"Matilah bersama ibumu, Matilah!!" teriak Sang Kaisar di hadapan putranya.
Girgal menatap nanar pria itu, sambil mendekap ibunya yang terkulai lemah bersimbah darah. Girgal tidak pernah tahu, bahwa hubungan keluarga yang dimilikinya dengan sosok kaisar merupakan kemalangan untuknya.Beberapa jam sebelum kejadian."Siall, aku masih memiliki uang untuk taruhan kali ini""Hahaha, lihat wajah Girgal yang bodoh itu. Dia sudah sangat bangkrut tapi masih saja sombong,"Girgal melemparkan dua keping emas di hadapan mereka semua, lalu memasang taruhannya penuh percaya diri."Cepat lakukan putaran penuh!!"Girgal pulang dengan wajah muram, tak ada satupun koin yang kembali dari permainannya. Sophia Ibu Girgal, membuka pintu rumahnya sambil tertawa melihat Girgal bermuram durja di tepi jalan."Putraku, ayo kita masuk. Sebelum kamu menghabiskan seluruh pakaian sendiri demi permainan itu,"Girgal mendengus kesal, dia menyentakkan kakinya seperti anak kecil lalu masuk ke dalam rumah. Sophia menghidangkan makanan sederhana, memberikan beberapa pelajaran baca tulis pada Girgal karena mereka tidak memiliki biaya untuk masuk ke akademi pelatihan kota."Ibu, mengapa kita harus belajar dan belajar? Aku ini cukup kuat dalam fisik, jadi tidak butuh kekuatan otak,""Girgal, tidak semua pekerjaan membutuhkan fisik, kadangkala ilmu pelajaran penting sayang. Keduanya harus seimbang, jadi cepat perhatikan pelajaranmu," terang Sophia.Girgal cekikikan mendengar sophia memarahinya, baginya omelan yang keluar dari ibunya adalah hiburan saja. Girgal memutar penanya, pelajaran mengeja dan menghitung sangat sulit untuknya. Namun, Girgal mengingat besok harus bermain lagi, tapi koin emas pemberian ibunya sudah habis dalam sehari."Ibu!! Ayo kita pergi ke tempat ayah, meminta beberapa kotak emas padanya," teriak Girgal."Apa?! Ibu ti-tidak bisa datang bertemu dengannya,""Mengapa ibu? Ayo cepat kirim pesan padanya dan meminta koin yang lebih banyak,"Melihat wajah Girgal memohon, Sophia pun mengiyakan untuk bertemu ayah Girgal. Tibalah mereka berdua di sebuah gubuk di ujung bukit, Girgal awalnya bertanya pada sophia mengapa mereka harus ke bukit."Ibu akan masuk lebih dulu, kamu bisa masuk setelah ibu memanggilmu,""Baik ibu, jangan terlalu lama,"Girgal pun menunggu sophia, sambil menatap langit malam yang sangat gelap tanpa bintang. Tapi, setelah beberapa jam tanpa ada kabar, Girgal mulai gelisah mengapa begitu lama. Akhirnya dia memutuskan masuk ke dalam gubuk itu, namun tubuh sophia tergeletak kaku di lantai. Membuat Girgal segera berlari memeluknya, lalu melihat sosok pria tinggi besar di hadapannya."Putra haram ini, sangat peduli padamu sophia,""Siapa kau?! Apa yang telah kau lakukan pada ibuku bajingan!!""Berkatmu, sophia pergi dari wilayahnya dan sekarang karenamu sophia merelakan hidupnya. Entah apa yang dipikirkan perempuan bodoh ini,""Ap- Diamm kau bajingan brengsek!!"Girgal menangis, tangannya penuh dengan darah yang terus mengalir dari perut sophia yang tertusuk belati itu. Rahang Girgal mengeras, dia begitu emosi sampai tak bisa mengucapkan sepatah katapun lagi."Matilah bersama ibumu, Matilah!!" teriak pria itu.Girgal menatap nanar pria itu, sambil mendekap ibunya yang terkulai lemah bersimbah darah. Girgal tidak pernah tahu, bahwa hubungan keluarga yang dimilikinya dengan sosok kaisar merupakan kemalangan untuknya."Ibu... bukalah, kumohon bukalah matamu ibu," Girgal