"Tadi pagi ada yang mencari kakak."
Sereia dan Erix yang tengah menatap makanannya menoleh ke adik mereka."Siapa?" tanya Sereia."Dia tidak mau memberitahukan namanya tapi dia laki-laki, lebih tinggi dari kakak, dan menurutku dia tampan. Meskipun kulitnya sedikit kecoklatan," jawab sang adik perempuan."Kami bertemu dengannya saat kami akan berangkat sekolah. Dia bertanya apakah kalian tahu dimana rumah Sereia terus Flosie menjawab bahwa Sereia adalah kakak kami. Tapi tenang saja, kami tidak memberitahukan dimana letak rumah kami kok. Kak Erix jangan marah. Kami juga saat itu waspada," ucap si adik laki-laki."Apa ini?" Erix bertanya sambil menoleh ke Sereia.Sereia membalas tatapan Erix."Kamu bilang kamu belum punya pacar lalu kenapa ada laki-laki yang mencarimu? Kamu tidak pernah bercerita bahwa ada laki-laki yang menyukaimu. Seharian kamu bekerja di rumah makan, kalau ada yang menyukaimu, maka seharusnya dia juga bekerja di rumah makan kan? Dia seharusnya mencarimu disana. Kenapa dia sampai mencari-cari rumah kita?" tanya Erix dengan nada kesal."Kak Erix jangan begitu marah. Bisa saja dia adalah pelanggan di rumah makan tempat kakak bekerja dan sudah mendekati kakak tapi kakak selalu menolaknya makanya dia melakukan hal seperti ini. Aku pernah membacanya di buku. Kalau tidak salah apa namanya ya? Stalker," ucap si adik laki-laki."Kalau begitu, kenapa kakak tidak pernah menceritakannya pada kita bahwa ada laki-laki yang menyukainya? Seperti ini, kalau terjadi apa-apa dengan Flosie dan Kai bagaimana? Aku tidak suka ada rahasia di antara kita semua. Karena orang tua kita sudah meninggal."Setelah mengatakan itu, Erix menatap Sereia dengan tatapan tajam. Sereia juga membalas tatapan adiknya dengan kedua mata menyipit lesu."Kakak paham Erix. Kakak akan bercerita padamu kalau ada apa-apa," kata Sereia."Baguslah kalau begitu. Mengenai lelaki itu, kamu pasti mengenalnya kan?""Tidak. Namun, aku akan menanyakan pada temanku besok.""Semoga lain kali aku yang akan menemukannya biar kutanya ada urusan apa denganmu. Jika kamu menginginkan pacar, setidaknya carilah seorang pengusaha, bos, atau apapun itu yang memiliki banyak uang dan bisa membantu kita.""Kak Erix, jangan menceramahi Kak Sereia terlalu banyak. Masalah pasangan bairkan Kak Sereia menentukan sendiri. Dia berhak menikah dengan orang yang dicintainya tak peduli orang itu mau pengusaha apa bukan," ucap adik laki-lakinya."Diam kamu! Kamu tahu apa mengenai kehidupan orang dewasa?" ketus Erix."Sudah-sudah. Jangan membahas masalah seperti ini terus. Makanlah yang banyak nanti makanan kalian dingin!" lerai Sereia.Setelah makan malam, seperti biasa, Sereia mengajari adik-adiknya belajar. Dia kerap ingin membantu Erix tapi anak itu selalu menolaknya. Sereia tidak berhenti cemas sejak makan malam. Dia bertanya-tanya siapa yang sudah mencarinya hingga bertemu dengan adik kembarnya.Sereia bertanya lebih lanjut mengenai ciri-ciri laki-laki itu pada adik kembaranya. Tetapi juga menyuruh mereka untuk menyembunyikannya dari Erix."Dia memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya," ucap Flosie.Sereia langsung lemas. Itu adalah El. Mengapa laki-laki itu mendadak mencaritahu tentangnya seperti ini? Apa yang akan direcanakannya? Uang 10 ribu dari dia membuatnya tidak berselera makan jadi di tempat kerjanya tadi dia tidak memakan apapun.Sejak saat itu, Sereia selalu menolak teman-temannya El. Hal itu membuat rekan-rekan El sering membicarakannya."Aku tidak tahu kenapa sejak bersamamu, dia tidak pernah lagi menerima kami sebagai pelanggannya. Apakah dia sudah berhenti jadi wanita penghibur apa bagaimana?""Aku juga tidak tahu. Sebenarnya apa yang terjadi padamu dengan Sreia saat itu El?"El menggelengkan kepalanya. "Aku tidak melakukan apapun. Kenapa tidak memanggil yang lain saja.""Tapi aku hanya