Jika kalian pikir dunia hanya terdiri dari dunia yang kita tinggali saat ini, kalian semua salah. Ada dunia tak kasat mata, seperti dunia dongeng para peri yang kalian dengar saat akan terlelap tidur.
Dunia itu adalah Purpura. Namun, mereka yang tinggal di sana bukan peri. Mereka hanya sekumpulan manusia dengan kekuatan alam semesta dalam genggamannya.
Purpura adalah sebuah dunia di mana akal sehat tak berlaku. Semua manusianya terlahir dengan darah berwarna ungu yang mengalir di tubuh mereka. Sama seperti darah yang mengalir di tubuh mereka, surai dan sorot mata mereka juga berwarna keunguan. Mereka berbeda dari Saram atau manusia bumi di tempat yang kita tinggali.
Berbeda dengan Dunia tempat manusia biasa berada, Purpura memiliki tingkatan yang membuat perbedaan nampak nyata.
Paling tinggi adalah Laviosa yang agung. Namun, keberadaannya hanya tinggal cerita dari mulut ke mulut. Semua Laviosa telah menghilang dari Purpura sejak lama. Tidak ada yang pernah melihat keberadaannya. Entah mereka melarikan diri atau justru musnah untuk selamanya dari dunia tak masuk akal yang tak boleh diganggu keberadaannya.
Lalu, setelah Laviosa ada Lavender yang suci. Semua keturunannya diagung-agungkan oleh seluruh bangsa Purpura. Keluarga Lavender terlahir untuk menjadi seorang pemimpin yang menjalankan segala pemerintahan di Purpura. Lavender adalah tumpuan Purpura dapat berjalan seperti dunia seharusnya.
Mereka memiliki darah berwarna ungu paling jernih tak ternoda di antara semua manusia Purpura. Namun, berbeda dengan manusia Purpura, Lavender memiliki bola warna berwarna hitam mirip dengan Saram.
Kemudian ada Thistle yang cantik. Semua keturunan Thistle memiliki wajah yang rupawan, sehingga banyak manusia Purpura jatuh cinta kepada mereka.
Mereka, Thistle, memiliki warna bola mata berwarna ungu lebih muda yang indah sebagai daya tarik mereka. Sekali melihatnya, kau akan jatuh pada samudera yang tak berujung. Sekali jatuh cinta pada mereka, kau tidak akan pernah bisa melupakannya seumur hidupmu.
Thistle seolah memiliki sihir yang membuat mereka selalu tampak menawan. Juga, seolah memiliki kekuatan yang membuat orang-orang yang jatuh cinta kepada mereka sulit untuk melupakannya seumur hidup.
Thistle juga merupakan kepercayaan Lavender untuk menjalankan pemerintahan di Purpura.
Setelah Thistle, ada Plum yang mengagumkan.
Semua orang keturunan Plum dipastikan bekerja di pemerintahan Purpura karena mereka sangat cerdas dan dapat diandalkan. Mereka memiliki warna bola mata yang lebih gelap dibandingkan Thistle yang cantik. Berbeda dengan Laviosa, Lavender, dan Thistle, Plum memiliki warna bibir berwarna keunguan mirip buah Plum senada dengan darah yang mengalir dalam tubuh mereka.
Namun, meskipun dapat diandalkan, keturunan Plum tak dapat dipercaya. Mereka dicap sebagai pengkhianat. Hampir seluruh penjara di Purpura penuh dengan keturunan Plum di dalamnya. Mereka bisa melakukan apapun untuk berkhianat, termasuk membunuh orang yang paling mereka cintai.
Plum tidak pernah pandang bulu. Karenanya, mereka hidup terasing di selatan Purpura paling dalam.
Lalu yang terakhir, mereka adala Violeta yang kuat.
Violeta berada di tingkatan paling rendah, namun memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Namun, mereka tamak dan penuh dendam. Tak ada yang bisa mengalahkan kekuatannya. Violeta lebih kuat dari kekuatan apapun yang ada di dunia ini. Mereka luar biasa.
Dulu, Purpura adalah dunia yang tenang. Namun, semuanya berubah saat bulan sabit berwarna keungu-unguan bernama Orchid Trabem muncul.
