Pria berbaju serba hitam, dengan tongkat kayu di kakinya berjalan melewati Girgal begitu saja. Pria itu menghadap ke atas langit, sambil menadahkan tangan kanannya.
"Takdir membawamu terlalu jauh, tapi apa yang sedang kau cari tidak ada disini,""Apa yang kau maksud? Jangan sok tau dengan urusanku,""Hmm... sikapmu dan penampilanmu begitu angkuh, cobalah perbaiki itu sebelum mencapai tujuanmu," pria itu menusuk Girgal lurus.Girgal melenggang pergi dari hadapan pria itu, tidak ingin mendengar omong kosong lagi. Tiba-tiba pria itu, meninju perut Girgal keras hingga terjatuh ke tanah. Tanpa ada aba-aba dan gerakan sedikitpun, pukulan yang sangat kuat dari tinju yang tampak lemah itu membuat Girgal mengerang kesakitan."Aaaarggh apa yang kau lakukan, sial ini sakit sekali," erang Girgal."Hahahaha, kau hanya kuat saat melihat lawan yang kuat. Tapi, ketika kau berhadapan dengan pria lemah sepertiku, keangkuhan itu sangat memalukan,"Girgal bangkit dengan sisa tenaganya, lalu mencoba menyerang pria itu berkali-kali tapi tidak ada satupun yang berhasil."Hahahaha, dasar anak muda yang angkuh. Lihatlah dirimu, kau hanya memiliki otot tapi otakmu tidak bekerja,""Tunggu, aku seperti pernah mendengar ucapan itu,"Girgal meraba-raba ingatannya yang mulai memudar, terbayanglah sosok pria yang menjadi sahabat ibunya dahulu di desa. Wajah dan suara mereka pun sangat mirip, Girgal menatap pria itu tidak percaya."Kau adalah William, sahabat ibuku. Tapi, bagaimana bisa kau masih hidup?!""Ibumu? Hmm," William menggaruk rambutnya,"owh. Sophia, wahh sungguh keajaiban kita bisa bertemu bocah. Namun, harusnya kau senang aku masih hidup bukan?"William merupakan sahabat Ibu Girgal, yang selalu datang berkunjung setiap musim dingin untuk mendoakan para keluarga mereka yang tewas saat pemberontakan wilayah bulgu."Lalu dimana ibu nak, apakah kalian berpisah?""Iya, ibu sudah pergi sangat jauh. Tapi, kenangannya masih ada bersamaku,"William sedikit tersentak, tidak heran bila Sophia melepaskan anaknya begitu saja. Sejauh pengetahuan William, Sophia selalu menjaga Girgal dengan baik dan tidak mengalihkan perhatian sedikitpun darinya."Aku turut berduka, lalu sekarang apa yang kau rencanakan hmm?" tanya William sembari duduk di hadapan Girgal."Itu bukan urusanmu paman, aku tidak percaya pada siapapun dalam rencanaku sendiri," jawab Girgal dingin."Dingin seperti sophia, dengan bakat yang sampah itu, apa kau yakin bisa berjalan lancar huh?""Aku tidak peduli, itu bukan urusanmu," tekan Girgal.William menggaruk rambutnya asal, sifat keras kepala dan angkuh Girgal sangat sulit diatasi."Bisakah, aku belajar bertarung padamu?""Kukira otakmu tidak berfungsi nak, bertarung bukanlah hal yang mudah di pelajari. Apalagi, teknik yang kugunakan hanya 1,""Hanya 1? Kau melakukan 1 teknik saja selama ini?""Iya, apakah itu terdengar seperti lelucon?"Girgal tak percaya, dengan cepat dia mencoba melakukan serangan tiba-tiba ke arah lengan kiri William. Tapi, Girgal malah berhenti seketika melihat tatapan tajam William, seakan menelannya dengan kasar."Maaf paman, aku sudah meragukanmu,"Semalaman suntuk, kedua pria itu membicarakan teknik pamungkas milik William yang membuat Girgal takjub."Bangunlah, aku harus pergi ke kedai membuka toko,""Baik paman, aku akan berlatih di dekat sungai. Sembari menunggu petunjuk paman berikutnya,"Girgal cukup puas dengan materi yang William bawakan, meskipun itu tidak semudah mengangkat sendok saat makan. Tapi, Girgal tau bahwa dunianya harus berubah lebih cepat agar dendamnya bisa tercapai."Anak itu benar-benar bersemangat, aku yakin dia dibesarkan dengan sangat baik oleh sophia. Maaf sophia, aku harus mengajari anakmu teknik terlarang wilayah kita, ini semua demi membalas luka yang kau dapat," lirih William sedih.Teknik rahasia wilayah bulgu, merupakan Teknik warisan pemimpin