"Apa? Dia sudah keluar?" El bertanya sambil menaikkan satu alisnya. Dia yakin 100% Sereia berhenti bekerja karena ada dirinya disini. Padahal mereka sudah berpacaran tetapi tampaknya hanya dia yang menganggap hubungan mereka.El pun datang ke rumah Sereia setelah pulang bekerja. Sejak mengetahui Sereia berhenti bekerja, dia tidak pernah lagi tersenyum kepada pelanggan. Namun itu tidak menjadi masalah karena wajah tampannya tidak berubah. El pikir Sereia tidak akan benar-benar berhenti bekerja hanya karena ada dirinya. Namun ternyata gadis itu melakukannya. El merasa dibenci setengah mati dan dia tidak akan menerima ini begitu saja. Sayangnya, yang membuka pintu adalah Erix. Melihat siapa yang datang, Erix langsung menutup pintu lagi. Dia telah diberitahu oleh kakaknya bahwa El adalah lelaki yang jahat dan bisa menyakikiti mereka karena tidak memiliki hati nurani. Jadi jangan coba-coba cari masalah dengannya."Dimana Sereia?" tanya El.El telah menolong mereka dan Erix tahu kalau lel
"Kak Erix, Kak Sereia sudah pulang. Apakah Kak Erix masih tidak mau keluar?!" teriak Flosie di depan pintu kamar Erix.Sereia ragu Erix akan keluar meskipun dia sudah pulang. Dia pikir, El mengatakan sesuatu pada adiknya itu sehingga dia mengirimkan pesan ke El menanyakan apa saja yang sudah ia katakan pada Erix. Setelah menerima pesan dari Sereia, El tertawa puas hingga teman-temannya bertanya mengapa ia begitu bahagia petang ini. El sengaja hanya membaca pesan dari Sereia. "Kalian berdua bereskan ruangan ini dan kamar yang lain sementara kakak menyiapkan makan malam," ucap Sereia.Sesakit apapun hatimu, kamu harus tetap kuat menjalani hidup seolah-olah rasa sakit di hatimu itu adalah debu. Sereia berkata seperti itu di dalam hati. Tanpa disangka Sereia, Erix keluar dari kamarnya. Tetapi alih-alih menemui kakak perempuannya, dia langsung tiduran di depan televisi. Perilakunya yang keluar dari kamar setelah menunggu Sereia pergi menandakan bahwa dia sedang ingin menghindari kakakn
Sereia tentu saja tidak percaya dengan perkataan El. Tentu saja mengatakan itu wajar karena El sedang berusaha memiliki hatinya. Seolah-olah lelaki ini akan melakukan apapun termasuk mengatakan kebohongan.Sereia tersenyum kecut. "Seolah-olah aku akan percaya begitu saja. Aku sudah pernah melihat ekspresi sedih di wajah ibumu. Jika kau memiliki banyak waktu, gunakan itu untuk memperbaiki diri dan merenungi perbuatanmu.""Berlaku juga untukmu," balas El langsung. Sereia tidak tahan lagi untuk marah. Sehingga dia berkata, "Aku sudah memiliki seseorang yang kusukai dan dia sangat berbeda denganmu. Dia berkali-kali lipat lebih baik darimu. Bahkan jika kau mengemis dibawahku aku tidak akan pernah menerima perasaanmu."El yakin pria yang dimaksud Sereia adalah orang yang sama yang dibicarakan Erix.Seseorang yang ditolak cintanya biasanya masih tidak menyerah. Dan Sereia pikir, untuk membuatnya menyerah dia harus mengatakan mengenai pria lain yang jauh lebih baik daripada pria ini.El ters
"Sudah siap berangkat? Aku akan mengantarmu sekalian saja aku berangkat bekerja," kata El. Dia melipat kedua tangannya di dada sembari menyandarkan tubuhnya pada pintu. Sereia menghela nafas. Tatapannya fokus ke depan. Dia lega semalam tidak bertemu El tetapi mengapa sebagai gantinya harus sepagi ini? El memperhatikan barang-barang yang sedang dipegang adik-adiknya Sereia. Dia menarik sudut bibir kanannya. "Apakah kalian berdua menyukai itu?" tanya El.Sereia langsung menatap El lekat-lekat. Dia berusaha memberitahu lelaki itu untuk tidak mengatakan bahwa dia lah yang telah memberikan mereka hadiah karena dia sudah memberitahu mereka bahwa dia lah yang sudah memberikan mereka hadiah. "Tentu saja kita menyukainya karena ini pemberian kakak kami!" kata Flosie. El baru membalas tatapan Sereia dengan masih menarik sudut bibir kanannya. "Baguslah kalau begitu. Dimana Erix?""Untuk apa bertanya dimana dia," ketus Sereia. "Flosie, Kai, habiskan makanan kalian! Kakak akan mengantarkan k
