Girgal menatap pedang yang bersandar di lemari, lalu menatap ke sekelilingnya tidak ada satupun orang di kamar. Suara berdengung itu membuat Girgal sadar, bahwa pedang itu terlihat aneh sejak kemarin.
"Kontrak darah itu sepertinya berjalan lancar, tapi mengapa aku merasa aneh setiap mendengar suara yang dikeluarkan pedang itu,"Girgal bangkit dari duduknya, dia memasang sarung pedang baru agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaan pedang itu. Boby pun muncul di balik pintu, sembari membawa secangkir teh hangat untuk Girgal."Paman, seseorang mencarimu di bawah. Mereka tampak mengenalmu dengan baik paman,""Mencariku? Baiklah, aku akan segera turun. Kau berkemaslah, kita akan pergi setelah ini,"Boby mengangguk paham, Girgal segera keluar dari kamar dan menuju lantai bawah. Langkah Girgal sedikit melambat, ketika melihat Jack, Anna dan para siswanya berdiri di dekat meja makan. Dengan langkah berat, Girgal terpaksa bertemu dengan mereka lagi."Lihat, dia adalah paman yang melawan Leo kemarin,""Dunia memang sangat kecil, Jessy,""Kalian mengenalnya?" tanya Anna bingung.Jack dan Girgal saling melempar pandangan, mereka berdua telah merahasiakan sesuatu dari Anna."Mereka terlibat dalam kesalahpahaman, itu hanyalah pembelajaran untuk para siswa,""Benarkah itu Girgal?"Girgal menutup mulutnya rapat-rapat, dia tidak ingin membuat Anna kecewa dengan dirinya yang saat ini telah menipunya. Anna hanya bisa diam melihat Girgal yang sama sekali tidak peduli padanya."Kami ingin berterima kasih padamu Girgal, karenamu Anna bisa selamat,""Aku tidak peduli dengan itu, bisakah kalian tidak mengganggu pekerjaanku,""Girgal, aku sangat berterima kasih. Jika kau bisa, apakah kau mau ikut makan ma-""Tidak terima kasih, aku harus pergi setelah ini,"Boby berjalan dengan cepat, membawa tas mereka berdua lalu membungkuk memberi salam. Anna dan Jack tidak bisa berkata-kata, melihat Girgal menutup diri dari mereka mungkin saja demi tujuannya selama ini."Paman, kau ingin pergi kemana?""Itu bukan urusanmu, kalau begitu kami permisi,""Girgal.... Aku harap kau kembali dengan selamat,"Girgal melenggang pergi, menuju pegunungan bulgu untuk mengklaim kontrak darah dengan pedang pusaka tersebut. Paman mengatakan, pedang pusaka hanya bisa ditaklukan oleh keturunan asli dan sangat berbahaya jika kontrak darah mengalami kegagalan."Paman, perempuan tadi memberimu ini,"Boby menyodorkan sebuah kalung dengan cincin perak hitam sebagai bandulnya. Girgal menghela nafas berat, dan mengambil kalung tersebut. Di tengah perjalanan menuju wilayah bulgu, Girgal dan Boby dihadang oleh sekelompok perampok."Serahkan semua barang kalian tanpa terkecuali,""Aku bisa mencoba pedang ini," gumam Girgal."Huh. Percuma saja kau melawan,""Mundurlah Boby!! Jangan bergerak sedikitpun sampai aku memberimu perintah,"Girgal menarik pedangnya, dia menyayat telapak tangannya hingga darah segar menetes begitu banyak di permukaan pedang. Seketika mata Girgal berubah merah menyala, sensasi kuat membuat seluruh tubuh Girgal merinding seperti tersengat ribuan lebah, sambil tersenyum kecil dia mulai menyerang salah satu pria yang ada di hadapannya."Dia berubah menjadi orang lain, berhati-hatilah!!""Dasar bodoh, cepat lempar tali itu dan kita ikat bersamaan,"Girgal berlari menerjang salah satu pria, sebelum salah seorang temannya melempar tali. Pedangnya dengan sigap memotong tali tersebut, dan mencekik leher pria dihadapannya.Tak rela temannya di cekik, Pria yang lainnya melempar batu besar ke arah Girgal hingga batu itu menghantam kepalanya. Pandangan Girgal sedikit buram, dia mencoba menstabilkan dirinya yang mulai panik."Paman, Paman!!"Teriakan Boby membuat Girgal sontak berbalik, dugaannya benar kali ini pria itu sangat berani untuk menjadikan