Girgal memasuki balai kota, mencari petunjuk tentang izin lencana yang bisa digunakan untuk memasuki wilayah pegunungan mosvil.
"Kau pasti orang baru disini, ingin membuat lencana penduduk atau pendekar?""Lencana pendekar, bisakah?""Tentu, tapi kau harus melewati beberapa ujian beladiri dari akademi. Jika kau ingin, aku bisa membantumu,""Tidak perlu, aku akan menemukan jalan lain untuk masuk ke ujian disana,"Girgal menggosok dahinya lembut, menyeka keringat yang bercucuran karena cuaca begitu panas di sore hari. Dari jauh Anne datang menghampiri Girgal, sambil tersenyum lebar."Girgal, apa yang sedang kamu lakukan disini?""Itu bukan urusanmu,""Apa kau memiliki keperluan? Mungkinkah kau ingin lencana pendekar?""Tidak, itu bukan urusanmu,"Anne membawa beberapa kertas, meminta Girgal mengisinya sebagai data diri peserta akademi pendekar Mosvil. Wanita itu sangat gigih, meskipun Girgal menolaknya beberapa kali, dia tetap berdiri dengan lembaran data diri itu."Ayolah Girgal. Setelah kau memiliki lencana pendekarmu, nanti orang-orang akan ramah dan baik padamu,""Aku tidak butuh itu, mengapa kau terus memaksa?!" bentak Girgal kesal."Ini demi kebaikanmu, bukankah kita bisa menjadi kelompok pencari benda pu-""Tidak," Girgal menghempaskan kertas itu ke lantai "Siapa kau? Sampai memikirkan apa yang baik dan benar untukku,"Anne mundur beberapa langkah, wanita itu tampak menggigit bibirnya menahan tangis. Vladimir yang baru saja tiba dari kota, menarik kerah baju Girgal kasar lalu menghempaskan ke lantai."Beraninya kau memperlakukan putriku begitu kasar!!""Aku tidak melakukan kesalahan, dia sendiri yang terus memaksa seakan tau apa yang baik untuk orang lain,""Bajingan!! Beraninya-""Ayah cukup, ayo kita kembali ke rumah. Maaf Girgal, aku terlalu ikut campur,""Bagus, kau harus tau siapa dirimu sendiri," ujar Girgal.Vladimir mencengkram rambutnya kesal, lalu berteriak keras menyebut nama Girgal. Jack yang baru muncul bersama pengawal wanita Anne, segera mendekat melihat apa yang sedang terjadi. Girgal mulai kesal, dia menatap tajam ke arah Vladimir dengan sinis."Kau pikir siapa kau hah? Beraninya meneriakkan nama seseorang begitu keras!!""Girgal, kau berfikir bahwa hidupmu lah yang paling menderita saat ini bukan? Lalu, dengan egois kau hanya memikirkan luka pada hatimu saja," Vladimir berdiri tepat di hadapan Girgal, sambil menunjuknya kasar.Girgal menghela nafas panjang, memang itulah yang selama ini Girgal lakukan untuk terus memupuk dendam pada bajingan yang membunuh ibunya. Jika Girgal harus merasakan banyak emosi sekaligus, maka dirinya hanya larut dalam hidup hingga lupa pada tujuan hidupnya sendiri."Aku sudah hidup dengan luka yang begitu besar, hingga itu hanya bisa ditebus oleh nyawa,"Jack dan Vladimir membeku, melihat ekspresi Girgal yang dingin itu mengucapkan kalimat sangat dalam. Vladimir menarik Anne menjauh, meninggalkan Girgal dengan kekesalannya."Aku harus pergi, kamu lebih baik mencari penginapan sebelum malam tiba,"Girgal menahan Jack, dia mencoba mengembalikan rasa kemanusiaannya namun, Girgal terlalu larut akan perasaan dendam sampai bibirnya kelu untuk mengucapkan sepatah katapun."Tenangkan dirimu, semuanya akan baik-baik saja tanpa pertikaian,"Girgal pun menjauh dari balai kota dan mencari penginapan. Girgal melemparkan tasnya asal, menarik buku harian ibunya cepat. Tidak ada petunjuk selain menjadi seorang yang memiliki lencana pendekar, untuk mendaki gunung wilayah mosvil dan bulgu nantinya."Tuan, bisakah anda mendengar saya?"Girgal bangkit dari duduknya, membuka pintu kamar dengan cepat. Pria yang di dampingi Wanita dengan wajah sedih itu, membuat Girgal menghela nafas kasar."Apalagi yang terjadi sekarang?""Nona ini meminta bertemu dengan anda, kami sudah memintanya untuk pergi. Tapi, dia menangis dan terus memaksa masuk. Jad-""Baiklah, aku paham sekarang. Kau