Raja Saetan memang memiliki rumor yang sangat luar biasa, tampan, kuat dan jahat. Mahluk yang paling berkuasa di alam Jien itu, sangat sulit untuk ditemui, terlebih hanya siluman seperti Bibo maupun Sisu. Oleh karena itu Sisu takkan menyia-nyiakan kesempatan yang datang untuknya dan kakaknya.
"Raj~a... Ampu~ni aku!!" kata Sisu dengan mulut tercekat, Bibo geram dan ingin marah namun ia tak berani melakukan apapun, pikirannya bekerja cepat agar nyawa Sisu bisa selamat, Bibo bahkan sempat melirik ke arah Fang Jianheeng yang sedang terbatuk selepas dari cengkraman Raja Saetan. "Ampuni kami Raja!! Wanita itu terikat karena kutukan yang ditujukan kepadamu, menurut leluhur kami, kau tidak bisa membunuhnya hingga cara melepaskan kutukanmu ditemukan!!" kata Bibo bergetar masih dalam posisi berlutut. "Brugh!!" Raja Saetan melepaskan cekikannya dari Sisu, Sisu terbatuk karena Raja Saetan begitu kuat, terlambat sedikit saja nyawa Sisu akan melayang. Raja Saetan menatap Bibo yang masih berlutut dan menunduk. Raja Saetan lalu mencengkram dagu Sisu, untuk melihat kejujurannya dan membaca isi hati wanita itu. Raja Saetan menghempaskan wajah Bibo dengan dingin ke samping begitu ia menemukan kejujuran dari kata-kata yang Bibo sampaikan. "Jadi maksudmu aku belum bisa membunuh wanita itu?" tanya Raja Saetan. Mendengar kata-kata Raja Saetan membuat Fang Jianheeng bergetar ketakutan, namun ia harus menahan diri agar tidak terlihat takut. "Benar Raja!! Kau harus selalu bersamanya untuk sementara waktu hingga kami menemukan cara untuk melepaskan kutukan yang terikat diantara kalian!!" jelas Bibo lagi. "Hei gadis manusia!! Kau adalah budak ku sekarang, jangan coba-coba kabur dariku!!" tunjuk Raja Saetan kepada Fang Jianheeng, meski ketakutan Fang Jianheeng mengangguk cepat. "Dan kalian berdua, cepat temukan cara agar kutukanku ini terlepas, jika kalian menemukan caranya maka aku akan mengangkat kalian menjadi pasukanku!!" kata Raja Saetan menjanjikan. Bibo dan Sisu tersenyum senang, meski Sisu agak merasa bersalah karena pada akhirnya mereka hanya memanfaatkan Fang Jianheeng untuk itu. Sempat terlihat ekspresi kekecewaan di wajah Fang Jianheeng karena perbuatan Bibo dan Sisu. *** "Uuggghh!!" Fang Jianheeng terbangun dari tidurnya, seingatnya ia sedang berada di dalam gua, membebaskan segel Raja Saetan. Dan sekarang ia malah mendapati dirinya sudah berada di rumahnya, namun hal aneh terjadi. Ia mencium aroma masakan dari arah dapur, apakah ayahnya sudah pulang? Fang Jianheeng bergegas ke dapur, sudah ada berbagai macam masakan di atas meja, lengkap dengan nasi putih. Fang Jianheeng tersenyum bahagia, namun seketika memudar ketika ia melihat siapa yang berada di dapur. "Hai, kau sudah bangun? Apa kau lapar?" tanya Sisu dengan membawa semangkok sup ayam untuk diletakkan di atas meja. "Bagaimana kalian tau rumahku?" tanya Fang Jianheeng, ia mengira apa yang terjadi di gua gunung keabadian hanyalah mimpi. Nyatanya semua ini benar terjadi, bahkan para wanita siluman ular ini kini berada di rumahnya, artinya Raja Saetan juga... "Kau mencari Raja Saetan? Bukankah dia tertidur di kamarmu?" sahut Bibo yang baru saja masuk dari pintu dapur. Fang Jianheeng baru sadar, ia tadi berada di ruang tamu, artinya Raja Saetan berada di kamarnya? Fang Jianheeng bergetar takut masih teringat dengan cekikan kejam dari Raja Saetan, ia bahkan reflek memegang lehernya mengingat kejadian itu. "Ji-an, maafkan kami karena memanfaatkanmu untuk membebaskan Raja Saetan, namun kami sebagai siluman juga ingin naik pangkat, dengan cara begini kami bisa naik pangkat!!" jelas Sisu, meski bagaimanapun Sisu bukanlah siluman kejam. Sisu mendekati Fang Jianheeng, meski begitu Fang Jianheeng mundur selangkah. Sisu menatap maklum, "tenanglah, kami akan cari cara agar Raja Saetan tidak membunuhmu!!" kata Sisu tulus, namun Fang Jianheeng sudah kehilangan minat untuk percaya. "Ji-an, kau tidak perlu percaya kepada kami!! Itu hakmu!! Hanya