menepuk pelan pipi sophia.Air matanya sudah tak bisa berhenti mengalir, sosok pria besar itu keluar sambil menendang kaki sophia yang terjulur di lantai. Girgal meraung sedih, malam itu begitu gelap dan suram untuknya."Aku akan membalas pria itu ibu, hidupku semata-mata untuk memenggal pria itu di hadapanmu,"Isak Girgal, keheningan itu mulai merambah masuk dalam gelapnya malam. Suara tanah yang terus ditimbun dan air siraman itu, membuat hati Girgal tercabik lebih dalam. Malam penuh luka, tak akan pernah terlupakan.Keadaan desa Redush tetap tenang, seperti tidak ada suatu kejadian pun yang terjadi. Girgal melangkah begitu lemah, sayup-sayup terdengar panggilan teman-temanya di depan pertokoan."Setelah ini aku harus apa ibu? Haruskah aku membuang kenangan bersamamu?" gumam Girgal.Akhirnya Girgal memutuskan membereskan rumah milik ibunya, banyak buku dan beberapa benda yang jarang Girgal lihat. Apalagi, gudang bawah tanah yang cukup penuh dengan barang-barang."Ibu menyimpan ini semua? Hmm... aku pasti akan menyerah jika harus mempelajari lusinan buku ini bu," lirih Girgal sedih.Mengingat kembali, betapa gigihnya sophia memberikan Girgal pelajaran meskipun dia tetap malas dan tidak mengerti banyak hal. Saat Girgal ingin mengangkat kotak besar keluar, sebuah surat jatuh ke lantai.Girgal menatapnya bingung, stempel kerajaan itu tampak tidak asing baginya. Benar, surat itu berasal dari kerajaan Jinxi, rasa penasaran Girgal semakin menjadi-jadi. Akhirnya dia merobek lem kertas, dan membaca suratnya dengan seksama."Ibu... ibu maafkan akuu!! Maafkan aku ibu!!" teriak Girgal.Pria itu meraung kesakitan, bukan luka yang tampak tapi sebuah luka hati sangat dalam harus Girgal tahan. Surat itu berisi ancaman untuk sophia, tidak hanya satu surat tapi puluhan surat dalam kotak berjatuhan dipenuhi ancaman."Huhu... ibu.. hatiku begitu sakit,"Seperti ada batu yang mengganjal di tenggorokan Girgal, isak tangisnya memenuhi ruangan gelap itu. Sophia telah menyembunyikan lukanya begitu lama, berbalut senyuman dan ketulusannya menjaga Girgal sampai dewasa. Padahal, kaki dan tangan sophia sudah terbelenggu karena lahirnya Girgal sebagai anak raja yang tidak diakuinya."Bajingannn!! Aku tidak akan memaafkanmu sialan!!"Girgal meninggalkan desa, berpindah ke wilayah Mosvil yang merupakan pegunungan terjal tempat pusaka terhebat berada. Itu semua terjadi, karena Girgal mendapatkan buku harian ibunya. Disana tertulis beberapa latihan dan benda pusaka yang mampu menjadikan seseorang tak terkalahkan, melihat sophia berusaha keras membuat Girgal belajar membaca itulah tujuan buku harian sophia ada, membantu dan mendukung Girgal meskipun tanpa sosok sophia lagi."Ibu, terima kasih-""Minggir!! Dasar rakyat jelata. Aku harus mengambil jalan itu," seru seorang wanita muda."Huh? Siapa kau sampai-sampai memerintah orang lain begitu,""Tsk, dasar manusia bodoh!! Dia adalah putri dari kepala wilayah," sahut seorang wanita lainnya."Aku tidak bertanya, kalian hanya membuang-buang waktu saja,"Girgal melenggang pergi, menjauh dari kedua wanita itu. Menuju jalan ke kiri, agar tidak bertemu mereka."Ck ck, kau sangat dingin pada wanita cantik,""Hmm, apa lagi ini," ketus Girgal dengan wajah malasnya.Pria itu memp