Seluruh tingkatan di Purpura berubah. Seorang bayi Orchid telah lahir ke dunia Purpura yang damai. Bayi yang seharusnya tidak pernah dilahirkan itu menjadi penghinaan terbesar dalam sejarah Purpura selama berabad-abad dan menghancurkan ramalan yang telah tertulis di Bukit Garis Takdir.
Seorang Orchid merupakan keturunan dari seorang Lavender yang suci dan Saram atau bangsa Manusia. Pernikahan antara bangsa Purpura dan Saram tidak seharusnya terjadi dan menjadi penghinaan untuk seluruh bangsa Purpura. Karena pernikahan itu mengikatkan cinta antara dua manusia yang berasal dari dua dunia berbeda yang bahkan tidak hidup berdampingan. Ikatan terlarang itu akan menciptakan malapetaka dari kekuatan alam semesta juga pengulangan kisah masa lalu yang menyakitkan.
Setelah Orchid lahir, Violeta bukan lagi menjadi yang terkuat. Jika Violeta memiliki Purpura di genggamannya, seorang Orchid memiliki semestanya. Hanya dengan jentikan jari dan kedipan mata, Orchid dapat memusnahkan segalanya.
Namun, pada akhirnya hanya Violeta yang dapat menghancurkan Orchid dengan kekuatannya. Karena Violeta memiliki rahasia di balik kelahiran seorang Orchid dan tahu bagaimana cara memusnahkannya hanya dalam satu helaan napas.
Tak ada seorang pun Purpura yang mengetahui keberadaan Orchid Purpura selama duapuluh tahun sejak kelahirannya. Entah mereka disembunyikan di Purpura atau justru diasingkan ke Durango, dunia para Saram, menjadi manusia yang paling lemah dan menderita.
Hanya ada satu yang mengetahui siapa dan dimana Orchid itu berada. Mereka adalah Thistle.
Keluarga Thistle yang merupakan bagian dari keluarga Kerajaan Purpura tahu dimana Orchid berada dan bagaimana rupanya. Merekalah yang menjaga gadis Orchid selama duapuluh tahun sejak dilahirkan agar terbebas dari caci dan maki seluruh bangsa.
Thistle percaya bahwa terlahir sebagai Orchid bukanlah sebuah kesalahan apalagi kutukan. Justru itu adalah sebuah anugerah dari sang maha kuasa, memiliki mata yang cantik dan juga rambut alami berwarna keunguan. Tak lupa juga kekuatan yang dapat melindungi dirinya dan juga bangsa Purpura dari segala ancaman dan bahaya.
Thistle percaya bahwa sang Orchid adalah pelindung bukan perusak. Mereka menggantikan Laviosa yang sudah lama menghilang. Orchid yang maha segalanya pantas untuk hidup berdampingan dengan semua tingkatan Purpura yang lain. Hanya saja, rumor yang beredar tak dapat dikendalikan.
Bertahun-tahun berlalu, Orchid dicap sebagai simbol perusak dan kesialan.
Gadis yang terlahir dengan tanda bulan sabit di pipinya itu tak berbahaya. Gadis Orchid Purpura itu hanyalah gadis lugu dan polos yang ingin melihat bagaimana dunia yang selama ini ia bayangkan di kamar tidurnya yang berada jauh di istana paling luar. Terasing sendirian dan membayangkan ia dapat menembus waktu, menginjakkan kakinya di Durango untuk balas dendam.
Namun, tak ada yang mempercayainya. Mereka hanya percaya bahwa kelahiran Orchid hanya akan membawa malapetaka untuk seluruh umat Purpura. Karena Orchid memang seharusnya tidak pernah dilahirkan.
Sang gadis Orchid Purpura yang merasa tidak adil dengan bagaimana bangsa Purpura memperlakukannya dengan buruk, hanya dapat menerimanya tanpa dapat banyak berbuat.
Yang ia lakukan hanya menunggu dan menunggu.
Menunggu sampai bulan sabit berwarna keungu-unguan kembali bersinar sama seperti saat ia dilahirkan. Karena saat itu, gerbang antara dua dunia yang tak berdampingan akan terbuka lebar.
Dunia yang saling bertentangan. Dunia itu adalah Purpura dan Durango.
