Alih-alih lupa, El justru memimpikan perempuan itu. Pintu kamarnya digedor-gedor oleh ibunya. El pun segera bangkit menghampiri ibunya.
"Apa?" tanya El."Sana! Beli lauk!" titah ibunya. Dia memberikan uang 50 ribuan pada putranya itu. El menerimanya.El yang masih mengantuk pun langsung ke depan. Dia baru ingat saat melihat motornya. Motornya masih belum bisa nyala. Motornya sering tiba-tiba mati tapi jarang mati saat ia pulang dari tempat nongkrong."Ma, aku boleh minta uang tambahan. Aku mau ke bengkel sekalian!" ucap El setengah berteriak.Ibunya El buru-buru keluar setelah memasak nasi. "Makanya kerja jadi kamu bisa beli motor baru!"Motornya El memang keluaran lama.Mendengar perkataan ibunya, kantuk El buyar. "Jangan terus-menerus mengaitkan dengan aku harus bekerja. Aku juga sudah berusaha sebisaku. Mama pikir kalau aku keluar kalau bukan buat mencari pekerjaan memangnya apalagi?""Kamu judi dan main perempuan!" bisik ibunya tajam. Setelah itu, dia masuk ke dalam.Tidak mau membuat ibunya lebih marah lagi, El pun terpaksa menuntun motornya ke bengkel terdekat. Sesampainya disana, dia bertanya pada orang-orang disana dimana ia bisa beli lauk dan mereka menunjukkan tempatnya. El pun berangkat kesana jalan kaki karena katanya tidak jauh sementara motornya ditinggal.Rumah makan itu cukup luas. Bagian dalamnya terlihat cukup bagus. El berdiri di depan bilik kaca dimana makanan-makanan disimpan di dalamnya."Silahkan mas," ucap perempuan di dalam rumah makan tersebut."Ayam goreng dua, pakai sambel terasi, terus tumis daun singkongnya 10 ribu," kata El."Ada tambahan lagi?""Sudah itu saja.""Totalnya 23 ribu."El mengambil uang di saku celananya lalu matanya fokus memperhatikan perempuan di balik bilik kaca yang sedikit gelap ini yang sedang membungkus lauk untuknya. Ketika menyadari sesuatu, dia menyipitkan matanya. Dia pun sedikit membungkuk kemudian menyipitkan kedua matanya untuk melihat lebih jelas ke perempuan itu.Saat pertama kali mendengar suaranya, dia pikir itu sedikit mirip dengan suara Sereia. Namun, dia sama sekali tidak kepikiran kalau perempuan yang sedang melayaninya ini adalah wanita itu.El pun masuk ke dalam rumah makan tersebut untuk melihat lebih jelas. Dan alangkah terkejutnya dia saat melihat sosok yang berdiri dibalik bilik kaca."Kau bekerja disini," ucap El.Sereia juga sama terkejutnya. Dia tidak habis pikir bahwa yang saat ini berada di dekatnya adalah El. Suaranya memang mirip tapi dia pikir, mana mungkin itu El. Namun ternyata memang benar dia.Sereia fokus pada apa yang ia lakukan tanpa melirik sedikitpun kepada El.“Apakah dengan Reza lebih menyenangkan dibandingkan bersamaku?” tanya El.El pikir dia sudah gila menanyakan itu kepada Sereia. Dia seharusnya tidak mengeluarkan pertanyaan seperti itu, itu tidak ada hubungannya sama sekali dengannya mau Sereia lebih senang bersama Reza. Dia sendiri tidak mengerti dengan dirinya saat ini.“Totalnya 23 ribu,” kata Sereia sambil menyerahkan makanan-makanan tersebut kepada El tanpa menatap lelaki itu sama sekali.El memperhatikan pakaian Sereia. Bahkan lehernya pun ditutupi. Pasti karena apa yang sudah ia lakukan kemarin. Meski begitu, dia tidak kepikiran untuk minta maaf.El menerima lauk yang ia beli kemudian menyerahkan uang 50 ribu.“Kalau tambahan rames satu bungkus berapa?” tanya El.“10 ribu.”“Baiklah, rames satu.”Sereia yang sedang mengambil kembalian langsung berhenti kemudian mengambil kertas minyak.“Untuk kamu,” kata El.Sereia langsung menoleh ke El. Matanya menyipit semakin dingin. El menatapnya dengan sedikit senyuman di bibirnya.“Mungkin aku bisa dapat bonus,” kata El setengah berbisik.Sereia mengerti maksud ucapan El. Dia mendengar dari rekan-rekan El bahwa lelaki ini seringkali berjudi dan main perempuan. Malah bisa dibilang setiap hari. Namun di sisi lain, lelaki ini belum mendapatkan pekerjaan jadi terkadang dia hutang ke temannya.Sereia berpikir bahwa El ingin menghabiskan waktu bersamanya tanpa membayarnya. Itu yang dimaksud soal bonus yang dia katakan.“Hargaku bukan 10 ribu,” jawab Sereia dingin.