Boby sebagai kelemahan Girgal. Darah segar mulai menetes, menutupi mata Girgal. Teriakan Boby yang begitu keras membuatnya kesal, Girgal mengusap matanya yang tertutupi oleh darah dan menatap tajam ke arah pria itu."Paman, tolong lakukan saja pekerjaanmu. Aku baik-baik saja,""Boby, ingatlah siapa dirimu. Jangan mencoba bertingkah lemah di hadapan siapapun!!""Paman..." Boby menyeka air matanya,"Aku bukanlah pria lemah!!"Girgal melemparkan pedangnya ke arah Boby, meskipun sangat nihil jika pedang itu mengenai perampok tersebut, tapi Girgal percaya akan ikatan darah dari pedang pusaka tersebut."Tunduklah padaku, dan musnahkan mereka!!"Pedang itu melesat begitu cepat, membelah daun yang berjatuhan dan menancap tepat di kepala pria itu. Boby menahan nafasnya sepersekian detik, sebelum kakinya lemas ketakutan."Aku senang, ini sangat menyenangkan," ujar Girgal tertawa kecil."Monster...""Hahahahaha, sial darahnya bersimbah di baju kesayanganmu Boby. Ayo berdiri cepat dan pergi dari sini,"Setelah kejadian itu, Girgal dan Boby terus dihadapkan oleh perampok dan pembunuh bayaran yang sedang bersembunyi di wilayah Bulgu. Perjalanan yang memakan waktu beberapa bulan, Girgal tiba di wilayah Bulgu. Mereka berdua memasuki gerbang kota yang sudah hancur akibat penyerangan beberapa tahun lalu."Jangan jauh-jauh dariku, tetaplah bersamaku,""Paman, disini sangat dingin dan lembab. Apa ada orang disini?""Ayo pergi ke rumah besar di ujung sana, sepertinya hanya rumah itu yang berdiri tegak,"Saat Boby berjalan lurus kedepan, Girgal menariknya ke belakang. Sebuah anak panah dengan minyak kutus beracun, hampir saja mengenai Boby. Girgal segera mencari tempat untuk berlindung, tapi pedang panjang milik seorang pria sudah menodong leher Girgal."Apa yang kalian lakukan di tempat ini?""Kami hanya lewat, jadi jangan berlebihan,""Benarkah? Kalau begitu mari ikut bersama kami, hari sudah gelap.""Tidak, itu tidak perlu. Kami akan terus berjalan,""Ayolah kawan, kau harus lebih khawatir dengan putra kecilmu itu. Dia tampak kelelahan,"Alhasil Girgal mengikuti mereka, rumah besar yang masih kokoh berdiri itu ternyata adalah tempat para pendekar pengelana beristirahat. Tidak heran, pria yang tadi begitu paham akan situasi Boby. Tapi, suasana di dalam rumah itu sangat mencekik dan membuat Girgal sulit bernafas."Paman, mereka memberikan kita makanan yang hangat. Ini roti untuk paman,""Aku kenyang, makanlah dan istirahat. Besok kita harus pergi dari sini,"Boby mengangguk paham, malam semakin larut. Suara derit pintu yang terbuka membuat Girgal, mengintip sedikit dari ujung matanya. Sekumpulan pria berjubah hitam, mengambil sehelai rambut dari kumpulan pria di dekat perapian.Girgal meraih pedangnya pelan, bersiap untuk menyerang jika terjadi sesuatu padanya dan Boby. Tapi, suara kaki yang begitu keras datang, sontak Girgal menutup matanya."Ayo kita pergi, aku sudah tidak sabar untuk mencari jejak pemegang kontrak pedang pusaka yang sebenarnya,""Baik nona laksanakan,"Girgal tersentak, bukankah hanya dirinya yang mengetahui tentang kontrak dan pedang pusaka itu berada. Lalu suara yang tidak asing itu, membuatnya terkecoh."Nona Anna, cobalah untuk sedikit tenang. Kita pasti menemukan pedang dan pemegang kontrak itu segera,"Girgal mengepalkan tangannya marah, lalu kembali berpura-pura tidur.Pagi buta, Girgal menggendong Bobby menjauh dari rumah besar itu. Tidak ada orang yang terjaga, mereka terlelap begitu nyenyak. Saat melewati bangunan kota, Girgal merasa seseorang sedang mengawasi mereka.Di depan hanyalah ada hutan besar, jika Girgal kembali maka mungkin saja dirinya akan dalam berbahaya. Terpaksa dia memilih jalan menuju hutan, seseorang yang mengikutinya pun menghilang begitu saja."Di depan tampak begitu gelap dan lembab, huh Boby juga sangat berat,"Girgal memperbaiki gendongannya, lalu menerangi jalan dengan sebilah kayu yang diberi percikan api dan minyak. Tidak ada binatang yang melintas, hanya ada suara serangga yang terus menyerang indera mereka."Nak, kau disini?""Siapa disana? Tunjukkan dirimu,""Ini paman, aku menunggu berbulan-bulan lamanya kau tahu. Sampai persediaan makan pun aku tak punya lagi,""Paman, bukankah kita akan bertemu di seberang hutan ini? Kenapa kau menungguku disini?""Berhenti bertanya dan berikan aku makanan. Tapi, ayo kita pergi da
