Home / Romansa / PAPAKU MASIH BUJANGAN / 3. PROSES TERBENTUKNYA DINAYA

Share

3. PROSES TERBENTUKNYA DINAYA

“Me-Meninggal? Jadi Annaya sudah meninggal?”

“Sudah, dua hari yang lalu. Bunda sakit kanker lambung.”

Innalillahi wainnailaihi rojiuun ... Ya Allah ...

Dirga mengusap wajahnya sendiri dengan tangan dan tercenung cukup lama. Terbayang wajah cantik Annaya di benaknya. Gadis cerdas yang cantik dan baik itu seolah hidup kembali di dalam kepala Dirga. Mau tidak mau rasa sedih menyelinap di hati Dirga sampai ia terdiam dan tak sadar kalau Dinaya ada di depannya.

“Nah, itu Om tau Bundaku namanya Annaya. Tadi aku juga sudah kasih tau nama lengkapku. Aku dikasih nama Dinaya Aga Nisrina. Kata Bunda, Dinaya itu perpaduan Dirga dan Annaya. Kalau Aga juga sama, singkatan dari Annaya dan Dirga. Jadi benar Om ini ayah kandungku kan?”

Mendengar penjelasan sekaligus pertanyaan itu, Dirga bagai tersambar petir. Cerdas juga anak ini. Rasa sedih yang tadinya muncul di benak Dirga karena kepergian Annaya, seketika berubah jadi panik.

“Sebentar, aku nggak bisa langsung mengiyakan kalau kamu anakku. Kamu anak Annaya, bukan berarti kamu anakku kan?” sangkal Dirga.

“Loh? Kok gitu? Memangnya aku anak siapa lagi? Bundaku nggak pernah menikah loh Om!” Dinaya tampak tersinggung mendengar kalimat Dirga.

“Iya, memang Bundamu tidak pernah menikah. Tapi bukan berarti aku ini pasti ayahmu loh.” Dirga bersikap defensif. Bukan tanpa alasan Dirga mati-matian menyangkal. Ia tak yakin kalau Dinaya ini memang anaknya. Oke, Dinaya memang mirip sekali dengan Annaya, ibunya. Tapi Dirga tak melihat kemiripan Dinaya dengan dirinya. Itu sebabnya Dirga berpikir cepat. Anak Annaya belum tentu anakku kan?

“Maksud Om apa? Om pikir bundaku sembarangan bobo cantik dengan laki-laki manapun gitu? Om pikir bundaku semacam reksadana yang bisa menerima investasi dari siapa saja?” bentak Dinaya.

Dirga yang tadinya siap adu argumen mendadak menahan tawa. Ada ada saja istilah gadis cerdas ini. Malah menganalogikan rahim ibunya sebagai reksadana dan benih lelaki sebagai investasi.

“Maksudku bukan begitu. Tapi kan bisa saja tanpa sepengetahuanmu, bundamu menjalin hubungan dengan seseorang tanpa menikah, lalu kamu dititipkan ke perut ibumu, dan kamu lahir. Bisa begitu loh.” Dirga menjelaskan dengan hati hati. Ia benar-benar tak yakin kalau Dinaya anaknya.

Oke, Dirga memang pernah khilaf berbuat itu dengan Annaya satu kali ketika dia masih SMA dan Annaya sudah hampir lulus kuliah. Annaya memang usianya lima tahun di atas Dirga. Saat itu mereka tergoda bisikan setan dan melakukan hal itu sekali. Hanya sekali. Benar benar sekali saja. Apa mungkin hanya dalam sekali percobaan bisa menjadikan seorang Dinaya lahir ke dunia?

“MAKSUD OM APA?” Tiba tiba saja Dinaya berdiri dari sofa dan berteriak sambil menatap Dirga tajam. Wajah gadis itu merah padam.

“JADI OM NGGAK NGERASA MENGHAMILI BUNDA DAN MALAH NUDUH BUNDA HAMIL DI LUAR NIKAH SAMA LAKI LAKI LAIN GITU??”

