"Sudah lama sekali ya, Sereia, Kai, Erix, dan Flosie? Kalian terlihat baik-baik saja dan malah...bahagia."Bibi mereka, Feyre, menghampiri mereka. Sereia menyipitkan kedua matanya. "Apa yang kalian mau? Apa kalian mau seperti keluarga ayah kami? Apa kalian bekerja sama dengan mereka untuk mengendalikan kami?""Justru kebalikannya. Aku sudah mendengar tentangmu yang dijodohkan dengan seorang juragan yang sudah memiliki banyak istri. Mana mungkin kami akan membiarkannya begitu saja. Paman dan bibimu disana meminta kami untuk menyuruhmu menuruti keinginan mereka tetapi kami tidak mungkin begitu saja menyerahkanmu pada mereka. Kalian berempat, pulanglah ke rumah keluarga besar ibu kalian!""Tidak!" tegas Erix. "Aku mengerti. Kalian tenang saja, aku akan membiayai keperluan kalian," kata Feyre."Tidak perlu bibi. Kak Sereia sudah bekerja dan dia bisa menyekolahkan kami seorang diri," kata Flosie. "Apa? Benarkah itu?" tanya Feyre.Sereia menganggukkan kepalanya."Itu tidak mungkin. Kamu
Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Sereia mengancam Samuel."Aku yakin kamu dikenal oleh orang-orang sebagai bos yang baik dan bertanggung jawab, Samuel. Aku juga yakin kamu tidak akan mau karirmu hancur begitu saja. Kepribadian yang kamu bangun itu, kau pasti tidak menginginkannya hancur begitu saja kan?" tanya Sereia. "Akh!"Samuel tampak frustasi. "Tidak mungkin aku kalah dari orang yang bahkan tidak bisa memberikanmu apapun kecuali penderitaan kan?""Jujur saja Samuel, aku memang mengincar uang. Maksudku, lebih tepatnya, aku lebih butuh uang daripada seseorang untuk menemaniku," kata Sereia. "El masuk penjara dan dia keluar dari penjara entah beberapa tahun lagi. Aku tidak berencana menunggu karena aku tidak tahu apakah perasaannya padaku masih ada atau tidak nanti."Samuel tampak berbinar-binar. "Mungkinkah aku masih memiliki kesempatan?"Sereia ingin membeberkan kalau dia awalnya mengincar Samuel karena hartanya tetpi dia rasa dia tidak bisa membeberkan soa
Sereia dan ketiga adiknya pada akhirnya mencoba mengunjungi keluarga dari ayah mereka. Sereia mengajak Lingga untuk berjaga-jaga apabila mereka ditahan lagi, Lingga bisa mengambil tindakan untuk menyelamatkan mereka, jika ia bisa melakukannya. "Kenapa kamu kesini hah?! Gara-gara kamu, suamiku sampai dihajar babak belur oleh bodyguardnya juragan! Dan gara-gara kamu juga, kita semakin terlilit hutang dimana-mana!"Sereia menghela nafas. Adik-adiknya sudah bertambah besar dan mereka lebih tenang menghadapi bibi mereka, mereka sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya. "Aku kesini ingin bersilaturahmi dengan keluarga. Maafkan semua kesalahnku dan adik-adikku bibi. Dan maaf juga apabila selama kami tinggal disini, kami merepotkan kalian," kata Sereia."Tentu saja kalian merepotkan! Kalian benar-benar tidak tahu diri dan tidak tahu diuntung!" ketus bibi Sereia."Kalau begitu kami tidak akan lama bibi, ini, untuk bibi dan paman. Untuk keluarga lain aku akan memberikannya sendiri," kata Serei
“Siapa yang menyangka wanita pendiam seperti Sereia bekerja sebagai wanita penghibur.”Setelah mengatakan itu, El tertawa. Dia menghisap rokoknya lagi sambil melirik Sereia yang sedang melepaskan pakaiannya dengan ekspresi dingin.Sereia dan El berada di SMA yang sama sebelumnya. Sereia yang pendiam sering dibuli bahkan oleh El dan teman-temannya. Bagi El, Sereia itu sangat menjijikkan. Tidak ada alasan tertentu mengenai rasa jijiknya tapi hanya dengan melihat wajah dan penampilannya dia merasa jijik. Sekarang usia mereka menginjak 22 tahun. El masih saja tumbuh menjadi laki-laki yang berperilaku buruk. Hobinya adalah bermain judi dan perempuan. Dia tidak memiliki pekerjaan tetap dan masih mencari-cari pekerjaan. Jika dia memiliki uang, maka dia akan menggunakannya untuk judi atau menyewa perempuan. Namun, siapa yang menyangka kali ini dia akan tidur dengan gadis yang sangat ia benci. Ternyata banyak temannya yang sudah mengetahui bahwa Sereia adalah wanita penghibur. Dia merasa ket
