng dengan lembut, "masuklah, kami tidak akan meninggalkanmu!!" katanya. Fang Jianheeng ragu, ia tidak takut pada gelap, matanya bahkan terbiasa melihat dalam gelap karena seperti itulah kehidupannya selama ini. Namun kali ini Fang Jianheeng merasa tubuhnya bergidik. Deg!! Pertama kali kaki Fang Jianheeng melangkah masuk, seketika tubuhnya menegang, seolah ada suatu kegelapan yang menunggunya. Seperti perasaan merindu namun bukan hal seperti itu, Fang Jianheeng melangkah lebih jauh, menyusur setiap jalan masuk gua. Hingga sampailah ia di dalam sungai ilusi yang kini mengeras, ditengah-tengahnya terdapat batu besar hitam seperti yang Bibo dan Sisu beritahukan. Fang Jianheeng melangkah maju, seolah terhipnotis untuk mendekati batu itu. Seolah ada hasrat yang terpendam untuk menyentuh batu itu, seperti suara yang menggoda hatinya dengan perkataan manis. "Sentuh aku, aku telah lama menunggumu..." "Sing!! Sing!! Sing!!" tanda di dahi Fang Jianheeng dengan bentuk seperti batu kristal menyala-nyala kehitaman, mata Fang Jianheeng kini kosong seolah ia tidak sadar dengan apa yang kini ia alami. Tangan Fang Jianheeng mengulur ke arah batu hitam itu, terlihat seorang bayi yang tertidur lelap seperti ia sedang berada di dalam perut seorang ibu. Namun kondisi Fang Jianheeng yang saat ini kosong, tidak menyadari apa yang kini ada di hadapannya. "Crat!!" Fang Jianheeng melukai telapak tangannya, darah menetes kedalam batu tersebut. "Kreeeeekkk!!" Batu kristal hitam perlahan terbuka, gua yang tadinya gelap kini kembali ke bentuk asalnya. Sungai ilusi yang tadinya mengeras kini mengalir dengan tenang. Di dalam sana, di atas batu kristal yang telah terbuka, Bayi Raja Saetan membuka matanya. Ia menatap Fang Jianheeng dengan senyuman terkejamnya. "Slaaaaappp!!" Bayi Raja Saetan menyerap kegelapan yang tersisa di dalam gua gunung keabadian, kini tubuh bayinya bisa berubah ke bentuk tubuh dewasanya. Seorang pria tampan dengan rambut panjang hitam legam, kulit putih dan bibir semerah darah dan tatapan yang gelap menatap Fang Jianheeng yang berdiri di depannya dengan tatapan kosong. Raja Saetan menyentuh pipi Fang Jianheeng dengan tangan dinginnya,"Jadi kau keturunan orang yang menyegelku?" kata Raja Saetan, ia mengelus bibir merona Fang Jianheeng yang terlihat sangat cantik dan tersenyum kejam. Aura membunuhnya menguar hingga keluar gua. Pintu gua yang tadinya tak terlihat lalu terbuka, sehingga Bibo dan Sisu bisa masuk kedalam. Begitu tangan Raja Saetan beralih ke leher Fang Jianheeng dan akan mencekiknya, Bibo berteriak, "jangan bunuh manusia itu Raja!!" teriak Bibo. Raja Saetan menoleh, Bibo dan Sisu langsung berlutut dalam ketakutan. "Jika... Raja membunuhnya, maka kutukanmu tidak akan terlepas!!" kata Sisu bersuara dengan peringatan yang berani. Raja Saetan terbang, melepaskan cekikannya dari leher Fang Jianheeng dan langsung mengangkat Sisu dan mencekik lehernya. "Apa maksudmu?"Raja Saetan memang memiliki rumor yang sangat luar biasa, tampan, kuat dan jahat. Mahluk yang paling berkuasa di alam Jien itu, sangat sulit untuk ditemui, terlebih hanya siluman seperti Bibo maupun Sisu. Oleh karena itu Sisu takkan menyia-nyiakan kesempatan yang datang untuknya dan kakaknya. "Raj~a... Ampu~ni aku!!" kata Sisu dengan mulut tercekat, Bibo geram dan ingin marah namun ia tak berani melakukan apapun, pikirannya bekerja cepat agar nyawa Sisu bisa selamat, Bibo bahkan sempat melirik ke arah Fang Jianheeng yang sedang terbatuk selepas dari cengkraman Raja Saetan. "Ampuni kami Raja!! Wanita itu terikat karena kutukan yang ditujukan kepadamu, menurut leluhur kami, kau tidak bisa membunuhnya hingga cara melepaskan kutukanmu ditemukan!!" kata Bibo bergetar masih dalam posisi berlutut. "Brugh!!" Raja Saetan melepaskan cekikannya dari Sisu, Sisu terbatuk karena Raja Saetan begitu kuat, terlambat sedikit saja nyawa Sisu akan melayang. Raja Saetan menatap Bibo yang masih