“Tapi di tempat tidurku kamu sampai memoh-”“Terima kasih atas perhatian palsumu. Ini kembaliannya,” ucap Sereia sambil menyerahkan uang kembalian kepada El.El tidak mau menerimanya jadi Sereia meletakkannya di meja. Setelah itu, dia meninggalkan El.“Padahal aku hanya bercanda. Aku memang berniat memberi. Mungkin saja kamu belum sarapan,” kata El.Sereia mengeluh di dalam hati. Untung saja baru dia yang datang kesini. Kalau ada yang mendengar pembicaraannya dengan El, bisa gawat. Dia memutuskan untuk membersihkan meja makan lalu setelah cukup lama, dia menoleh ke arah depan untuk memastikan apakah El sudah pergi.Pelanggan baru datang. Sereia balik lagi ke tempat tadi untuk melayani pelanggan tersebut dan dia tidak sengaja menemukan uang 10 ribu tergeletak di tempat tadi dia menaruh kembalian untuk El. Dia curiga uang ini sengaja ditinggalkan oleh El. Bahkan jika lelaki itu berniat tulus, dia tidak akan pernah menerimanya.Tidak hanya uang 10 ribu yang ditinggalkan oleh El, tapi juga pesan singkat. Sereia mengecek ponselnya. Dia pikir dari orang lain ternyata dari El. Benar juga, dia berencana memblokir nomornya.ElMinggu besok reunian. Aku yakin kamu tidak akan datang karena malu pada mereka karena kamu sudah menjadi kupu-kupu malam.Setelah membaca pesan tersebut, Sereia langsung memblokir nomor El."Nomorku langsung diblokir," gumam El.El bertanya pada Lingga apakah dia tahu dimana rumah Sereia. Setelah mendapatkan jawabannya, dia pun berencana menuju kesana.El benar-benar tidak pernah sejauh ini kalau soal perempuan.Bagi El, cinta itu tidak lebih dari sekedar omong kosong. Dia tidak pernah ingin memiliki pacar karena menurutnya itu akan membuatnya semakin terkekang. Banyak perempuan yang menyatakan cinta padanya dan dia memanfaaatkan mereka. Alasannya karena dia pikir mereka yang menyatakan cinta padanya hanya tertarik dengan penampilannya saja.Ayah El sudah lama pergi dari rumah. Dia bercerai dengan istrinya karena masalah keuangan dan kelakuan putranya. El adalah anak tunggal. Namun, El merasa bahwa dia tidak pernah disayang.Sejak kecil, El sering dimarahi oleh ayahnya. Tidak hanya dimarahi menggunakan kata-kata tapi dia juga sering dipukul hingga wajahnya sering bengkak dan dibawa ke bidan oleh ibunya. Itulah kenapa El tumbuh menjadi orang yang sering main tangan dan amarahnya mudah sekali terpancing.Sebelum ke desa tempat tinggal Sereia, El menaruh lauk yang ia beli di rumah dan menyerahkan uang kembalian pada ibunya.“Kembaliannya kenapa cuma segini? Kamu mengambilnya?” tanya sang ibu setengah berteriak karena El begitu terburu-buru keluar.“...Anggap saja begitu!” jawab El.“Anggap saja begitu, benar-benar itu anak!” keluh ibunya.El balik ke bengkel untuk mengambil motornya. Kira-kira lima menit berlalu, dia sampai di desa tempat tinggal Sereia.“AKu tidak tahu kalau dia tinggal disini, lumayan dekat dari rumahku. Dia juga bekerja di rumah makan, apakah dia sudah lama berada disana atau masih baru?" bisik El.El melihat seorang anak laki-laki dan perempuan. Mereka mengenakan seragam sekolah sd. Dia pun mendekati mereka.“Permisi dek, mau tanya, rumahnya Sereia dimana ya?” tanya El.Kedua anak itu saling pandang.“Sereia kan kakak kami.”"Tadi pagi ada yang mencari kakak." Sereia dan Erix yang tengah menatap makanannya menoleh ke adik mereka. "Siapa?" tanya Sereia. "Dia tidak mau memberitahukan namanya tapi dia laki-laki, lebih tinggi dari kakak, dan menurutku dia tampan. Meskipun kulitnya sedikit kecoklatan," jawab sang adik perempuan. "Kami bertemu dengannya saat kami akan berangkat sekolah. Dia bertanya apakah kalian tahu dimana rumah Sereia terus Flosie menjawab bahwa Sereia adalah kakak kami. Tapi tenang saja, kami tidak memberitahukan dimana letak rumah kami kok. Kak Erix jangan marah. Kami juga saat itu waspada," ucap si adik laki-laki. "Apa ini?" Erix bertanya sambil menoleh ke Sereia. Sereia membalas tatapan Erix. "Kamu bilang kamu belum punya pacar lalu kenapa ada laki-laki yang mencarimu? Kamu tidak pernah bercerita bahwa ada laki-laki yang menyukaimu. Seharian kamu bekerja di rumah makan, kalau ada yang menyukaimu, maka seharusnya dia juga bekerja di rumah makan kan? Dia seharusnya mencarimu disana.
