Home / Romansa / PELET CINTA LOLITA! / [42] Nggak Panas Kok

Share

[42] Nggak Panas Kok

Author: qeynov
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Adnan, lepas!!”

“Nggak mau!”

“Diliatin orang-orang Adnan!”

“Biarin! Kalau mereka punya mata, mereka emang harus liat, Yang.”

Budak cinta yang sungguh membagongkan. Dulu dirinyalah yang menempel, mencari-cari keberadaan Adnan. Namun sekarang posisi itu menjadi terbalik.

‘Aslik! Gue malu banget!’

Ternyata menjadi Adnan dahulu kala sangat tidak enak. Selain rasa malu yang tidak bisa dirinya abaikan keberadaanya, timbul juga perasaan risih dan ingin melayangkan bogem mentah, supaya Adnan sadar dari kegilaannya.

“Yang, ikut aku ke ruang BEM. Kita disana aja sambil nungguin jam kelas ke-2 kamu.”

“Heh! Ngadi-ngadi! Kena grebek warga kampus, nyaho!”

“Nggak bakalan, Yang! Disana kan juga pasti ada anak-anak lain.”

Benar juga sih. Anggota BEM kan bukan hanya Adnan, Abangnya dan antek-antek mereka saja. Apalagi anak-anak BEM-Fakultasnya saja lebih suka nangkring di BEM-Universitas. Katanya, disana lebih banyak anak dari berbagai prodi— itu membuat tempat tersebut menjadi lebih seru.

Katanya.. L
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PELET CINTA LOLITA!   [43] Yah, Yang!

    “CK! Gini nih kalau kawin lagi anget-angetnya! Bini bar-bar juga dikirannya cilor yang gampang mleyot!”“Abang apa sih! Lebay deh!”Argam berdecih. “Maaf-maaf nih! yang lebay laki lo kali!”Lolita tak membalas. Ia takmemiliki pembelaan karena apa yang dikatakan oleh sang kakak benar adanya.Adnan le- to the- bay (lebay), pake banget!KEEMPATNYA BERTOLAK menggunakan mobil Adnan. Ketika sampai, Lolita dengan tegas melarang Adnan untuk mengikutinya. Gadis itu mengusir para laki-laki agar tidak mengganggu quality time-nya bersama Melisa.“Bilang dulu kamunya mau kemana, Yang.” Adnan ngotot, tak ingin melepaskan Lolita sebelum sang istri mengatakan tujuannya.“Muter-muter Adnan! Masa ya, iya, harus dijelasin. Paham yang namanya nge-Mall, nggak sih?!”“Tauk, aku paham, Yang.” “Nah,” Lolita mencoba menarik lengannya dari genggaman Adnan, “lepasin, cepet! Kamu sama Abang nongki aja sana di Sbuxs.”“Aku ikut ya,” ucap Anya, terdengar memohon.“Apaan sih!” Lolita menyentak.“A

  • PELET CINTA LOLITA!   [44] The Crazy Adnan Family

    “Bang Argam!”“Baaang!!” Melisa menyentak membuat Argam menghentikan langkah kakinya.“Why?” tanya Argam. Jari-jarinya tak melepaskan genggaman pada telapak tangan Melisa.“Kacau lo, Bang.”“Kenapa lagi sih?”“Nanya lagi! Abang ngapain pake nyeret-nyeret tangan aku segala, didepan Loli? Katanya mau backstreet?”“Emang mulut lo bisa jaga rahasia ke Loli?”“Ya enggak sih. Kan diantara kita nggak boleh ada dusta,” jawab Melisa, santai. Ia tadi membongkar rahasianya bersama kakak sahabatnya. Sebuah rahasia yang sebenarnya tidak penting juga untuk dirahasiakan.Argam menepuk keningnya dengan tangan yang menganggur. Sudah Argam duga! Mulut adik dan kekasihnya mana bisa diandalkan.“Ya udah kalau gitu. Ngapain lo masih sok-sokan jadiin kita rahasia?”“Ya, kan, lo yang nyuruh. Biar lagaknya aja gitu. Loli juga bilang aman kok, nggak bakalan ngungkit-ngungkit ke lo, Bang.”Tukar tambah kekasih bisa tidak ya?!— Pikir Argam. Ia sudah memiliki adik yang tidak waras, masa harus punya kekasih yang