mau Sereia.""Bukannya dia sebenarnya cukup menawan juga?""Menurutmu juga seperti itu kan El? Memangnya kau tidak mau lagi?"El menghisap rokoknya baru menjawab. Dia tertawa kecil lebih dulu. "Tidak mungkin aku mau menyentuh wanita menjijikkan itu lagi.""Tidak hanya menolak kita, dia juga memblokir nomor kita semua.""Lebih baik kita main saja. Tidak usah memikirkan perempuan bejat itu," kata El.Entah kenapa, mengetahui teman-temannya sudah tidak berhubungan lagi dengan Sereia, membuat hatinya tenang. El terlihat semangat malam ini karena dia sedang menunggu reunian besok malam. Dia bertanya-tanya apakah sereia akan datang atau tidak.Dan hari yang ditunggu akhirnya datang. Banyak sekali orang yang datang. Termasuk Sereia. Sereia tidak pernah menyangka bahwa dia dijemput oleh teman terdekatnya. Meskipun hampir semua anak di sekolahnya membencinya dan tidak mau berteman dengannya, tapi dia masih memiliki seorang teman. Temannya ini juga sering dibuli di sekolah."Sudah lama sekali ya Sereia aku tidak bertemu denganmu," kata Rasya.Sereia hanya tersenyum.Rasya juga terlihat jauh berbeda. Mereka mengobrol sembari dilihat oleh alumni yang lain. Sereia menjadi pusat perhatian karena dirinya sangat berbeda sekali penampilannya dengan dulu. Jika dulu dia terlihat sangat jelek, sekarang benar-benar sangat cantik.Beberapa lelaki mendekati Sereia. Sereia tersenyum kecil dan langsung menjaga jarak. Dalam hati dia mengeluh. Beberapa dari laki-laki pernah menjadi pelanggannya jadi dia cemas kalau mereka akan membocorkan pada yang lain mengenai apa yang sudah ia lakukan selama ini."Mau minum Sereia?" tawar seorang lelaki sambil menyerahkan sebuah minuman kepada Sereia.Sereia tahu betul minuman apa itu. Meskipun dia sering tidur dengan laki-laki, tapi untuk minum-minuman seperti itu, dia hampir tidak pernah melakukannya. Apalagi Erix memperingatkannya untuk tidak mabuk apalagi sampai pulang diantarkan laki-laki."Aku tidak minum. Terima kasih," kata Sereia."Bukannya kamu sudah terbiasa dengan ini?" tanya laki-laki itu.Sereia terus menghindari lelaki itu. Rasya berusaha menyelamatkannya. Namun, tiba-tiba dari arah belakang mereka telulur sebuah tangan kekar dan cukup besar meraih gelas berisi alkohol itu. Bau lelaki itu masuk ke indera penciuman Sereia dan terasa familiar."Buat aku saja karena ini minuman terlalu disayangkan kalau diberikan pada wanita ini," kata El.Sereia menarik tangan Rasya dan membawanya pergi dari sana.Teman-teman El memperhatikan Sereia. Sementara El mulai banyak minum. Sereia terus saja menghindari orang lain. Rasya sampai menggoda Sereia karena dirinya sekarang di dekati banyak laki-laki karena perubahan drastisnya yang menjadi sangat cantik."Kamu tidak mau memiliki pacar dan menikah? Lihat? Banyak teman-teman kita yang sudah memiliki anak," kata Rasya."Adik-adikku belum lulus sekolah," kata Sereia. "Dan aku masih belum bisa melupakan apa yang mereka semua lakukan padaku dulu."Rasya mengusap sebelah pundak Sereia. Dia juga menjadi saksi anak-anak di sekolah mereka membuli Sereia. Dia juga lebih sering tidak menyelamatkan temannya ini karena dia khawatir akan ikut dibuli juga. Namun, dia menemaninya setelah pembulian itu berakhir.TIba-tiba semua mata menoleh pada Sereia. Rasya juga membelakkan matanya dan mulutnya terbuka kecil. Sementara Sereia membeku. Itu karena tiba-tiba saja, El memeluknya dari belakang sambil memejamkan matanya."Kau bisa mengantarkan dia ke rumah," kata Lingga pada Sereia. Sereia langsung melepaskan tangan El yang melingkar di pinggangnya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian apalagi ketika dirinya dipeluk oleh lelaki yang begitu ia benci ini. Jika tidak ada seorang pun disini, dia sudah mengambil heelsnya kemudian memukul wajah El. Lancang sekali lelaki ini. Bagaimana jika orang-orang