Terima kasih sudah mau mampir di ceritaku. Tinggalkan komentar untuk cerita ini yaa guyss hehehe. Kalian ada yang mau kepoin ceritaku yang lain? Bisa follow IG ku @shineedandelion_ Phapaaayy
"Sial!" gumam Dirga saat sambungan teleponnya terputus. Saat akan menghubungi sang istri kembali, suara ketukan pintu sudah lebih dulu terdengar. Dirga lantas berjalan ke arah pintu dan membukanya. "Kenapa aku hubungi susah terus sih, Mas? Kamu kemana aja?" tanya wanita yang tak lain ialah Delisha. Ia lantas langsung menerobos masuk."Kamu mau apa? Istriku sedang tidak di rumah," ucap Dirga. "Aku tau! Memangnya kenapa kalau dia gak ada di rumah? Bagus malahan, kita jadi lebih leluasa," ucap Delisha. Ia berjalan ke arah meja makan. Berniat menaruh beberapa lauk yang ia bawa."Aku takut menjadi fitnah, Delisha! Kita pria dan wanita yang bukan mahram. Akan bagaimana pandangan tetangga yang melihat nanti?" Dirga mengikuti Delisha. "Halah! Masa bodo dengan yang namanya tetangga! Lagian jaman sudah modern, masa cuma datang bertamu aja jadi fitnah. Harusnya mereka gak usah kepo! Di luar negeri malah banyak kok mereka yang belum menikah tinggal bersama. Tetangga gak ada tuh yang kepo!" D
"Kamu foto aku? Kamu kirim pada Nada?" tanya Dirga menghampiri Delisha. Tadi ia melihat Delisha yang diam-diam mengarahkan ponsel padanya, kemudian terlihat senyum-senyum sendiri. Membuatnya jadi curiga. Ia lantas berniat mengambil ponsel yang sedang di pegang oleh Delisha. Namun, dengan cekatan wanita itu langsung memasukkannya ke dalam tas."Apa sih, Mas? Nada, Nada, Nada! Aku males ya denger namanya! Kenapa yang ada di pikiran kamu itu Nada terus?" Delisha berpura-pura kesal untuk mengalihkan perhatian Dirga agar tak mengambil ponselnya. "Aku tidak menghubungi perempuan itu! Lagian nomorku juga di blok! Aku gak bisa ngehubingin dia!" ucap Delisha dengan nada yang ketus. Dirga diam sebentar tak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak, jika nomornya saja sudah di blok, apalagi nomor Delisha. "Hal yang wajar kalau yang ada di pikiranku itu Nada karena dia istriku! Justru jika aku memikirkan kamu lah yang salah karena kamu jelas haram untuk aku pikirkan!" ucap Dirga bersuara."Kalau
“Jadi menikahlah dengan Delisha dan ceraikan Nada! Aku akan mengkhitbah dia setelah iddah-nya selesai.”Mendengar Ryan berkata demikian, Dirga lantas beranjak dari duduknya, ia mendekati Ryan dan memegang kuat kerah baju pria itu.“Aku tidak akan pernah menceraikan Nada! Aku tidak akan pernah melepaskan Nada untuk siapapun!” ucap Dirga menggertakkan gigi.Ryan menepis kasar tangan Dirga di kerah bajunya. “Jangan rakus jadi laki-laki! Ceraikan Nada! Biar aku yang membahagiakan dia! Aku tidak akan melukainya meski dia tak mencintaiku nanti! Aku yakin cinta akan tumbuh di hatinya!”Dirga semakin menggertakkan giginya kesal menatap Ryan, dadanya sudah kembang kempis menahan marah. “Berhenti mengatakan omong kosong! Aku tidak akan pernah menceraikan istriku, dia akan selamanya menjadi istri dan ibu dari anak-anakku! Bukan kamu!” ucap Dirga.“Pffttt, menjadi istrimu selamanya? Faktanya sekarang dia malah pergi darimu, Dirga. Jadi segera selesaikan pernikahan kalian, aku akan benar-benar men
“Aku merindukanmu,” ucap Dirga. Sejak tadi pandangannya tak lepas dari ponsel yang sejak tadi ia pegang. Demi apa pun, jauh dengan Nada ternyata rasanya sakit sekali. Ia begitu sangat kesepian. Sudah hampir seminggu lebih ia tak melihat wajah sang istri yang teduh juga menggemaskan. Dan tak juga mendengar suaranya yang enak di dengar. Ia merindukan semua tentang Nada.Dirga sudah meminta izin pada pihak sekolah untuk libur lebih dulu agar ia bisa menyusul Nada ke Semarang, tetapi tidak mendapatkannya karena ujian semester sedang berlangsung. Sedang ia adalah salah satu wali kelas di salah satu kelas. Sebenarnya bisa saja ia meminta tolong pada guru lain untuk mengambil sebagian tugasnya, tetapi guru lain pun sama sibuknya. Satu-satunya orang yang bisa ia mintai tolong ialah Ryan, sayangnya ia enggan meminta tolong pada pria itu karena tadi pagi, dengan terang-terangan pria itu memintanya untuk menceraikan Nada dan dia mengatakan akan menikahi istrinya. Suami mana yang tidak marah
