Jika kalian pikir dunia hanya terdiri dari dunia yang kita tinggali saat ini, kalian semua salah. Ada dunia tak kasat mata, seperti dunia dongeng para peri yang kalian dengar saat akan terlelap tidur. Dunia itu adalah Purpura. Namun, mereka yang tinggal di sana bukan peri. Mereka hanya sekumpulan manusia dengan kekuatan alam semesta dalam genggamannya. Purpura adalah sebuah dunia di mana akal sehat tak berlaku. Semua manusianya terlahir dengan darah berwarna ungu yang mengalir di tubuh mereka. Sama seperti darah yang mengalir di tubuh mereka, surai dan sorot mata mereka juga berwarna keunguan. Mereka berbeda dari Saram atau manusia bumi di tempat yang kita tinggali. Berbeda dengan Dunia tempat manusia biasa berada, Purpura memiliki tingkatan yang membuat perbedaan nampak nyata. Paling tinggi adalah Laviosa yang agung. Namun, keberadaannya hanya tinggal cerita dari mulut ke mulut. Semua Laviosa tela
Han Satya Aibek terperanjat bangun dari tidurnya dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya. Napasnya tersenggal-senggal. Ia merasa seperti sudah dikejar-kejar penjahat, padahal ia hanya tertidur sebentar di sela-sela mengerjakan tugas kuliahnya. Han mencoba untuk mengatur napasnya perlahan dan memijat pelipisnya pelan. Setelah stabil, ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil minuman di atas nakas disamping tempat tidurnya. Matanya tak sengaja beradu temu dengan kalender yang berada di atas nakas, menunjukkan angka 10 di bulan Mei. Hari ini ternyata adalah hari ulang tahunnya yang ke duapuluh. Ia tersenyum simpul dengan sorot mata nanar. "Tak ada yang akan mengingatnya. Aruna tak bisa diandalkan," lirihnya. Han tak punya siapa-siapa yang mengingat tentang hari ulang tahunnya. Setiap tahun, ia hanya menghabiskan pergantian usia sendirian dalam sepi yang ia renungi sendiri. Kedua orang tua Han meninggal ketika ia dan adiknya masi
Setelah melalui gerbang Sateunik untuk mencapai Durango, akhirnya Elena dan Galen telah sampai di dunia tempat Saram atau manusia biasa tinggal. Elena menatap datar ke arah orang-orang dan juga bangunan-bangunan yang berdiri tegak tepat di depan matanya. Durango tidak jauh berbeda dengan Purpura. Dua dunia yang sangat berbeda itu memiliki kehidupan yang hampir sama, hanya saja Purpura lebih unggul dalam segalanya. Purpuramemiliki kekuatan yang tak dimiliki oleh manusia biasa di Durango yang lemah. "Tuan putri, kita ada di mana?" tanya Galen kebingungan. Fokus dan sadarnya masih belum kembali setelah sebelumnya ia di hipnotis Elena saat berada di Purpura. Galen juga merasakan pusing luar biasa, kepalanya serasa ingin pecah. "Galen, tataplah mataku," kata Elena seraya menangkup wajah pemudaThistleitu. Galen langsung menurutinya dan menatap mata Elena denga
Han membawa Elena dan Galen ke rumahnya dengan dibantu oleh sahabatnya Gavin yang sengaja ia telepon untuk membantunya.Ia tak pernah mengira kelimpungannya malam ini justru membuatnya bertemu dengan dua manusia aneh yang tiba-tiba pingsan di jalan. Benar-benar sangat merepotkan menjadi orang yang baik.Han memandangi gadis yang kini sedang terpejam di kamar milik adiknya. Entah kenapa ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia merasakan suatu ikatan dengan gadis bersurai ungu itu saat melihatnya berjalan di jalanan sampai akhirnya gadis itu pingsan dan Han tanpa sadar berlari ke arahnya, dengan perasaan yang berkecamuk. Seolah pernah bertemu sebelumnya."Han Satya Aibek, apa dia pacarmu?" tanya Gavin penasaran. "Freya bagaimana?" tanyanya lagi, seraya memperlihatkan layar ponsel miliknya di mana Freya terus-terusan menghubunginya untuk mengetahui kabar Han.Han menepis ponsel milik Gavin, tak tertarik sama sekali. "Bukan. Aku hanya menolongny
