Share

2

Ian sangat kesal ketika terasa ada sekumpulan rambut yang mengibas mukanya. Matanya sedikit terbuka meski kantuk masih bertengger dipelupuk mata.

Diujung kasur terlihat samar ada seorang wanita berambut panjang memakai baju putih duduk memunggunginya. Ian mencoba melihat sedikit untuk memastikan objek yang dilihatnya, kemudian memejamkan mata.

Saat mata Ian terbuka kembali untuk memfokuskan pandangan, ia segera kembali memejamkan mata rapat-rapat. Berbagai do'a Ian rapalkan, namun sosok itu tetap berada ditempatnya.

Bau melati kian menyengat, Ian merutuki diri mengapa memilih tidur dipinggiran kasur dekat pintu seperti ini.

Selimut Ian yang sudah melorot kebawah kini telah terangkat, seolah ada yang berusaha menyelimutinya. Saat selimut itu benar - benar kembali menyelimuti tubuhnya, jantung Ian berdetak tak karuan seperti akan copot.

Belaian tangan sosok wanita itu di kepalanya terasa dingin dan menakutkan. Ian rasa dirinya sudah tidak kuat dan semua menjadi gelap.

____

Adzan Subuh berkumandang, Gilang yang pertama kali bangun segera membangunkan Ian dan Anton untuk sholat Subuh berjamaah. Melihat Ian sudah bangun namun malah melamun dan Anton malah menelingkup kembali dalam selimut, Gilang putuskan masuk ke kamar mandi duluan.

Saat Gilang keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit bagian bawah tubuhnya, terlihat Ian menunggu giliran mandi terduduk lesu di ruang tengah dengan muka makin pucat.

"Buruan, waktu Subuh cuma sebentar." perintah Gilang. Ian dengan gontai masuk ke kamar mandi.

Sembari menunggu Ian selesai mandi, Gilang menuangkan gelas ke dalam air, dan membawa gelas tersebut ke dalam kamar. Ada seseorang yang akan mandi secara instan dengan segelas air ini.

Byurrrrr

"Ah, kebangetan lo, Lang." dumel Anton yang terpaksa bangun dari kasur. Setengah tubuhnya kini basah akibat air dalam gelas yang Gilang siramkan.

"Salah sendiri, udah dibangunin dari tadi juga." ujar Gilang sembari membuka jendela agar udara dingin diluar masuk.

Gilang berdiri cukup lama didepan jendela memandang halaman kos yang lenggang hingga Ian menepuk pundaknya untuk segera melaksanakan sholat Subuh berjamaah.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata dibalik pohon mangga depan halaman yang mengawasi mereka melalui jendela yang baru saja terbuka.

____

Adinda Masita, junior staf Accounting di Supermart. Gadis berusia 24 tahun yang akrab disapa Dinda ini terkenal dengan gaya hidupnya yang hemat.

Tak hanya terkenal hidup hemat, Dinda juga pegawai teladan. Dia selalu datang duluan pulang belakangan. Tidak pernah absen sakit maupun absen untuk bolos kerja dadakan.

Di hari Rabu tepatnya ditanggal empatbelas bulan Mei. Untuk pertama kalinya Dinda tidak masuk kerja. Seluruh staf di departemen Accounting menghubungi Dinda untuk menanyakan beberapa pekerjaan yang belum beres namun tidak ada balasan.

Besoknya, di hari Kamis tanggal limabelas bulan Mei. Hari kedua Dinda tidak masuk kerja. Tidak ada yang peduli dengan keabsenan Dinda sebab hari itu di kalender tanggal merah.

Besoknya lagi di hari Jum'at tanggal enambelas bulan Mei. Hari ketiga Dinda tidak masuk kerja. Meski ada laporan dari departemen accounting, staf HR memutuskan tidak menghubungi Dinda sebab ini pertama kalinya dalam tujuh tahun masa kerjanya di Supermart, Dinda absen meski tanpa keterangan.

Namun di hari Sabtu tanggal tujuhbelas bulan Mei. Hari keempat Dinda tidak masuk kerja, kedua orangtua Dinda datang ke Supermart bersama beberapa anggota kepolisian setempat untuk mencari jejak keberadaan Dinda.

