Share

3

Setelah melacak keberadaan ponsel Dinda dari nomer provider yang Dinda pakai. Ruslan menemukan lokasi ponsel Dinda berada di rumah orangtua Dinda sendiri.

Meski aneh, Ruslan bersama anak buahnya kemudian mengeledah seisi rumah orangtua Dinda. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukan ponsel Dinda yang berada tepat di bawah ranjang tempat tidur Dinda.

Anak buah Ruslan yang telah memakai sarung tangan, dengan hati - hati memeriksa kondisi ponsel Dinda. Tidak ada yang mencurigakan, kondisi ponsel yang di mode silent itu cukup normal dengan daya baterai tinggal 10%.

Ruslan pun kembali menanyai kedua orangtua Dinda untuk memastikan apakah benar Supermart adalah tempat terakhir Dinda sebelum menghilang atau Dinda sempat pulang ke rumah sebelum akhirnya menghilang. Dan tentu saja kedua orangtua Dinda bersikeras bahwa saat berangkat kerja itulah hari terakhir mereka melihat Dinda di rumah.

Anak buah Ruslan akhirnya memasukan ponsel Dinda kedalam kantong plastik yang sebelumnya telah disiapkan oleh tim mereka untuk di bawah ke rumah orangtua Dinda. Untuk sementara Ruslan belum dapat menyimpulkan apapun sebelum hasil pemeriksaan forensik pada ponsel Dinda keluar. Maka dari itu Ruslan memutuskan untuk mengajak anak buahnya kembali ke markas.

Saat Ruslan dan anak buahnya masih dalam perjalanan kembali ke markas, sebuah panggilan dari pusat membuat mereka memutar arah laju mobil polisi yang tengah mereka kendarai ke arah berlawan.

Di bantaran sungai Ciliwung ditemukan sosok mayat seorang wanita berusia sekitar dua puluh tahunan yang mengambang terseret arus. Ketika Ruslan dan anak buahnya memeriksa kondisi mayat wanita yang telah membusuk itu, wajah mayat wanita itu masih bisa dikenali.

Seperti informasi yang telah disampaikan dari panggilan tadi, diduga mayat wanita itu adalah Adinda Masita yang tengah tim Ruslan cari. Dan saat mereka tiba di TKP untuk mengonfirmasi, tidak ada sangkalan yang dapat mereka berikan.

Mayat wanita di bantaran sungai Ciliwung yang sore itu ditemukan warga sekitar sudah pasti adalah mayat Adinda Masita. Tinggal hasil tes DNA dan otopsi yang akan dilakukan tim forensik yang mutlak memastikan identitas asli dari mayat wanita itu.

----

Mendapat kabar Dinda di temukan dalam keadaan tak bernyawa, kedua orangtua Dinda bergegas menuju rumah sakit tempat mayat Dinda diperiksa. Meski tes DNA dan hasil otopsi belum keluar, hanya dengan melihat baju yang mayat itu kenakan, orangtua Dinda langsung menangis sesenggukan, bahkan ibu Dinda sampai pingsan.

Setelah hampir dua jam menunggu, hasil tes DNA pun keluar dan benar, identitas mayat wanita itu adalah Adinda Masita. Hasil otopsi menyatakan bahwa keretakan di kepala Dinda yang diduga akibat benturan aspal adalah penyebab Dinda meninggal dunia. Dari hasil otopsi pula, terkuat dugaan bahwa Dinda meninggal karena kecelakaan di jalan raya, bukan karena tenggelam di sungai Ciliwung.

Ruslan berpikir ada yang aneh dengan semua ini.

Pertama, ponsel Dinda ternyata ada di kamar Dinda sendiri padahal CCTV Supermart menunjukkan bahwa terakhir kali Dinda terlihat sedang dijemput seorang driver gojek. Lalu bagaimana Dinda bisa memesan ojek lewat aplikasi online sedang ponselnya saja ada di rumah?

Kedua, mayat Dinda ditemukan di bantaran sungai Ciliwung. Namun nyatanya Dinda mati bukan karena tenggelam tapi karena kecelakaan di jalan raya yang entah sebelah mana.

Ketiga, Dinda sudah menghilang selama empat hari, dan dokter forensik pun menyatakan bahwa Dinda kemungkinan meninggal juga empat hari yang lalu. Tapi bagaimana bisa kondisi mayat Dinda masih utuh dan belum begitu membusuk? padahal mayat Dinda diduga berada di aliran sungai selama tiga hari.

