Pagi buta, Girgal melatih dirinya di daerah padang akademi. Banyak siswa yang memperhatikannya, bahkan mengejek Girgal karena terus mengulang gerakan ratusan kali. Hingga, seorang pria melemparkan pedang kayu ke arah Girgal.
"Ayo bertarung denganku bodoh!!""Hahahahaha, lihat paman itu bahkan hanya mematung melihat lawannya,""Aku tidak punya waktu untuk bertarung denganmu," ujar Girgal malas.Siswa itu mendorong bahu Girgal keras, lalu mengejeknya dengan perkataan kasar. Akademi yang menurut orang-orang sebagai tempat pendidikan para pendekar, ternyata hanyalah tempat mendidik kesombongan siswanya."Aku tidak berminat jadi, pergilah dasar bocah,""Owh, dia paman yang menabrakku kemarin!!" seru seorang wanita dari jauh."Jessy, aku senang melihatmu disini. Apa yang kau lakukan?""Leo, paman itu menabrakku kemarin. Itulah sebabnya aku datang terlambat," keluh Jessy.Pria yang bernama Leo, mengerutkan keningnya kesal. Girgal menghela nafas panjang, mungkin dia tidak bisa pergi begitu saja sekarang."Paman, beraninya kau-""Cukup, jika kau ingin melawanku majulah,"Mendengar itu, Leo segara menyerang ke arah Girgal dengan pedangnya. Gerakan yang cepat, tapi sangat mudah terbaca oleh Girgal. Beberapa kali serangan langsung itu ditepisnya, bahkan Girgal tidak perlu menyerang karena Leo akhirnya mulai kelelahan."Sial, apa kau begitu bodoh paman? Sampai-sampai menyerang pun kau tidak tahu?""Hmm..., cobalah mengenalku. Maka kau menang,"Jessy menatap Girgal tidak percaya, senyum pria itu membuat Jessy menjadi terdiam dan larut dalam perasaan."Senyum itu, sungguh menawan," gumam Jessy.Saat Leo menyerang Girgal dengan sekuat tenaga, Jessy menghentikan pertarungan dengan menarik baju Leo hingga terjatuh ke tanah."Berhenti!! Kau bisa menyakiti wajah tam- tidak. Maksudku, sudah waktunya kita pergi.""Huh?! Baiklah. Lain kali jika kita bertemu, aku akan memberikan pelajaran untukmu paman,"Leo dan para siswa pergi menjauh, kecuali Jessy yang masih menatap kagum pada Girgal."Apa yang kau lihat?"Tak lama kemudian, Boby datang sambil memegang tangan Girgal karena takut. Jessy yang melihat mereka berdua seperti hubungan ayah dan anak, merasa tersambar petir."Secepat inikah, aku harus menata hati lagi," lirih Jessy karena merasa tertolak lalu pergi."Paman, apa yang wanita itu lakukan padamu?""Entahlah, ayo kita pergi mencari makan,"Boby mengangguk paham, jemari kecilnya yang hangat membuat Girgal sedikit tenang karena merasa memiliki keluarga lagi. Girgal dan Boby memasuki sebuah restoran, disana menyediakan banyak makanan enak sehingga Boby sangat menginginkannya."Pilihlah makanan yang kau inginkan, aku memiliki sisa uang yang cukup,""Terima kasih paman, aku sangat ingin memakan kue dengan buah jeruk diatasnya,""Kue? Kau tidak ingin makan yang lain?"Boby menggelengkan kepalanya cepat, lalu menunjuk kue berwarna jingga yang terpajang di lemari restoran. Girgal menatapnya sedikit saja sudah tahu bahwa itu akan sangat amat mahal, tapi dia sudah berjanji untuk memberikan Boby yang dia inginkan."Baiklah, kita akan membeli yang itu. Kau tunggu disini dan aku akan mengambilnya,""Baik paman, terima kasih,"Sementara Girgal membeli kue itu, murid akademi dan beberapa pendamping masuk ke dalam restoran. Girgal melirik sekilas, wanita bernama Jessy dan Leo juga ikut dalam rombongan itu."Aku harap, mereka tidak menyadari-""Wooow, lihat siapa ini?! Bukankah kau paman yang tadi?"Girgal yang bersikap acuh, berlalu begitu saja dihadapan Leo dan Jessy. Tak lama kemudian, suara