Ketika Pak Wawan, sang general manager Supermart diinterogasi, beliau memberi keterangan "Terakhir kali saya melihat Dinda, dia menyerahkan dokumen ke ruangan saya saat saya mau pulang."

"Hari itu saya, Dino, dan Dinda lembur sampai jam 7 malam. Saya tidak dekat dengan dia, begitu kami pulang, kami langsung ambil jalan masing-masing." kesaksian Bu Yulia selaku Chief departemen Accounting, salah satu orang terakhir yang berinteraksi dengan Dinda.

"Saya cukup dekat dengan Dinda karena staf Accounting di head office hanya kami berdua, bertiga dengan Bu Yulia selaku Chief kami. Saat pulang saya sempat menawari Dinda tumpangan, tapi dia bilang ada urusan jadi dia pesan Gojek ntah kemana." terang Pak Dino selaku senior staf Accounting menceritakan detik terakhirnya melihat Dinda.

Pak Reza, Chief toko yang bertugas malam itu ikut memberi kesaksian mewakili karyawan yang berjaga pada malam hilangnya Dinda, "Saya dan karyawan lain standby di toko sampai jam operasional malam toko selesai pada jam 10 malam."

"Bukankah waktu istirahat seluruh pegawai akan berada di ruang kantin yang sama?" tanya Ruslan, detektif muda yang menangani kasus hilangnya Dinda.

"Benar pak, tapi istirahat untuk last shift pada jam 6 sore sampai jam 7 malam. Sedangkan operasional head office berakhir pada jam 5 sore. Saya dan para karyawan toko lainnya sama sekali tidak diperbolehkan ke head office diatas jam 5 sore, jadi kami tidak tau siapa saja yang lembur pada hari itu. Pulang pun pintu kami berbeda, staf toko keluar dari pintu parkiran depan toko seperti pengunjung. Sedangkan staf office dan gudang keluar dari parkiran depan head office." tandasnya.

Pak Suryo selaku satpam Supermart yang bertugas jaga shift malam pada hari Dinda terakhir terlihat di kantor pun tak luput dari interogasi polisi, "Saya lihat neng Dinda dibonceng Gojek didepan parkiran."

"Bapak lihat wajah supir Gojeknya? atau sepada motor yang ia kenakan malam itu?" tanya Ruslan.

"Ketutup helm wajahnya, jadi bapak nggak bisa lihat. Dia makai motor Vario kalo nggak salah, bapak lupa. Mending mas ke ruang keamanan dan cek CCTV parkiran aja, pasti kelihatan jelas." jawab Pak Suryo yang kemudian mengantar Ruslan dan rekannya ke ruang keamanan.

Tentu berita hilangnya Dinda mengebohkan akhir pekan Supermart. Dari direksi, pegawai kantor, pegawai toko, satpam hingga tukang parkir pada bergunjing mengenai teka teki hilangnya Dinda.

Banyak spekulasi bermunculan. Ada yang menduga Dinda kabur dari rumah. Ada yang menduga Dinda hilang diculik orang. Ada pula yang menduga Dinda sudah meninggal dan mayatnya dibuang di hutan.

Berita hilangnya Dinda membuat Gilang gusar. Apalagi terbayang sosok wanita berbaju putih menyerupai Dinda yang menampakan diri kepadanya dua hari belakangan ini. Sudah bisa ditebak bahwa Dinda telah tak bernyawa.

"Pasti Dinda udah mati." seloroh Anton yang langsung kena tower Gilang, "Hush, jangan ngawur."

"Eh beneran, Lang! Kuntilanak yang kemarin neror gue itu wajahnya mirip Dinda kalau lagi gak pakai kacamata." tandas Anton, "Gue berani taruhan, Dinda pasti udah end."

"Bener kata Anton, Lang. Bisa jadi Dinda udah meninggal. Soalnya gue diganggu juga." sambung Ian yang lagi nyeruput es teh.

"Sebenarnya gue juga lihat," alis Gilang menaut, "Tapi, semoga Dinda baik-baik saja."

"What the hell, beneran? Kapan? Kok kalian berdua gak cerita sih?! Kemarin pas badan gue meriang kalian malah syukurin." cerocos Anton penasaran.

Ian dan Gilang kompak acuh. Mereka lebih memilih lanjut menikmati semangkuk mie ayam yang ada didepannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status