“Dimana kakakmu sekarang? Sudah dibawa ke rumah sakit? Kenapa kau berkeliaran sendirian bukannya menjaga kakakmu?” tanya El.“Aku bukan sedang berkeliaran. Kau tidak lihat aku baru saja dari arah warung sana. Aku sedang mencari obat untuk kakakku. Membawanya ke rumah sakit? Kau pikir kami punya uang untuk itu? Untuk makan sehari-hari saja susah.”El bertanya-tanya apakah Sereia sering curhat pada Erix mengenai kehidupan ekonomi mereka sehingga Erix sampai mengatakan itu seolah-olah sudah paham mengenai kesulitan mereka. Dipikir-pikir sejak pertama kali bertemu juga membicarakan mengenai keadaan mereka yang kekurangan tapi tidak secara langsung. El mendesah kasar. “Kenapa tidak mengatakan padaku sejak awal?”El ingin membawa Sereia ke rumah sakit tapi dia sendiri juga tidak memiliki uang. Rasanya sekarang ingin melihat langsung kondisinya seperti apa.“Apa urusannya denganmu?” ketus Erix.“Pulanglah! Aku yang akan membelikan obat untuk kakakmu!” titah El.“Aku ikut!” balas Erix langsu
“Bukan urusanmu,” jawab Raden.“Tentu saja menjadi urusanku. Banyak yang mendekatinya sehingga aku sebagai temannya harus melindunginya dari lelaki buruk sepertimu,” ucap El.Padahal dia sendiri yang buruk dan dia sendiri yang seharusnya jauh-jauh dari Sereia. El mengakui itu tetapi dia tidak ambil pusing. Intinya, prioritasnya sekarang adalah menjauhkan laki-laki lain dari Sereia. “Jika kau sampai seperti itu, tunanganmu mungkin akan cemburu,” ucap Raden.Raden sudah mendengar banyak soal El dari budenya termasuk pertemanan Sereia dan El. Meskipun El bekerja disini demi tunangannya tetapi saat berbicara mengenai Sereia sekarang, dia curiga kalau laki-laki itu menyukai Sereia. Dia tidak pernah melihatnya sebelumnya jadi kemungkinan besar lelaki bukanlah pelanggan setia disini. Kemungkinan dia memang temannya Sereia dan kebetulan sudah lama tidak bertemu dengan Sereia, sekali bertemu, dia langsung mendekatinya sampai sejauh ini. “Kau tahu apa soal hubunganku dengan tunanganku,” ucap
Setelah sembuh, Sereia tidak lagi kembali ke rumah makan. Dia menghubungi Raden untuk mengatur pertemuan dengan budenya karena dia akan berhenti bekerja. Dia juga belum mendapatkan pekerjaan penggantinya dan hari ini dia memutuskan untuk mencarinya. Sereia mendaftar di sebuah rumah sakit sebagai tukang bersih-bersih tetapi tidak diterima. Dia bingung harus mencari pekerjaan dimana lagi. Dia tidak bisa menunggu karena dia harus membayar banyak tagihan dan memberikan uang pada adik-adiknya. Alhasil dia memutuskan untuk kembali menghabiskan malam dengan beberapa lelaki yang akan membayarnya.Meskipun setelah kejadian bersama El membuat Sereia sedikit ragu-ragu untuk melakukannya lagi, tetapi dia berusaha untuk mengabaikan keraguan tersebut demi bisa mendapatkan uang. Uang telah membuatnya kehilangan kewarasannya. Namun, tepat saat dia akan pergi ke lokasi yang dijanjikan dengan pria itu, El datang ke rumahnya. "Apa yang kau lakukan disini?!" ketus Sereia.El berdiri di depan pintu ruma
"Kenapa kamu berhenti bekerja? Apakah ada yang membuatmu tidak nyaman? Katakan saja padaku Sereia!"Sereia telah mengeluarkan berbagai macam alasan. Sebelum bertemu dengan majikannya ini, Raden sempat memaksanya untuk memberitahu apa yang sebenarnya terjadi antara dia dan El dan hubungan seperti apa yang mereka miliki. Raden juga menyinggungnya bahwa hubungan mereka pastinya bukan sekedar teman. Raden akhirnya menyadarinya sekarang saat melihat langsung bagaimana ekspresi Sereia yang terlihat frustasi dan tertekan. Sereia kemungkinan besar berhenti bekerja karena El. Jadi Raden menyuruh budenya untuk memecat El. Akan tetapi, lelaki itu berkontribusi baik pada rumah makan mereka sehingga budenya menolak untuk memecat El. Alasan Sereia berbelit-belit. Wanita itu merasa percuma saja terus menanyakan alasannya pada Sereia karena hanya akan diputar-putar saja. Sereia juga tidak mengatakan apapun lagi tetapi ekspresi wajahnya terlihat jelas banyak pikiran."Baiklah. Jika memang itu keputu
