Share

11. MENDADAK DUDA

Penulis: Zifi Kani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-10 21:53:30
“Ga, dia anakmu.”

Hanya satu kalimat yang diucapkan Rio. Tapi Dirga merasa jiwanya tercabut paksa dari jasadnya detik itu juga.

“A-anakku, Yo?

“Iya hasilnya 99,99% tuh. Tak terbantahkan.”

Dirga memeriksa kertas yang diberikan Rio padanya. Surat keterangan dari laboratorium yang jelas menunjukkan angka 99,99% kecocokan DNA antara dirinya dan Dinaya.

“Ga?”

“Hmm …”

“Are you ok?”

“Menurut ente?” bentak Dirga kesal. Kondisi sedang pusing begini, Rio malah berusaha memvalidasi perasaan Dirga yang jelas jelas kalut. Bagaimana mungkin Dirga bisa baik baik saja padahal sekarang dia mendadak duda?

“Kalau manusia kayak aku gini disebutnya apa sih, Yo?”

“Mmmm … bangsat mungkin? Atau bajjingan?” Rio mencoba mencairkan suasana dengan bercanda, tapi sebenarnya salah satu sisi hati Rio memang kesal dan tak habis pikir. Bagaimana mungkin Dirga bisa tak tau kalau selama ini dia punya anak? Dia memproduksi Dinaya, lalu meninggalkan ibunya begitu saja sampai si anak datang meminta pertanggung jawaban bapa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   12. PERISTIWA KEMATIAN

    “Pe-Peristiwa kematian?” tanya Dillo gugup. Apapun yang berkaitan dengan kematian selalu membuatnya tak nyaman. Entah itu orang mati, hewan mati, bahkan pohon mati. Tak hanya itu, meski tubuhnya kekar dan wajahnya sangar, Dillo juga takut sekali dengan setan, hantu, demit, dan sejenisnya. Alasannya karena para demit itu invisible dan tak bisa dideteksi keberadaannya.“Iya, hari itu semua mati dan aku terjebak berdua dengan Annaya di rumahnya. Hanya berdua, Pak Ahsan dan Bu Ningrum pergi ke Pekalongan. Mbok Parmi dan anaknya yang biasa bantu bantu di rumah Annaya sudah pulang karena saat itu sudah jam 10 malam.”“Terus siapa yang mati?”“Sabar dong! Biar dia terusin dulu!” bentak Rio yang kesal karena Dillo terus bertanya. Dillo memang penggambaran sempurna untuk tokoh film horor. Penakut tapi selalu penasaran.“Tetangga di dekat kost yang meninggal. Meninggalnya dikeroyok warga. Jadi ceritanya si tetangga ini problematik memang. Tukang mabok, bandar judi, narkoba pula. Dan terakhir kat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   13. PILIHAN HIDUP

    “Ssstt! Nanti Dinaya dengar! Jaga omongan kamu!”“Telat, Om. Aku udah denger dari tadi!”Suara gadis remaja yang lembut tapi galak itu terdengar dari balik tirai, membuat keempat lelaki di ruang tamu terlonjak kaget bagai melihat hantu.“Aku capek Om. Udah jelas jelas hasil tes DNA aku ini anak Om Dirga, tapi masih aja mamaku kena hujat terus. Om semua ini nggak ada yang kenal mamaku kecuali Om Dirga kan? Kenapa kok tega teganya bilang hal hal buruk tentang mama?”“Dinaya … Nggak Dinaya, maaf maaf kami semua salah. Maafin Om ya, Om salah banget sudah ngomong sembarangan. Om cuma bingung karena mama kamu luar biasa. Mama kamu nggak pernah ngejar dan menuntut pertanggung jawaban ayah dari anak yang dikandungnya. Dan itu bukan sesuatu yang lumrah terjadi Dinaya.” Farez menjelaskan pada Dinaya dengan nada bicara yang lembut sekali. Dinaya diam saja dengan wajah cemberut.“Om semua tau nggak kenapa mamaku nggak bilang sama Om Dirga? Karena kata Om Dirga nggak bisa diandalkan.”“Hah? Apa?” k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   14. KEPUTUSAN