saja suka tidak suka, kami akan di rumahmu untuk mengurus Raja Saetan hingga kutukannya terlepas denganmu, kau harus terbiasa melihat kami di sini!!" sahut Bibo, ia bukan orang yang pandai berkata manis seperti Sisu adiknya. Bibo adalah tipe wanita siluman yang bicara dengan tegas dan apa adanya. Bibo tak pernah memikirkan apakah orang lain suka atau tidak pada perkataannya. "Kalau begitu aku tidak bisa berbuat apa-apa, lakukan apa yang ingin kalian lakukan." kata Fang Jianheeng datar, ia lalu kehilangan nafsu makannya, melihat jam dinding sudah menunjukkan waktu untuk pergi ke sekolah bahkan ia terlambat setengah jam dan sudah beberapa hari tidak masuk, membuat Fang Jianheeng harus bergegas untuk pergi ke sekolah. "Kau mau kemana? Tidak sarapan dulu?" tanya Sisu, namun Fang Jianheeng enggan menyahut. Bibo hanya mendengus kesal melihat sikap yang Fang Jianheeng tunjukkan. "Biarkan dia seperti itu, mungkin dia belum bisa menerima kenyataan kalau kita memanfaatkannya!!" kata Bibo. "Lagipula kita telah menyelamatkannya di hutan itu, kalau kita tidak menemukannya, dia hanya akan menjadi makanan dari para monster atau binatang buas!! jadi apa bedanya mati nanti, toh sebenarnya dia telah mati saat memasuki hutan larangan!!" Sisu hanya bisa menatap kepergian Fang Jianheeng dengan rasa bersalah. Terlebih ketika menyadari hidup Fang Jianheeng sangatlah buruk, bahkan rumah yang ditempati oleh Fang Jianheeng diluar dari kata layak huni. Meski Bibo berkata kasar, Fang Jianheeng tidak menyahut dan mendebatnya. Hanya terdengar suara besi tua dari sepeda yang Fang Jianheeng kayuh. Fang Jianheeng menangis sepanjang jalan, bukan karena sekedar takut mati, hanya saja ia sudah terlalu berharap banyak kepada sebuah persahabatan. Fang Jianheeng kira ia akan berharga bagi Bibo dan Sisu, nyatanya hanya untuk dimanfaatkan saja. Bahkan ia sudah membebaskan seorang Raja Saetan yang konon katanya sangat berbahaya dan jahat. Bagaimana bisa Fang Jianheeng akan bertanggung jawab pada kecerobohannya, apa yang akan terjadi kalau Raja Saetan bebas? Apa kehidupan alam manusia yang damai akan terusik? Berbagai macam rasa bersalah bersarang di dalam dada Fang Jianheeng. "Lihatlah rumah ini, sangat tidak layak!!" kata Bibo menatap enggan rumah Fang Jianheeng yang hampir roboh. Mungkin jika ada angin topan, rumah ini akan hancur tak bersisa. "Da... dada!! Daaa.... Daa!!" suara Raja Saetan terdengar hingga dapur. Seperti marah, namun terdengar lucu. Tapi tidak bagi Sisu dan Bibo yang tau semengerikan apa Raja Saetan kalau marah, ia tidak akan segan untuk membunuh. "Kak kita harus memperbaiki rumah ini, nyatanya Raja Saetan kembali ke tubuh bayinya saat siang tiba." kata Sisu. Meski tidak begitu paham maksud Raja Saetan dengan suara bayi itu, Bibo dengan cepat menghampiri bayi Raja Saetan yang sudah mulai marah. "Haish!! kau benar, kita harus memakai uang kita jika ingin melakukan itu!!" sahut Bibo terdengar tidak rela."Fang Jianheeng, apa kamu tidak berganti baju? Maaf, tidak bermaksud menyinggungmu, tetapi bajumu tercium bau busuk, aku membawa seragam bekas kakak perempuanku yang dulu sekolah di sini, aku jamin baju ini masih layak dipakai." kata Gu Liang, ketua kelas yang sangat diistimewakan karena ia adalah anak dari salah satu dewan sekolah sekaligus donatur di sekolah mereka. Salah satu murid laki-laki yang memiliki banyak fans wanita di luar sekolah, bertubuh atletis, dengan wajah tampan yang membuat siapapun terpesona kepadanya.Fang Jianheeng menatap baju itu, ia merasa aneh dengan kebaikan ketua kelas yang selama ini terlihat tidak peduli padanya. "Apa tidak masalah kamu memberikan baju ini? Lihatlah, bahkan sekarang kamu jadi perhatian teman sekelas karenaku..." kata Fang Jianheeng lagi, Gu Liang berbalik dan benar semua murid menatapnya namun buru-buru berbalik ketika melihat tatapan Gu Liang, tak ada yang berani cari masalah dengan murid istimewa."Terserah kamu mau pakai atau tidak!