  • PELET CINTA LOLITA!   [45] When Argam Meet Camer

    Argam berlari menuruni anak tangga. Langkahnya terhenti tepat di depan Televisi yang tengah papi dan maminya tonton.“Gam! Minggir! Kamu ngalangin Mami nonton dracin ih!”“Lima menit, Mi!” Argam membuka lebar telapak tangannya. “Argam ada perlu sama Papi.”“With me?”“Iya, Pi.” Angguk Argam.“Tapi Papi ngerasa nggak punya perlu sama kamu tuh, Gam..”Bibir Argam pun berkedut. Ia hanya ingin meminjam mobil papinya untuk pergi ke rumah Melisa. Jika saja papinya merupakan sosok yang teledor dalam menyimpan barang, ia tidak akan seperti ini— tepatnya mempermalukan diri sendiri.“Ah, anak ini! Itu tokoh laki-lakinya mau kiss si cewek! Awas-awas!” sang mami melambaikan tangannya. Layaknya pecinta drama-drama asia, beliau cukup antusias kala adegan romantis ditampilkan.“Pi, anak kamu! Jangan sampe kalian berdua tidur di teras!” ancam mami pemuda itu membuat Argam menyingkir beberapa langkah ke samping kiri.“Malem-malem gini ada perlu apa sih, Gam? Nggak bisa besok aja? Kamu ganggu quality t

  • PELET CINTA LOLITA!   [46] DUAR!

    “Morning Loli kesayangannya Ibu..”“Pagi cucu cantiknya, Oma.”“Mukanya kok keliatan nggak fresh. Kurang boboknya?” tanya Tatiana. Perempuan itu menuangkan susu ke dalam gelas lalu meletakkannya dihadapan Lolita.“Abangnya Loli dari semalem berisik, Bu. Kayaknya putus cinta sama sahabatnya Loli.”“Yah, kirain kamu kurang bobok karena anak Ibu.”“Eh?” pekik Lolita. ‘Maksudnya apa nih?’ Perempuan muda itu lalu melanjutkan tanda tanya-nya dalam hati. Ibu mertuanya tidak sedang berpikir yang, ‘iya-iya kan?’ Secara masih terlalu pagi untuk berkotor-kotor-ria.“Kamu nih, Ti. Mereka kan masih muda. Masih proses belajar dan menyesuaikan diri. Emangnya cucu Mama, kamu..Nyosor Khoir mulu.”“Wah, Mama! Fitnah aja kerjaannya.” Dengus Tatiana. “Sayang, jangan dengerin Oma kamu, Ibu tuh orangnya nggak rendahan. Ayah emang ganteng, tapi ya nggak gitu juga.”Khoiron yang disebut-sebut pun hanya melirik sang istri dari balik layar ponselnya. “Ehem.. Kalau ketemu berantem mulu kayak kucing sama tikus.

  • PELET CINTA LOLITA!   [47] Ayaaaang! Jangan Lari!

    “Anying-lah!”“Kenapa, By?” tanya Adnan melirik Lolita yang tampak kesal usai memainkan telepon genggamnya.“Kelasku kosong! Tau gini berangkat siang aja aku!” dumel Lolita membuat Adnan terkekeh. Pria itu mengacak rambut sang kekasih. Adnan pikir ada masalah serius apa sampai istri cantiknya mengumpat tiba-tiba. “Ya udah, kamu nongki-nongki aja bareng Melisa. Nanti aku tambahin uang jajannya biar cukup sampe jam ke-2.” Ucap Adnan membawa angin segar untuk jiwa nelangsa Lolita.“Bener ya?” “Iya, By. Apa sih yang nggak buat kamu..” Sekali lagi Adnan mengacak pangkal rambut Lolita.Dibelakang keduanya, tepatnya segaris lurus dengan kursi yang Adnan tempati, tampak sepasang telapak tangan terkepal. Gadis yang menumpang pada mobil Adnan itu meradang melihat interaksi kedua manusia di depannya. Sepanjang perjalanan menuju kampus, eksistensinya seakan tak dianggap ada. Adnan yang dirinya ikuti bahkan tak mengajaknya mengobrol, meski itu hanya sekedar basa-bas