wilayah bulgu terdahulu kepada keturunannya. Meskipun mengandalkan 1 tehnik saja, tapi seluruh titik tenaga dalam akan memperkuat otot sehingga penggunanya akan kuat dua kali lipat dari pendekar ataupun ksatria."Lariii, para perampok datang!!"Teriakan itu menggema di sekitar gua, dengan cepat Girgal menarik tongkat kayunya, berlari menuju sumber suara. Tetesan darah segar berceceran di tanah, namun ujung baju Girgal tertahan, membuat pria itu menoleh kebelakang."Paman.... aku takut hiksss, ibu ku berlari kesana, meninggalkanku bersama disini dengan ayah,""Adik, tenanglah. Dimana ayahmu berada?""Dia terbaring di belakang pohon itu, aku sangat takut paman karena ayah terus mengeluarkan darah di mulutnya,"Girgal terperanjat, lalu dengan cepat memeriksa keadaan ayah anak kecil itu. Tubuh pria itu sudah kaku tak bernyawa, Girgal mengusap wajahnya kasar."Bagus tuan, sekarang apa yang harus aku katakan pada putramu huh," gumam Girgal bingung.Girgal meminta anak kecil itu menutup matanya, lalu segera menguburkan jasad ayah dari anak itu."Paman, apakah ayahku pergi saat aku menutup mata?""Tidak, ayahmu sudah terkubur di dalam tanah,""Apa? Mengapa paman? Hikss hikss,"Girgal hanya mengelus rambut anak kecil itu, jika dia menjelaskan kejadian pun hanya akan membuang-buang waktu."Kau!! Baru saja ditinggal beberapa jam, sudah memiliki seorang putra?!""Terserah paman, aku tidak peduli. Bisakah kau melihat caraku mengeluarkan teknik?" tanya Girgal."Tentu, cobalah dan aku akan melihat perkembanganmu,"Setelah beberapa bulan berlatih teknik legenda milik wilayah Bulgu, Girgal memutuskan turun dari pegunungan bersama anak kecil itu, dia bersama Boby. Guru yang mengajarkan teknik tersebut juga hilang entah kemana, membuat Girgal harus menjaga Boby."Boby, bisakah kau mengangkat tas ini? Sepertinya aku terlalu banyak berlatih, hingga punggungku masih saja sakit,""Tentu paman, Aku akan melakukan semua yang paman perintahkan,""Hey jangan berkata seperti itu, bisa-bisa aku di tangkap atas perbudakan,"Boby mengangguk paham, saat menyusuri lereng gunung. Girgal melihat pangeran kedua memarahi pangeran kelima, secara diam-diam di balik pohon."Aku sudah katakan padamu, jika wilayah ini adalah tempatku mencari pedang itu,""Kakak, percayalah padaku. Ibu mengatakan bahwa, wilayah Bulgu adalah satu-satunya tempat menyembunyikan pedang pusaka,""Hooo, aku mendapat petunjuk yang bagus," gumam Girgal.Mereka berdua segera pergi, tak ingin ketahuan sedang mendengar pembicaraan kedua pangeran. Suasana kota cukup ramai, dan itu adalah pertama kali Girgal bersama Boby tinggal di sebuah penginapan kota."Paman, kenapa kita harus menginap disini? Bukankah sebaiknya kita terus berjalan agar mendapat petunjuk?""Aku tahu, tapi apa kau yakin bisa berjalan selama beberapa hari tanpa beristirahat huh?"Boby menggaruk tengkuknya, dia hanya menatap Girgal dengan wajahnya yang lugu."Aku khawatir jika meninggalkanmu sendirian, pasti preman akan langsung merampokmu bodoh,"Girgal hendak berbalik, namun dia menabrak salah seorang wanita yang sedang mengantri di penginapan."Perhatikan langkahmu!! Tidakkah kau lihat, bajuku basah karena kau!!""Maafkan kami bibi, aku yang sudah melakukan kesalahan,""Shhhh, Boby diamlah. Hey, kau seharusnya menggunakan matamu saat sedang berjalan ""Apa?! Dasar orang bodoh!!""Berhentilah Jess, kita harus segera berkumpul di akademi,"Wanita itu menjulurkan lidahnya pada Girgal, lalu pergi bersama kelompoknya."Bibi itu sangat tidak sopan paman,""Benar, kau pintar sekali bob,"Pagi buta, Girgal melatih dirinya di daerah padang akademi. Banyak siswa yang memperhatikannya, bahkan mengejek Girgal karena terus mengulang gerakan ratusan kali. Hingga, seorang pria melemparkan pedang kayu ke arah Girgal."Ayo bertarung denganku bodoh!!""Hahahahaha, lihat paman itu bahkan hanya mematung melihat