Sisa-sisa sinar matahari di kota Jakarta menampakkan warna merah saga yang indah. Namun perlahan memudar dan menghitam. Menyisakan gulita pada lengkung langit tanpa bintang, pada Jakarta yang semakin temaram.Seminggu berlalu sejakBolasaeg Choseungdal,Jakarta mulai mendapatkan nyawanya kembali. Tak ada halimun tipis yang menyelimuti Batavia yang ramai. Semuanya perlahan membaik, sejaksinarOrchid Trabempada bulan sabit seminggu lalu membuat beberapa manusia menjadi limpung, seperti Han.Han berjalan masuk ke dalam kamar milik adiknya dengan membawa beberapa makanan dan minuman.Sudah satu minggu ia tidak bisa beraktivitas seperti biasa karena harus menjaga adiknya dan orang-orang Purpura yang menyambangi rumahnya. Ia sedikit menyesal waktu itu pernah menolong gadis Orchid dan juga Baginda RajaPurpura yang menyebalkan, Galen. Sekarang, ia harus mengurus mereka. Termasuk Zayed, bocah l
"Elena, kamu tidak apa-apa?" Galen bertanya setelah kesunyian singkat yang membuat semua terdiam.Elena menatap pemuda itu. Bukan Galen, melainkan Han.Gadis Orchid yang biasa kuat itu tak bisa menyembunyikan mimik terkejut pada wajahnya, saat ia mencoba mengira-ngira apa yang terjadi dengan tubuhnya yang tiba-tiba kesakitan."K-kamu... baik-baik saja?" tanya Han tergagap.Mengangkat wajah, Elena yang mulai pucat bergeming melihat raut wajah Han yang nampak ketakutan.Elena terguncang menahan rasa sakit luar biasa di sekujur tubuhnya. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasa tak berdaya. Sampai tak bisa mengucap sepatah kata pun.Ia tak pernah merasakan sakit seperti ini meski terus-terusan memakai kekuatannya. Karena seharusnya, saat ia tertidur dengan waktu yang lama, kekuatannya perlahan akan pulih. Tapi, yang terjadi sekarang sangatlah berbeda."Kak Elena, apa kakak bisa mendengarku? Kakak tidak seperi biasanya seperti in
Galen dan Zayed bergantian terjaga untuk menjaga Elena dan Aruna semalaman.Bukan tanpa alasan. Kedua pria itu tiba-tiba was-was juga waspada terhadap sesuatu tak kasat mata yang sedang mengincar mereka. Sesuatu tak terlihat yang menghisap darah ungu mereka diam-diam, hingga perlahan kekuatan mereka mungkin memudar. Seperti yang terjadi pada Elena.Kemungkinan terburuk, sesuatu tak kasat mata itu juga mengincar nyawa semua yang berhubungan dengan Purpura. Karenanya, sebisa mungkin bangsa Purpura tak boleh terendus keberadaannya di Durango. Jika ketahuan, sudah pasti gladi kotor kematian menanti tanpa permisi.Galen Byakta, pemuda Thistle itu tak hentinya memandangi Elena, Aruna, dan gadis lain yang menerobos masuk ke dalam kamar Aruna dalam keadaan mabuk malam tadi.Gwen nama gadis itu. Entah kenapa, Galen merasakan aura aneh pada Gwen. Namun, ia tak bisa menemukan apapun, selain mengetahui identitas Gwen adalah seorang
Setelah kesalahpahaman yang mengusik pagi milik Gwen, suasana menjadi lebih kondusif.Namun, tidak dengan Gwen. Gadis itu duduk tepat di dekat jendela kamar miliknya, dengan kaki yang terus bergoyang tak mau diam. Sementara mulutnya sibuk mengigit jari-jari tangannya yang semakin pendek. Gwen benar-benar terlihat gelisah dengan apa yang baru saja terjadi.Untuk sejenak, Gwen tak sanggup menoleh pada seseorang yang kini sedang menatapnya. Ia begitu terpaku mengingat wajah mengerikan Zayed yang mencekiknya tadi. Ia sempat melihatnya. Pada masa lalu yang ingin ia lupakan."Gwen apa ada yang salah?" tanya seseorang yang tak lain adalah Arga, sahabatnya.Gwen masih bergeming. Tak ingin berbicara pada Arga. Isi kepalanya berkecamuk. Bayangan tentang kematiannya terngiang jelas."Gwen?" sekali lagi Arga mencoba untuk memanggilnya.Gwen menoleh, tak bisa tersenyum. Gadis itu menatap dalam-dalam mata ungu yang menatapnya khawatir."Arga, bunuh