Sang gadis Orchid itu menunggu sampai gerbang sateunik terbuka lebar dan melarikan diri. Menemukan seseorang yang dapat membantunya menjadi manusia seutuhnya seperti ibunya dan mengalirkan darah berwarna merah di sekujur tubuhnya.
Dia adalah Lavender yang terlahir sebagai manusia. Manusia suci yang juga disebut Balsaegi itu merupakan keturunan langsung sekaligus terakhir dari Laviosa yang agung dan Lavender yang suci.
Hanya Lavender manusia suci yang dapat membantu sang gadis Orchid keluar dari kesepian dan ketidakbahagiaannya selama duapuluh tahun. Seorang Saram yang terlahir sebagai Lavender dapat membantunya untuk menjadi manusia yang utuh atau takdir lain yang berakhir tragis untuk keduanya.
Gadis Orchid itu harus mencarinya. Manusia Lavender berada di antara jutaan manusia di Durango. Tidak pernah ada Purpura yang berhasil menemukannya dalam kurun waktu duapuluh tahun, sejak ia dilahirkan, sama seperti Orchid.
Ia memiliki darah berwarna merah seperti manusia biasa. Juga, manusia suci keturunan Lavender itu tidak mengetahui jati dirinya sendiri. Kecuali Orchid membantunya dengan membuka gerbang ingatan masa lalunya.
Saat bulan sabit berwarna keungu-unguan bernama Orchid Trabem bersinar terang, tak hanya Orchid Purpura dan Lavender Saram yang dilahirkan untuk saling membantu. Namun, pada saat itu ada seorang Violeta, Thistle, dan juga Plum yang dilahirkan bersama dan memiliki keterkaitan satu sama lain.
Saat bulan sabit berwarna keungu-unguan bersinar sangat terang, mereka berlima dilahirkan karena satu alasan.
Entah itu untuk saling membantu dan mencintai atau justru saling menghancurkan dan membinasakan satu sama lain.
Han Satya Aibek terperanjat bangun dari tidurnya dengan peluh yang membasahi seluruh tubuhnya. Napasnya tersenggal-senggal. Ia merasa seperti sudah dikejar-kejar penjahat, padahal ia hanya tertidur sebentar di sela-sela mengerjakan tugas kuliahnya. Han mencoba untuk mengatur napasnya perlahan dan memijat pelipisnya pelan. Setelah stabil, ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil minuman di atas nakas disamping tempat tidurnya. Matanya tak sengaja beradu temu dengan kalender yang berada di atas nakas, menunjukkan angka 10 di bulan Mei. Hari ini ternyata adalah hari ulang tahunnya yang ke duapuluh. Ia tersenyum simpul dengan sorot mata nanar. "Tak ada yang akan mengingatnya. Aruna tak bisa diandalkan," lirihnya. Han tak punya siapa-siapa yang mengingat tentang hari ulang tahunnya. Setiap tahun, ia hanya menghabiskan pergantian usia sendirian dalam sepi yang ia renungi sendiri. Kedua orang tua Han meninggal ketika ia dan adiknya masi
Setelah melalui gerbang Sateunik untuk mencapai Durango, akhirnya Elena dan Galen telah sampai di dunia tempat Saram atau manusia biasa tinggal. Elena menatap datar ke arah orang-orang dan juga bangunan-bangunan yang berdiri tegak tepat di depan matanya. Durango tidak jauh berbeda dengan Purpura. Dua dunia yang sangat berbeda itu memiliki kehidupan yang hampir sama, hanya saja Purpura lebih unggul dalam segalanya. Purpuramemiliki kekuatan yang tak dimiliki oleh manusia biasa di Durango yang lemah. "Tuan putri, kita ada di mana?" tanya Galen kebingungan. Fokus dan sadarnya masih belum kembali setelah sebelumnya ia di hipnotis Elena saat berada di Purpura. Galen juga merasakan pusing luar biasa, kepalanya serasa ingin pecah. "Galen, tataplah mataku," kata Elena seraya menangkup wajah pemudaThistleitu. Galen langsung menurutinya dan menatap mata Elena denga