Girgal memasuki balai kota, mencari petunjuk tentang izin lencana yang bisa digunakan untuk memasuki wilayah pegunungan mosvil."Kau pasti orang baru disini, ingin membuat lencana penduduk atau pendekar?""Lencana pendekar, bisakah?""Tentu, tapi kau harus melewati beberapa ujian beladiri dari akademi. Jika kau ingin, aku bisa membantumu,""Tidak perlu, aku akan menemukan jalan lain untuk masuk ke ujian disana,"Girgal menggosok dahinya lembut, menyeka keringat yang bercucuran karena cuaca begitu panas di sore hari. Dari jauh Anne datang menghampiri Girgal, sambil tersenyum lebar."Girgal, apa yang sedang kamu lakukan disini?""Itu bukan urusanmu,""Apa kau memiliki keperluan? Mungkinkah kau ingin lencana pendekar?""Tidak, itu bukan urusanmu,"Anne membawa beberapa kertas, meminta Girgal mengisinya sebagai data diri peserta akademi pendekar Mosvil. Wanita itu sangat gigih, meskipun Girgal menolaknya beberapa kali, dia tetap berdiri dengan lembaran data diri itu."Ayolah Girgal. Setel
Pria berbaju serba hitam, dengan tongkat kayu di kakinya berjalan melewati Girgal begitu saja. Pria itu menghadap ke atas langit, sambil menadahkan tangan kanannya."Takdir membawamu terlalu jauh, tapi apa yang sedang kau cari tidak ada disini,""Apa yang kau maksud? Jangan sok tau dengan urusanku,""Hmm... sikapmu dan penampilanmu begitu angkuh, cobalah perbaiki itu sebelum mencapai tujuanmu," pria itu menusuk Girgal lurus.Girgal melenggang pergi dari hadapan pria itu, tidak ingin mendengar omong kosong lagi. Tiba-tiba pria itu, meninju perut Girgal keras hingga terjatuh ke tanah. Tanpa ada aba-aba dan gerakan sedikitpun, pukulan yang sangat kuat dari tinju yang tampak lemah itu membuat Girgal mengerang kesakitan."Aaaarggh apa yang kau lakukan, sial ini sakit sekali," erang Girgal."Hahahaha, kau hanya kuat saat melihat lawan yang kuat. Tapi, ketika kau berhadapan dengan pria lemah sepertiku, keangkuhan itu sangat memalukan,"Girgal bangkit dengan sisa tenaganya, lalu mencoba meny
Pagi buta, Girgal melatih dirinya di daerah padang akademi. Banyak siswa yang memperhatikannya, bahkan mengejek Girgal karena terus mengulang gerakan ratusan kali. Hingga, seorang pria melemparkan pedang kayu ke arah Girgal."Ayo bertarung denganku bodoh!!""Hahahahaha, lihat paman itu bahkan hanya mematung melihat lawannya,""Aku tidak punya waktu untuk bertarung denganmu," ujar Girgal malas.Siswa itu mendorong bahu Girgal keras, lalu mengejeknya dengan perkataan kasar. Akademi yang menurut orang-orang sebagai tempat pendidikan para pendekar, ternyata hanyalah tempat mendidik kesombongan siswanya."Aku tidak berminat jadi, pergilah dasar bocah,""Owh, dia paman yang menabrakku kemarin!!" seru seorang wanita dari jauh."Jessy, aku senang melihatmu disini. Apa yang kau lakukan?""Leo, paman itu menabrakku kemarin. Itulah sebabnya aku datang terlambat," keluh Jessy.Pria yang bernama Leo, mengerutkan keningnya kesal. Girgal menghela nafas panjang, mungkin dia tidak bisa pergi begitu sa
Girgal mematung, ada banyak pengawal kaisar yang berada di sekitar penginapan. Boby yang sejak pagi sudah pergi untuk mencari informasi, membuat Girgal merasa khawatir jika dirinya melakukan kesalahan, dan membuat Boby dalam masalah."Tuan, mohon maaf sebelumnya. Karena ada inspeksi penyelidikan kasus pencuri benda pusaka, pihak kekaisaran akan menggeledah kamar anda. Mohon untuk menunggu di lantai bawah," ujar sang pemilik penginapan.Girgal mengangguk paham, lalu secepat kilat tangannya menyambar tas nya dan pergi ke lantai bawah untuk menunggu Boby."Apa kalian tahu, bahwa pedang pusaka milik kaisar telah di curi?!""Iya, aku mendengar berita itu di restoran tadi pagi, aku berpikir mungkin hanya bualan saja. Tapi, sepertinya benda yang hilang itu sangat penting,""Ini adalah benda pusaka satu-satunya wilayah Bulgu, beberapa guru besar mengatakan bahwa pedang ini bisa menarik darah penggunanya dan menjadikan orang tua kuat,""Menarik darah? Bukankah itu sedikit berlebihan bung hahah