bisa pergi,"Girgal mempersilahkan Anne masuk, meskipun Girgal mengusirnya. Pasti Anne akan mencarinya lagi dan lagi."Gir-" Anne menangis sambil terisak hingga, kalimatnya pun tak mampu terucap."Tenangkan dirimu, minumlah dan tetap diam,"Girgal duduk di depan Anne, sesekali dia menatap jemari wanita itu yang pucat. Jika mengingat perlakukan Girgal sore tadi, pasti siapapun itu akan menjauh dan tidak peduli lagi dengannya. Tapi, melihat Anne yang datang begitu saja bahkan, menangis seakan dirinyalah yang bersalah."Anne, apakah ucapanku tidak melukaimu sedikitpun?""Tidak, aku sama sekali tidak peduli. Aku hanya..." Anne memainkan kukunya gugup, "Ini hanya untuk membantumu,""Aku tidak me-""Girgal, cobalah percaya padaku sedikit saja. Ini demi tujuanmu juga kan?""Aku tidak bisa mempercayai siapapun, jadi jangan berharap hal itu,""Baiklah, setidaknya kamu mau mengisi surat ini dan ikut ujian esok hari agar mendapat lencana pendekar. Aku sudah mengatakan ini pada ayah, jadi kamu harus mempersiapkan diri pada tes itu, karena tes ini sangat sulit," terang Anne.Girgal terdiam sejenak, merenungkan ucapan Anne dengan seksama. Tes untuk mendapatkan lencana jelas tertulis mudah di catatan Ibunya, jadi Girgal tidak ingin berpikir terlalu rumit dan menerima saran Anne.Anne begitu senang, hingga memeluk Girgal begitu erat lalu pergi dari kamar itu. Tidak banyak yang Girgal harapkan sekarang.Keesokan harinya, Girgal memasuki daerah akademi dengan puluhan calon pendekar muda seusianya."Girgal!! Ayo kemari cepat, kita sudah menyiapkan tempat untukmu,"Girgal hanya mengikuti ucapan Anne, dan ikut bersama Jack dan pengawal Anne. Satu persatu peserta masuk ke dalam tenda besar bercorak hitam di tengah lapangan. Ada beberapa yang keluar dengan lencana pendekar dan ada yang hanya merenung sedih karena gagal.Giliran Girgal pun tiba, di dalam tenda terdapat tes menulis dan membaca, lalu tes menjatuhkan seorang lawan. Tes tersebut dilalui Girgal sangat mudah, tepat seperti apa yang dikatakan sang ibu."Selamat Girgal, kamu memang hebat!!" seru Anne senang."Anne-""Girgal, setelah mendapatkan lencana, apa kau benar akan pergi menyusuri pegunungan mosvil? "Belum selesai Girgal mengucapkan kalimatnya, Jack langsung menerobos dan bertanya tentang tujuan Girgal selanjutnya."Aku akan pergi dari kota menuju selatan, mencari pusaka,""Benarkah? Apa aku bisa ikut bersamamu?" tanya Anne tiba-tiba."Apa?! Nona, anda harus menyelesaikan pelatihan. Jangan coba melarikan diri dari ujian akhir ini!!" teriak Pengawal Anne."Aku hanya bercanda, Girgal bisa kembali ke kota kapanpun. Saat kamu kembali, jangan lupa untuk mampir ke sini," wajah Anne memerah setelah mengucapkan kalimatnya pada Girgal.Girgal mengangguk paham, dia pun pergi dari wilayah kota mosvil menuju pegunungan. Musim dingin yang cepat tiba, membuat Girgal heran perubahan cuaca ekstrim ini.Tidak orang yang mendaki pegunungan selain dirinya, sangat sunyi dan hanya terdengar suara hewan liar yang berkeliaran."Ini akan menjadi sulit jika diteruskan, aku harus mencari tempat untuk tidur," lirih Girgal sambil menyeka rambutnya yang mulai terlepas dari ikatan.Girgal berjalan menyusuri pegunungan, lalu mendapat tempat beristirahat di dalam gua kecil, sempit dan lembab di lereng gunung.Tak.Tak.Tak.Suara tongkat yang menghentak tanah, terdengar menggema di tengah gua. Girgal memeriksa sekelilingnya, namun tidak ada orang satupun selain jalan menuju ke dalam gua yang sangat gelap."Ada cahaya, aku harus segera kesana,"Girgal tersentak waspada dan segera berdiri, mengambil tingkatnya sebagai pemukul.Pria berbaju serba hitam, dengan tongkat kayu di kakinya berjalan melewati Girgal begitu saja. Pria itu menghadap ke atas langit, sambil menadahkan tangan kanannya."Takdir membawamu terlalu jauh, tapi apa yang sedang kau cari tidak ada disini,""Apa yang kau