    “Apa aku boleh sekolah di sekolah lamaku sampai lulus? Aku takut sekolah di Jakarta. Aku takut di bully, aku takut materi pelajaran yang jauh lebih sulit dan aku tertinggal lalu kesulitan masuk universitas. Aku juga takut belum bisa beradaptasi dengan kehidupan Jakarta,” pinta Dinaya dengan wajah memelas. Dirga membenarkan ucapan Dinaya dan memaklumi ketakutan gadis itu. Tapi Dirga tetap tak bisa membiarkan anaknya itu tinggal sendirian tanpa pengawasannya.“Kamu mau tinggal di Semarang dengan siapa Dinaya? Kamu sekarang sendirian. Kamu cuma punya Dirga kan?” tanya Rio hati hati sekali. Khawatir Dinaya terluka dengan ucapannya. Ketiga teman Dirga juga memikirkan hal yang sama. Mereka sadar Dinaya hanya punya Dirga, dan apapun alasannya, gadis itu tak boleh tinggal berjauhan dari ayah kandungnya.“Nggak Om. Aku masih bisa tinggal di rumah lama, dekat rumah Bude Dini. Aku sejak lahir tinggal di sana dengan Mama Om. Seluruh keluarga Bude Dini dan tetangga tetangga juga kenal baik denganku

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   15. GADIS TITIK BALIK

    “Gadis titik balik yang dulu itu?” tanya Farez disambut anggukan Dirga.Annaya adalah gadis titik baliknya. Karena sejak kejadian itu hidup Dirga berubah total terutama untuk hubungan dengan lawan jenis.Semua cinta Dirga bertahun tahun seolah habis hanya untuk Annaya. Dia patah hati berat saat Annaya menghilang. Dirga mencari hanya melalui media sosial yang pada saat itu sangat terbatas, tidak seperti sekarang. Belum ada istilah viral, belum ada video video yang bisa jadi sarana untuk mencari keberadaan orang melalui kejelian netizen, dan belum ada aplikasi aplikasi yang canggih seperi sekarang ini. Bahkan mengirim foto saja masih melalui MMS, karena aplikasi chatting seperti w******p belum ada. Blackberry Messenger pun belum populer saat itu.Dirga putus asa. Dia ingin mencari ke Jogja, tapi keterbatasan dana menghalanginya. Dirga baru bisa mencari Annaya ke Jogja di tahun ke tiga setelah ia menjadi mahasiswa. Itupun setelah menabung berbulan bulan. Sesampainya di sana, rumah kost te

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   16. JALAN TAKDIR

    “Masih sedih?” tanya Dirga masih dengan nada sedikit canggung. Dinaya menjawabnya dengan anggukan.“Kangen Bude Dini?” tanya Dirga lagi. Dinaya lagi lagi menjawab dengan anggukan pelan."Maaf ya Nay. Bukan maksudku memisahkan kamu dari Bude Dini dan maksain kamu tinggal di sini. Tapi lihat keadaan keluarga itu aku nggak tega. Mereka sendiri sedang dalam kesulitan kan? Aku nggak mau menambah beban mereka dengan merawat kamu yang sekarang tinggal sendirian.”“Tapi aku justru mau merawat Bude Dini. Selama ini Bude Dini sudah bantuin kami sejak aku lahir, tapi saat Bude Dini kesulitan aku malah ninggalin dia,” jawab Dinaya dengan isak tertahan. Baginya Bude Dini sudah seperti keluarga sendiri.Dirga menghela nafas. Sebenarnya ada satu rahasia yang disembunyikan suami Bude Dini dari Dinaya. Mereka meminta maaf pada Dirga tidak bisa membantu merawat Dinaya, karena rumah yang selama ini ditempati Dinaya dan Ibunya terpaksa dijual untuk biaya pengobatan Bude Dini. Jadi kalau rumah mungil itu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   17. MASIH BERKOMUNIKASI