Han membawa Elena dan Galen ke rumahnya dengan dibantu oleh sahabatnya Gavin yang sengaja ia telepon untuk membantunya.Ia tak pernah mengira kelimpungannya malam ini justru membuatnya bertemu dengan dua manusia aneh yang tiba-tiba pingsan di jalan. Benar-benar sangat merepotkan menjadi orang yang baik.Han memandangi gadis yang kini sedang terpejam di kamar milik adiknya. Entah kenapa ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia merasakan suatu ikatan dengan gadis bersurai ungu itu saat melihatnya berjalan di jalanan sampai akhirnya gadis itu pingsan dan Han tanpa sadar berlari ke arahnya, dengan perasaan yang berkecamuk. Seolah pernah bertemu sebelumnya."Han Satya Aibek, apa dia pacarmu?" tanya Gavin penasaran. "Freya bagaimana?" tanyanya lagi, seraya memperlihatkan layar ponsel miliknya di mana Freya terus-terusan menghubunginya untuk mengetahui kabar Han.Han menepis ponsel milik Gavin, tak tertarik sama sekali. "Bukan. Aku hanya menolongny
Sisa-sisa sinar matahari di kota Jakarta menampakkan warna merah saga yang indah. Namun perlahan memudar dan menghitam. Menyisakan gulita pada lengkung langit tanpa bintang, pada Jakarta yang semakin temaram.Seminggu berlalu sejakBolasaeg Choseungdal,Jakarta mulai mendapatkan nyawanya kembali. Tak ada halimun tipis yang menyelimuti Batavia yang ramai. Semuanya perlahan membaik, sejaksinarOrchid Trabempada bulan sabit seminggu lalu membuat beberapa manusia menjadi limpung, seperti Han.Han berjalan masuk ke dalam kamar milik adiknya dengan membawa beberapa makanan dan minuman.Sudah satu minggu ia tidak bisa beraktivitas seperti biasa karena harus menjaga adiknya dan orang-orang Purpura yang menyambangi rumahnya. Ia sedikit menyesal waktu itu pernah menolong gadis Orchid dan juga Baginda RajaPurpura yang menyebalkan, Galen. Sekarang, ia harus mengurus mereka. Termasuk Zayed, bocah l
"Elena, kamu tidak apa-apa?" Galen bertanya setelah kesunyian singkat yang membuat semua terdiam.Elena menatap pemuda itu. Bukan Galen, melainkan Han.Gadis Orchid yang biasa kuat itu tak bisa menyembunyikan mimik terkejut pada wajahnya, saat ia mencoba mengira-ngira apa yang terjadi dengan tubuhnya yang tiba-tiba kesakitan."K-kamu... baik-baik saja?" tanya Han tergagap.Mengangkat wajah, Elena yang mulai pucat bergeming melihat raut wajah Han yang nampak ketakutan.Elena terguncang menahan rasa sakit luar biasa di sekujur tubuhnya. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasa tak berdaya. Sampai tak bisa mengucap sepatah kata pun.Ia tak pernah merasakan sakit seperti ini meski terus-terusan memakai kekuatannya. Karena seharusnya, saat ia tertidur dengan waktu yang lama, kekuatannya perlahan akan pulih. Tapi, yang terjadi sekarang sangatlah berbeda."Kak Elena, apa kakak bisa mendengarku? Kakak tidak seperi biasanya seperti in
Galen dan Zayed bergantian terjaga untuk menjaga Elena dan Aruna semalaman.Bukan tanpa alasan. Kedua pria itu tiba-tiba was-was juga waspada terhadap sesuatu tak kasat mata yang sedang mengincar mereka. Sesuatu tak terlihat yang menghisap darah ungu mereka diam-diam, hingga perlahan kekuatan mereka mungkin memudar. Seperti yang terjadi pada Elena.Kemungkinan terburuk, sesuatu tak kasat mata itu juga mengincar nyawa semua yang berhubungan dengan Purpura. Karenanya, sebisa mungkin bangsa Purpura tak boleh terendus keberadaannya di Durango. Jika ketahuan, sudah pasti gladi kotor kematian menanti tanpa permisi.Galen Byakta, pemuda Thistle itu tak hentinya memandangi Elena, Aruna, dan gadis lain yang menerobos masuk ke dalam kamar Aruna dalam keadaan mabuk malam tadi.Gwen nama gadis itu. Entah kenapa, Galen merasakan aura aneh pada Gwen. Namun, ia tak bisa menemukan apapun, selain mengetahui identitas Gwen adalah seorang