lawannya,""Aku tidak punya waktu untuk bertarung denganmu," ujar Girgal malas.Siswa itu mendorong bahu Girgal keras, lalu mengejeknya dengan perkataan kasar. Akademi yang menurut orang-orang sebagai tempat pendidikan para pendekar, ternyata hanyalah tempat mendidik kesombongan siswanya."Aku tidak berminat jadi, pergilah dasar bocah,""Owh, dia paman yang menabrakku kemarin!!" seru seorang wanita dari jauh."Jessy, aku senang melihatmu disini. Apa yang kau lakukan?""Leo, paman itu menabrakku kemarin. Itulah sebabnya aku datang terlambat," keluh Jessy.Pria yang bernama Leo, mengerutkan keningnya kesal. Girgal menghela nafas panjang, mungkin dia tidak bisa pergi begitu sa
Girgal mematung, ada banyak pengawal kaisar yang berada di sekitar penginapan. Boby yang sejak pagi sudah pergi untuk mencari informasi, membuat Girgal merasa khawatir jika dirinya melakukan kesalahan, dan membuat Boby dalam masalah."Tuan, mohon maaf sebelumnya. Karena ada inspeksi penyelidikan kasus pencuri benda pusaka, pihak kekaisaran akan menggeledah kamar anda. Mohon untuk menunggu di lantai bawah," ujar sang pemilik penginapan.Girgal mengangguk paham, lalu secepat kilat tangannya menyambar tas nya dan pergi ke lantai bawah untuk menunggu Boby."Apa kalian tahu, bahwa pedang pusaka milik kaisar telah di curi?!""Iya, aku mendengar berita itu di restoran tadi pagi, aku berpikir mungkin hanya bualan saja. Tapi, sepertinya benda yang hilang itu sangat penting,""Ini adalah benda pusaka satu-satunya wilayah Bulgu, beberapa guru besar mengatakan bahwa pedang ini bisa menarik darah penggunanya dan menjadikan orang tua kuat,""Menarik darah? Bukankah itu sedikit berlebihan bung hahah
Girgal menatap pedang yang bersandar di lemari, lalu menatap ke sekelilingnya tidak ada satupun orang di kamar. Suara berdengung itu membuat Girgal sadar, bahwa pedang itu terlihat aneh sejak kemarin."Kontrak darah itu sepertinya berjalan lancar, tapi mengapa aku merasa aneh setiap mendengar suara yang dikeluarkan pedang itu,"Girgal bangkit dari duduknya, dia memasang sarung pedang baru agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaan pedang itu. Boby pun muncul di balik pintu, sembari membawa secangkir teh hangat untuk Girgal."Paman, seseorang mencarimu di bawah. Mereka tampak mengenalmu dengan baik paman,""Mencariku? Baiklah, aku akan segera turun. Kau berkemaslah, kita akan pergi setelah ini,"Boby mengangguk paham, Girgal segera keluar dari kamar dan menuju lantai bawah. Langkah Girgal sedikit melambat, ketika melihat Jack, Anna dan para siswanya berdiri di dekat meja makan. Dengan langkah berat, Girgal terpaksa bertemu dengan mereka lagi."Lihat, dia adalah paman yang melawan
Pagi buta, Girgal menggendong Bobby menjauh dari rumah besar itu. Tidak ada orang yang terjaga, mereka terlelap begitu nyenyak. Saat melewati bangunan kota, Girgal merasa seseorang sedang mengawasi mereka.Di depan hanyalah ada hutan besar, jika Girgal kembali maka mungkin saja dirinya akan dalam berbahaya. Terpaksa dia memilih jalan menuju hutan, seseorang yang mengikutinya pun menghilang begitu saja."Di depan tampak begitu gelap dan lembab, huh Boby juga sangat berat,"Girgal memperbaiki gendongannya, lalu menerangi jalan dengan sebilah kayu yang diberi percikan api dan minyak. Tidak ada binatang yang melintas, hanya ada suara serangga yang terus menyerang indera mereka."Nak, kau disini?""Siapa disana? Tunjukkan dirimu,""Ini paman, aku menunggu berbulan-bulan lamanya kau tahu. Sampai persediaan makan pun aku tak punya lagi,""Paman, bukankah kita akan bertemu di seberang hutan ini? Kenapa kau menungguku disini?""Berhenti bertanya dan berikan aku makanan. Tapi, ayo kita pergi da