    “Kenapa, Ga?”“Ibu kenapa?”“Ayah kenapa?”Dillo, Farez dan Rio bertanya nyaris bersamaan, sementara Dirga hanya mematung di tempatnya duduk. Nyaris tak bergerak. Lututnya lemas, seolah tulang belulang di dalam sana hilang dan kedua tungkai Dirga tak mampu menahan bobot tubuhnya. Selama sepersekian detik Dirga merasa kepalanya kosong.“Ayah pingsan, dilarikan ke rumah sakit, lalu dinyatakan koma.” Dirga menjawab dengan nada panik. Ketiga sahabatnya terbelalak lalu mereka terdiam.“Aku … Aku harus pulang ke kampung. Kalian bisa tolong aku jaga Dinaya?” tanya Dirga panik.“Bisa.” Ketiganya menjawab mantap.“Eh, tapi apa nggak sebaiknya Dinaya kuajak ke kampung? Ketemu keluargaku?” tanya Dirga lagi.“Jangan Ga. Belum saatnya. Sekarang semua masih panik mikirin Ayah. Nggak mungkin kamu tiba tiba bilang kalau kamu punya anak kan?” tanya Rio.“Atau mungkin aku telepon Ibu lagi, dan ceritakan aja soal Dinaya di telepon. Setelah itu aku pulang bareng Dinaya?” Dirga mengusulkan alternatif lain.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   18. SETENGAH KEJUJURAN

    “Mau apalagi sih kamu? Mau ngajak balikan? Jangan harap ya!” suara Cindy terdengar nyaring melengking di detik pertama Dirga menjawab telepon. Bahkan Dirga belum sempat bilang halo atau mengucap salam. Tapi gadis itu sudah mengomel panjang lebar. Buru buru Dirga menjauh sebelum Ibu ikut mendengar teriakan nyaring Cindy.“Apa sih? Siapa yang mau balikan sama kamu? Ngomong apa sih kamu?” bantah Dirga.“Terus kenapa tuh ibu kamu telepon aku tadi? Kamu mau minta bantuan ibu kamu buat bujuk aku? Jangan mimpi ya!”“Tunggu! Kamu salah paham! Aku sama sekali nggak minta ibuku untuk …”“Heleeeh bacot! Kamu sekarang duda merana kan? Nggak ada yang mau makanya masih ngejar ngejar aku! Kamu sama leceknya sama duit duit receh yang kamu kasih ke aku pake plastik sampah itu!” Cindy kembali menyemburkan amarahnya membabi buta.“Kamu salah Cindy! Dengerin aku dulu!”“Udah nggak usah bohong! Nih, adik kamu WA aku nih. Sok sok akrab ngasih tau aku kalo bapak kamu sakit. Terus kalo sakit kenapa? Masalah g

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   19. BEBAN PIKIRAN AYAH

    “Ayah kenapa, Gi?” tanya Ibu panik, pertanyaan serupa juga diajukan Dirga nyaris bersamaan.“Ayah udah sadar, Bu,” sahut Gia dengan air mata mengambang di pelupuk matanya. Mendengar itu, Ibu dan Dirga serentak mengucap syukur, lalu mereka bertiga mempercepat langkah menuju ke ruang ICU dimana ayah dirawat.Ayah belum bisa bicara, tapi sudah bisa merespon dengan tatapan mata. Dan tatapan sendunya berubah saat melihat Dirga. Lalu air mata ayah mulai mengalir. Melihat itu, ibu dan Gia juga ikut menitikkan air mata. Suasana haru langsung terasa saat itu juga.Dirga mendadak menyesal karena sudah lama tidak bertemu ayah. Sudah lebih dari tujuh bulan Dirga tak pulang. Bukan tak ingin, tapi pekerjaannya membuat Dirga dituntut untuk selalu di rumah sakit tempatnya bekerja dan tak bisa pulang sesering dulu. Bahkan saat mengabarkan akan menikah dengan Cindy dulu, Dirga baru sempat pulang dan memberitahu orang tuanya saat sudah dekat hari H. Itupun terpaksa tidak dihadiri ayah. Kondisi kesehatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16

