Share

Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku
Orang Ketiga Di Rumah Tanggaku
Penulis: Shinee Dandelion

Bab 1. Sanggupkah Aku Berbagi? Ikhlaskah aku?

"Mbaknya positif hamil ... usia kandungan sudah jalan 5 minggu," ucap seorang dokter wanita di depan Nada, dengan nada lembut dan senyuman

Nada mengerjap, masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dua detik kemudian, ia tersenyum bahagia dengan setetes air mata menggenang.

Ia akan segera menjadi seorang ibu. Ibu untuk anaknya Dirga, suaminya yang dinikahinya setengah tahun lalu.

Hubungannya dengan Dirga memang terbilang singkat. Mereka menikah karena dijodohkan dan pendekatan mereka tidak terlalu lama. Hanya sebulan setelah diperkenalkan oleh kedua orang tua.

Sejak melihat Dirga yang pertama kali, Nada langsung jatuh hati. Bagaimana tidak, suaminya itu mempunyai paras yang lumayan tampan, gagah dan dalam hal mendekatinya, saat itu Dirga terbilang pria romantis.

Nada memegang perutnya yang masih rata. ‘Selamat datang, Nak… semoga kamu tumbuh sehat dan membuat Ummi dan Abi-mu semakin harmonis dan bahagia….’

Setelah mendengar satu dua wejangan lagi, Nada pun keluar dari ruangan dokter dengan senyum terus terlukis di bibirnya. Tidak lupa ia menebus vitamin di apotek dulu sebelum memesan taksi online.

‘Mas Dirga pasti akan sangat bahagia mendengar kabar bahagia ini,’ pikirnya selama perjalanan.

Nada berusaha menghubungi suaminya, ingin mengajaknya makan siang bersama untuk membahas soal kehamilannya. Namun, yang terdengar hanya nada dering tersambung yang tak kunjung diangkat.

Akhirnya, Nada berhenti meneleponnya. Tak lama kemudian, taksi ini pun sampai ke rumah. Segera Nada persiapkan makan malam spesial untuk menyambut Dirga dan mengumumkan hal membahagiakan ini.

Pukul 7 malam, Nada mendengar pintu depan dibuka.

"Assalamualaikum," salam Dirga saat masuk ke rumahnya.

"Wa'alaikumsalam," jawab Nada.

Ia menoleh ke arah pintu dan tersenyum saat melihat suaminya pulang. Ia lantas bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri Dirga, meraih telapak tangan Dirga dan mencium punggung tangan Dirga.

"Mas mau makan dulu atau mandi dulu?" Seperti biasa, ia menanyakan suaminya mau makan atau mandi terlebih dahulu.

"Kamu udah sehat? Tadi pagi kelihatan kurang sehat,” ucap Dirga.

"Udah, Mas, udah agak enakan. Lagian dokter bilang aku gak pa-pa," ucap Nada, sedikit berbohong terlebih dulu.

“Kamu udah ke dokter?”

Nada mengangguk. “Tadi aku telepon kamu, mau minta anter, atau setidaknya kalau kamu gak bisa aku minta izin ke sana sendirian. Tapi kamu tidak bisa aku hubungi,” ucap Nada. 

“Terus, aku juga chat kamu, tapi chatnya gak kamu baca,” lanjut Nada sambil berjalan ke arah meja makan yang sudah ia persiapkan.

“Ayo, Mas. Makan dulu. Aku juga mau ngomong sama kamu.”

Dirga tidak langsung menjawab, hanya menatap Nada sesaat sebelum akhirnya duduk di meja makan. "Mas juga mau ngomong sesuatu sama kamu.”

Dahi Nada mengernyit. "Hm? Mas Dirga mau ngomong apa?"

Dirga tidak langsung menjawab. Ia tampak ragu, tapi malah membuat Nada semakin penasaran.

Tanpa sadar, Nada ikut gugup. Ia menelan ludah karena Dirga tak kunjung berbicara.

"Mas mau bicara apa?" tanya Nada sedikit khawatir. Ia berpikir, apakah mungkin ada masalah dengan pekerjaan Dirga di sekolah?

"Nad? Kamu bilang memikirkan wanita yang bukan mahram itu menumpukkan dosa bukan? Kamu bilang memikirkan wanita yang bukan mahram itu termasuk zina bukan?"

Deg.

Entah sebuah pisau apa yang menusuk dada Nada, perkataan Dirga membuat Nada takut. Jantungnya sudah berpacu kencang, hatinya gelisah. Ucapan yang Dirga katakan tadi, sama dengan ucapan saat Dirga akan melamarnya dulu. 

Nada menganggukkan kepalanya pelan, mengiyakan perkataan Dirga.

"Izinkan Mas untuk menikah lagi, Nad," ucap Dirga dengan nada tegas.

Deg!

‘Ya Allah …. Skenario seperti apa yang Kau siapkan untukku?’

Tubuh Nada terasa lemas saat suaminya meminta agar ia mengizinkannya menikah lagi.

"Maaf, Nad. Mas tau Mas salah, tapi Mas gak bisa membohongi perasaan Mas untuk dia. Mas menyukai dia dan Mas sering memikirkan dia. Mas juga menginginkan dia, dan itu salah bukan?" jelas Dirga.

Air mata menerobos keluar tanpa aba hingga membasahi pipi Nada, dadanya terasa sesak dan sakit. Perutnya terasa menegang, seolah sang jabang bayi juga merasakan sakit hatinya. 

Kesalahan apa yang ia perbuat hingga Dirga dengan tegas berkata mencintai wanita lain? Memintanya rela untuk dimadu, pada saat dirinya tengah mengandung anaknya sendiri.

“S-siapa, Mas? Siapa wanita itu….” bibir Nada bergetar seraya bertanya kepada suaminya.

Dirga menunduk, tidak berani menatap mata Nada. “Wanita itu… Delisha, sahabatmu.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bidan Simba
mulai baca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status