Setelah kesalahpahaman yang mengusik pagi milik Gwen, suasana menjadi lebih kondusif.Namun, tidak dengan Gwen. Gadis itu duduk tepat di dekat jendela kamar miliknya, dengan kaki yang terus bergoyang tak mau diam. Sementara mulutnya sibuk mengigit jari-jari tangannya yang semakin pendek. Gwen benar-benar terlihat gelisah dengan apa yang baru saja terjadi.Untuk sejenak, Gwen tak sanggup menoleh pada seseorang yang kini sedang menatapnya. Ia begitu terpaku mengingat wajah mengerikan Zayed yang mencekiknya tadi. Ia sempat melihatnya. Pada masa lalu yang ingin ia lupakan."Gwen apa ada yang salah?" tanya seseorang yang tak lain adalah Arga, sahabatnya.Gwen masih bergeming. Tak ingin berbicara pada Arga. Isi kepalanya berkecamuk. Bayangan tentang kematiannya terngiang jelas."Gwen?" sekali lagi Arga mencoba untuk memanggilnya.Gwen menoleh, tak bisa tersenyum. Gadis itu menatap dalam-dalam mata ungu yang menatapnya khawatir."Arga, bunuh
"Elena An?" Seorang pemuda berujar lirih bersama halimun tipis berwarna ungu yang perlahan pudar. Halimun itu memudar, menyelinap kembali dalam telapak tangan sang pemuda bersama dengannya yang nampak nyata setelah melebur bersama angin. Arganta, pemuda keturunanPlumitu menghentikan langkahnya saat akan masuk ke dalam rumah milik Han. Tak sengaja, atensinya menangkap cahaya berwarna ungu yang bersinar. Awalnya, cahaya ungu itu mengaburkan sosok wanita bersurai panjang yang tampak tidak jelas, dikaburkan gelap malam. Arga kira dia adalah Gwen atau Freya. Namun, saat cahaya ungu kabur yang berkilauan nampak dari seorang gadis berkulit putih, surai keunguan yang jelas, serta tanda bulan sabit di bawah matanya yang kabur, Arga yakin gadis itu Elena An. Tak berani menampakkan diri, Arga memilih menatap Elena yang berbincang dengan Han dari kejauhan. Ia tak percaya bahwa gadis yang selalu terkurung di istanaPurpurap
Elena terus menarik tangan Han menyusuri jalan setapak kecil yang berada di samping istana utama Purpura, sementara yang lainnya mengekor dari belakang dengan tatapan tak tenang. Gadis itu seolah tak takut oleh apa pun, meski semak belukar dan rumput yang menjulang tinggi menghalangi pandangannya.“Aku takut. Bagaimana jika bangsa Chad ada di sini?” tanya Freya ketakutan.“Aku juga. Seumur hidupku di Purpura, aku tak pernah berada di sini,” sahut Arganta.“Tenang saja. Kalian aman. Ini adalah jalan menuju tempat paling aman di Purpura. Istana terluar, tempat Elena menghabiskan waktu denganku seumur hidupnya,” ujar Galen.“Benar kata Galen. Kalian aman di sini, karena aku penguasanya,” ujar Elena seraya membuka sebuah gerbang kasat mata dengan kalung miliknya.Sebuah istana megah tiba-tiba terpampang nyata di hadapan mereka. Istana bernuansa ungu itu nampak mewah dengan dinding penyangga yang berkilauan, berlapiskan berlian Koh-I-Noor yang legendaris dan tenggelam dalam misteri. Tak pe