Bab terbaru

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.06 - TURUT BERDUKA CITA

    “Dia itu anak tirinya adik Mami.”“Hah? Gimana gimana?” tanya Aufa. Dia memang paling benci mengurai silsilah keluarga. Apalagi kalau sudah keluarga jauh yang rumit.“Jadi sebenarnya si Lala itu bukan sepupu langsung. Dia itu anak tirinya adik Mamiku. Jadi, Om Karel itu menikah dengan janda beranak satu. Anak janda itu ya si Lala. Salah satu bisnis Om Karel kan dealer mobil, nah si Tante ini dulu kerja jadi SPG di sana. Entah gimana, Om Karel malah nikahin dia. Hampir seluruh keluarga besar Mami nggak setuju. Bukan karena statusnya yang janda atau profesinya yang SPG, tapi karena kelakuannya ya ampuuun! Nggak banget! Belum apa apa udah keliatan banget matrenya. Oma yang paling nggak setuju. Masa dia ke acara keluarga bajunya kayak LC mau open BO? Nggak punya otak!” cibir Shelly.“Oooh, jadi bukan sepupu kandung. Cuma sepupu karena ikatan pernikahan aja. Syukurlah,” sahut Aufa sambil menghela nafas lega. Tak terbayang kalau Shelly ternyata benar benar sepupu kandung perempuan mengerika

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.05 - SEPUPU KANJENG RATU

    “Hei! Bangun pemalaaaass!”Dinaya masih meringkuk di balik selimutnya yang nyaman dan hangat saat suara melengking nyaring dan sama sekali tak merdu itu tiba tiba merusak suasana. Aufa mendadak muncul dan menarik selimut Dinaya sampai gadis itu mengerang kesal.“Aaaah! Aku masih ngantuk, Fa,” protes Dinaya. Semalam dia tak bisa tidur, dan sehabis sholat subuh, Dinaya memutuskan untuk tidur sebentar dan minta bangunkan Bi Asih jam 9 pagi. Tapi bukannya Bi Asih yang membangunkannya dengan lembut, malah Aufa yang datang dengan teriakan tarzannya.“Anak gadis kok bangunnya siang, ntar jodohnya Om Om loh!” seru Aufa sambil menyibak selimut Dinaya sampai gadis itu terjaga sepenuhnya dan memelototi Aufa.“Sebentar lagi tahun 2025, kamu masih aja percaya mitos nggak masuk akal itu. Nggak ada relevansinya antara kebiasaan bangun siang dengan jodoh, Aufa! Terus kalau aku bangunnya sore jodohnya kakek kakek gitu? Gimana kalau aku bangun jam 3 pagi? Apa jodohku bocah SMP?” bantah Dinaya mematahka

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.04 - LELAKI DARI MASA LALU

    Kalau ditanya kapan saat paling memalukan yang dialami Dinaya, dalam dua detik tanpa pikir panjang, dia pasti akan menjawab : tiga tahun yang lalu!Tiga tahun yang lalu, tepatnya tanggal 12 Desember adalah hari yang ingin sekali dihapus Dinaya dari ingatannya. Kalau bisa selama lamanya. Sayangnya itu mustahil. Manusia punya amygdala, dan fungsi bagian otak yang satu itu adalah mengingat dan menyimpan memory yang berkaitan dengan emosi dan itu tentu saja dalam dalam jangka waktu yang lama. Itu sebabnya Dinaya tak pernah bisa melupakan peristiwa memalukan itu walaupun setengah mati ia mengusirnya.Dan sekarang, manusia yang punya andil paling besar membentuk kejadian memalukan itu ada di hadapannya entah darimana datangnya. Baru beberapa menit Dinaya menginjak bumi setelah terbang 15 jam dari London – Singapore – Jakarta sejauh lebih dari 11.000 km, tiba tiba saja makhluk paling menyebalkan itu berdiri di depannya dengan senyum memuakkannya. Argh!“Baru landing dari pesawat?” tanya lela

