“Kakak!” teriak Erix.Sereia dan El menoleh ke asal suara. Erix yang akan berangkat sekolah memutuskan untuk mampir ke tempat dimana kakaknya bekerja sekalian meminta bekal. Namun, alih-alih dia biasa saja seperti biasanya, matanya menyipit tajam memperhatikan sosok lelaki yang sedang bersama kakaknya. Erix teringat ucapan kedua adiknya mengenai lelaki yang mencari kakaknya. Selama ini dia sering kesini tapi nyaris tidak pernah menemukan kakaknya mengobrol bersama lelaki kecuali laki-laki itu adalah pelanggan tapi keduanya saat ini berada di tengah-tengah meja makan bukan di area kasir dan bilik penyimpanan makanan jadi sepertinya lelaki itu bukan pelanggan. Apakah lelaki itu yang dibicarakan oleh kedua adiknya?Erix mendekati Sereia tetapi kedua matanya fokus menatap El. El juga membalas tatapan Erix yang menurutnya menantang. Adiknya juga tampan. Barangkali selama ini Sereia sebenarnya cantik tapi dia kurang merawat penampilannya saja. “Bekal dan uang saku seperti biasanya,” kata
Sereia panik mengetahui siapa yang datang. Sereia berbisik pada Erix. “Cepat kamu berangkat ke sekolah. Itu adalah bos kakak.”Erix mengangguk kemudian buru-buru pergi dari sana. Setelah turun dari motornya, bosnya Sereia menyapa Erix dan dibalas dengan senyuman oleh anak itu. Sereia bergegas kembali bekerja dan mengabaikan El. Menyadari kepanikan Sereia, El pikir wanita tua tersebut adalah pemilik rumah makan ini. El mendekati Sereia yang sedang mengiris timun kemudian bertanya, “Tunjukkan padaku dimana aku bisa membuat teh.”Sereia terdiam. Dia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh El. Karena tidak mau ada pembicaraan lebih lanjut, dia pun menunjukkannya pada El. Pada saat yang sama, beberapa orang memasuki rumah makan. El mencari tempat yang dimaksud Sereia ketika dia terus diperhatikan oleh wanita berusia 50 tahun itu. El pun membuat teh hangat yang tidak begitu manis kemudian membawanya ke depan. Dia mendekati bosnya Sereia yang tengah berdiri di dekat Sereia sambil meng
Hari ini rasanya yang datang tidak ada habisnya. Sereia mengambilkan pesanan pelanggan, melayani mereka, mendengarkan keluhan mereka, mencuci piring dan gelas, dan masih banyak lagi yang ia kerjakan. Dia terlihat seperti sedang dikejar-kejar. El justru terlihat begitu santai. Beberapa pelanggan wanita seakan memakan waktunya. El pun tanpa merasa bersalah melayani mereka dengan senyuman di wajahnya yang tampan. Sesekali Sereia menatapnya bengis. "Kau terlalu bar-bar," ketus El saat berada di dapur yang sama dengan Sereia. El awalnya berpikir kalau rumah makan ini tidak begitu ramai karena sejak tadi dia tidak melihat banyak orang. Karena sepi makanya dia berpikir dia tidak akan diterima karena pasti Sereia saja sudah cukup. Tapi semakin siang semakin banyak yang datang.Sereia tidak mengatakan apapun dan keluar dari dapur begitu saja. Raut wajah El yang semula biasa saja langsung berubah menjadi dingin. Ini pertama kalinya ada wanita yang tidak tertarik padanya. Semakin kesini Serei
Sereia berjalan sangat cepat tidak mempedulikan rasa lelahnya. Dia berharap tidak mendengarkan suara motornya El supaya mereka tidak bertemu lagi karena dia khawatir laki-laki itu akan mengganggunya. Bahkan dia sudah kepikiran besok akan berbohong pada bosnya tidak bisa berangkat bekerja karena jatuh sakit padahal alasan yang sebenarnya tidak ingin bertemu El. Sereia teringat ibunya El yang mengira dia adalah pacar putranya sehingga jika memikirkan El sudah memiliki calon tunangan itu cukup meragukan. Apakah El sebenarnya memiliki calon istri yang disembunyikan dari ibunya? Dia tidak yakin akan hal tersebut tetapi dari apa yang ia dengar dari mulutnya, lelaki itu terkesan mencintai calon tunangannya sehingga jika dia begitu mencintainya, sulit dipercaya kalau dia tidur dengan perempuan lain. “Sekarang aku paham apa yang dia inginkan. Dia pasti ingin tidur lagi denganku tanpa membayarku. Dia pikir, dia bisa menarik hatiku hanya dengan wajahnya? Yang benar saja. Seperti dulu dia sering