  • PELET CINTA LOLITA!   [48] Pembuktian Cinta Argam

    “Gece, Bang!”Argam menelan kasar air liurnya. Ia sudah menyanggupi tantangan Melisa. Tak ada jalan lagi untuk mundur. Ia memang harus melakukan apa yang Melisa perintahkan agar tidak ditinggalkan.“Ah, lama!”“Mel!” Argam mencekal pergelangan Melisa, tak membiarkan Melisa beranjak. “Sabar! Persiapan bentar.” Ucapnya, beralasan.Fiuh!Bersama dengan napas yang dirinya hembuskan, kini Argam sepenuhnya siap.“Bismillah,” lontar Argam membuat Melisa memutar bola matanya.“Nggak sekalian baca doa makan lo, Bang?! Tumbenan amat kayak orang mau berangkat perang!” nyinyir Melisa. Dimatanya, Argam terkesan seperti tengah mengulur-ngulur waktu.“Mel..” Argam memelas. Ia menatap Melisa dengan bibir yang sedikit mengerucut.“Ya udin! Cepetan! Panas nih disini!”Argam menghitung mundur dalam hati. Pada hitungan terakhir, ia mulai mengangkat pengeras suara yang dirinya pinjam.“Halo, Halo, Bandung! Ibu Kota.. Argh!” jerit Argam. Ia melirik kaki kanannya yang tertindih oleh sepatu milik Melisa.“Sa

  • PELET CINTA LOLITA!   [49] Hari Gini Nggak Ke Dukun?!

    “By..”Adnan melambaikan tangannya, memanggil sang kekasih hati yang berada tak jauh darinya.“Lo langsung caw, Nan? Nggak nongkrong-nongkrong dulu?”Adnan mengangguk. Pemuda itu menepuk pundak Farhan, “yang kita lakuin dari tadi apaan kalau bukan nongkrong?” celotehnya membuat Farhan menganga.‘Are you kidding me?’ Sahabat terdekat Adnan itu melontarkan pertanyaannya melalui sebuah tatapan.Nongkrong macam apa yang Adnan maksud? Jika itu berleha-leha sembari menunggu kelas adik junior mereka selesai, maka mengantarkan maminya berbelanja ke pasar, juga bisa disebut nongkrong sekarang. Adnan terkekeh. Ia dapat membaca tatapan yang Farhan layangkan padanya. “Main aja ke rumah. Nyokap pasti happy.” Ucapnya lalu memberikan tepukan terakhir sebagai salam perpisahan. Hal tersebut juga dirinya lakukan pada Tama dan Nando.“Makin bucin aja gue liat,” seloroh Tama. Ketiganya menatap punggung Adnan yang berlari menghampiri Lolita. “Perasaan dulu anti banget sama fans-nya yang itu,” timpalnya,

  • PELET CINTA LOLITA!   [50] Najis Tralala-Trilili!

    “Nan, itu si Tapasyong bukan sih?”Lolita melepaskan sabuk pengaman yang melingkupi tubuhnya. Ia bergerak maju, mencoba memastikan jika indera penglihatannya tak salah tangkap.“Iya, Njir!” Pekiknya sembari memukul dashboard mobil.“Kok dia udah nyampe sini aja, sih?!” gerutu Lolita.Mereka yang pulang terlebih dahulu saja belum sempat melewati gerbang rumah, tapi gadis itu malah sudah menyetor muka pada kedua orang tua Adnan.“Elah, mana pas banget, ibu lagi nyambut Bapak. Malesin deh!” Lolita menghempaskan tubuhnya. Ia kesal. Apa coba maunya tetangga Adnan ini?! Pulang kuliah bukannya langsung ke rumahnya sendiri, eh, malah berhenti di rumah orang lain.“Fans kamu nggak ada yang bener! Bikin bad mood aja!”“Maaf,” ucap Adnan, lirih.Adnan memarkirkan mobilnya tepat disamping milik Khoiron. “Mau dibukain, By?” tanya pemuda itu setelah menekan tombol pengunci pintu mobil.“Bisa sendiri!” jawa Lolita, ketus.Adnan menghela napasnya pendek. Dalam hati, pemuda itu beristighfar. Lagi-lagi

Latest chapter

  • PELET CINTA LOLITA!   [69] Will You Marry Me, Lol?

