Ruslan terbelalak menyaksikan rekaman CCTV yang terpasang di depan Cafe Adante. Rekaman berisi apa saja yang terjadi di Cafe Adante tepat pada hari Selasa tanggal tigabelas Mei.
Gilang memberikan kesaksian yang benar. Dia berada di dalam Cafe Adante sejak pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul dimana Cafe Adante tutup yakni pukul 23.00 WIB. Ruslan tidak habis pikir sebegitu bodohnya Gilang menanti Dinda sesuai janji yang telah dibuat meski tiada kabar apapun dari Dinda. Yang lebih aneh, pada pukul 19.10 WIB terlihat Dinda yang naik gojek tiba di depan Cafe Adante. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan akun Gojek milik Pak Dino yang menunjukkan bahwa Pak Dino memesankan Dinda gojek dengan tujuan Cafe Adante. Namun Dinda yang terlihat akan masuk kedalam Cafe Adante malah berjalan berbalik arah untuk pergi entah kemana. "Saya ngantar Mba itu sampai ke depan Cafe Adante kok, Pak. Setelah itu saya cari penumpang lagi. Jadi saya nggak tau setelahnya Mba itu pergi kemana." ujar Mahfud saat di interogasi. Mahfud adalah tukang ojek bermotor vario plat YU7658 dengan helm berwarna hitam yang mengantar Dinda ke Cafe Adante pada malam kejadian. Ruslan agak frustasi dibuatnya. Keterangan Mahfud juga benar karena Mahfud menerima transaksi pengantaran yang dilakukan oleh akun lain, setelah ia mengantar Dinda ke Cafe Adante. Ruslan sungguh perlu beberapa rekaman CCTV di sepanjang jalan disekitar Cafe Adante guna menemukan tempat tujuan Dinda berikutnya yang menjadi kunci kematian Dinda yang masih menjadi misteri. ---- Ibu Dinda terlihat menangis sesenggukan di ranjang dalam kamar Dinda. Foto Dinda terlihat ada dalam pelukannya. Novi berdiri di depan pintu kamar Dinda. Ikut sedih melihat ibunya menjadi seperti itu. Sudah dua hari terhitung sejak kematian Dinda dikabarkan, ibunya sama sekali tidak mau makan. Saat ada tamu datang untuk melayat, ibunya akan keluar untuk menemui tamu. Namun begitu tamu pulang, ibunya kembali tiduran di ranjang Dinda sambil tidak berhenti menangis. "Aku berangkat kerja dulu ya." ujar Danu yang membuat Novi mengambil alih untuk mengendong putrinya. Setelah mencium tangan Danu, Novi berjalan kedepan halaman rumah untuk mengantar suaminya itu berangkat kerja. "Da dah, Papa." celoteh putri kecilnya dengan gembira. Danu melambaikan tangan ke arah putri kecilnya. Kemudian ia lajukan sepeda motornya meninggalkan halaman rumah mertuanya untuk berangkat bekerja. "Kita masuk lagi yah! Amel hari ini mau makan apa?" tanya Novi pada putri kecilnya. Amel tidak menyahut, putri kecilnya itu malah terus menatap tajam ke arah lain. "Unti... Unti...Ayo mainn..." teriak Amel sembari memberot dan menunjuk ke arah dalam rumah melalui lubang jendela ruang tamu yang terbuka lebar. Novi sangat terkejut dengan apa yang dilakukan anaknya barusan. Bukan karena di dekat jendala tidak ada orang, tapi karena Amel memanggil Unti. Sebab Unti adalah panggilan Amel untuk Dinda. --- Suara jangkrik nyaring terdengar. Suara burung hantu pun ikut menyahut diatas atap gerdu pos jaga TPU Jeruk Peras. Pak Jojon ditemani Pak Giman terpekur dalam permainan catur yang cukup sengit. Kedatangan Pak Hasto dan Pak Yunus mengalihkan atensi mereka. "Wah ternyata nggak cuma aku aja yang kamu ajak, Bang" gumam Pak Giman. Alis Pak Jojon menaut, wajahnya terlihat gusar. "Mau gimana lagi, beberapa malam ini aku nggak bisa kalau sendiri." "Emang kenapa, Bang? Apa yang dibilang orang - orang mengenai si Dinda itu benar?" tanya Pak Hasto penasaran. Pak Jojon diam saja. Dia melanjutkan langkah caturnya dengan muka ditekuk. Pak Yunus pun menimpali "Iya, alay bener tiba - tiba minta ditemenin rame - rame begini. Biasanya aja kuburan udah kek rumah sendiri." Pak Hasto ambil posisi tiduran dibelakang Pak Giman, sarung pun ia gunakan untuk menutupi seluruh tubuhnya yang kedinginan. Sedang Pak Yunus duduk selonjoran di ujung gerdu sembari memainkan ponselnya. Pletakkkk Pak Hasto merasa kesakitan ada yang menjitak kepalanya. Pletakkkk Meski ini sudah dua kali, Pak Hasto yang udah pengen tidur memilih untuk tidak mengubrisnya. Paling juga Pak Giman lagi iseng. Pletakkkk, Pletakkkk, Pletakkkk Jitakan itu bertubi - tubi menimpa kepalanya dan semakin keras. "Apaan sih!" bentak Pak Hasto. Dia buka sarungnya dan duduk menghadap yang lain. Terlihat Pak Giman masih duduk memunggunginya sembari fokus bermain catur dengan Pak Jojon. Pak Yunus juga masih asyik main ponselnya sambil ketawa - ketawa sendiri. "Kalian kok resek sekali, aku tidur dijitak terus." Pak Hasto mencerca mereka yang terlihat tak memperdulikan bentakannya barusan. "Apa toh Has, kita lagi main." jawab Pak Jojon. "Siapa yang jitak, Has? Ngelindur kamu itu." sahut Pak Giman. Bulu kuduk Pak Hasto langsung berdiri. Pak Hasto yakin, jitakan itu nyata dan dia belum tidur. Mata Pak Hasto mengedar ke sekeliling mencari - cari sesuatu yang menjitaknya tadi. Kosong. Hanya hembusan angin malam yang dingin yang malah menerpa tubuhnya. "Nus, apa sebaiknya kita pulang saja." ajaknya pada Pak Yunus kemudian. Pak Yunus meliriknya sekilas dan berujar. "Kalau kamu mau pulang duluan gak apa, aku masih mau disini." Pak Hasto berpikir keras. Jujur dia tidak berani pulang ke rumah sendirian setelah ada sesuatu yang menjitaknya barusan. Tapi jika terus di gerdu, dia tidak yakin apa bisa bertahan. Bau kentut tiba saja menguar, menusuk hidung semua orang yang ada di gerdu. Reflek semua orang menutup hidungnya untuk menghalau bau itu masuk keindera penciuman mereka. Pak Giman berdecak kesal. "Kamu kentut yo, Bang Jon! Baune busuk banget." "Bukan aku. Yunus atau Hasto paling?" tebak Pak Jojon. Pak Hasto dan Pak Yunus saling menatap curiga satu sama lain. Bau melati merebak kemudian, yang menbuat mereka tau siapa yang harus disalahkan atas bau kentut barusan. Pak Yunus segera menyetel lantunan Ayat Suci Al-Quran dari ponselnya untuk meredakan ketakutan yang melanda gerdu pos jaga TPU Jeruk Peras. Namun malah gelak tawa seorang wanita yang mereka dengar. Pak Yunus langsung merapat dibelakang Pak Jojon. Sedangkan Pak Hasto langsung baca Ayat Kursi dengan suara keras. Pak Giman yang nampak tidak peduli lanjut main caturnya dengan Pak Jojon. Beberapa saat kemudian suasana kembali sunyi. Suara gelak tawa itu sudah tidak terdengar lagi. Pak Yunus yang tadi tidak mau diajak pulang, kini malah balik memaksa Pak Hasto untuk segera pulang bersamanya. Namun saat Pak Yunus dan Pak Hasto beranjak pergi dan memakai sandalnya kembali. Sosok wanita berbaju putih dengan rambut panjang tiba saja muncul didepan gerdu. Kehadirannya seperti mencegat Pak Yunus dan Pak Hasto yang memutuskan untuk pulang. Sosok wanita itu mengembangkan senyuman ketika semua mata yang ada di gerdu menoleh kearahnya. Lutut Pak Yunus dan Pak Hasto kompak lemas. Mereka hanya bisa terpaku ditempat memandangi sosok wanita itu hingga hilang dengan sendirinya dari pandangan. "Sudah tau kan! Makanya aku minta tolong sama warga sini buat gantian nemenin aku sampai beberapa malam kedepan." seloroh Pak Jojon setelahnya.Tubuh Karina menyondong agak kedepan. Mulut Mbak Buyut komat kamit belum selesai baca mantra pengukuhan.Ruang polos bercat putih itu mulai merebakan bau menyan. Gladis yang berada