"Nada?" panggil Dirga lirih. Tetapi ucapannya sama sekali tak di dengar dan istrinya itu sudah lebih dulu masuk ke mobil.Dirga lantas mengejar. Setelah sekian menit ia mencari taksi, akhirnya ia mendapatkannya juga dan dengan segera ia langsung menuju ke rumah Nada. Hingga tak berselang lama kemudian. Taksinya itu akhirnya berhenti juga tepat di depan rumah Nada. Dan sebuah mobil yang tak pernah Dirga lihat pun sudah lebih dulu terparkir di depannya. Dirga yakin jika mobil itu pasti adalah mobil milik pria yang tadi berbicara dengan Nada. Dengan segera Dirga turun dari mobil, sampai pada akhirnya ia berhasil menginjakkan kaki di depan teras rumah Nada dan ia memilih untuk bersembunyi di balik pintu mendengar pembicaraan mereka dari dalam. “Saya tidak masalah jika harus menunggu Nada sampai nanti dia melahirkan. Saya juga bersedia menerima Nada dan bayinya. Insya Allah, saya akan menyayangi anak Nada seperti menyayangi anak sendiri.” Mata Dirga kembali terbelalak saat mendengarnya
"A–apa? Kamu ... hamil?" tanya Fathir. Ia menatap Nada dengan tatapan kaget. "Tapi ... Dek Qia bilang, kamu ... single." "Hmmm ... otw single. Aku sedang dalam proses bercerai dengan suamiku." "Aaaahh ...." Fathir mengangguk paham. Nada diam tak berucap lagi. Ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Jadi ia memilih untuk diam saja. "Kenapa?" tanya Fathir."Maksudnya?" "Kenapa kalian berpisah?" tanya Fathir ingin tahu, "Dan ... berapa lama kalian berumah tangga?" "Baru jalan tiga bulan. Dan kenapa berpisah, mungkin karena aku kurang cantik dan wanita yang dia cinta lebih cantik. Aku pun sadar sih, aku masih muda tapi seperti ibu-ibu, sedang wanita yang dia cintai begitu cantik, modern dan kekinian." Nada tersenyum miris, ia menggaruk tengkuk lehernya yang tertutup kain khimar. "Aku tidak pandai mempercantik diri." "Hah? Dia meninggalkan kamu karena itu? Alasan macam apa itu?" tanya Fathir. Dari apa yang Nada katakan, ia bisa mengambil kesimpulan jika alasan mereka berpisah karen
"Kurang ajar kamu!" ucap Nada mendorong dada suaminya saat dengan berani pria itu mendaratkan sebuah ciuman di bibir. "Kenapa kurang ajar? Aku ini suamimu, sah di mata agama dan juga hukum. Jadi dimana letak kurang ajarnya? Kamu ini istriku, aku bebas melakukan apa pun sama kamu." "Kita sedang dalam proses cerai, Mas!" ucap Nada, "Jadi jangan macam-macam!" "Proses? Aku tidak menyetujui perceraian itu. Sudah aku bilang kalau sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan kamu.” "Ck! Kenapa kamu egois? Kenapa kamu keras kepala? Dan kenapa kamu ngeselin banget sih, Mas? Sudah aku bilang kalau—""Kamu sudah banyak bicara, sekarang biarkan aku yang bicara," sela Dirga memotong hingga ucapan Nada terhenti."Mau bicara apa lagi? Keputusanku sudah final! Karena kamu bersama Delisha, aku—""Aku sudah mengakhiri hubungan dengan dia! Aku juga sudah meninggalkan dia dan memilih kamu." Mata Nada dengan seketika terbelalak. Ia menatap suaminya dengan tatapan kaget. Apa ia tidak salah dengar
"Hah? Belum lama menikah? Siapa yang sudah menikah memangnya?" tanya Dirga dengan raut wajah yang terlihat bingung. "Kamu lah, dengan Delisha! Masa harus kupertegas." "Siapa yang bilang aku sudah menikah dengan Delisha? Aku tidak pernah menikahi Delisha. Aku akui aku memang berniat menikahi dia, tapi itu belum aku lakukan karena kamu menolak untuk diduakan." Nada tersentak mendengar jawaban Dirga. Lantas foto yang Delisha kirim itu apa? Apakah itu foto editan? Delisha sengaja membuat foto itu agar ia semakin menyerah mempertahankan rumah tangganya dan semakin yakin untuk melepaskan begitu? "Huhhhh!" Nada mengalihkan pandangannya ke arah lain dan membuang napas. Ia sama sekali tidak menyangka jika wanita yang sempat menjadi sahabatnya itu begitu sangat picik dan melakukan apa pun demi mendapatkan suaminya.Secinta itukah Delisha pada Dirga sampai menggunakan cara kotor seperti ini?!Benar-benar tak bisa Nada percaya. "Aku berani bersumpah, Yaang. Aku tidak menikahi dia! Kamu tah