    “This is it, By.. Disini tempat paling bersejarah yang tadi aku bilang..” “Hah?!” Bercandaan Adnan sungguh tidak menyenangkan. Lolita sampai terperangah dibuatnya. Tempat yang Adnan sebutkan tidak lebih dari sebuah pohon besar dipinggiran jalan setapak yang sekitarnya tertanam beberapa pohon lain. “Haha-haha! Oh, aku tau. Disini pasti pernah dijadiin arena perang ngelawan penjajah kan?!” tanya Lolita dengan tawa sarkasnya. Adnan menggelengkan kepalanya. Pemuda itu kemudian setengah berjongkok, menurunkan sang istri dari punggungnya. “No, No! ini nggak ada hubungannya sama masalah penjajahan dulu, By.” “Nan, kamu paham sarkasme nggak?!” lontar Lolita dengan sadisnya. “Please lah! Kamu ngajak aku jalan jauh cuman buat liatin nih pohon?!” Sebelum sang istri menyemburkan amarahnya, Adnan meraih telapak tangan gadis itu dan berkata, “kamu bener, By. Tapi aku punya alasan kenapa bawa kamu kesini..” Adnan meremas jari-jari Lolita. Kepalanya mendongak, menatap ranting-ranting pohon y

  • PELET CINTA LOLITA!   [68] Alah!

    “Mel..”Lolita membuka pintu kamar yang disediakan untuk sahabatnya. Sebuah ruangan sederhana dengan perabotan selayaknya kamar tidur, tapi entah mengapa terasa begitu nyaman kala masuk ke dalamnya.“Tutup, Lol!” Erang Melisa, terdengar serak.Melihat satu-satunya sahabat yang ia punyai tepar tak berdaya, Lolita pun tak mampu menahan kikikkannya. “Capek banget ya, Bu?” tanya Lolita sembari mendudukkan dirinya pada pinggiran ranjang.Andai Melisa mengatakan ‘iya,’ Lolita akan sangat memaklumi jawaban tersebut. Sepanjang bus menyusuri jalanan, bersama kakak lelakinya, gadis itu membantu menjaga Awi.Ketiganya terlalu energik meski berada di dalam kabin bus. Ia yang melihat saja sampai keheranan. Mereka bertiga tampak seperti tak mempunyai tombol off, ada saja yang dijadikan kegiatan untuk seru-seruan, seakan mereka tak merasakan lelah barang sedikit pun.Eh, eh, ternyata... Asumsinya itu salah! Ketiganya rupanya masihlah seorang manusia biasa. Rasa lelah yang ia pertanyakan eksistensin

  • PELET CINTA LOLITA!   [67] Rupanya Adnan Punya Janji

    Rombongan dengan bus mewah yang berangkat dari Jakarta itu, tiba di Jawa Tengah pada pukul 08:00 pagi waktu setempat. Perjalanan tersebut terbilang cukup lama mengingat mereka beberapa kali singgah untuk bersenang-senang.Ya, bukan untuk beristirahat, tapi untuk bersenang-senang!Terhitung ada sebanyak 5 tempat persinggahan yang mereka jadikan spot untuk mengusir kejenuhan dalam perjalanan. Kegiatan yang dilakukan rombongan itu antara lain adalah makan, mengopi, berghibah dan satu kegiatan yang tak mungkin tertinggal yaitu, membelanjakan uang suami.Sebelum menuju rumah keluarga besar ayah Adnan, mereka juga sempat singgah ke penginapan terdekat untuk menyiapkan diri. Mereka semua mandi dan berdandan disana, memastikan jika diri mereka pantas untuk bertamu serta memampangkan muka.Dari apa yang Lolita dengar dari mulut ibu mertuanya, keluarga besar ayah Adnan sendiri telah mempersiapkan sambutan yang meriah demi menyambut kedatangan mereka. Kegiatan pembelajaran di pondok pesantren di