yang terdengar familiar itu muncul. Alhasil, Girgal berdiri di tempat duduknya sambil menatap wanita itu terus mengomel ke arah murid akademi."Paman, apa kau baru saja tersenyum?""Tidak, itu tidak mungkin. Ayo makanlah cepat, lalu kita kembali ke penginapan."Anna dan Jack menghampiri murid akademi yang begitu ramai, mereka ditegur oleh ketua karena bisa mengganggu kenyamanan pengunjung. Girgal memasukkan sisa kue yang Boby makan, lalu hendak keluar dari restoran dengan cepat. Girgal merasa, belum waktunya untuk bertemu dengan Anna."Kau yakin akan pergi tanpa sepatah katapun?"Jack tang ternyata berlari keluar mengejar Girgal, membuat dia sedikit kacau. Kepekaan Jack memang sangat baik, bahkan dia mampu mengejar Girgal yang sudah berjalan lebih jauh dari restoran."Aku tidak perlu melakukan itu, lagi pula hari sudah sangat larut untuk anak kecil seperti dia,""Hmm, kau memiliki kemajuan bung. Tapi, bisakah setidaknya kau memberitahuku dimana tempat tinggalmu sekarang?""Itu bukan urusanmu, aku harus segera pergi,""Anne selalu menanyakan tentangmu, setidaknya temuilah dia sekali saat kau di kota ini,""Kami tidak akrab untuk saling bertemu tanpa alasan yang jelas,""Aku yakin, kau memiliki alasanmu sendiri. Jadi, cobalah untuk menemuinya sebelum kau bepergian lagi,"Girgal menghela nafas panjang, lalu pergi meninggalkan Jack begitu saja. Malam meriah untuk para siswa akademi, mereka menghabiskan banyak waktu."Boby, kita mempunya 3 hari untuk bersantai. Setelah itu, rencana mengumpulkan informasi harus dilakukan,""Baik paman, aku akan mencoba di beberapa taman bermain,""Kau sudah besar, jadi lakukan dengan baik seperti yang paman ajarkan dulu," Girgal mengetuk meja beberapa kali, "Jangan sampai ada yang curiga, jika kau merasa dalam bahaya segera pergi," lanjutnya.Boby mengangguk paham, setelah Girgal mendidiknya cukup keras saat di pegunungan, Boby menjadi seorang anak kecil yang berpikiran luas dan cerdik."Aku tidak ingin rencana kita gagal, semoga paman tidak mengingkari janjinya,"Girgal mematung, ada banyak pengawal kaisar yang berada di sekitar penginapan. Boby yang sejak pagi sudah pergi untuk mencari informasi, membuat Girgal merasa khawatir jika dirinya melakukan kesalahan, dan membuat Boby dalam masalah."Tuan, mohon maaf sebelumnya. Karena ada inspeksi penyelidikan kasus pencuri benda pusaka, pihak kekaisaran akan menggeledah kamar anda. Mohon untuk menunggu di lantai bawah," ujar sang pemilik penginapan.Girgal mengangguk paham, lalu secepat kilat tangannya menyambar tas nya dan pergi ke lantai bawah untuk menunggu Boby."Apa kalian tahu, bahwa pedang pusaka milik kaisar telah di curi?!""Iya, aku mendengar berita itu di restoran tadi pagi, aku berpikir mungkin hanya bualan saja. Tapi, sepertinya benda yang hilang itu sangat penting,""Ini adalah benda pusaka satu-satunya wilayah Bulgu, beberapa guru besar mengatakan bahwa pedang ini bisa menarik darah penggunanya dan menjadikan orang tua kuat,""Menarik darah? Bukankah itu sedikit berlebihan bung hahah