"Fang Jianheeng, apa kamu tidak berganti baju? Maaf, tidak bermaksud menyinggungmu, tetapi bajumu tercium bau busuk, aku membawa seragam bekas kakak perempuanku yang dulu sekolah di sini, aku jamin baju ini masih layak dipakai." kata Gu Liang, ketua kelas yang sangat diistimewakan karena ia adalah anak dari salah satu dewan sekolah sekaligus donatur di sekolah mereka. Salah satu murid laki-laki yang memiliki banyak fans wanita di luar sekolah, bertubuh atletis, dengan wajah tampan yang membuat siapapun terpesona kepadanya.Fang Jianheeng menatap baju itu, ia merasa aneh dengan kebaikan ketua kelas yang selama ini terlihat tidak peduli padanya. "Apa tidak masalah kamu memberikan baju ini? Lihatlah, bahkan sekarang kamu jadi perhatian teman sekelas karenaku..." kata Fang Jianheeng lagi, Gu Liang berbalik dan benar semua murid menatapnya namun buru-buru berbalik ketika melihat tatapan Gu Liang, tak ada yang berani cari masalah dengan murid istimewa."Terserah kamu mau pakai atau tidak!
Fang Jianheeng mengernyit tak percaya dengan kata-kata Raja Saetan barusan, bukankah pria itu akan membunuhnya jika memiliki kesempatan dan sekarang ia si Raja Saetan memintanya untuk bersandar kepadanya? "Kau bercanda!!" kata Fang Jianheeng kesal, namun ia masih menahan nada yang ia ucapkan. "Aku adalah Raja Saetan!! Aku tak pernah bercanda dengan kata-kataku!!" desis Raja Saetan, ia tak suka cara Fang Jianheeng menatapnya. Terlebih apa yang Fang Jianheeng katakan di dalam hati, nampak jelas terlihat dari sorot matanya. "Ya... Baiklah," "Kau hanya akan mengatakan itu?" "Hmm... Sekarang boleh aku pergi?" tanya Fang Jianheeng lagi. Raja Saetan hanya mengibaskan tangannya, memperbolehkan Fang Jianheeng untuk pergi. Lagipula kekuatannya sangat terbatas di pagi hari. Setidaknya Fang Jianheeng tau kalau gerak-geriknya terpantau oleh Raja Saetan, ia harus berhati-hati mulai sekarang. "Fang Jianheeng!! Mengapa terlambat masuk?" Guru Shaoxan adalah guru matematika yang s
Rumah Fang Jianheeng dipenuhi oleh beberapa tetangga yang bahkan tidak pernah menegur Fang Jianheeng. Mereka bahkan tidak sadar dengan kedatangan Fang Jianheeng yang langsung memarkir sepedanya di samping rumah. Fang Jianheeng mendekat, apa yang sebenarnya mereka lihat? "Lucu sekali, lihatlah dengan wajah marah saja bayi ini terlihat tampan!!" kata Bibi Lee Dam, ia tinggal agak jauh dari rumah Fang Jianheeng, karena posisi rumah Fang Jianheeng yang berada agak ke pinggir desa dan jauh dari perumahan lainnya. "Benar, aku tak menyangka kalau anak ini kehilangan orangtuanya, sungguh kasihan!!" sahut bibi Lao Shan. "Astaga, kalian ini terlalu lugu, aku curiga anak ini anak Jian!! Lihatlah ia terlihat mirip!!" tuduh bibi Bora Yue dengan wajah nyinyirnya. "Dia bukan anakku!!" Fang Jianheeng langsung muncul dan melihat bayi Raja Saetan sedang berada di pangkuan Sisu dan dikerumuni para tetangga. "Bibi, kau bicara sembarangan!! Bagaimana bisa kau menuduh seperti itu?" Bib