Girgal melewati air terjun, mendaki bukit bulgu bersama Boby. Saat berada di sebuah persimpangan jalan, gubuk kecil dengan lentera yang menyala membuat Girgal penasaran. Boby memegang erat tangan Girgal, sepertinya ada seseorang yang sedang singgah juga disana."Permisi, apa ada orang di dalam,"Suara beberapa pria dan wanita di dalam gubuk seketika senyap, mereka terlihat mulai mundur perlahan dari bayangan mereka yang ada di jendela. Pintu terbuka, menampakkan sosok Jack yang tersenyum ke arah Girgal."Apa?!" Girgal menoleh ke dalam melihat Anna, Leo dan Jessy, serta seorang wanita lainnya."Hai Girgal, seperti dugaanku kita pasti bertemu di tempat yang sama lagi,"Tatapan mata Anna dan wanita itu tampak sinis, Girgal membuang muka karena sudah sewajarnya Anna melakukan hal itu padanya."Masuklah, kalian pasti butuh tempat untuk beristirahat,""Tapi..." Girgal sangat ingin pergi dari gubuk itu, tapi Boby yang sudah kelelahan membuatnya menerima ajakan Jack.Girgal dan Boby masuk ke
"Cepat cari pedang itu!!"Girgal dengan pelan menenggelamkan pedang yang dipegang, lalu menginjaknya agar tidak tampak. Kelima pria itu mencari di sekeliling, Girgal melirik sekilas tempat Boby tertidur. Aku hanya harus mengelabui mereka tanpa harus bertarung, pikir Girgal."Pedangnya tidak ada tuan,""Apa kalian yakin? Pasti dia menyembunyikannya di bawah batu atau pohon,""Huh, kalian sangat tidak sopan. Menyergap seorang pria yang telanjang dengan tiba-tiba,""Kami tidak pernah tertarik dengan omong kosongmu bajingan!!""Aku merasa kasihan jika anak-anak kalian tahu nanti, melihat orang lain mandi dengan sengaja,"Tampak pria dengan panggilan tuan itu mundur, dia pasti sangat mementingkan harga dirinya. Setelah beradu kalimat, ke lima pria itu malah pergi dengan membawa seluruh pakaian Girgal."Arghh, sial ini semakin dingin,""Hahahahaha, pakailah ini kawan,""Jack, apa yang kau lakukan disini?""Seseorang memberikan tugas, untuk menjagamu dari siapapun,""Apa Anna yang memintamu?
Pangeran pertama berjalan ke arah Girgal, dengan beberapa prajurit di belakangnya. Mata keemasan dan wajah terpahat begitu indah, membuat Girgal menghela nafas kasar."Haruskah aku memberi hormat padamu,"Girgal menatap pria itu dingin, mereka adalah saudara tak seibu. Wajah yang persis sama dengan raja, hingga Girgal sangat ingin merobek wajah itu."Beri hormat pada yang mulia!! Lancang sekali kau!!""Aku bukanlah warganya, aku seorang pengembara yang ingin membalas dendam pada seseorang di wilayah ini,""Pengembara? Balas dendam? Siapa yang kau maksud?" pangeran tampak bingung."Yang mulia, paduka raja sudah tiba di pintu gerbang akademi,"Girgal tersentak, apakah dia sanggup menahan diri saat bertemu langsung dengan raja yang merupakan pembunuh ibunya. Pangeran pertama melenggang pergi, dengan cepat Girgal masuk menyelinap ke gedung besar akademi."Nona, nonaku... Kami akan membawa makanan untukmu. Bangunlah nona, Aku tidak bisa hidup tenang lagi jika anda tiada,""Tiada? Apakah An
