Sereia tentu saja tidak percaya dengan perkataan El. Tentu saja mengatakan itu wajar karena El sedang berusaha memiliki hatinya. Seolah-olah lelaki ini akan melakukan apapun termasuk mengatakan kebohongan.Sereia tersenyum kecut. "Seolah-olah aku akan percaya begitu saja. Aku sudah pernah melihat ekspresi sedih di wajah ibumu. Jika kau memiliki banyak waktu, gunakan itu untuk memperbaiki diri dan merenungi perbuatanmu.""Berlaku juga untukmu," balas El langsung. Sereia tidak tahan lagi untuk marah. Sehingga dia berkata, "Aku sudah memiliki seseorang yang kusukai dan dia sangat berbeda denganmu. Dia berkali-kali lipat lebih baik darimu. Bahkan jika kau mengemis dibawahku aku tidak akan pernah menerima perasaanmu."El yakin pria yang dimaksud Sereia adalah orang yang sama yang dibicarakan Erix.Seseorang yang ditolak cintanya biasanya masih tidak menyerah. Dan Sereia pikir, untuk membuatnya menyerah dia harus mengatakan mengenai pria lain yang jauh lebih baik daripada pria ini.El ters
"Sudah siap berangkat? Aku akan mengantarmu sekalian saja aku berangkat bekerja," kata El. Dia melipat kedua tangannya di dada sembari menyandarkan tubuhnya pada pintu. Sereia menghela nafas. Tatapannya fokus ke depan. Dia lega semalam tidak bertemu El tetapi mengapa sebagai gantinya harus sepagi ini? El memperhatikan barang-barang yang sedang dipegang adik-adiknya Sereia. Dia menarik sudut bibir kanannya. "Apakah kalian berdua menyukai itu?" tanya El.Sereia langsung menatap El lekat-lekat. Dia berusaha memberitahu lelaki itu untuk tidak mengatakan bahwa dia lah yang telah memberikan mereka hadiah karena dia sudah memberitahu mereka bahwa dia lah yang sudah memberikan mereka hadiah. "Tentu saja kita menyukainya karena ini pemberian kakak kami!" kata Flosie. El baru membalas tatapan Sereia dengan masih menarik sudut bibir kanannya. "Baguslah kalau begitu. Dimana Erix?""Untuk apa bertanya dimana dia," ketus Sereia. "Flosie, Kai, habiskan makanan kalian! Kakak akan mengantarkan k
"Selamat pagi pak," sapa Sereia ramah pada Samuel. "Jangan pernah memanggilku seperti itu Sereia! Panggil saja aku Sam!" titah Sam lembut.Tidak sopan menurut Sereia jika dia harus memanggil Samuel dengan nama saja. Dia yakin karyawan lainnya juga memanggil Samuel dengan sebutan pak. Kebaikan yang diberikan Samuel padanya sebagai bentuk balas budi menurutnya berlebihan. Sereia ingin komplain tetapi mengingat bahwa Samuel bosnya sekarang jadi dia mengurungkannya. "Baik Sam. Sekali lagi terima kasih banyak sudah mengizinkanku untuk bekerja disini.""Apakah dia pria yang dibicarakan oleh Erix?" batin El bertanya-tanya. El merasa kesal diabaikan oleh Sereia. Setelah turun dari motornya, Sereia langsung menyapa pria tampan itu. Perempuan itu bahkan sama sekali tidak menatapnya lagi. "Sereia," panggil El sambil menarik salah satu lengan Sereia. Sereia menoleh ke El kemudian menarik tangannya supaya terlepas dari cengkraman El. "Sudah sampai. Kau bisa pergi sekarang!" titah Sereia dingi
"Makanlah Sereia! Jangan dilihat saja kasihan makanannya!" titah Samuel lembut. Sereia mengangguk. Makanan-makanan yang tersaji di depannya ini terlihat mewah dan mahal. Sereia sampai ragu untuk memakannya. "Sam, saya-""Ini bukan di kantor jadi tidak perlu formal begitu," potong Samuel. "Aku tidak memiliki banyak uang untuk membayar semua makanan ini Sam," kata Sereia. "Siapa yang bilang kamu harus membayarnya. Aku hanya menyuruhmu untuk memakannya dan urusan membayar tentu saja aku yang menanganinya kan aku yang mengajakmu makan malam tentu saja aku yang harus bertanggung jawab!" ucap Samuel dengan senyum di bibirnya. Sereia mengangguk kaku kemudian mulai memakan makanannya. Pada saat yang sama, Samuel memanggil pelayan untuk memesan makanan lagi. Sereia mengernyitkan alisnya. Makanan sebanyak ini saja belum mereka habiskan dan Samuel akan memesan lagi? "Tolong dibungkus ya!"Ternyata dibungkus. Sereia sempat akan protes."Untuk adik-adikmu," kata Samuel setelah pelayan itu pe