“DASAR TIDAK BERGUNA!”Liliana terlempar hingga kepalanya membentur kaca menjadi pecah. Gaun putihnya yang bersih kini berubah menjadi ungu, bersimbah darah ungu segar dari kepalanya.“Aku sudah berusaha,” Liliana berujar lirih sambil berlutut tak berdaya pada sosok lelaki dengan kemeja kotak-kotak berwarna kuning dan topi putih yang menutupi sebagian wajahnya.Laki-laki itu berjongkok lalu meraih dagu Liliana dan mulai mencekiknya. “Berusaha kau bilang? Berusaha untuk jadi bodoh?! Bagaimana seorang Plum akhirnya mengetahui identitasmu?!” tukasnya.Liliana menangis. Pening di kepala sulit untuk membuatnya berbicara. Ia juga saat ini merasa dikhianati oleh kekasihnya sendiri. Liliana pikir, Arga bisa menjadi tempatnya bersandar saat misinya selesai. Tapi Liliana salah. Arga selama ini hanya memata-matainya untuk membantu Orchid.“Dasar gadis sinting!”Laki-laki bermata hijau be
Gulita malam melahap langit Jakarta malam ini. Kota yang terbiasa ramai kini menjadi sunyi dengan halimun yang perlahan menebal. Itu ulah Arga. Arga yang terbakar emosi karena Liliana. Kilat di matanya terlihat jelas saat ia melihat Liliana tengah bersantai di bak mandi bertabur bunga. Bersantai di tengah isi kepala Arga yang kini kacau setelah melihat kondisi Elena yang tak berdaya, hampir mati. Tapi lihatlah, seorang Violeta selamanya memang akan menjadi pembunuh berdarah dingin. Tanpa rasa bersalah, Liliana dengan tenang menikmati kota Jakarta dari ketinggian di balik bunga-bunga itu sambil meneguk anggur kesukaannya. "Arga?" Liliana menoleh saat ia melihat pantulan tubuh besar sedang menatapnya. Untuk waktu yang lama, Liliana sudah menyadari kehadiran Arga. Namun, ia memilih diam dan berpura-pura tenang sambil meyakinkan diri bahwa itu benar Arga, bukan Adias. "Sejak kapan kamu di sini?" tanya Liliana seraya berbalik dan menutupi
"Siapa gadis itu?" seorang gadis bergaun merah bertanya dengan sorot mata menyala usai melihat Saka dan Kale bersimbah darah, menggendong gadis yang hampir telanjang. Kale menatap gadis itu sebentar, lalu menghampirinya dan mencoba memeluknya. Tapi gadis itu menolak dengan acuh dan menghampiri Saka, mengabaikan Kale, kekasihnya. "Siapa dia?" tanya Kinan pada Saka, kekasih Kale yang kini sudah terbakar api cemburu melihat gadis yang tak ia kenal dibawa oleh Kale ke rumahnya. "Dia sepupu Gwen, Freya," jawab Saka. Kinan masih tak puas dengan jawaban Saka. Gadis itu kemudian duduk di samping Freya yang tak sadarkan diri dan memindai seluruh tubuhnya. "Apa yang kalian lakukan padanya? Bermain-main?" tanya Kinan curiga dengan nada sarkas yang membuat Saka geram, sementara Kale tersenyum simpul melihat sang kekasih cemburu. "Cemburu?" tanya Kale seraya menggoda Kinan dengan mengelus paha mulus Kinan. Namun, Kale malah mendapatkan gigitan di l
Elena terluka sangat hebat. Kakinya yang dilukai Yohan terus mengeluarkan darah ungu, hingga membuat gadis itu lemah tak sadarkan diri. Darah ungu Elena mungkin berbeda dengan bangsa Purpura lainnya. Darah itu bukan darah suci yang dipuja, tapi selalu jadi incaran. Darah itu selalu mengundang perasaan aneh, serta hawa dingin menakutkan seperti saat ini. Galen dan Zayed terlihat bersiaga di jendela kamar sesampainya Elena di kediaman Han. Mereka kompak memandang keluar, menajamkan mata elang miliknya untuk melihat kemungkinan Pembunuh Tak Kasat Mata berkeliaran mencuri energi Elena. Sementara Han mencoba mengobati luka Elena. Menjahitnya dengan kemampuan seorang mahasiswa kedokteran yang seharusnya mulai magang. Selama belajar soal kedokteran, baru kali ini Han mengobati luka dan menjahitnya. “Elena, kenapa kamu membahayakan dirimu?” gumam Han pelan seraya menatap wajah Elena yang terlelap penuh kekhawatiran, serta ketakutan. “Han, apa