"Selamat pagi pak," sapa Sereia ramah pada Samuel. "Jangan pernah memanggilku seperti itu Sereia! Panggil saja aku Sam!" titah Sam lembut.Tidak sopan menurut Sereia jika dia harus memanggil Samuel dengan nama saja. Dia yakin karyawan lainnya juga memanggil Samuel dengan sebutan pak. Kebaikan yang diberikan Samuel padanya sebagai bentuk balas budi menurutnya berlebihan. Sereia ingin komplain tetapi mengingat bahwa Samuel bosnya sekarang jadi dia mengurungkannya. "Baik Sam. Sekali lagi terima kasih banyak sudah mengizinkanku untuk bekerja disini.""Apakah dia pria yang dibicarakan oleh Erix?" batin El bertanya-tanya. El merasa kesal diabaikan oleh Sereia. Setelah turun dari motornya, Sereia langsung menyapa pria tampan itu. Perempuan itu bahkan sama sekali tidak menatapnya lagi. "Sereia," panggil El sambil menarik salah satu lengan Sereia. Sereia menoleh ke El kemudian menarik tangannya supaya terlepas dari cengkraman El. "Sudah sampai. Kau bisa pergi sekarang!" titah Sereia dingi
"Makanlah Sereia! Jangan dilihat saja kasihan makanannya!" titah Samuel lembut. Sereia mengangguk. Makanan-makanan yang tersaji di depannya ini terlihat mewah dan mahal. Sereia sampai ragu untuk memakannya. "Sam, saya-""Ini bukan di kantor jadi tidak perlu formal begitu," potong Samuel. "Aku tidak memiliki banyak uang untuk membayar semua makanan ini Sam," kata Sereia. "Siapa yang bilang kamu harus membayarnya. Aku hanya menyuruhmu untuk memakannya dan urusan membayar tentu saja aku yang menanganinya kan aku yang mengajakmu makan malam tentu saja aku yang harus bertanggung jawab!" ucap Samuel dengan senyum di bibirnya. Sereia mengangguk kaku kemudian mulai memakan makanannya. Pada saat yang sama, Samuel memanggil pelayan untuk memesan makanan lagi. Sereia mengernyitkan alisnya. Makanan sebanyak ini saja belum mereka habiskan dan Samuel akan memesan lagi? "Tolong dibungkus ya!"Ternyata dibungkus. Sereia sempat akan protes."Untuk adik-adikmu," kata Samuel setelah pelayan itu pe
"Maafkan aku sebelumnya Sam. Tetapi sepertinya malam ini kamu tidak bisa bertemu dengan adikku," kata Sereia. Dia mengatakan itu tanpa melihat ke Sam melainkan menatap ke bawah.Sam langsung memberhentikan mobilnya. "Kenapa?" tanyanya menatap Sereia lekat-lekat. Mereka baru saja membicarakan banyak hal. Wajah Samuel berseri-seri dan dia mengatakan tidak sabar bertemu dengan adik-adiknya Sereia. Namun, dalam waktu yang sangat singkat Sereia malah mematahkan keinginan Samuel. "Adik-adikku sudah tidur dan tentu saja aku tidak bisa membangunkannya," kata Sereia. Sereia tahu Samuel menganggap alasan yang ia berikan konyol. Setelah semua yang mereka bicarakan, tiba-tiba dia mengatakan alasan seperti itu. Itu karena pikirannya sedang kalut, dia jadi tidak bisa mencari alasan yang lebih bisa diterima. Alasan yang sebenarnya adalah karena Sereia sangat khawatir di rumahnya ada El. Dia tidak mau terlibat masalah lebih besar lagi dengan El. Lelaki gila itu, dia bahkan berpikir keras sekarang
"Sudah lama sekali Sereia tidak bisa dihubungi. Apakah wanita itu berhenti menjadi wanita penghibur apa bagaimana?" tanya salah satu teman El.Sepulang dari rumah Sereia, seperti biasa, El berkumpul dengan teman-temannya. Setelah mendengar pertanyaan itu, dia melirik ke temannya itu."Memangnya kenapa kalau dia bisa dihubungi?" tanya El. "Apa kau mau membayarnya lagi?""Tentu saja El. Alasan apalagi. Sebenarnya tidak masalah jika menjalin hubungan dengannya karena kupikir dia sangat menarik tetapi dia terlalu menjaga batasan," ucap teman El itu.El menyeringai. "Kalian semua tidak akan pernah bisa mendekatinya lagi karena mulai sejak hari itu, dia milikku."Semuanya terdiam."Kalau ada yang keberatan, maju sini!" Ketika serius, El bisa sangat mengerikan.Karena El sudah mengatakan kalimat yang tisak pernah ia katakan sebelumnya, teman-teman El ini lebih memilih mengencani perempuan lain daripada harus mencari masalah dengan El. Semenjak itu, mereka tidak pernah membahas mengenai Sere