di samping Karina reflek menutup hidungnya dengan tangan."Gimana Mbah?" Karina bertanya saat lelaki berjanggut panjang itu telah menaburkan bunga ke dalam wadah."Sudah, besok saya jamin lelaki itu bakal langsung nikahin anda." tutur Mbak Buyut sembari tertawa menampakkan gigi ompongnya.Mendengarnya Gladis menelengkan kepala. Sangat tidak percaya bahwa hal mistis dapat mengubah seseorang hanya dalam semalam. Namun melihat Oka yang sudah punya tunangan malah berlutut di kaki Karina keesokan harinya di kantin kantor dengan membawa mawar sebagai pinta menjadi istrinya, bikin Gladis merombak seluruh mindsetnya saat itu juga.Tak tanggung-tanggung, Gladis malah ngajak Karina balik ke rumah Mbah Buyut di waktu malam, hari itu juga. Dia sungguh-sungguh ingin menikah dengan pria idamannya."Syaratnya berat lo, Di
Ian sangat kesal ketika terasa ada sekumpulan rambut yang mengibas mukanya. Matanya sedikit terbuka meski kantuk masih bertengger dipelupuk mata.Diujung kasur terlihat samar ada seorang wanita berambut panjang memakai baju putih duduk memunggunginya. Ian mencoba melihat sedikit untuk memastikan objek yang dilihatnya, kemudian memejamkan mata.Saat mata Ian terbuka kembali untuk memfokuskan pandangan, ia segera kembali memejamkan mata rapat-rapat. Berbagai do'a Ian rapalkan, namun sosok itu tetap berada ditempatnya.Bau melati kian menyengat, Ian merutuki diri mengapa memilih tidur dipinggiran kasur dekat pintu seperti ini.Selimut Ian yang sudah melorot kebawah kini telah terangkat, seolah ada yang berusaha menyelimutinya. Saat selimut itu benar - benar kembali menyelimuti tubuhnya, jantung Ian berdetak tak karuan seperti akan copot.Belaian tangan sosok wanita itu di kepalanya terasa dingin dan menakutkan. Ian rasa dirinya sudah tidak kuat dan semua menjadi gelap.____Adzan Subuh b
Setelah melacak keberadaan ponsel Dinda dari nomer provider yang Dinda pakai. Ruslan menemukan lokasi ponsel Dinda berada di rumah orangtua Dinda sendiri. Meski aneh, Ruslan bersama anak buahnya kemudian mengeledah seisi rumah orangtua Dinda. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukan ponsel Dinda yang berada tepat di bawah ranjang tempat tidur Dinda.Anak buah Ruslan yang telah memakai sarung tangan, dengan hati - hati memeriksa kondisi ponsel Dinda. Tidak ada yang mencurigakan, kondisi ponsel yang di mode silent itu cukup normal dengan daya baterai tinggal 10%.Ruslan pun kembali menanyai kedua orangtua Dinda untuk memastikan apakah benar Supermart adalah tempat terakhir Dinda sebelum menghilang atau Dinda sempat pulang ke rumah sebelum akhirnya menghilang. Dan tentu saja kedua orangtua Dinda bersikeras bahwa saat berangkat kerja itulah hari terakhir mereka melihat Dinda di rumah.Anak buah Ruslan akhirnya memasukan ponsel Dinda kedalam kantong plastik yang sebelumnya telah
Kematian Dinda tidak hanya menjadi sebuah duka bagi keluarga Dinda, namun juga sebuah duka bagi Gilang. Dia sangat terpukul saat mendengar berita menyedihkan itu. Hati Gilang seakan terbelah menjadi dua. Khayalan hidup berumahtangga dengan Dinda seketika lenyap. Hanya ada ruang gelap tanpa harapan kini di benaknya. Air mata Gilang tidak berhenti menetes dengan sendirinya. Anton dan Ian tidak bisa melakukan apapun agar kesedihan Gilang berkurang. Duduk menonton televisi sembari menemani temannya itu bersedih adalah hal yang bisa mereka lakukan untuk saat ini. Entah sudah berapa lama mereka duduk lesehan menghadap televisi dengan pemandangan Gilang menangis diantara mereka. Anton terlihat asyik berbalas pesan, ketika Ian yang merasa lapar bangkit sendirian ke dapur untuk mengambil makan. Ian mengambil nasi dalam magicom. Kemudian ia menaruh piring berisi nasi di atas meja untuk mengambil sisa rendang pemberian Shifa yang masih tersimpan di kotak dalam kulkas. Saat Ian mengeluarkan k