mulai berpikir yang tidak-tidak mengenai mereka? Sereia sungguh tidak ingin terlibat dengan El. Tidak pernah ingin. "Dia mabuk berat," kata Lingga. "Bisakah kau membawanya pergi?" tanya Sereia dengan nada cemas pada Lingga. "Tidak bisa. Dia akan menghajarku sampai babak belur," ucap Lingga. "Kalau dia memelukmu, berarti dia ingin kau yang mengantarnya pulang. Kau bisa naik motor? Aku akan meminjamkanmu motorku karena jika menggunakan motornya El kau tidak akan bisa karena yah, kau tahu sendiri motor dia bagaimana."Sereia menggelengkan kepalanya cemas. Dia memperhatikan sekitarnya yang tengah memperhatik
Sereia tidak ingin El bekerja disini bersamanya. Dia ingin mengatakan bahwa sudah tidak ada lowongan pekerjaan disini tapi dia khawatir El tidak akan menyerah begitu saja malah bisa jadi lelaki ini akan membuat masalah yang akan menyeretnya. Senyumnya meskipun tipis tapi begitu licik. “Majikanku belum datang,” kata Sereia. “Silahkan kembali lagi nanti dan aku akan menghubungimu.”Beberapa orang datang secara bergantian untuk membeli rames. El masih berada di tempatnya. Dia memperhatikan Sereia bagaimana dia melayani pelanggan. El teringat kejadian semalam dimana dia menempel pada Sereia. Saat itu, dia benar-benar mabuk. “Wajahku,” keluh El. Sereia melirik ke El ketika mendengar keluhan lelaki itu. Dia juga teringat pembicaraannya dengan Rasya semalam. El masih menganggur padahal ayahnya sudah pergi cukup lama ada yang bilang kedua orang tuanya bercerai. Dia tinggal hanya bersama ibunya. Jika dia menjadi satu-satunya harapan ibunya, seharusnya dia tidak memiliki perilaku begitu buru
“Kakak!” teriak Erix.Sereia dan El menoleh ke asal suara. Erix yang akan berangkat sekolah memutuskan untuk mampir ke tempat dimana kakaknya bekerja sekalian meminta bekal. Namun, alih-alih dia biasa saja seperti biasanya, matanya menyipit tajam memperhatikan sosok lelaki yang sedang bersama kakaknya. Erix teringat ucapan kedua adiknya mengenai lelaki yang mencari kakaknya. Selama ini dia sering kesini tapi nyaris tidak pernah menemukan kakaknya mengobrol bersama lelaki kecuali laki-laki itu adalah pelanggan tapi keduanya saat ini berada di tengah-tengah meja makan bukan di area kasir dan bilik penyimpanan makanan jadi sepertinya lelaki itu bukan pelanggan. Apakah lelaki itu yang dibicarakan oleh kedua adiknya?Erix mendekati Sereia tetapi kedua matanya fokus menatap El. El juga membalas tatapan Erix yang menurutnya menantang. Adiknya juga tampan. Barangkali selama ini Sereia sebenarnya cantik tapi dia kurang merawat penampilannya saja. “Bekal dan uang saku seperti biasanya,” kata
Sereia panik mengetahui siapa yang datang. Sereia berbisik pada Erix. “Cepat kamu berangkat ke sekolah. Itu adalah bos kakak.”Erix mengangguk kemudian buru-buru pergi dari sana. Setelah turun dari motornya, bosnya Sereia menyapa Erix dan dibalas dengan senyuman oleh anak itu. Sereia bergegas kembali bekerja dan mengabaikan El. Menyadari kepanikan Sereia, El pikir wanita tua tersebut adalah pemilik rumah makan ini. El mendekati Sereia yang sedang mengiris timun kemudian bertanya, “Tunjukkan padaku dimana aku bisa membuat teh.”Sereia terdiam. Dia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh El. Karena tidak mau ada pembicaraan lebih lanjut, dia pun menunjukkannya pada El. Pada saat yang sama, beberapa orang memasuki rumah makan. El mencari tempat yang dimaksud Sereia ketika dia terus diperhatikan oleh wanita berusia 50 tahun itu. El pun membuat teh hangat yang tidak begitu manis kemudian membawanya ke depan. Dia mendekati bosnya Sereia yang tengah berdiri di dekat Sereia sambil meng