"Kau bisa mengantarkan dia ke rumah," kata Lingga pada Sereia. Sereia langsung melepaskan tangan El yang melingkar di pinggangnya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian apalagi ketika dirinya dipeluk oleh lelaki yang begitu ia benci ini. Jika tidak ada seorang pun disini, dia sudah mengambil heelsnya kemudian memukul wajah El. Lancang sekali lelaki ini. Bagaimana jika orang-orang mulai berpikir yang tidak-tidak mengenai mereka? Sereia sungguh tidak ingin terlibat dengan El. Tidak pernah ingin. "Dia mabuk berat," kata Lingga. "Bisakah kau membawanya pergi?" tanya Sereia dengan nada cemas pada Lingga. "Tidak bisa. Dia akan menghajarku sampai babak belur," ucap Lingga. "Kalau dia memelukmu, berarti dia ingin kau yang mengantarnya pulang. Kau bisa naik motor? Aku akan meminjamkanmu motorku karena jika menggunakan motornya El kau tidak akan bisa karena yah, kau tahu sendiri motor dia bagaimana."Sereia menggelengkan kepalanya cemas. Dia memperhatikan sekitarnya yang tengah memperhatik
Sereia tidak ingin El bekerja disini bersamanya. Dia ingin mengatakan bahwa sudah tidak ada lowongan pekerjaan disini tapi dia khawatir El tidak akan menyerah begitu saja malah bisa jadi lelaki ini akan membuat masalah yang akan menyeretnya. Senyumnya meskipun tipis tapi begitu licik. “Majikanku belum datang,” kata Sereia. “Silahkan kembali lagi nanti dan aku akan menghubungimu.”Beberapa orang datang secara bergantian untuk membeli rames. El masih berada di tempatnya. Dia memperhatikan Sereia bagaimana dia melayani pelanggan. El teringat kejadian semalam dimana dia menempel pada Sereia. Saat itu, dia benar-benar mabuk. “Wajahku,” keluh El. Sereia melirik ke El ketika mendengar keluhan lelaki itu. Dia juga teringat pembicaraannya dengan Rasya semalam. El masih menganggur padahal ayahnya sudah pergi cukup lama ada yang bilang kedua orang tuanya bercerai. Dia tinggal hanya bersama ibunya. Jika dia menjadi satu-satunya harapan ibunya, seharusnya dia tidak memiliki perilaku begitu buru
“Kakak!” teriak Erix.Sereia dan El menoleh ke asal suara. Erix yang akan berangkat sekolah memutuskan untuk mampir ke tempat dimana kakaknya bekerja sekalian meminta bekal. Namun, alih-alih dia biasa saja seperti biasanya, matanya menyipit tajam memperhatikan sosok lelaki yang sedang bersama kakaknya. Erix teringat ucapan kedua adiknya mengenai lelaki yang mencari kakaknya. Selama ini dia sering kesini tapi nyaris tidak pernah menemukan kakaknya mengobrol bersama lelaki kecuali laki-laki itu adalah pelanggan tapi keduanya saat ini berada di tengah-tengah meja makan bukan di area kasir dan bilik penyimpanan makanan jadi sepertinya lelaki itu bukan pelanggan. Apakah lelaki itu yang dibicarakan oleh kedua adiknya?Erix mendekati Sereia tetapi kedua matanya fokus menatap El. El juga membalas tatapan Erix yang menurutnya menantang. Adiknya juga tampan. Barangkali selama ini Sereia sebenarnya cantik tapi dia kurang merawat penampilannya saja. “Bekal dan uang saku seperti biasanya,” kata
Sereia panik mengetahui siapa yang datang. Sereia berbisik pada Erix. “Cepat kamu berangkat ke sekolah. Itu adalah bos kakak.”Erix mengangguk kemudian buru-buru pergi dari sana. Setelah turun dari motornya, bosnya Sereia menyapa Erix dan dibalas dengan senyuman oleh anak itu. Sereia bergegas kembali bekerja dan mengabaikan El. Menyadari kepanikan Sereia, El pikir wanita tua tersebut adalah pemilik rumah makan ini. El mendekati Sereia yang sedang mengiris timun kemudian bertanya, “Tunjukkan padaku dimana aku bisa membuat teh.”Sereia terdiam. Dia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh El. Karena tidak mau ada pembicaraan lebih lanjut, dia pun menunjukkannya pada El. Pada saat yang sama, beberapa orang memasuki rumah makan. El mencari tempat yang dimaksud Sereia ketika dia terus diperhatikan oleh wanita berusia 50 tahun itu. El pun membuat teh hangat yang tidak begitu manis kemudian membawanya ke depan. Dia mendekati bosnya Sereia yang tengah berdiri di dekat Sereia sambil meng