Girgal melewati air terjun, mendaki bukit bulgu bersama Boby. Saat berada di sebuah persimpangan jalan, gubuk kecil dengan lentera yang menyala membuat Girgal penasaran. Boby memegang erat tangan Girgal, sepertinya ada seseorang yang sedang singgah juga disana."Permisi, apa ada orang di dalam,"Suara beberapa pria dan wanita di dalam gubuk seketika senyap, mereka terlihat mulai mundur perlahan dari bayangan mereka yang ada di jendela. Pintu terbuka, menampakkan sosok Jack yang tersenyum ke arah Girgal."Apa?!" Girgal menoleh ke dalam melihat Anna, Leo dan Jessy, serta seorang wanita lainnya."Hai Girgal, seperti dugaanku kita pasti bertemu di tempat yang sama lagi,"Tatapan mata Anna dan wanita itu tampak sinis, Girgal membuang muka karena sudah sewajarnya Anna melakukan hal itu padanya."Masuklah, kalian pasti butuh tempat untuk beristirahat,""Tapi..." Girgal sangat ingin pergi dari gubuk itu, tapi Boby yang sudah kelelahan membuatnya menerima ajakan Jack.Girgal dan Boby masuk ke
"Cepat cari pedang itu!!"Girgal dengan pelan menenggelamkan pedang yang dipegang, lalu menginjaknya agar tidak tampak. Kelima pria itu mencari di sekeliling, Girgal melirik sekilas tempat Boby tertidur. Aku hanya harus mengelabui mereka tanpa harus bertarung, pikir Girgal."Pedangnya tidak ada tuan,""Apa kalian yakin? Pasti dia menyembunyikannya di bawah batu atau pohon,""Huh, kalian sangat tidak sopan. Menyergap seorang pria yang telanjang dengan tiba-tiba,""Kami tidak pernah tertarik dengan omong kosongmu bajingan!!""Aku merasa kasihan jika anak-anak kalian tahu nanti, melihat orang lain mandi dengan sengaja,"Tampak pria dengan panggilan tuan itu mundur, dia pasti sangat mementingkan harga dirinya. Setelah beradu kalimat, ke lima pria itu malah pergi dengan membawa seluruh pakaian Girgal."Arghh, sial ini semakin dingin,""Hahahahaha, pakailah ini kawan,""Jack, apa yang kau lakukan disini?""Seseorang memberikan tugas, untuk menjagamu dari siapapun,""Apa Anna yang memintamu?
Pangeran pertama berjalan ke arah Girgal, dengan beberapa prajurit di belakangnya. Mata keemasan dan wajah terpahat begitu indah, membuat Girgal menghela nafas kasar."Haruskah aku memberi hormat padamu,"Girgal menatap pria itu dingin, mereka adalah saudara tak seibu. Wajah yang persis sama dengan raja, hingga Girgal sangat ingin merobek wajah itu."Beri hormat pada yang mulia!! Lancang sekali kau!!""Aku bukanlah warganya, aku seorang pengembara yang ingin membalas dendam pada seseorang di wilayah ini,""Pengembara? Balas dendam? Siapa yang kau maksud?" pangeran tampak bingung."Yang mulia, paduka raja sudah tiba di pintu gerbang akademi,"Girgal tersentak, apakah dia sanggup menahan diri saat bertemu langsung dengan raja yang merupakan pembunuh ibunya. Pangeran pertama melenggang pergi, dengan cepat Girgal masuk menyelinap ke gedung besar akademi."Nona, nonaku... Kami akan membawa makanan untukmu. Bangunlah nona, Aku tidak bisa hidup tenang lagi jika anda tiada,""Tiada? Apakah An
Kertas yang Girgal pegang terjatuh, dirinya segera berlari menuju bangunan besar tempat Anna di hukum. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Pangeran pertama dan beberapa pengawal berdiri di depan pintu."Aku terlalu terburu-buru,""Meskipun kondisi Anna semakin memburuk, ayahnya pasti akan melindunginya,""Ayah katamu? Ayah mana yang mau melihat putrinya terbring lemah dengan racun mematikan di tubuhnya,"Jack membuang muka, dia tak ingin memperpanjang perdebatan mereka demi Anna. "Pelatih Robert akan membawamu pergi, sementara aku yang akan menjaga Anna,""Aku belum memutuskan untuk ikut siapapun-,""Girgal! Ini satu-satunya cara untukmu membalas dendam, jadi fokuslah pada jalanmu. Saat kau menjadi kuat, Anna juga pasti bisa kau selamatkan,"Girgal menatap Jack penuh kekesalan, lalu pergi meninggalkannya. Seminggu berlalu, Anna masih menjalani hukuman penyucian jiwa. Penangkal racun yang Girgal temukan juga bereaksi sama sekali, hingga tubuh Anna mulai pucat keseluruhan. "Aku a