“Ssst ... Ssstt ... Pelankan suaramu!” Dirga seketika terlonjak dan langsung menenangkan Dinaya. Dia buru buru melihat ke luar, memeriksa kalau kalau ada tetangganya lewat dan mencuri dengar pembicaraan mereka berdua karena suara Dinaya tadi keras sekali. Bisa gawat kalau ada yang lewat. Apalagi kalau yang dengar Bu Siswoyo, emak emak yang menduduki kasta tertinggi di dunia perghibahan di perumahan ini. Apalagi kalau dia berkolaborasi dengan Teh Lilis, pemilik warung yang biasa dijadikan base camp emak emak berghibah. Bisa bisa dalam setengah menit Dirga sudah jadi topik utama pembicaraan para emak emak di sini. Padahal citranya sebagai dokter religius yang tampan dan sopan sudah tersohor ke seantero kompleks.

“Tenang dulu Dinaya. Kan kita mau bicara baik baik, jangan teriak teriak. Minum dulu, minum dulu ya,” bujuk Dirga sambil menggeser botol air mineral agar semakin dekat ke jangkauan tangan Dinaya.

“Aku udah bicara baik baik. Tapi omongan Om yang nggak baik baik. Masa Om bilang bundaku hamil tanpa menikah dengan laki laki lain!”

“Eh, bukan. Aku nggak bilang gitu kok. Maksudnya gini, kan belum tentu aku ayahmu. Apalagi terakhir kali kami ketemu, perut bundamu masih rata, nggak ada tanda tanda kehamilan.”

“Bunda bilang ayahku itu bernama Dirgantara Pradikta, seorang dokter forensik yang kerja di rumah sakit kepolisian di Jakarta. Bunda ngasih data pribadi semua tentang Om. Ciri fisik, nama keluarga, asal sekolah, sampai kebiasaan kecil dan makanan yang Om suka dan Om nggak suka. Sedetail itu. Bunda juga ngasih handphone lamanya ke aku. Ada banyak SMS gombal Om ke Bunda. Aku baca semua, nih.” Dinaya mengeluarkan sebuah ponsel merk Nokia dari tasnya, membuat wajah Dirga merah padam. Dia sudah sangat terpojok dan tak bisa menyangkal.

“Oke, tapi aku dan bundamu nggak ada hubungan apa apa, bahkan pacaran pun nggak. Dan kami berdua hanya ... mmm ... sekali melakukan itu. Aduh gimana bilangnya ya? Kamu tau kan proses reproduksi?” tanya Dirga canggung. Dinaya mengangguk dengan santai.

“Aku sudah kelas 11, Om. Sudah kelas 2 SMA. Aku belajar biologi tentang proses reproduksi itu sejak SMP. Bahkan waktu SD, sebelum mengenal biologi, Bunda sudah ngajarin aku sex education. Kata Bunda biar aku tau tentang seks, jadinya ketika dewasa nggak berakhir kayak dia yang hamil tanpa suami.” Dinaya menjawab tanpa basa basi. Dirga semakin salah tingkah dibuatnya.

“Oke, jadi kamu tau kan gimana proses reproduksi? Nah sel sperm itu untuk membuahi sel telur bukan perkara mudah kan Dinaya? Rasanya aku masih kurang yakin kalau kamu terbentuk hanya dalam sekali percobaan. Benar benar sekali. Dan durasinya ... Oh, oke kita nggak usah bahas durasi. Pokoknya begitu lah.”

“Aduh Om ribet! Ini aja deh, Om kan dokter forensik? Mau patologi forensik ataupun forensik klinik kan tetap aja pasti sering berhubungan dengan DNA. Ya udah, kita tes DNA aja. Aku nggak mau adu argumen lagi sama Om. Ayo kita tes DNA!” tantang Dinaya ketus dengan raut wajah kesal.

Seketika titik titik keringat dingin sebesar biji jagung mulai muncul di dahi Dirga. Jujur, Dirga tak siap ditantang seperti ini. Bagaimana kalau tes DNA menunjukkan hasil akurat bahwa Dinaya memang benar anaknya?

Apa aku siap jadi bapak? Gimana dengan Cindy? Apa dia siap menikah dengan bapak satu anak? Aaaahh!!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayyma
wah ajaib..awal mula cerita oke nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status