Ruslan menunggu dengan harap cemas di ruangannya. Sudah tiga puluh menit berlalu namun hasil pemeriksaan ponsel Dinda belum juga ia terima. Saat Ruslan akan bangkit untuk menuju ruang IT, yang ditunggu - tunggu tiba saja muncul dari balik pintu mengagetkannya."Sepertinya, di hari Dinda menghilang dia lupa membawa ponselnya." ungkap Fattan, pegawai kepolisian yang bertugas memeriksa ponsel Dinda. "Sejak hari Selasa sekitar pukul 6 pagi tanggal 13 Mei sampai di hari ponsel ini ditemukan, seluruh pesan dan notifikasi untuk Dinda tidak ada satupun yang dibuka.""Apa ada hal janggal lain?" tanya Ruslan penuh harap.Fattan menggeleng. "Sayangnya nggak ada, semua normal. Dari mulai berkas dia, transaksinya, chat, foto dan sosial media dia semua aman."Ruslan berdecak kesal, dasi yang dia kenakan terasa mencekiknya. "Ada yang nggak beres dengan Dino Fernando.""Kenapa? Kamu curiga dia pelakunya." sahut Fattan menebak isi kepala Ruslan."Jelas, dia tau jika Dinda dijemput gojek. Sedangkan mob
Ruslan terbelalak menyaksikan rekaman CCTV yang terpasang di depan Cafe Adante. Rekaman berisi apa saja yang terjadi di Cafe Adante tepat pada hari Selasa tanggal tigabelas Mei. Gilang memberikan kesaksian yang benar. Dia berada di dalam Cafe Adante sejak pukul 18.00 WIB sampai dengan pukul dimana Cafe Adante tutup yakni pukul 23.00 WIB. Ruslan tidak habis pikir sebegitu bodohnya Gilang menanti Dinda sesuai janji yang telah dibuat meski tiada kabar apapun dari Dinda. Yang lebih aneh, pada pukul 19.10 WIB terlihat Dinda yang naik gojek tiba di depan Cafe Adante. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan akun Gojek milik Pak Dino yang menunjukkan bahwa Pak Dino memesankan Dinda gojek dengan tujuan Cafe Adante. Namun Dinda yang terlihat akan masuk kedalam Cafe Adante malah berjalan berbalik arah untuk pergi entah kemana. "Saya ngantar Mba itu sampai ke depan Cafe Adante kok, Pak. Setelah itu saya cari penumpang lagi. Jadi saya nggak tau setelahnya Mba itu pergi kemana." ujar Mahfud s
Ruslan menunggu dengan harap cemas di ruangannya. Sudah tiga puluh menit berlalu namun hasil pemeriksaan ponsel Dinda belum juga ia terima. Saat Ruslan akan bangkit untuk menuju ruang IT, yang ditunggu - tunggu tiba saja muncul dari balik pintu mengagetkannya."Sepertinya, di hari Dinda menghilang dia lupa membawa ponselnya." ungkap Fattan, pegawai kepolisian yang bertugas memeriksa ponsel Dinda. "Sejak hari Selasa sekitar pukul 6 pagi tanggal 13 Mei sampai di hari ponsel ini ditemukan, seluruh pesan dan notifikasi untuk Dinda tidak ada satupun yang dibuka.""Apa ada hal janggal lain?" tanya Ruslan penuh harap.Fattan menggeleng. "Sayangnya nggak ada, semua normal. Dari mulai berkas dia, transaksinya, chat, foto dan sosial media dia semua aman."Ruslan berdecak kesal, dasi yang dia kenakan terasa mencekiknya. "Ada yang nggak beres dengan Dino Fernando.""Kenapa? Kamu curiga dia pelakunya." sahut Fattan menebak isi kepala Ruslan."Jelas, dia tau jika Dinda dijemput gojek. Sedangkan mob