"Apa? Dia sudah keluar?" El bertanya sambil menaikkan satu alisnya. Dia yakin 100% Sereia berhenti bekerja karena ada dirinya disini. Padahal mereka sudah berpacaran tetapi tampaknya hanya dia yang menganggap hubungan mereka.El pun datang ke rumah Sereia setelah pulang bekerja. Sejak mengetahui Sereia berhenti bekerja, dia tidak pernah lagi tersenyum kepada pelanggan. Namun itu tidak menjadi masalah karena wajah tampannya tidak berubah. El pikir Sereia tidak akan benar-benar berhenti bekerja hanya karena ada dirinya. Namun ternyata gadis itu melakukannya. El merasa dibenci setengah mati dan dia tidak akan menerima ini begitu saja. Sayangnya, yang membuka pintu adalah Erix. Melihat siapa yang datang, Erix langsung menutup pintu lagi. Dia telah diberitahu oleh kakaknya bahwa El adalah lelaki yang jahat dan bisa menyakikiti mereka karena tidak memiliki hati nurani. Jadi jangan coba-coba cari masalah dengannya."Dimana Sereia?" tanya El.El telah menolong mereka dan Erix tahu kalau lel
"Kak Erix, Kak Sereia sudah pulang. Apakah Kak Erix masih tidak mau keluar?!" teriak Flosie di depan pintu kamar Erix.Sereia ragu Erix akan keluar meskipun dia sudah pulang. Dia pikir, El mengatakan sesuatu pada adiknya itu sehingga dia mengirimkan pesan ke El menanyakan apa saja yang sudah ia katakan pada Erix. Setelah menerima pesan dari Sereia, El tertawa puas hingga teman-temannya bertanya mengapa ia begitu bahagia petang ini. El sengaja hanya membaca pesan dari Sereia. "Kalian berdua bereskan ruangan ini dan kamar yang lain sementara kakak menyiapkan makan malam," ucap Sereia.Sesakit apapun hatimu, kamu harus tetap kuat menjalani hidup seolah-olah rasa sakit di hatimu itu adalah debu. Sereia berkata seperti itu di dalam hati. Tanpa disangka Sereia, Erix keluar dari kamarnya. Tetapi alih-alih menemui kakak perempuannya, dia langsung tiduran di depan televisi. Perilakunya yang keluar dari kamar setelah menunggu Sereia pergi menandakan bahwa dia sedang ingin menghindari kakakn
Sereia tentu saja tidak percaya dengan perkataan El. Tentu saja mengatakan itu wajar karena El sedang berusaha memiliki hatinya. Seolah-olah lelaki ini akan melakukan apapun termasuk mengatakan kebohongan.Sereia tersenyum kecut. "Seolah-olah aku akan percaya begitu saja. Aku sudah pernah melihat ekspresi sedih di wajah ibumu. Jika kau memiliki banyak waktu, gunakan itu untuk memperbaiki diri dan merenungi perbuatanmu.""Berlaku juga untukmu," balas El langsung. Sereia tidak tahan lagi untuk marah. Sehingga dia berkata, "Aku sudah memiliki seseorang yang kusukai dan dia sangat berbeda denganmu. Dia berkali-kali lipat lebih baik darimu. Bahkan jika kau mengemis dibawahku aku tidak akan pernah menerima perasaanmu."El yakin pria yang dimaksud Sereia adalah orang yang sama yang dibicarakan Erix.Seseorang yang ditolak cintanya biasanya masih tidak menyerah. Dan Sereia pikir, untuk membuatnya menyerah dia harus mengatakan mengenai pria lain yang jauh lebih baik daripada pria ini.El ters
"Sudah siap berangkat? Aku akan mengantarmu sekalian saja aku berangkat bekerja," kata El. Dia melipat kedua tangannya di dada sembari menyandarkan tubuhnya pada pintu. Sereia menghela nafas. Tatapannya fokus ke depan. Dia lega semalam tidak bertemu El tetapi mengapa sebagai gantinya harus sepagi ini? El memperhatikan barang-barang yang sedang dipegang adik-adiknya Sereia. Dia menarik sudut bibir kanannya. "Apakah kalian berdua menyukai itu?" tanya El.Sereia langsung menatap El lekat-lekat. Dia berusaha memberitahu lelaki itu untuk tidak mengatakan bahwa dia lah yang telah memberikan mereka hadiah karena dia sudah memberitahu mereka bahwa dia lah yang sudah memberikan mereka hadiah. "Tentu saja kita menyukainya karena ini pemberian kakak kami!" kata Flosie. El baru membalas tatapan Sereia dengan masih menarik sudut bibir kanannya. "Baguslah kalau begitu. Dimana Erix?""Untuk apa bertanya dimana dia," ketus Sereia. "Flosie, Kai, habiskan makanan kalian! Kakak akan mengantarkan k