Wajah Fang Jianheeng terlihat pucat, bagaimana tidak ia bahkan belum makan sesendok nasi pun hari ini. Ia bahkan berbohong kepada Bibi Huanran, Fang Jianheeng menelan ludahnya sendiri. "Jian, pulanglah... Bibi lihat kau sangat pucat dan bawa makanan ini!!" kata Bibi Huanran. "Terima kasih bibi!!" Fang Jianheeng menurut, jika ia tidak segera pulang, maka ia hanya akan menyusahkan bibi Huanran. Fang Jianheeng mengambil makanan yang telah dibungkus rapi oleh bibi Huanran, tak lupa seperti biasa bibi Huanran memberinya beberapa keping tembaga. "Jian, jaga kesehatan dan jangan terlalu membenci ayahmu, bagaimanapun ia adalah ayahmu..." kata bibi Huanran memegang tangan Fang Jianheeng dengan lembut. Fang Jianheeng tentu tau kalau rumor tentang ayahnya telah menyebar, jadi Fang Jianheeng hanya mengangguk, ia tak mau mendebat bibi Huanran yang sangat baik kepadanya. Fang Jianheeng lalu mengayuh sepedanya dengan susah payah, jarak dari rumahnya ke rumah bibi Huanran lumayan jauh. Samp
Hari ini Fang Jianheeng memakai seragam bersih dan wangi, Bibo juga telah menjahit seragamnya agar tidak terlihat kebesaran di tubuh Fang Jianheeng. Tak lupa Sisu juga membantunya menata rambut dan mendandani sedikit wajah Fang Jianheeng yang memang cantik alami."Hei siapa dia?""Kau bodoh, dia murid yang selalu terlihat lusuh itu!!""Hah!! Kenapa hari ini dia terlihat cantik?""Sepertinya ada yang mendandaninya!!""Yah, makeup memang bisa membuat seseorang terlihat berbeda!!""Aku rasa itu bukan sekedar dandanan!! Dia terlihat bersih dan wangi hari ini!!""Benar, dandanannya tidak menor sepertimu!!""Aku mau menanyakan namanya!!""Kau bodoh, gadis itu sangat miskin, bukan level kita!! Kalau kau mendekati gadis miskin sepertinya, kau hanya akan diperasnya!!""Benar bisa jadi ia berubah seperti itu karna sudah punya bekingan!!""Maksudmu sugar dady?""Iyuuuuhhh, menjijikan!!"Fang Jianheeng masih berjalan dengan menunduk, meskipun ia sempat terpana dengan penampilannya di cermin tadi
"Fang Jianheeng kau seharusnya tidak melakukan itu, kau tau apa yang kau lakukan itu salah?!" Kepala Sekolang Huang Jumei menatap Fang Jianheeng dengan tatapan dingin, wajahnya memuram memikirkan bagaimana nanti jika orangtua Zie Luhan mengetahui anaknya dipukul di tempat yang tidak semestinya, tempat yang sangat rawan untuk meneruskan keturunan keluarga Zie. Huang Jumei hampir frustasi jika para orangtua itu mulai mengomel. "Brakh!!" Pintu dibuka dengan kasar. Benar saja seorang wanita dengan dandanan glamour dan terlihat sombong masuk dan langsung mendekati Fang Jianheeng. "Plak!! Plak!! Plak!!"Tiga kali tamparan mendarat di pipi Fang Jianheeng, Fang Jianheeng bahkan terduduk pada tamparan terakhir, pipinya benar-benar lebam. Namun rasa sakit itu tak membuat Fang Jianheeng menangis, ia menahan dengan susah payah air mata yang akan jatuh. "Kau menendang sesuatu yang berharga!! Jika terjadi sesuatu pada anakku Zie Luhan, maka aku akan memastikan hidupmu akan menderita!!" "Nyonya
"Kasihan, pasti ia mengira Gu Liang baik kepadanya karena suka, padahal karena permintaan Bunga." "Gadis miskin selalu baper( terbawa perasaan) kalau ada pria yang baik kepadanya," "Hihihi!! Bukannya dia sudah ada bekingan?" "Bekingan om-om?" "Bisa saja, kan banyak yang seperti itu sekarang ini, mereka gadis miskin akan menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya menjadi orang kaya." Fang Jianheeng tentu mendengar semua omong kosong yang mereka katakan, namun ia juga tak bisa melawan semua kata-kata yang dilontarkan kepadanya. Fang Jianheeng hanya bisa menutup telinganya, berusaha tidak mendengar semua itu. "Jegaaaarrr!!" Suara petir mulai terdengar diiringi derai air hujan yang mulai membasahi bumi, ketika jam pulang semua murid mulai dijemput. Ada yang dijemput kedua orangtua, ada yang dijemput saudaranya, ada yang dijemput neneknya, ada yang dijemput pengawal atau sekedar supir, setidaknya ada yang menemani mereka di saat hujan seperti ini. Sementara Fang Jia