Fang Jianheeng mengernyit tak percaya dengan kata-kata Raja Saetan barusan, bukankah pria itu akan membunuhnya jika memiliki kesempatan dan sekarang ia si Raja Saetan memintanya untuk bersandar kepadanya? "Kau bercanda!!" kata Fang Jianheeng kesal, namun ia masih menahan nada yang ia ucapkan. "Aku adalah Raja Saetan!! Aku tak pernah bercanda dengan kata-kataku!!" desis Raja Saetan, ia tak suka cara Fang Jianheeng menatapnya. Terlebih apa yang Fang Jianheeng katakan di dalam hati, nampak jelas terlihat dari sorot matanya. "Ya... Baiklah," "Kau hanya akan mengatakan itu?" "Hmm... Sekarang boleh aku pergi?" tanya Fang Jianheeng lagi. Raja Saetan hanya mengibaskan tangannya, memperbolehkan Fang Jianheeng untuk pergi. Lagipula kekuatannya sangat terbatas di pagi hari. Setidaknya Fang Jianheeng tau kalau gerak-geriknya terpantau oleh Raja Saetan, ia harus berhati-hati mulai sekarang. "Fang Jianheeng!! Mengapa terlambat masuk?" Guru Shaoxan adalah guru matematika yang s
Rumah Fang Jianheeng dipenuhi oleh beberapa tetangga yang bahkan tidak pernah menegur Fang Jianheeng. Mereka bahkan tidak sadar dengan kedatangan Fang Jianheeng yang langsung memarkir sepedanya di samping rumah. Fang Jianheeng mendekat, apa yang sebenarnya mereka lihat? "Lucu sekali, lihatlah dengan wajah marah saja bayi ini terlihat tampan!!" kata Bibi Lee Dam, ia tinggal agak jauh dari rumah Fang Jianheeng, karena posisi rumah Fang Jianheeng yang berada agak ke pinggir desa dan jauh dari perumahan lainnya. "Benar, aku tak menyangka kalau anak ini kehilangan orangtuanya, sungguh kasihan!!" sahut bibi Lao Shan. "Astaga, kalian ini terlalu lugu, aku curiga anak ini anak Jian!! Lihatlah ia terlihat mirip!!" tuduh bibi Bora Yue dengan wajah nyinyirnya. "Dia bukan anakku!!" Fang Jianheeng langsung muncul dan melihat bayi Raja Saetan sedang berada di pangkuan Sisu dan dikerumuni para tetangga. "Bibi, kau bicara sembarangan!! Bagaimana bisa kau menuduh seperti itu?" Bib
Wajah Fang Jianheeng terlihat pucat, bagaimana tidak ia bahkan belum makan sesendok nasi pun hari ini. Ia bahkan berbohong kepada Bibi Huanran, Fang Jianheeng menelan ludahnya sendiri. "Jian, pulanglah... Bibi lihat kau sangat pucat dan bawa makanan ini!!" kata Bibi Huanran. "Terima kasih bibi!!" Fang Jianheeng menurut, jika ia tidak segera pulang, maka ia hanya akan menyusahkan bibi Huanran. Fang Jianheeng mengambil makanan yang telah dibungkus rapi oleh bibi Huanran, tak lupa seperti biasa bibi Huanran memberinya beberapa keping tembaga. "Jian, jaga kesehatan dan jangan terlalu membenci ayahmu, bagaimanapun ia adalah ayahmu..." kata bibi Huanran memegang tangan Fang Jianheeng dengan lembut. Fang Jianheeng tentu tau kalau rumor tentang ayahnya telah menyebar, jadi Fang Jianheeng hanya mengangguk, ia tak mau mendebat bibi Huanran yang sangat baik kepadanya. Fang Jianheeng lalu mengayuh sepedanya dengan susah payah, jarak dari rumahnya ke rumah bibi Huanran lumayan jauh. Samp
Hari ini Fang Jianheeng memakai seragam bersih dan wangi, Bibo juga telah menjahit seragamnya agar tidak terlihat kebesaran di tubuh Fang Jianheeng. Tak lupa Sisu juga membantunya menata rambut dan mendandani sedikit wajah Fang Jianheeng yang memang cantik alami."Hei siapa dia?""Kau bodoh, dia murid yang selalu terlihat lusuh itu!!""Hah!! Kenapa hari ini dia terlihat cantik?""Sepertinya ada yang mendandaninya!!""Yah, makeup memang bisa membuat seseorang terlihat berbeda!!""Aku rasa itu bukan sekedar dandanan!! Dia terlihat bersih dan wangi hari ini!!""Benar, dandanannya tidak menor sepertimu!!""Aku mau menanyakan namanya!!""Kau bodoh, gadis itu sangat miskin, bukan level kita!! Kalau kau mendekati gadis miskin sepertinya, kau hanya akan diperasnya!!""Benar bisa jadi ia berubah seperti itu karna sudah punya bekingan!!""Maksudmu sugar dady?""Iyuuuuhhh, menjijikan!!"Fang Jianheeng masih berjalan dengan menunduk, meskipun ia sempat terpana dengan penampilannya di cermin tadi