Hari ini rasanya yang datang tidak ada habisnya. Sereia mengambilkan pesanan pelanggan, melayani mereka, mendengarkan keluhan mereka, mencuci piring dan gelas, dan masih banyak lagi yang ia kerjakan. Dia terlihat seperti sedang dikejar-kejar. El justru terlihat begitu santai. Beberapa pelanggan wanita seakan memakan waktunya. El pun tanpa merasa bersalah melayani mereka dengan senyuman di wajahnya yang tampan. Sesekali Sereia menatapnya bengis. "Kau terlalu bar-bar," ketus El saat berada di dapur yang sama dengan Sereia. El awalnya berpikir kalau rumah makan ini tidak begitu ramai karena sejak tadi dia tidak melihat banyak orang. Karena sepi makanya dia berpikir dia tidak akan diterima karena pasti Sereia saja sudah cukup. Tapi semakin siang semakin banyak yang datang.Sereia tidak mengatakan apapun dan keluar dari dapur begitu saja. Raut wajah El yang semula biasa saja langsung berubah menjadi dingin. Ini pertama kalinya ada wanita yang tidak tertarik padanya. Semakin kesini Serei
Sereia berjalan sangat cepat tidak mempedulikan rasa lelahnya. Dia berharap tidak mendengarkan suara motornya El supaya mereka tidak bertemu lagi karena dia khawatir laki-laki itu akan mengganggunya. Bahkan dia sudah kepikiran besok akan berbohong pada bosnya tidak bisa berangkat bekerja karena jatuh sakit padahal alasan yang sebenarnya tidak ingin bertemu El. Sereia teringat ibunya El yang mengira dia adalah pacar putranya sehingga jika memikirkan El sudah memiliki calon tunangan itu cukup meragukan. Apakah El sebenarnya memiliki calon istri yang disembunyikan dari ibunya? Dia tidak yakin akan hal tersebut tetapi dari apa yang ia dengar dari mulutnya, lelaki itu terkesan mencintai calon tunangannya sehingga jika dia begitu mencintainya, sulit dipercaya kalau dia tidur dengan perempuan lain. “Sekarang aku paham apa yang dia inginkan. Dia pasti ingin tidur lagi denganku tanpa membayarku. Dia pikir, dia bisa menarik hatiku hanya dengan wajahnya? Yang benar saja. Seperti dulu dia sering
Air mata jatuh membasahi pipi Sereia. Pemandangan itu membuat tubuh El membeku. Sereia menarik tangannya dari tangan El kemudian pergi meninggalkan lelaki itu bersama adik-adiknya. Erix dan si kembar tidak bisa berkata apapun ketika kakak mereka meneteskan air mata. Erix juga merasa bersalah. Berbagai pemikiran mengenai kakaknya masuk ke dalam otaknya.Beberapa kali si kembar menatapnya sehingga Sereia menghapus air matanya. Dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan adik-adiknya. Dia berkata dengan senyuman di wajahnya yang cantik, "Kakak akan membuatkan kalian makan malam yang lezat.""Ayo jalannya lebih cepat! Akan jadi masalah besar kalau laki-laki itu berhasil mengejar kita!" tukas Erix.Bahkan ketika teman-temannya berhenti di dekatnya, El terlihat masih tidak sadar. Dia menatap ke Sereia dengan tatapan kosong. Lingga berkali-kali memanggil sahabatnya itu tetapi tidak digubris. Akhirnya dia turun dari motor untuk menepuk punggung El sekeras mungkin dan barulah El menoleh ke tema
“Dimana kakakmu sekarang? Sudah dibawa ke rumah sakit? Kenapa kau berkeliaran sendirian bukannya menjaga kakakmu?” tanya El.“Aku bukan sedang berkeliaran. Kau tidak lihat aku baru saja dari arah warung sana. Aku sedang mencari obat untuk kakakku. Membawanya ke rumah sakit? Kau pikir kami punya uang untuk itu? Untuk makan sehari-hari saja susah.”El bertanya-tanya apakah Sereia sering curhat pada Erix mengenai kehidupan ekonomi mereka sehingga Erix sampai mengatakan itu seolah-olah sudah paham mengenai kesulitan mereka. Dipikir-pikir sejak pertama kali bertemu juga membicarakan mengenai keadaan mereka yang kekurangan tapi tidak secara langsung. El mendesah kasar. “Kenapa tidak mengatakan padaku sejak awal?”El ingin membawa Sereia ke rumah sakit tapi dia sendiri juga tidak memiliki uang. Rasanya sekarang ingin melihat langsung kondisinya seperti apa.“Apa urusannya denganmu?” ketus Erix.“Pulanglah! Aku yang akan membelikan obat untuk kakakmu!” titah El.“Aku ikut!” balas Erix langsu