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.03 - PESAN MISTERIUS

    “Sayang? Udah tidur?” Dirga memanggil Reisha yang berbaring memunggunginya. Mata Dirga menatap langit langit kamar yang diterangi cahaya redup dari lampu tidur di sisi meja. Reisha yang belum tidur berbalik menghadap Dirga.“Baru mau tidur Mas. Kenapa? Mas nggak bisa tidur ya? Mas kepikiran sesuatu? Soal Naya ya?” tanya Reisha sambil berbalik menghadap Dirga. Ia kebetulan memang belum tidur.Dirga menghela nafas seolah menyimpan beban pikiran yang benar benar menghimpit dan membuat dadanya sesak. Tebakan Reisha benar, yang memenuhi beban pikiran Dirga memang Dinaya.“Rei, besok Naya pulang ke Jakarta, dan aku entah kenapa takut banget melepas dia,” ujar Dirga jujur.“Yang kamu takutkan apa, Mas?” tanya Reisha meskipun sedikit banyak ia sudah tau jawabannya.“Aku takut Naya ketemu lelaki yang salah. Di Jakarta dia sendirian, Rei. Nggak ada kita yang bisa jagain dan ngawasin dia. Apalagi kondisinya yang sering sakit setelah kecelakaan waktu itu. Tadi aja aku hampir ikut beli tiket ke Jak

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.02 - MUSUH PAPA

    Jangan jangan Papa tau sehari sebelum aku berangkat ke sini, aku menginap di apartemen Ghazi hanya ... berdua? Batin Dinaya panik.“Nay?” Dirga memanggil nama Dinaya karena putrinya itu tak merespon.“Eh i-iya, Pa,” jawab Dinaya gugup.“Kamu kenapa bengong?” tanya Dirga dengan tatapan curiga. Dinaya tau Dirga punya insting tajam. Dan biasanya apapun yang disembunyikan Dinaya, Dirga pasti tau.“Nggak kok Pa. Cuma aku udah ngantuk banget, Pa,” kilah Dinaya cepat. Tapi justru kebohongannya itu makin menambah kecurigaan Dirga.“Nay? Kamu nggak lagi nyembunyiin sesuatu sama Papa kan?” tanya Dirga membuat Dinaya mengerang dalam hati.Aahh! Kan? Detektor kebohongannya menyala? Pasti Papa langsung tau aku bohong. Keluh Dinaya dalam hati. Sekarang dia pasrah seandainya Dirga pada akhirnya tau apa yang dilakukannya malam itu.“Nggak, Pa. Nyembunyiin apaan sih?” Dinaya masih mencoba mengelak.“Kamu jangan bikin Papa makin khawatir, Nay. Papa tau kamu nyembunyiin sesuatu. Nay, kamu sekarang jauh d

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   S2.01 - APA PAPA SUDAH TAU?

    (Lima tahun kemudian)“Papaaa! Tolooong! Aduuuh!” Dinaya terhuyung jatuh dan lututnya membentur lantai dengan keras. Sementara pengejarnya makin beringas berusaha menangkap Dinaya yang sudah kelelahan.“Papaaaa! Mamaaa! Tolooong!” Dinaya terus berusaha berlari dengan nafas tersengal sengal, tapi dia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Sekarang jarak antara Dinaya dan pengejarnya tinggal beberapa langkah saja. Dinaya tak sanggup lagi berdiri, dia sudah benar benar kelelahan.Salah satu pengejarnya mulai menarik tangan Dinaya dan gadis itu tak bisa berkutik. Lalu penyerang kedua mulai mengincar pinggangnya. Lalu ...“Kitik kitik kitik...”“Aaaah! Udah deeek! Geliiii! Papaaa tolongin Paaa ... Mereka berdua keroyokan nih. Aduuuh dek, geliiii!” Dinaya tertawa terbahak bahak saat Disha terus menggelitiki pinggangnya, sementara Shaga memegangi tangannya.Dirga yang melihat itu hanya tersenyum dan membiarkan Dinaya dikeroyok dua balita itu sampai kelelahan.“Shaga, Disha ... Udah udah, kakaknya