"Fang Jianheeng kau seharusnya tidak melakukan itu, kau tau apa yang kau lakukan itu salah?!" Kepala Sekolang Huang Jumei menatap Fang Jianheeng dengan tatapan dingin, wajahnya memuram memikirkan bagaimana nanti jika orangtua Zie Luhan mengetahui anaknya dipukul di tempat yang tidak semestinya, tempat yang sangat rawan untuk meneruskan keturunan keluarga Zie. Huang Jumei hampir frustasi jika para orangtua itu mulai mengomel. "Brakh!!" Pintu dibuka dengan kasar. Benar saja seorang wanita dengan dandanan glamour dan terlihat sombong masuk dan langsung mendekati Fang Jianheeng. "Plak!! Plak!! Plak!!"Tiga kali tamparan mendarat di pipi Fang Jianheeng, Fang Jianheeng bahkan terduduk pada tamparan terakhir, pipinya benar-benar lebam. Namun rasa sakit itu tak membuat Fang Jianheeng menangis, ia menahan dengan susah payah air mata yang akan jatuh. "Kau menendang sesuatu yang berharga!! Jika terjadi sesuatu pada anakku Zie Luhan, maka aku akan memastikan hidupmu akan menderita!!" "Nyonya
"Kasihan, pasti ia mengira Gu Liang baik kepadanya karena suka, padahal karena permintaan Bunga." "Gadis miskin selalu baper( terbawa perasaan) kalau ada pria yang baik kepadanya," "Hihihi!! Bukannya dia sudah ada bekingan?" "Bekingan om-om?" "Bisa saja, kan banyak yang seperti itu sekarang ini, mereka gadis miskin akan menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya menjadi orang kaya." Fang Jianheeng tentu mendengar semua omong kosong yang mereka katakan, namun ia juga tak bisa melawan semua kata-kata yang dilontarkan kepadanya. Fang Jianheeng hanya bisa menutup telinganya, berusaha tidak mendengar semua itu. "Jegaaaarrr!!" Suara petir mulai terdengar diiringi derai air hujan yang mulai membasahi bumi, ketika jam pulang semua murid mulai dijemput. Ada yang dijemput kedua orangtua, ada yang dijemput saudaranya, ada yang dijemput neneknya, ada yang dijemput pengawal atau sekedar supir, setidaknya ada yang menemani mereka di saat hujan seperti ini. Sementara Fang Jia
Fang Jianheeng lalu berlari keluar dari rumah, ia terlalu sedih dan merasa kembali dikhianati. "Jian!!" Sisu ingin menyusul Fang Jianheeng, namun dihalangi oleh Bibo. "Biarkan dia sendiri Sisu, mungkin dia perlu waktu untuk menata hatinya..." "Kak, malam hari sangat berbahaya!! Bisa jadi Jian akan diincar oleh para siluman!!" sahut Sisu, membuat Bibo tersadar akan hal itu. "Kau benar Sisu, ayo kita kejar Jian!!" kata Bibo. Raja Saetan hanya terdiam, ia tak menghalangi Sisu maupun Bibo yang akan mengejar Fang Jianheeng. Raja Saetan punya urusan tersendiri yang harus ia selesaikan. "Yang Mulia, bolehkah kami mengejar Jian?" tanya Bibo meminta izin, Raja Saetan hanya mengibaskan tangan agar mereka segera pergi, tanda ia memberikan izin. "Sepertinya aku terlalu kejam pada gadis bodoh itu," Raja Saetan termenung sejenak, ia kemudian menggeleng pelan mengusir perasaan bersalah dari hatinya. "Lagipula dia yang memulai lebih dulu!! Dia selalu mendebat dan melawanku!!" gum