Girgal menatap pedang yang bersandar di lemari, lalu menatap ke sekelilingnya tidak ada satupun orang di kamar. Suara berdengung itu membuat Girgal sadar, bahwa pedang itu terlihat aneh sejak kemarin."Kontrak darah itu sepertinya berjalan lancar, tapi mengapa aku merasa aneh setiap mendengar suara yang dikeluarkan pedang itu,"Girgal bangkit dari duduknya, dia memasang sarung pedang baru agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaan pedang itu. Boby pun muncul di balik pintu, sembari membawa secangkir teh hangat untuk Girgal."Paman, seseorang mencarimu di bawah. Mereka tampak mengenalmu dengan baik paman,""Mencariku? Baiklah, aku akan segera turun. Kau berkemaslah, kita akan pergi setelah ini,"Boby mengangguk paham, Girgal segera keluar dari kamar dan menuju lantai bawah. Langkah Girgal sedikit melambat, ketika melihat Jack, Anna dan para siswanya berdiri di dekat meja makan. Dengan langkah berat, Girgal terpaksa bertemu dengan mereka lagi."Lihat, dia adalah paman yang melawan
Pagi buta, Girgal menggendong Bobby menjauh dari rumah besar itu. Tidak ada orang yang terjaga, mereka terlelap begitu nyenyak. Saat melewati bangunan kota, Girgal merasa seseorang sedang mengawasi mereka.Di depan hanyalah ada hutan besar, jika Girgal kembali maka mungkin saja dirinya akan dalam berbahaya. Terpaksa dia memilih jalan menuju hutan, seseorang yang mengikutinya pun menghilang begitu saja."Di depan tampak begitu gelap dan lembab, huh Boby juga sangat berat,"Girgal memperbaiki gendongannya, lalu menerangi jalan dengan sebilah kayu yang diberi percikan api dan minyak. Tidak ada binatang yang melintas, hanya ada suara serangga yang terus menyerang indera mereka."Nak, kau disini?""Siapa disana? Tunjukkan dirimu,""Ini paman, aku menunggu berbulan-bulan lamanya kau tahu. Sampai persediaan makan pun aku tak punya lagi,""Paman, bukankah kita akan bertemu di seberang hutan ini? Kenapa kau menungguku disini?""Berhenti bertanya dan berikan aku makanan. Tapi, ayo kita pergi da
Girgal melewati air terjun, mendaki bukit bulgu bersama Boby. Saat berada di sebuah persimpangan jalan, gubuk kecil dengan lentera yang menyala membuat Girgal penasaran. Boby memegang erat tangan Girgal, sepertinya ada seseorang yang sedang singgah juga disana."Permisi, apa ada orang di dalam,"Suara beberapa pria dan wanita di dalam gubuk seketika senyap, mereka terlihat mulai mundur perlahan dari bayangan mereka yang ada di jendela. Pintu terbuka, menampakkan sosok Jack yang tersenyum ke arah Girgal."Apa?!" Girgal menoleh ke dalam melihat Anna, Leo dan Jessy, serta seorang wanita lainnya."Hai Girgal, seperti dugaanku kita pasti bertemu di tempat yang sama lagi,"Tatapan mata Anna dan wanita itu tampak sinis, Girgal membuang muka karena sudah sewajarnya Anna melakukan hal itu padanya."Masuklah, kalian pasti butuh tempat untuk beristirahat,""Tapi..." Girgal sangat ingin pergi dari gubuk itu, tapi Boby yang sudah kelelahan membuatnya menerima ajakan Jack.Girgal dan Boby masuk ke
"Cepat cari pedang itu!!"Girgal dengan pelan menenggelamkan pedang yang dipegang, lalu menginjaknya agar tidak tampak. Kelima pria itu mencari di sekeliling, Girgal melirik sekilas tempat Boby tertidur. Aku hanya harus mengelabui mereka tanpa harus bertarung, pikir Girgal."Pedangnya tidak ada tuan,""Apa kalian yakin? Pasti dia menyembunyikannya di bawah batu atau pohon,""Huh, kalian sangat tidak sopan. Menyergap seorang pria yang telanjang dengan tiba-tiba,""Kami tidak pernah tertarik dengan omong kosongmu bajingan!!""Aku merasa kasihan jika anak-anak kalian tahu nanti, melihat orang lain mandi dengan sengaja,"Tampak pria dengan panggilan tuan itu mundur, dia pasti sangat mementingkan harga dirinya. Setelah beradu kalimat, ke lima pria itu malah pergi dengan membawa seluruh pakaian Girgal."Arghh, sial ini semakin dingin,""Hahahahaha, pakailah ini kawan,""Jack, apa yang kau lakukan disini?""Seseorang memberikan tugas, untuk menjagamu dari siapapun,""Apa Anna yang memintamu?