  • PELET CINTA LOLITA!   [66] Semua Demi Lolita Si Kesayangan Semua

    “Papa, bisnya bagus ya?!” Adnan tersenyum dengan anggukkan kepalanya. Ia membelai kepala Awi sembari bertanya, “Awi mau beli satu yang kayak begini?!” “Ma..” Sayangnya, jawaban Awi itu terpotong oleh suara batuk Lolita. “Enggak, Papa!” ubah Awi, menggeleng. Anak itu merangkak menaiki paha Adnan. Ia berusaha berdiri demi untuk membisikkan apa yang ingin dirinya katakan kepada sang papa. “Awi nggak mau soalnya Mama pelototin Awi.” Ucap Awi ditelinga papanya. Aduan bocah itu tak pelak membuat Adnan terkekeh. Betapa dahsyatnya seorang ibu. Tanpa berkata-kata saja, manusia berjenis kelamin perempuan itu dapat menciutkan nyali seseorang. Ah! Apa mungkin Awi-nya yang berbeda?! Dulu ketika dirinya kecil, semakin mamanya melotot, maka ia akan semakin senang untuk berulah. Terlebih disisinya ada opa dan oma yang selalu menjadi pendukung setianya. Kalau mamanya belum mereog, tingkah menyebalkannya akan terus berlanjut. “Good boy banget sih kamu jadi anak, Wi.” Kekeh Adnan, mencubit pipi te

  • PELET CINTA LOLITA!   [65] Bye-Bye, Tasya!

    Hari yang orang tua Adnan tetapkan sebagai hari keberangkatan ke kampung halaman pun tiba. Seperti yang Adnan katakan, hari tersebut berada pada angka ke enam dalam hitungan minggu, bertepatan dengan awal libur semester hingga tak mengganggu jalannya perkuliahan.Seharusnya! Karena mengganggu atau tidaknya, Adnan sendiri juga tidak tahu. Istrinya memutuskan untuk tak mengikuti jalannya perbaikan meski nilai-nilai mata kuliahnya belum keluar.Semoga saja tidak ada mata kuliah yang mengharuskan Lolita mengulang disemester selanjutnya. Sebentar lagi masa studinya akan berakhir dan secara tidak langsung, itu menandakan bahwa ia tidak lagi bisa menemani hari-hari sang istri di kampus. Mereka harus terpisah dalam beberapa jam setiap harinya.Ah! Membayangkannya saja, rasanya Adnan tak sanggup. Ia khawatir ada mahasiswa yang mendekati istrinya saat dirinya tak lagi berada disana.Nama istrinya sendiri kini sudah meroket selayaknya bintang kampus. Dia tidak lagi dibenci secara membabi-buta. B

  • PELET CINTA LOLITA!   [64] Senjata Makan Tuan

    Seorang gadis tampak merapikan rambut bergelombangnya. Bibir tipisnya yang terpulas pewarna berwarna merah keorenan, tertarik seiring dengan seringaian tipisnya.“Kata Mama, ini pasti berhasil!” gumamnya, percaya penuh akan kata-kata sang mama.Gadis itu adalah Tasya. Dikarenakan pengiriman pelet yang tidak kunjung menampakkan hasil, ia dan mamanya pun membuat gebrakan terbaru dengan memasang susuk pemikat.Kali ini ia memilih orang sakti yang namanya tersohor di kalangan para artis Ibu Kota. Rekam jejaknya sangat bagus. Mamanya sendiri mengakui eksistensinya yang masih bertahan sejak bertahun-tahun.Sosok yang mereka pilih ini dulunya sering dimuat dalam media publikasi, khususnya majalah wanita. Beliau juga sempat menjadi salah satu orang yang dituju oleh salah satu artis kenamaan Indonesia.Spesialis dari orang berkemampuan tinggi itu adalah ketok aura. Beliau membuka aura seseorang, menjadikannya lebih cantik dan bersinar dari sebelumnya.“Harus yakin!” Seloroh Tasya menarik masuk