Keempat, jarak antara head office Supermart dan rumah orangtua Dinda hanya 3 km yang jika ditempuh dengan kendaraan bermotor sekitar 10 menit. Anehnya, mayat Dinda ditemukan di bantaran sungai Ciliwung yang berjarak 10 km dari head office Supermart atau sekitar 30 menit yang bisa ditempuh kendaraan bermotor.

Kelima, tidak ditemukan kekerasan atau pelecehan seksual pada mayat Dinda. Meski tas Dinda belum ditemukan, tapi dompet Dinda yang isinya uang seratus ribu dua lembar, ktp dan atm yang masih utuh di saku celana panjang yang Dinda gunakan di hari itu membuat Ruslan yakin bahwa Dinda bukan korban perampokan.

Hanya perlu menunggu dua hari lagi, Ruslan benar - benar tidak sabar menerima hasil pemeriksaan forensik pada ponsel Dinda dan melanjutkan penyidikan kembali untuk segera menemukan si pelaku.

----

Keesokan harinya, bendara kuning tertancap tegak di halaman rumah orangtua Dinda. Masyarakat sekitar pun berdatangan untuk melayat. Seluruh relasi Dinda dari teman sekolah hingga teman kerja pun terlihat datang untuk melayat.

Polisi sebenarnya masih membutuhkan mayat Dinda untuk keperluan penyidikan, namun orangtua Dinda tidak mengizinkan. Mereka ingin Dinda harus segera di makamkan pagi ini juga. Maka dari itu, Ruslan dan anak buahnya harus ikut menghadiri prosesi pemakaman Dinda.

Tidak ada yang mencurigakan. Tamu yang datang kebanyakan hanya singgah sebentar untuk memberi uang, beras atau bahan pokok lainnya seperti mie instan dan buah - buahan.

Mbok Marni bersama Bu Siska dan Bu Kana bertugas memandikan jenazah Dinda. Awalnya tidak ada yang aneh, semua berjalan sesuai syariat Islam. Namun setelah Dinda selesai dimandikan, aroma melati tiba saja menguar menusuk indera penciuman.

Terlihat kain jarik yang menutupi kedua kaki Dinda terangkat. Kemudian kembali menutup begitu saja. Bu Siksa dan Bu Kana yang menyaksikannya mendadak langsung ingin pergi karena merinding dibuatnya.

Mbok Marni yang bisa melihat hal tak kasat mata malah mengambil segayung air. Mulutnya terlihat membaca ta'awudz dan ayat kursi. Setelahnya dia tiup nafas dari mulutnya ke dalam air dalam gayung tersebut, ia lalu menyiramkan air tersebut di sekeliling mayat Dinda berada.

Ketika Bu Siska dan Bu Kana bertanya mengapa Mbok Marni melakukan itu. Mbok Marni malah terlihat marah dan menyuruh mereka diam.

"Jangan beri tahu siapa - siapa tentang kejadian barusan, jika ada yang tau, Mbok nggak bakalan nolongin kalian, kalau ada apa - apa sama kalian." acam Mbok Marni pada Bu Siksa dan Bu Kana.

Setelah dipakaikan kain kafan, mayat Dinda digotong ke musholah terdekat untuk di sholati. Beberapa warga terlihat khusyuk menyolati jenazah Dinda. Ruslan dan anak buahnya juga ikut sholat jenazah bersama warga yang lain.

Pemakaman berjalan hingga akhir dengan penuh khidmat. Ruslan dan anak buahnya pun memutuskan untuk langsung kembali ke markas.

Ayah Dinda bersama Novi, kakak perempuan Dinda berjalan perlahan untuk memaksa ibu Dinda pulang ke rumah. Pak Jojon si penjaga kuburan kini adalah orang terakhir yang berjalan meninggalkan kuburan Dinda tepat di belakang keluarga kecil Dinda.

Ketika orangtua dan kakak Dinda hilang dari pandangan, Pak Jojon merasa ada yang memannggil namanya dan menepuk bahunya dari belakang. Mendapati tidak ada siapapun di belakangnya, ia rasa untuk beberapa malam kedepan ia butuh seseorang untuk menemaninya berjaga di kuburan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status