Pangeran pertama berjalan ke arah Girgal, dengan beberapa prajurit di belakangnya. Mata keemasan dan wajah terpahat begitu indah, membuat Girgal menghela nafas kasar."Haruskah aku memberi hormat padamu,"Girgal menatap pria itu dingin, mereka adalah saudara tak seibu. Wajah yang persis sama dengan raja, hingga Girgal sangat ingin merobek wajah itu."Beri hormat pada yang mulia!! Lancang sekali kau!!""Aku bukanlah warganya, aku seorang pengembara yang ingin membalas dendam pada seseorang di wilayah ini,""Pengembara? Balas dendam? Siapa yang kau maksud?" pangeran tampak bingung."Yang mulia, paduka raja sudah tiba di pintu gerbang akademi,"Girgal tersentak, apakah dia sanggup menahan diri saat bertemu langsung dengan raja yang merupakan pembunuh ibunya. Pangeran pertama melenggang pergi, dengan cepat Girgal masuk menyelinap ke gedung besar akademi."Nona, nonaku... Kami akan membawa makanan untukmu. Bangunlah nona, Aku tidak bisa hidup tenang lagi jika anda tiada,""Tiada? Apakah An
Kertas yang Girgal pegang terjatuh, dirinya segera berlari menuju bangunan besar tempat Anna di hukum. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Pangeran pertama dan beberapa pengawal berdiri di depan pintu."Aku terlalu terburu-buru,""Meskipun kondisi Anna semakin memburuk, ayahnya pasti akan melindunginya,""Ayah katamu? Ayah mana yang mau melihat putrinya terbring lemah dengan racun mematikan di tubuhnya,"Jack membuang muka, dia tak ingin memperpanjang perdebatan mereka demi Anna. "Pelatih Robert akan membawamu pergi, sementara aku yang akan menjaga Anna,""Aku belum memutuskan untuk ikut siapapun-,""Girgal! Ini satu-satunya cara untukmu membalas dendam, jadi fokuslah pada jalanmu. Saat kau menjadi kuat, Anna juga pasti bisa kau selamatkan,"Girgal menatap Jack penuh kekesalan, lalu pergi meninggalkannya. Seminggu berlalu, Anna masih menjalani hukuman penyucian jiwa. Penangkal racun yang Girgal temukan juga bereaksi sama sekali, hingga tubuh Anna mulai pucat keseluruhan. "Aku a
"Matilah bersama ibumu, Matilah!!" teriak Sang Kaisar di hadapan putranya.Girgal menatap nanar pria itu, sambil mendekap ibunya yang terkulai lemah bersimbah darah. Girgal tidak pernah tahu, bahwa hubungan keluarga yang dimilikinya dengan sosok kaisar merupakan kemalangan untuknya. Beberapa jam sebelum kejadian."Siall, aku masih memiliki uang untuk taruhan kali ini""Hahaha, lihat wajah Girgal yang bodoh itu. Dia sudah sangat bangkrut tapi masih saja sombong,"Girgal melemparkan dua keping emas di hadapan mereka semua, lalu memasang taruhannya penuh percaya diri."Cepat lakukan putaran penuh!!"Girgal pulang dengan wajah muram, tak ada satupun koin yang kembali dari permainannya. Sophia Ibu Girgal, membuka pintu rumahnya sambil tertawa melihat Girgal bermuram durja di tepi jalan."Putraku, ayo kita masuk. Sebelum kamu menghabiskan seluruh pakaian sendiri demi permainan itu,"Girgal mendengus kesal, dia menyentakkan kakinya seperti anak kecil lalu masuk ke dalam rumah. Sophia menghi