Hari ini rasanya yang datang tidak ada habisnya. Sereia mengambilkan pesanan pelanggan, melayani mereka, mendengarkan keluhan mereka, mencuci piring dan gelas, dan masih banyak lagi yang ia kerjakan. Dia terlihat seperti sedang dikejar-kejar. El justru terlihat begitu santai. Beberapa pelanggan wanita seakan memakan waktunya. El pun tanpa merasa bersalah melayani mereka dengan senyuman di wajahnya yang tampan. Sesekali Sereia menatapnya bengis. "Kau terlalu bar-bar," ketus El saat berada di dapur yang sama dengan Sereia. El awalnya berpikir kalau rumah makan ini tidak begitu ramai karena sejak tadi dia tidak melihat banyak orang. Karena sepi makanya dia berpikir dia tidak akan diterima karena pasti Sereia saja sudah cukup. Tapi semakin siang semakin banyak yang datang.Sereia tidak mengatakan apapun dan keluar dari dapur begitu saja. Raut wajah El yang semula biasa saja langsung berubah menjadi dingin. Ini pertama kalinya ada wanita yang tidak tertarik padanya. Semakin kesini Serei
Sereia berjalan sangat cepat tidak mempedulikan rasa lelahnya. Dia berharap tidak mendengarkan suara motornya El supaya mereka tidak bertemu lagi karena dia khawatir laki-laki itu akan mengganggunya. Bahkan dia sudah kepikiran besok akan berbohong pada bosnya tidak bisa berangkat bekerja karena jatuh sakit padahal alasan yang sebenarnya tidak ingin bertemu El. Sereia teringat ibunya El yang mengira dia adalah pacar putranya sehingga jika memikirkan El sudah memiliki calon tunangan itu cukup meragukan. Apakah El sebenarnya memiliki calon istri yang disembunyikan dari ibunya? Dia tidak yakin akan hal tersebut tetapi dari apa yang ia dengar dari mulutnya, lelaki itu terkesan mencintai calon tunangannya sehingga jika dia begitu mencintainya, sulit dipercaya kalau dia tidur dengan perempuan lain. “Sekarang aku paham apa yang dia inginkan. Dia pasti ingin tidur lagi denganku tanpa membayarku. Dia pikir, dia bisa menarik hatiku hanya dengan wajahnya? Yang benar saja. Seperti dulu dia sering
Air mata jatuh membasahi pipi Sereia. Pemandangan itu membuat tubuh El membeku. Sereia menarik tangannya dari tangan El kemudian pergi meninggalkan lelaki itu bersama adik-adiknya. Erix dan si kembar tidak bisa berkata apapun ketika kakak mereka meneteskan air mata. Erix juga merasa bersalah. Berbagai pemikiran mengenai kakaknya masuk ke dalam otaknya.Beberapa kali si kembar menatapnya sehingga Sereia menghapus air matanya. Dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan adik-adiknya. Dia berkata dengan senyuman di wajahnya yang cantik, "Kakak akan membuatkan kalian makan malam yang lezat.""Ayo jalannya lebih cepat! Akan jadi masalah besar kalau laki-laki itu berhasil mengejar kita!" tukas Erix.Bahkan ketika teman-temannya berhenti di dekatnya, El terlihat masih tidak sadar. Dia menatap ke Sereia dengan tatapan kosong. Lingga berkali-kali memanggil sahabatnya itu tetapi tidak digubris. Akhirnya dia turun dari motor untuk menepuk punggung El sekeras mungkin dan barulah El menoleh ke tema