"Maafkan aku sebelumnya Sam. Tetapi sepertinya malam ini kamu tidak bisa bertemu dengan adikku," kata Sereia. Dia mengatakan itu tanpa melihat ke Sam melainkan menatap ke bawah.Sam langsung memberhentikan mobilnya. "Kenapa?" tanyanya menatap Sereia lekat-lekat. Mereka baru saja membicarakan banyak hal. Wajah Samuel berseri-seri dan dia mengatakan tidak sabar bertemu dengan adik-adiknya Sereia. Namun, dalam waktu yang sangat singkat Sereia malah mematahkan keinginan Samuel. "Adik-adikku sudah tidur dan tentu saja aku tidak bisa membangunkannya," kata Sereia. Sereia tahu Samuel menganggap alasan yang ia berikan konyol. Setelah semua yang mereka bicarakan, tiba-tiba dia mengatakan alasan seperti itu. Itu karena pikirannya sedang kalut, dia jadi tidak bisa mencari alasan yang lebih bisa diterima. Alasan yang sebenarnya adalah karena Sereia sangat khawatir di rumahnya ada El. Dia tidak mau terlibat masalah lebih besar lagi dengan El. Lelaki gila itu, dia bahkan berpikir keras sekarang
"Sudah lama sekali Sereia tidak bisa dihubungi. Apakah wanita itu berhenti menjadi wanita penghibur apa bagaimana?" tanya salah satu teman El.Sepulang dari rumah Sereia, seperti biasa, El berkumpul dengan teman-temannya. Setelah mendengar pertanyaan itu, dia melirik ke temannya itu."Memangnya kenapa kalau dia bisa dihubungi?" tanya El. "Apa kau mau membayarnya lagi?""Tentu saja El. Alasan apalagi. Sebenarnya tidak masalah jika menjalin hubungan dengannya karena kupikir dia sangat menarik tetapi dia terlalu menjaga batasan," ucap teman El itu.El menyeringai. "Kalian semua tidak akan pernah bisa mendekatinya lagi karena mulai sejak hari itu, dia milikku."Semuanya terdiam."Kalau ada yang keberatan, maju sini!" Ketika serius, El bisa sangat mengerikan.Karena El sudah mengatakan kalimat yang tisak pernah ia katakan sebelumnya, teman-teman El ini lebih memilih mengencani perempuan lain daripada harus mencari masalah dengan El. Semenjak itu, mereka tidak pernah membahas mengenai Sere
Sereia Paman, aku sudah mendiskusikannya dengan adik-adikku dan mereka setuju untuk ikut. Tidak. Mereka memang harus ikut. Aku memaksa mereka. Kalau tidak, mereka tidak mau. Itu karena mereka berpikir paman dan anggota keluarga yang lain jahat sehingga mereka menolak untuk tinggal disana. Namun, paman akhirnuya menawari kami dengan sendirinya untuk tinggal disana sehingga aku pikir paman dan yang lain berubah. Meskipun begitu, sulit untuk meyakinkan ketiga adik-adikku. Mereka menyayangkan harus berpisah dengan teman-temannya tetapi seiring berjalannya waktu, hati mereka pasti akan terbuka pada kalian kalau kalian bersikap baik. Sekali lagi terima kasih paman. "Kamu akan menabrak batu jika tidak melihat jalan."Seseorang berkata dibelakang Sereia. Sereia tidak menoleh karena sudah tahu siapa yang berbicara. Dia tidak menanggapi dan berjalan semakin cepat. Ekspresi wajahnya yang tenang berubah menjadi dingin. Meskipun El tidak melihat wajah Sereia, tetapi dia tahu perempuan itu marah
Sepanjang perjalanan, Sereia tidak memberontak. Tetapi ditawari makanan dan minuman juga tidak mau. Yang dilakukan perempuan itu hanya diam seribu bahasa. El akhirnya menyerah dan memutuskan untuk membawakan Sereia minuman seadanya yang berada di rumahnya yaitu teh hangat. "Aku membawa beberapa makanan dari tempatku bekerja. Kamu mau memakannya?" tanya El. Sereia masih saja diam dan menatap ke depan dengan tatapan kosong. "Minumlah! Aku akan mengambilkan makanan!" kata El. Karena takut Sereia kabur, jadi El membuat es teh di depan perempuan itu. Tetapi untuk mengambil makanan, dia harus ke belakang. Dia mewaspadai Sereia bakal kabur. Dia pun melakukannya dengan terburu-buru. Setelah kembali ke depan, EL menghela nafas lega. Sereia tidak kabur. El menaruh makanan di atas meja di depan Sereia disampng segelas teh. Sereia bahkan masih belum emminum tehnya."Apakah yang satu ini aku juga harus memaksamu?" tanya El. "Tenang saja. Aku tidak menaruh sesuatu di dalamnya.""Mau sampai kap