Freya melenguh pelan dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Perlahan, gadis itu mencoba membuka mata dan mengerjapkannya.Sepasang atensinya membulat saat ia terbangun di ruangan gelap, nyaris tanpa cahaya. Freya hanya bisa melihat hitam pekat, sementara bau anyir khas darah memenuhi indera penciumannya, membuat Freya mual.Freya, gadis itu tiba-tiba menggigil ketakutan bersama dingin yang menelusup pelan. Freya tak bisa melihat apapun. Namun, ia bisa merasakan bahwa tubuhnya tak mengenakan sehelai kain, kecuali celana dalam. Payudaranya menyembul dengan tangan yang diikat ke atas. Sementara kakinya diikat pada sisi yang berlawanan terbuka lebar, seolah memperlihatkan celah di antara kedua pahanya.Panik, Freya mulai menangis. Napasnya memburu. Freya ingin sekali kabur dari tempat asing itu. Tapi, ia benar-benar terjebak. Tak bisa melarikan diri. Freya ingin menjerit, namun mulutnya tersumpal kain.Sementara itu, Freya tak menyadari jika seseorang d
"Seharusnya kau tidak pernah datang!" Ayunda terkesiap. Wanita berusia hampir setengah abad itu terperanjat bangun dari tidurnya. Lagi-lagi, ia mendengar suara yang sangat ia kenal jelas berbisik kepadanya. Satya An– pria yang sangat ia cintai. Wanita itu mengerjapkan matanya perlahan. Menyusuri ruangan luas untuk mencari si pemilik suara. Namun, ia tak bisa menemukan siapapun kecuali Arga yang sibuk memeriksa cairan infus di sampingnya. "Di mana Yohan?" Ayunda bertanya dengan suara lirih. Arga menoleh, menatapnya cukup lama. Lalu, ia memutuskan duduk di samping Ayunda. "Bibi sudah bangun? Yohan sedang di kamarnya. Dia baik-baik saja." Ayunda akhirnya bernapas lega, namun tak sepenuhnya. Ia merasakan pening di kepalanya, membuat peluh dingin jatuh bersamaan degup jantung yang berdetak tak karuan. Setiap kali bermimpi buruk, ia khawatir setiap kali bangun, Yohan Algenubi– putranya akan celaka. "Arga, aku memimpikan anak itu menggo
Galen dengan anggun menyiram tanaman di halaman yang mulai kering karena pergantian musim. Tak niat sama sekali, pemudaThistleitu menyiram asal tanaman apa saja yang ada di hadapannya untuk mengaburkan isi kepalanya yang penuh tentang Elena. Sudah satu minggu Galen dan Elena musuhan. Sudah seminggu juga Galen tak melihat Elena di rumah Han. Juga, sudah seminggu Galen tak pernah ada di rumah dan memilih mengurus Gwen yang masih saja dalam keadaan koma. Seminggu ini, Galen tak akan mempedulikan Elena. Untuk apa dia menaruh peduli, jika gadis itu justru datang keDurangountuk berpacaran dengan Han dan melupakan tujuan awal ia datang ke sini menembus pintu waktu. Jika saja Galen tahu bagaimana caranya pulang kePurpura, ia akan menghipnotis Elena untuk kembali dan mengurungnya di ruang bawah tanah tepat di bawah kamarnya sendirian. Tak memberinya makan dan membiarkannya mati dalam kegelapan. Tapi saya
Arga berjalan di antara dedaunan rapuh tertiup angin bulan Agustus yang berembus pelan. Namun, langkahnya terhenti saat Arga melihat sosok yang ia kenal. Pria keturunan Plumitu menatap lurus ke depan, pada sepasang manusia dari dunia berbeda. Elena dan Han.Arga melihat semuanya sebelum ia pergi dari tempat itu. Elena dan Han berciuman tepat di depan matanya.Jujur saja, saat ini Arga marah dan terbakar api cemburu. Sebelum memutuskan meninggalkanPurpura, ia dan Elena pernah bersama. Menjalin cerita bersama rasa yang hanya diketahui oleh hati masing-masing. Orang-orang menyebutnya cinta terlarang. Karena bagaimana pun, keturunanPlumhanya diperbolehkan menjalin hubungan dan menikah denganThistledanVioleta.BukanOrchid,keturunanLaviosadanLavenderyang sangat agung dan suci.Namun, layaknya pemuda yang dimabuk cin