“Woy Minggir!” teriak seseorang. Orang yang sedang mengendarai sepeda itu sudah berkali-kali berteriak pada El untuk minggir karena dia akan lewat tapi El tidak menggubrisnya. Dia tetap berjalan di tempatnya. Akhirnya orang itu berteriak sangat kencang. Barulah El berhenti kemudian menoleh ke belakang dengan jengkel. “Berisik!” bentak El. Seperti biasanya, bahkan cuma masalah kecil pun El langsung tersulut amarahnya. Dia hendak memukuli orang yang naik sepeda itu yang sudah berhenti karena dihentikan oleh El. Namun, beberapa orang yang lewat mencoba menghentikan El. Sejak kepulangan Sereia dari rumahnya, El merasa seperti orang linglung. Dia pikir karena rokoknya sudah habis. Dia memutuskan untuk ke warung untuk membelinya. Biasanya dia tidak membeli di warung yang letaknya paling dekat dari rumahnya, tapi karena dia pikir, kali ini benar-benar gawat jadi dia tidak punya pilihan lain selain ke warung terdekat. Suasana hatinya semakin kesal karena dihentikan mengamuk oleh beberapa
Alih-alih lupa, El justru memimpikan perempuan itu. Pintu kamarnya digedor-gedor oleh ibunya. El pun segera bangkit menghampiri ibunya. "Apa?" tanya El."Sana! Beli lauk!" titah ibunya. Dia memberikan uang 50 ribuan pada putranya itu. El menerimanya.El yang masih mengantuk pun langsung ke depan. Dia baru ingat saat melihat motornya. Motornya masih belum bisa nyala. Motornya sering tiba-tiba mati tapi jarang mati saat ia pulang dari tempat nongkrong. "Ma, aku boleh minta uang tambahan. Aku mau ke bengkel sekalian!" ucap El setengah berteriak. Ibunya El buru-buru keluar setelah memasak nasi. "Makanya kerja jadi kamu bisa beli motor baru!"Motornya El memang keluaran lama. Mendengar perkataan ibunya, kantuk El buyar. "Jangan terus-menerus mengaitkan dengan aku harus bekerja. Aku juga sudah berusaha sebisaku. Mama pikir kalau aku keluar kalau bukan buat mencari pekerjaan memangnya apalagi?""Kamu judi dan main perempuan!" bisik ibunya tajam. Setelah itu, dia masuk ke dalam.Tidak mau
"Tadi pagi ada yang mencari kakak." Sereia dan Erix yang tengah menatap makanannya menoleh ke adik mereka. "Siapa?" tanya Sereia. "Dia tidak mau memberitahukan namanya tapi dia laki-laki, lebih tinggi dari kakak, dan menurutku dia tampan. Meskipun kulitnya sedikit kecoklatan," jawab sang adik perempuan. "Kami bertemu dengannya saat kami akan berangkat sekolah. Dia bertanya apakah kalian tahu dimana rumah Sereia terus Flosie menjawab bahwa Sereia adalah kakak kami. Tapi tenang saja, kami tidak memberitahukan dimana letak rumah kami kok. Kak Erix jangan marah. Kami juga saat itu waspada," ucap si adik laki-laki. "Apa ini?" Erix bertanya sambil menoleh ke Sereia. Sereia membalas tatapan Erix. "Kamu bilang kamu belum punya pacar lalu kenapa ada laki-laki yang mencarimu? Kamu tidak pernah bercerita bahwa ada laki-laki yang menyukaimu. Seharian kamu bekerja di rumah makan, kalau ada yang menyukaimu, maka seharusnya dia juga bekerja di rumah makan kan? Dia seharusnya mencarimu disana.
"Kau bisa mengantarkan dia ke rumah," kata Lingga pada Sereia. Sereia langsung melepaskan tangan El yang melingkar di pinggangnya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian apalagi ketika dirinya dipeluk oleh lelaki yang begitu ia benci ini. Jika tidak ada seorang pun disini, dia sudah mengambil heelsnya kemudian memukul wajah El. Lancang sekali lelaki ini. Bagaimana jika orang-orang mulai berpikir yang tidak-tidak mengenai mereka? Sereia sungguh tidak ingin terlibat dengan El. Tidak pernah ingin. "Dia mabuk berat," kata Lingga. "Bisakah kau membawanya pergi?" tanya Sereia dengan nada cemas pada Lingga. "Tidak bisa. Dia akan menghajarku sampai babak belur," ucap Lingga. "Kalau dia memelukmu, berarti dia ingin kau yang mengantarnya pulang. Kau bisa naik motor? Aku akan meminjamkanmu motorku karena jika menggunakan motornya El kau tidak akan bisa karena yah, kau tahu sendiri motor dia bagaimana."Sereia menggelengkan kepalanya cemas. Dia memperhatikan sekitarnya yang tengah memperhatik