maksud? Jangan sok tau dengan urusanku,""Hmm... sikapmu dan penampilanmu begitu angkuh, cobalah perbaiki itu sebelum mencapai tujuanmu," pria itu menusuk Girgal lurus.Girgal melenggang pergi dari hadapan pria itu, tidak ingin mendengar omong kosong lagi. Tiba-tiba pria itu, meninju perut Girgal keras hingga terjatuh ke tanah. Tanpa ada aba-aba dan gerakan sedikitpun, pukulan yang sangat kuat dari tinju yang tampak lemah itu membuat Girgal mengerang kesakitan."Aaaarggh apa yang kau lakukan, sial ini sakit sekali," erang Girgal."Hahahaha, kau hanya kuat saat melihat lawan yang kuat. Tapi, ketika kau berhadapan dengan pria lemah sepertiku, keangkuhan itu sangat memalukan,"Girgal bangkit dengan sisa tenaganya, lalu mencoba meny
Pagi buta, Girgal melatih dirinya di daerah padang akademi. Banyak siswa yang memperhatikannya, bahkan mengejek Girgal karena terus mengulang gerakan ratusan kali. Hingga, seorang pria melemparkan pedang kayu ke arah Girgal."Ayo bertarung denganku bodoh!!""Hahahahaha, lihat paman itu bahkan hanya mematung melihat lawannya,""Aku tidak punya waktu untuk bertarung denganmu," ujar Girgal malas.Siswa itu mendorong bahu Girgal keras, lalu mengejeknya dengan perkataan kasar. Akademi yang menurut orang-orang sebagai tempat pendidikan para pendekar, ternyata hanyalah tempat mendidik kesombongan siswanya."Aku tidak berminat jadi, pergilah dasar bocah,""Owh, dia paman yang menabrakku kemarin!!" seru seorang wanita dari jauh."Jessy, aku senang melihatmu disini. Apa yang kau lakukan?""Leo, paman itu menabrakku kemarin. Itulah sebabnya aku datang terlambat," keluh Jessy.Pria yang bernama Leo, mengerutkan keningnya kesal. Girgal menghela nafas panjang, mungkin dia tidak bisa pergi begitu sa
Girgal mematung, ada banyak pengawal kaisar yang berada di sekitar penginapan. Boby yang sejak pagi sudah pergi untuk mencari informasi, membuat Girgal merasa khawatir jika dirinya melakukan kesalahan, dan membuat Boby dalam masalah."Tuan, mohon maaf sebelumnya. Karena ada inspeksi penyelidikan kasus pencuri benda pusaka, pihak kekaisaran akan menggeledah kamar anda. Mohon untuk menunggu di lantai bawah," ujar sang pemilik penginapan.Girgal mengangguk paham, lalu secepat kilat tangannya menyambar tas nya dan pergi ke lantai bawah untuk menunggu Boby."Apa kalian tahu, bahwa pedang pusaka milik kaisar telah di curi?!""Iya, aku mendengar berita itu di restoran tadi pagi, aku berpikir mungkin hanya bualan saja. Tapi, sepertinya benda yang hilang itu sangat penting,""Ini adalah benda pusaka satu-satunya wilayah Bulgu, beberapa guru besar mengatakan bahwa pedang ini bisa menarik darah penggunanya dan menjadikan orang tua kuat,""Menarik darah? Bukankah itu sedikit berlebihan bung hahah
Girgal menatap pedang yang bersandar di lemari, lalu menatap ke sekelilingnya tidak ada satupun orang di kamar. Suara berdengung itu membuat Girgal sadar, bahwa pedang itu terlihat aneh sejak kemarin."Kontrak darah itu sepertinya berjalan lancar, tapi mengapa aku merasa aneh setiap mendengar suara yang dikeluarkan pedang itu,"Girgal bangkit dari duduknya, dia memasang sarung pedang baru agar tidak ada orang yang mengetahui keberadaan pedang itu. Boby pun muncul di balik pintu, sembari membawa secangkir teh hangat untuk Girgal."Paman, seseorang mencarimu di bawah. Mereka tampak mengenalmu dengan baik paman,""Mencariku? Baiklah, aku akan segera turun. Kau berkemaslah, kita akan pergi setelah ini,"Boby mengangguk paham, Girgal segera keluar dari kamar dan menuju lantai bawah. Langkah Girgal sedikit melambat, ketika melihat Jack, Anna dan para siswanya berdiri di dekat meja makan. Dengan langkah berat, Girgal terpaksa bertemu dengan mereka lagi."Lihat, dia adalah paman yang melawan