  • PELET CINTA LOLITA!   [63] Bapak sama Anak, Sama-Sama Horornya

    “Bohong! Aku tuh tetangganya Adnan. Rumah aku ada didepan rumah dia. Kalau Lolita-Lolita itu udah kenal Adnan dari lama, nggak mungkin aku baru tau dia hidup di dunia!”Errr!!Kalimat yang Tasya lontarkan cukup pedas. Teman-temannya sampai tercengang mendengar penuturan gadis yang biasanya bersikap lembut itu.Arogan!Kalimat yang Tasya gunakan terdengar sangat arogan ditelinga teman-temannya. Semakin lama mereka mengenal Tasya, mereka semakin memahami bagaimana cara pikir gadis itu.Semua hal berkenaan dengan Adnan, entah itu benar atau tidak, Tasya bertindak seakan dirinya mengetahuinya lebih baik dari siapa pun.Tingkahnya seolah-olah dia dan Adnan hidup berbagi napas yang sama dan tidak pernah terpisahkan meski itu satu detik pun.Lambat laun, sikap terlewat halu itu tentu membuat teman-temannya merasa tak nyaman.“Lo kan cuman tetangganya, Tas. Nggak 24 ours bareng dia. Lagian dia kenal siapa, nggak mungkin laporan ke lo juga kan?”“Tapi nggak make sense kalau itu anak mereka. Si

  • PELET CINTA LOLITA!   [62] Efek Terlalu Ugal-Ugalan

    “Siapa lo, Lol?” Setiap kali pertanyaan itu muncul, maka dengan percaya dirinya Lolita akan mengatakan, “anak gue!”Jawaban tersebut kontan membuat heboh teman-teman kampusnya. Mereka yang tidak mengetahui asal-usul Awi pun berbondong-bondong mengerubungi Lolita.Karenanya, kantin siang ini menjadi sangat penuh dengan orang-orang yang penasaran akan keberadaan Awi.Lolita sungguh tak habis thinking dengan kekepoan orang-orang ini. Mereka seolah tak mempunyai pekerjaan selain mengurusi urusan orang lain.“Heh! Lo semua pada ngapain sih sebenernya?! Gue bukan Kendal Jenner, An,” Lolita menelan air ludahnya. Hampir saja dirinya keceplosan mengumpat di depan Awi. Sebagai seorang ibu muda, mulutnya harus terkontrol untuk dijadikan contoh yang baik. “An-Anjayani!”Aigoh! Terpakai juga akhirnya plesetan kontroversial yang sempat booming itu. Yah, mau bagaimana lagi! Namanya juga emak-emak. Moral anak lebih utama. Kalau tidak lupa sih! Manusia kan bisa saja khilaf. Asalkan tidak disengaja

  • PELET CINTA LOLITA!   [61] Punya 10 Anak? Hayuk!

    “Awi, kiss Kakeknya..” Setelah mendapatkan ciuman dari putranya, Diding memandang lama sang putra. Lengannya yang kurus terulur, membelai pipi bocah yang kini tampak berisi. “A-Awi,” Pria itu memaksakan diri untuk dapat berucap. Meski payah dalam mengusahakan suaranya, ia tetap berkata-kata, meminta Awi untuk menjadi anak yang penurut dan sholeh. “Bilang apa ke Kakek, Wi?” “Akek ati-ati. Telepon Awi..” “Ya, ya, pasti Kakek telepon Awi setiap hari,” jawab Diding cepat dengan pita suaranya yang bergetar karena menahan tangis. Perpisahan ini akan menjadi sangat lama untuk mereka. Meski merasa berat meninggalkan Awi, Diding harus melakukannya demi bisa mengumpulkan banyak uang. Mencari modal agar ia bisa mengasuh dan membesarkan Awi dengan tangannya sendiri. “Pak Diding, sehat-sehat ya.. Jangan khawatirin Awi disini. Bapak fokus kerja saja disana. Insyaallah, kalau Pak Didingnya nggak bisa pulang, nanti kita yang susulin buat anter Awi ketemu Bapak.” Diding pun meraih tangan Khoiro

DMCA.com Protection Status