Air mata jatuh membasahi pipi Sereia. Pemandangan itu membuat tubuh El membeku. Sereia menarik tangannya dari tangan El kemudian pergi meninggalkan lelaki itu bersama adik-adiknya. Erix dan si kembar tidak bisa berkata apapun ketika kakak mereka meneteskan air mata. Erix juga merasa bersalah. Berbagai pemikiran mengenai kakaknya masuk ke dalam otaknya.Beberapa kali si kembar menatapnya sehingga Sereia menghapus air matanya. Dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan adik-adiknya. Dia berkata dengan senyuman di wajahnya yang cantik, "Kakak akan membuatkan kalian makan malam yang lezat.""Ayo jalannya lebih cepat! Akan jadi masalah besar kalau laki-laki itu berhasil mengejar kita!" tukas Erix.Bahkan ketika teman-temannya berhenti di dekatnya, El terlihat masih tidak sadar. Dia menatap ke Sereia dengan tatapan kosong. Lingga berkali-kali memanggil sahabatnya itu tetapi tidak digubris. Akhirnya dia turun dari motor untuk menepuk punggung El sekeras mungkin dan barulah El menoleh ke tema
“Dimana kakakmu sekarang? Sudah dibawa ke rumah sakit? Kenapa kau berkeliaran sendirian bukannya menjaga kakakmu?” tanya El.“Aku bukan sedang berkeliaran. Kau tidak lihat aku baru saja dari arah warung sana. Aku sedang mencari obat untuk kakakku. Membawanya ke rumah sakit? Kau pikir kami punya uang untuk itu? Untuk makan sehari-hari saja susah.”El bertanya-tanya apakah Sereia sering curhat pada Erix mengenai kehidupan ekonomi mereka sehingga Erix sampai mengatakan itu seolah-olah sudah paham mengenai kesulitan mereka. Dipikir-pikir sejak pertama kali bertemu juga membicarakan mengenai keadaan mereka yang kekurangan tapi tidak secara langsung. El mendesah kasar. “Kenapa tidak mengatakan padaku sejak awal?”El ingin membawa Sereia ke rumah sakit tapi dia sendiri juga tidak memiliki uang. Rasanya sekarang ingin melihat langsung kondisinya seperti apa.“Apa urusannya denganmu?” ketus Erix.“Pulanglah! Aku yang akan membelikan obat untuk kakakmu!” titah El.“Aku ikut!” balas Erix langsu
“Bukan urusanmu,” jawab Raden.“Tentu saja menjadi urusanku. Banyak yang mendekatinya sehingga aku sebagai temannya harus melindunginya dari lelaki buruk sepertimu,” ucap El.Padahal dia sendiri yang buruk dan dia sendiri yang seharusnya jauh-jauh dari Sereia. El mengakui itu tetapi dia tidak ambil pusing. Intinya, prioritasnya sekarang adalah menjauhkan laki-laki lain dari Sereia. “Jika kau sampai seperti itu, tunanganmu mungkin akan cemburu,” ucap Raden.Raden sudah mendengar banyak soal El dari budenya termasuk pertemanan Sereia dan El. Meskipun El bekerja disini demi tunangannya tetapi saat berbicara mengenai Sereia sekarang, dia curiga kalau laki-laki itu menyukai Sereia. Dia tidak pernah melihatnya sebelumnya jadi kemungkinan besar lelaki bukanlah pelanggan setia disini. Kemungkinan dia memang temannya Sereia dan kebetulan sudah lama tidak bertemu dengan Sereia, sekali bertemu, dia langsung mendekatinya sampai sejauh ini. “Kau tahu apa soal hubunganku dengan tunanganku,” ucap
Setelah sembuh, Sereia tidak lagi kembali ke rumah makan. Dia menghubungi Raden untuk mengatur pertemuan dengan budenya karena dia akan berhenti bekerja. Dia juga belum mendapatkan pekerjaan penggantinya dan hari ini dia memutuskan untuk mencarinya. Sereia mendaftar di sebuah rumah sakit sebagai tukang bersih-bersih tetapi tidak diterima. Dia bingung harus mencari pekerjaan dimana lagi. Dia tidak bisa menunggu karena dia harus membayar banyak tagihan dan memberikan uang pada adik-adiknya. Alhasil dia memutuskan untuk kembali menghabiskan malam dengan beberapa lelaki yang akan membayarnya.Meskipun setelah kejadian bersama El membuat Sereia sedikit ragu-ragu untuk melakukannya lagi, tetapi dia berusaha untuk mengabaikan keraguan tersebut demi bisa mendapatkan uang. Uang telah membuatnya kehilangan kewarasannya. Namun, tepat saat dia akan pergi ke lokasi yang dijanjikan dengan pria itu, El datang ke rumahnya. "Apa yang kau lakukan disini?!" ketus Sereia.El berdiri di depan pintu ruma