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   97. EPILOG - PAPAKU BUKAN LAGI BUJANGAN

    Tiga bapak bapak tampak duduk di sudut gedung resepsi pernikahan dengan mata sembab. Yang satu sibuk menyusut air matanya dengan sapu tangan, yang satu pura pura batuk agar terlihat sedang flu, seolah mata yang merah dan ingus yang keluar bukan karena menangis melainkan karena pilek. Sementara yang satu lagi sejak tadi terlihat minum air mineral sesekali. Entah sudah berapa botol tandas, dan ia bolak balik ke kamar kecil.“Kita kenapa sedih?” tanya Rio sambil menghapus air matanya dengan saputangan pink buatan sang istri. Saputangan itu sudah basah karena Rio sejak akad nikah tadi tak bisa menahan tangis.“Memangnya kamu nggak sedih?” tanya Dillo sambil membuang botol air mineral yang sudah kosong ke tempat sampah di sudut.“Aku cuma terharu. Mungkin dia yang sedih,” tunjuk Rio ke arah Farez“Hatttchii!”“Jangan pura pura pilek Rez! Kalau nangis ya nangis aja. Semua orang tau itu air mata dan ingus keluar gara gara nangis dari pagi,” bentak Dillo.“Kalian juga kenapa nangis? Terharu ka

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   96. TEMPAT DI HATI

    (Satu bulan kemudian)“Naaah kaaan. Feeling saya itu tepat loh Mbak Tari. Dari awal entah kenapa saya yakin banget Dirga ini jodohnya Reisha,” ujar Bu Ambar dengan wajah sumringah. Sementara Bu Ratih duduk di sebelahnya dengan mata berkaca kaca.Dengan suasana haru yang masih menggantung di ruangan, Reisha dan keluarganya masih terlihat sumringah. Keceriaan terpancar dari setiap wajah, terutama Bu Ambar yang seakan-akan tidak berhenti mengulang kalimat penuh kepastian bahwa Reisha akhirnya bertemu dengan jodoh yang baik. Di satu sisi, Bu Ratih masih menyeka air matanya, teringat betapa berat perjalanan hidup keponakannya sejak kehilangan orang tua dan saudara kandungnya. Kini, Reisha akhirnya menemukan sosok pria yang mampu mengisi kekosongan itu, seorang pria yang tidak hanya tulus, tetapi juga datang dengan penuh niat baik. Bu Ratih menatap wajah Reisha dengan tatapan penuh kasih sayang.“Ya Allah, Nduk ... Reisha ... Ibu, Bapak, dan Mas mu pasti tenang di sana. Kamu sekarang udah ng

  • PAPAKU MASIH BUJANGAN   95. MENJAGA DAN MEMBAHAGIAKAN

    “Dinaya! Stop! Kalau kamu masih ketawa juga, papa potong uang saku kamu tiga bulan!!”“Hahahaha ... Iya iya maaf Papaaa. Abisnya papa lucu banget. Bisa bisanya papa mikir mau mati detik itu juga. Padahal kan papa nggak kenapa kenapa, cuma nggak bisa keluar doang. Astaga Papaaa ... Gemes banget sih papaku ini,” celoteh Dinaya saat mereka berdua sudah dalam perjalanan pulang ke rumah.Akhirnya semalam Dirga berhasil mengutarakan isi hatinya pada Reisha. Dan bisa ditebak, tentu saja Reisha mengiyakan meski dengan wajah bersemu merah.“Kamu bukannya khawatir papa hampir ketiban pohon, malah diketawain. Gimana sih?” omel Dirga sambil cemberut. Sementara Dinaya menahan tawa sampai wajahnya merah padam.“Maaf Papa. Abisnya lucu banget. Aku bukannya nggak khawatir, semalem pas denger kabar itu aku panik banget, tapi HP ku kan lowbatt. Terus kata Bu Indah semua baik baik aja dan Papa sama Miss Rei udah aman aman aja. Terus aku kan ngecharge HP, eeh ketiduran sampai pagi. Makanya nggak telepon

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status