Pagi buta, Girgal menggendong Bobby menjauh dari rumah besar itu. Tidak ada orang yang terjaga, mereka terlelap begitu nyenyak. Saat melewati bangunan kota, Girgal merasa seseorang sedang mengawasi mereka.Di depan hanyalah ada hutan besar, jika Girgal kembali maka mungkin saja dirinya akan dalam berbahaya. Terpaksa dia memilih jalan menuju hutan, seseorang yang mengikutinya pun menghilang begitu saja."Di depan tampak begitu gelap dan lembab, huh Boby juga sangat berat,"Girgal memperbaiki gendongannya, lalu menerangi jalan dengan sebilah kayu yang diberi percikan api dan minyak. Tidak ada binatang yang melintas, hanya ada suara serangga yang terus menyerang indera mereka."Nak, kau disini?""Siapa disana? Tunjukkan dirimu,""Ini paman, aku menunggu berbulan-bulan lamanya kau tahu. Sampai persediaan makan pun aku tak punya lagi,""Paman, bukankah kita akan bertemu di seberang hutan ini? Kenapa kau menungguku disini?""Berhenti bertanya dan berikan aku makanan. Tapi, ayo kita pergi da
Girgal melewati air terjun, mendaki bukit bulgu bersama Boby. Saat berada di sebuah persimpangan jalan, gubuk kecil dengan lentera yang menyala membuat Girgal penasaran. Boby memegang erat tangan Girgal, sepertinya ada seseorang yang sedang singgah juga disana."Permisi, apa ada orang di dalam,"Suara beberapa pria dan wanita di dalam gubuk seketika senyap, mereka terlihat mulai mundur perlahan dari bayangan mereka yang ada di jendela. Pintu terbuka, menampakkan sosok Jack yang tersenyum ke arah Girgal."Apa?!" Girgal menoleh ke dalam melihat Anna, Leo dan Jessy, serta seorang wanita lainnya."Hai Girgal, seperti dugaanku kita pasti bertemu di tempat yang sama lagi,"Tatapan mata Anna dan wanita itu tampak sinis, Girgal membuang muka karena sudah sewajarnya Anna melakukan hal itu padanya."Masuklah, kalian pasti butuh tempat untuk beristirahat,""Tapi..." Girgal sangat ingin pergi dari gubuk itu, tapi Boby yang sudah kelelahan membuatnya menerima ajakan Jack.Girgal dan Boby masuk ke
"Cepat cari pedang itu!!"Girgal dengan pelan menenggelamkan pedang yang dipegang, lalu menginjaknya agar tidak tampak. Kelima pria itu mencari di sekeliling, Girgal melirik sekilas tempat Boby tertidur. Aku hanya harus mengelabui mereka tanpa harus bertarung, pikir Girgal."Pedangnya tidak ada tuan,""Apa kalian yakin? Pasti dia menyembunyikannya di bawah batu atau pohon,""Huh, kalian sangat tidak sopan. Menyergap seorang pria yang telanjang dengan tiba-tiba,""Kami tidak pernah tertarik dengan omong kosongmu bajingan!!""Aku merasa kasihan jika anak-anak kalian tahu nanti, melihat orang lain mandi dengan sengaja,"Tampak pria dengan panggilan tuan itu mundur, dia pasti sangat mementingkan harga dirinya. Setelah beradu kalimat, ke lima pria itu malah pergi dengan membawa seluruh pakaian Girgal."Arghh, sial ini semakin dingin,""Hahahahaha, pakailah ini kawan,""Jack, apa yang kau lakukan disini?""Seseorang memberikan tugas, untuk menjagamu dari siapapun,""Apa Anna yang memintamu?
Pangeran pertama berjalan ke arah Girgal, dengan beberapa prajurit di belakangnya. Mata keemasan dan wajah terpahat begitu indah, membuat Girgal menghela nafas kasar."Haruskah aku memberi hormat padamu,"Girgal menatap pria itu dingin, mereka adalah saudara tak seibu. Wajah yang persis sama dengan raja, hingga Girgal sangat ingin merobek wajah itu."Beri hormat pada yang mulia!! Lancang sekali kau!!""Aku bukanlah warganya, aku seorang pengembara yang ingin membalas dendam pada seseorang di wilayah ini,""Pengembara? Balas dendam? Siapa yang kau maksud?" pangeran tampak bingung."Yang mulia, paduka raja sudah tiba di pintu gerbang akademi,"Girgal tersentak, apakah dia sanggup menahan diri saat bertemu langsung dengan raja yang merupakan pembunuh ibunya. Pangeran pertama melenggang pergi, dengan cepat Girgal masuk menyelinap ke gedung besar akademi."Nona, nonaku... Kami akan membawa makanan untukmu. Bangunlah nona, Aku tidak bisa hidup tenang lagi jika anda tiada,""Tiada? Apakah An