Girgal menatap pedang yang bersandar di lemari, lalu menatap ke sekelilingnya tidak ada satupun orang di kamar. Suara berdengung itu membuat Girgal sadar, bahwa pedang itu terlihat aneh sejak kemarin."Kontrak darah itu sepertinya berjalan lancar, tapi mengapa aku merasa aneh setiap mendengar suara yang dikeluarkan pedang itu,"Girgal bangkit dari duduknya, dia memasang sarung pedang baru agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaan pedang itu. Boby pun muncul di balik pintu, sembari membawa secangkir teh hangat untuk Girgal."Paman, seseorang mencarimu di bawah. Mereka tampak mengenalmu dengan baik paman,""Mencariku? Baiklah, aku akan segera turun. Kau berkemaslah, kita akan pergi setelah ini,"Boby mengangguk paham, Girgal segera keluar dari kamar dan menuju lantai bawah. Langkah Girgal sedikit melambat, ketika melihat Jack, Anna dan para siswanya berdiri di dekat meja makan. Dengan langkah berat, Girgal terpaksa bertemu dengan mereka lagi."Lihat, dia adalah paman yang melawan
Pagi buta, Girgal menggendong Bobby menjauh dari rumah besar itu. Tidak ada orang yang terjaga, mereka terlelap begitu nyenyak. Saat melewati bangunan kota, Girgal merasa seseorang sedang mengawasi mereka.Di depan hanyalah ada hutan besar, jika Girgal kembali maka mungkin saja dirinya akan dalam berbahaya. Terpaksa dia memilih jalan menuju hutan, seseorang yang mengikutinya pun menghilang begitu saja."Di depan tampak begitu gelap dan lembab, huh Boby juga sangat berat,"Girgal memperbaiki gendongannya, lalu menerangi jalan dengan sebilah kayu yang diberi percikan api dan minyak. Tidak ada binatang yang melintas, hanya ada suara serangga yang terus menyerang indera mereka."Nak, kau disini?""Siapa disana? Tunjukkan dirimu,""Ini paman, aku menunggu berbulan-bulan lamanya kau tahu. Sampai persediaan makan pun aku tak punya lagi,""Paman, bukankah kita akan bertemu di seberang hutan ini? Kenapa kau menungguku disini?""Berhenti bertanya dan berikan aku makanan. Tapi, ayo kita pergi da
Girgal melewati air terjun, mendaki bukit bulgu bersama Boby. Saat berada di sebuah persimpangan jalan, gubuk kecil dengan lentera yang menyala membuat Girgal penasaran. Boby memegang erat tangan Girgal, sepertinya ada seseorang yang sedang singgah juga disana."Permisi, apa ada orang di dalam,"Suara beberapa pria dan wanita di dalam gubuk seketika senyap, mereka terlihat mulai mundur perlahan dari bayangan mereka yang ada di jendela. Pintu terbuka, menampakkan sosok Jack yang tersenyum ke arah Girgal."Apa?!" Girgal menoleh ke dalam melihat Anna, Leo dan Jessy, serta seorang wanita lainnya."Hai Girgal, seperti dugaanku kita pasti bertemu di tempat yang sama lagi,"Tatapan mata Anna dan wanita itu tampak sinis, Girgal membuang muka karena sudah sewajarnya Anna melakukan hal itu padanya."Masuklah, kalian pasti butuh tempat untuk beristirahat,""Tapi..." Girgal sangat ingin pergi dari gubuk itu, tapi Boby yang sudah kelelahan membuatnya menerima ajakan Jack.Girgal dan Boby masuk ke