Kertas yang Girgal pegang terjatuh, dirinya segera berlari menuju bangunan besar tempat Anna di hukum. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Pangeran pertama dan beberapa pengawal berdiri di depan pintu."Aku terlalu terburu-buru,""Meskipun kondisi Anna semakin memburuk, ayahnya pasti akan melindunginya,""Ayah katamu? Ayah mana yang mau melihat putrinya terbring lemah dengan racun mematikan di tubuhnya,"Jack membuang muka, dia tak ingin memperpanjang perdebatan mereka demi Anna. "Pelatih Robert akan membawamu pergi, sementara aku yang akan menjaga Anna,""Aku belum memutuskan untuk ikut siapapun-,""Girgal! Ini satu-satunya cara untukmu membalas dendam, jadi fokuslah pada jalanmu. Saat kau menjadi kuat, Anna juga pasti bisa kau selamatkan,"Girgal menatap Jack penuh kekesalan, lalu pergi meninggalkannya. Seminggu berlalu, Anna masih menjalani hukuman penyucian jiwa. Penangkal racun yang Girgal temukan juga bereaksi sama sekali, hingga tubuh Anna mulai pucat keseluruhan. "Aku a
"Matilah bersama ibumu, Matilah!!" teriak Sang Kaisar di hadapan putranya.Girgal menatap nanar pria itu, sambil mendekap ibunya yang terkulai lemah bersimbah darah. Girgal tidak pernah tahu, bahwa hubungan keluarga yang dimilikinya dengan sosok kaisar merupakan kemalangan untuknya. Beberapa jam sebelum kejadian."Siall, aku masih memiliki uang untuk taruhan kali ini""Hahaha, lihat wajah Girgal yang bodoh itu. Dia sudah sangat bangkrut tapi masih saja sombong,"Girgal melemparkan dua keping emas di hadapan mereka semua, lalu memasang taruhannya penuh percaya diri."Cepat lakukan putaran penuh!!"Girgal pulang dengan wajah muram, tak ada satupun koin yang kembali dari permainannya. Sophia Ibu Girgal, membuka pintu rumahnya sambil tertawa melihat Girgal bermuram durja di tepi jalan."Putraku, ayo kita masuk. Sebelum kamu menghabiskan seluruh pakaian sendiri demi permainan itu,"Girgal mendengus kesal, dia menyentakkan kakinya seperti anak kecil lalu masuk ke dalam rumah. Sophia menghi
Girgal meninggalkan desa, berpindah ke wilayah Mosvil yang merupakan pegunungan terjal tempat pusaka terhebat berada. Itu semua terjadi, karena Girgal mendapatkan buku harian ibunya. Disana tertulis beberapa latihan dan benda pusaka yang mampu menjadikan seseorang tak terkalahkan, melihat sophia berusaha keras membuat Girgal belajar membaca itulah tujuan buku harian sophia ada, membantu dan mendukung Girgal meskipun tanpa sosok sophia lagi."Ibu, terima kasih-""Minggir!! Dasar rakyat jelata. Aku harus mengambil jalan itu," seru seorang wanita muda."Huh? Siapa kau sampai-sampai memerintah orang lain begitu,""Tsk, dasar manusia bodoh!! Dia adalah putri dari kepala wilayah," sahut seorang wanita lainnya."Aku tidak bertanya, kalian hanya membuang-buang waktu saja,"Girgal melenggang pergi, menjauh dari kedua wanita itu. Menuju jalan ke kiri, agar tidak bertemu mereka."Ck ck, kau sangat dingin pada wanita cantik,""Hmm, apa lagi ini," ketus Girgal dengan wajah malasnya.Pria itu memp
Girgal memasuki balai kota, mencari petunjuk tentang izin lencana yang bisa digunakan untuk memasuki wilayah pegunungan mosvil."Kau pasti orang baru disini, ingin membuat lencana penduduk atau pendekar?""Lencana pendekar, bisakah?""Tentu, tapi kau harus melewati beberapa ujian beladiri dari akademi. Jika kau ingin, aku bisa membantumu,""Tidak perlu, aku akan menemukan jalan lain untuk masuk ke ujian disana,"Girgal menggosok dahinya lembut, menyeka keringat yang bercucuran karena cuaca begitu panas di sore hari. Dari jauh Anne datang menghampiri Girgal, sambil tersenyum lebar."Girgal, apa yang sedang kamu lakukan disini?""Itu bukan urusanmu,""Apa kau memiliki keperluan? Mungkinkah kau ingin lencana pendekar?""Tidak, itu bukan urusanmu,"Anne membawa beberapa kertas, meminta Girgal mengisinya sebagai data diri peserta akademi pendekar Mosvil. Wanita itu sangat gigih, meskipun Girgal menolaknya beberapa kali, dia tetap berdiri dengan lembaran data diri itu."Ayolah Girgal. Setel