Kematian Dinda tidak hanya menjadi sebuah duka bagi keluarga Dinda, namun juga sebuah duka bagi Gilang. Dia sangat terpukul saat mendengar berita menyedihkan itu. Hati Gilang seakan terbelah menjadi dua. Khayalan hidup berumahtangga dengan Dinda seketika lenyap. Hanya ada ruang gelap tanpa harapan kini di benaknya. Air mata Gilang tidak berhenti menetes dengan sendirinya. Anton dan Ian tidak bisa melakukan apapun agar kesedihan Gilang berkurang. Duduk menonton televisi sembari menemani temannya itu bersedih adalah hal yang bisa mereka lakukan untuk saat ini. Entah sudah berapa lama mereka duduk lesehan menghadap televisi dengan pemandangan Gilang menangis diantara mereka. Anton terlihat asyik berbalas pesan, ketika Ian yang merasa lapar bangkit sendirian ke dapur untuk mengambil makan. Ian mengambil nasi dalam magicom. Kemudian ia menaruh piring berisi nasi di atas meja untuk mengambil sisa rendang pemberian Shifa yang masih tersimpan di kotak dalam kulkas. Saat Ian mengeluarkan k
Setelah melacak keberadaan ponsel Dinda dari nomer provider yang Dinda pakai. Ruslan menemukan lokasi ponsel Dinda berada di rumah orangtua Dinda sendiri. Meski aneh, Ruslan bersama anak buahnya kemudian mengeledah seisi rumah orangtua Dinda. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukan ponsel Dinda yang berada tepat di bawah ranjang tempat tidur Dinda.Anak buah Ruslan yang telah memakai sarung tangan, dengan hati - hati memeriksa kondisi ponsel Dinda. Tidak ada yang mencurigakan, kondisi ponsel yang di mode silent itu cukup normal dengan daya baterai tinggal 10%.Ruslan pun kembali menanyai kedua orangtua Dinda untuk memastikan apakah benar Supermart adalah tempat terakhir Dinda sebelum menghilang atau Dinda sempat pulang ke rumah sebelum akhirnya menghilang. Dan tentu saja kedua orangtua Dinda bersikeras bahwa saat berangkat kerja itulah hari terakhir mereka melihat Dinda di rumah.Anak buah Ruslan akhirnya memasukan ponsel Dinda kedalam kantong plastik yang sebelumnya telah
Ian sangat kesal ketika terasa ada sekumpulan rambut yang mengibas mukanya. Matanya sedikit terbuka meski kantuk masih bertengger dipelupuk mata.Diujung kasur terlihat samar ada seorang wanita berambut panjang memakai baju putih duduk memunggunginya. Ian mencoba melihat sedikit untuk memastikan objek yang dilihatnya, kemudian memejamkan mata.Saat mata Ian terbuka kembali untuk memfokuskan pandangan, ia segera kembali memejamkan mata rapat-rapat. Berbagai do'a Ian rapalkan, namun sosok itu tetap berada ditempatnya.Bau melati kian menyengat, Ian merutuki diri mengapa memilih tidur dipinggiran kasur dekat pintu seperti ini.Selimut Ian yang sudah melorot kebawah kini telah terangkat, seolah ada yang berusaha menyelimutinya. Saat selimut itu benar - benar kembali menyelimuti tubuhnya, jantung Ian berdetak tak karuan seperti akan copot.Belaian tangan sosok wanita itu di kepalanya terasa dingin dan menakutkan. Ian rasa dirinya sudah tidak kuat dan semua menjadi gelap.____Adzan Subuh b
Tubuh Karina menyondong agak kedepan. Mulut Mbak Buyut komat kamit belum selesai baca mantra pengukuhan.Ruang polos bercat putih itu mulai merebakan bau menyan. Gladis yang berada di samping Karina reflek menutup hidungnya dengan tangan."Gimana Mbah?" Karina bertanya saat lelaki berjanggut panjang itu telah menaburkan bunga ke dalam wadah."Sudah, besok saya jamin lelaki itu bakal langsung nikahin anda." tutur Mbak Buyut sembari tertawa menampakkan gigi ompongnya.Mendengarnya Gladis menelengkan kepala. Sangat tidak percaya bahwa hal mistis dapat mengubah seseorang hanya dalam semalam. Namun melihat Oka yang sudah punya tunangan malah berlutut di kaki Karina keesokan harinya di kantin kantor dengan membawa mawar sebagai pinta menjadi istrinya, bikin Gladis merombak seluruh mindsetnya saat itu juga.Tak tanggung-tanggung, Gladis malah ngajak Karina balik ke rumah Mbah Buyut di waktu malam, hari itu juga. Dia sungguh-sungguh ingin menikah dengan pria idamannya."Syaratnya berat lo, Di