Duduk di depan rumah, Adnan diam dengan pikiran yang melayang-layang. Hati dan pikirannya kacau. Ia berpikir bagaimana cara untuk bisa bicara lagi dengan Hira. Rumah mereka depan-depanan, tapi sekarang mereka dibatasi tembok yang tinggi.
Malam itu acara perayaan ulang tahun Mami Adnan. Dinar kakak Adnan memanfaatkan kepulangan Hira memperbaiki hubungan keluarganya dengan keluarga Hira, mereka mengundang keluarga Hira. Tidak diduga Kedua orang tua dan kedua kakak laki-laki Hira mau datang, tetapi tidak untuk Hira, ia memilih tinggal di kamarnya daripada duduk satu meja dengan orang yang paling ia benci dalam hidupnya.
“Terimakasih atas undanganya,” ujar Bu Rena ibunda Hira.
Gita berdiri lalu memeluk wanita yang dulu sangat akrab dengan nya, “selamat datang Ren, terimakasih sudah mau datang, tadinya aku berpikir kamu akan menolak undanganku seperti yang sudah-sudah.”
Dinar berdiri, “Mi, jangan membahasnya lagi mari kita lupakan semua masa lalu,” potong ibu dua anak itu penuh antusias.
Kedua keluarga itu terlihat sama-sama canggung setelah sekian tahun tidak pernah berkumpul seperti itu lagi, saat sedang bersalaman satu sama lain padangan Gita menyisir ke semua tempat. Orang yang dinanti-nanti ternyata menolak datang.
“Apa Hira tidak ikut?” tanya Mami Adnan. Ia menatap Adnan dengan sinis, kalau bukan karena putranya yang berandalan itu hubungan keluarga mereka akan baik-baik saja.
“Dia masih capek katanya ingin istirahat,” jelas Bu Rena.
“Oh, baiklah, mungkin dia belum siap datang ke sini.”
Lagi-lagi tatapan menuduh ditujukan pada Adnan, lelaki itu seperti biasa duduk dengan wajah santai.
Dulu , hubungan kedua keluarganya sangat dekat. Namun kejadian yang dialami Hira menyebabkan hubungan kedua keluarga itu meregang. Kini mereka mencoba memperbaiki dan tidak ingin membahas Hira lagi agar suasana canggung cepat menghilang. Adnan penasaran tentang Hira tetapi tidak berani bertanya.
“Adnan, om dengar kamu pegang kasus besar sekarang,” tanya Rena mencairkan suasana.
“Iya Tante.”
“Wah hebat kamu, Adnan.”
Zafar masih menunjukkan ketidaksukaannya pada Adnan, walau ia tidak mengatakan apa-apa tetapi semua orang lelaki yang berprofesi sebagai dosen itu masih menyimpan amarah atas apa yang dilakukan Adnan pada putri kesayangannya di masa lalu. Rasa sakit itu tidak akan mudah hilang.
“Bang Leo lebih hebat, dia pegang dua kasus besar sekaligus,” puji Adnan melirik Leo .
Suasana mulai mencair saat mereka mulai menikmati makanan, walau ada yang terasa kurang sebab Hira tidak mau datang lagi ke rumah Adnan. Setelah mereka selesai makan, pindah tempat duduk ke sofa depan rumah. Terdengar suara tawa lepas dari Hira, suara tawa khasnya Hira.
‘Hira …Kamu sengaja menghindar’ Adnan tersenyum sinis mendengar suara tawa . Hira dan ketiga keponakannya mencari hiburan sendiri. Rumah mereka hanya terhalang tembok, apa yang mereka lakukan di rumah pasti terdengar sampai ke halaman rumah Adnan.
“Tante! Tangkap!” teriak keponakan Hira.
“Aku dapat,” suara Hira mengusik acara makan malam keluarga Adnan.
Tapi mereka semua berusaha mengabaikan tawa Hira, kecerian yang sempat hilang selama bertahun-tahun, kini terdengar lagi. Adnan merasa tidak tenang , walau semua keluarga di meja makan itu berpura-pura tidak peduli dengan suara Hira, tetapi ia bisa melihat senyuman dari bibir Zafar ia bahagia mendengar suara ceria dari putrinya setelah sekian lama.
Adnan berdiri ingin mengajak Hira bergabung dengan mereka, sekaligus menunjukkan kalau dirinya dan Hira bisa berhubungan baik kembali, tetapi kakak perempuanya tidak membiarkan hal itu terjadi. Saat Adnan berdiri ia tahu kalau lelaki itu ingin melihat Hira ia buru-buru menelepon Hira meminta gadis cantik itu masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.
“Kenapa Kak Dinar?” tanya Hira bigung.
“Aku tidak ingin Adnan membuat masalah, jangan mau apapun yang dia katakan.”
“Baiklah, aku mengerti.” Hira masuk ke kamar dan mengunci pintu.
Benar dugaan mereka, Adnan pura-pura ke kamar mandi. Rupanya ia menyelinap ke rumah Hira Saat ia datang Hira sudah ada di kamar hanya ada keponakannya yang masih bermain tangkap bola di depan rumah. Adnan bermain sebentar berharap Hira turun kembali dan ikut bermain dengan keponakannya. Namun sampai larut malam Hira tidak terlihat lagi ia mengunci pintu dan tidur. Semua keluarganya kompak memberi Adnan pelajaran.
*
Hari-hari berlalu, Adnan berfokus pada tugas-tugasnya sebagai pengacara. Namun, kepulangan Hira ke Indonesia mengganggu konsentrasi kerjanya. Pikirannya semakin sulit diabaikan. Dalam beberapa kesempatan, dia mencoba diam-diam ingin melihat Hira tetapi tidak pernah bertemu.
“Apa dia sengaja menghindar dariku? Adnan pura-pura lari pagi mondar-mandir dari depan rumah Hira. Kedua orang tuanya hanya bisa diam melihat Adnan. Setelah berhari-hari mengintip ke rumah Hira tetapi tidak pernah bertemu.
Satu minggu kemudian.
Hari itu orang tua Hira dan teman-temannya mengadakan sebuah acara.
“Ra, sampai kapan kamu akan menghindari Adnan,” tegur Mona menarik gaunnya.
“Kalau bisa selamanya Mon.”
“Apa kamu pikir itu berhasil? Kalian berdua bertetangga dan kamu sudah lumayan lama sejak pulang ke Jakarta.” Mona pesaran.
Hira malas membahas tentang Adnan, ia beberapa kali menolak membahas pria tersebut, “sudah lupakan tentang dia mari kita makan.” Hira menarik tangan Mona sahabatnya untuk menikmati hidangan yang disediakan.
“Ra, teman-teman satu sekolah kita ada juga di sini. Apa kamu juga kan menghindar?” Mona tidak ingin Hira menghindari Adnan terus menerus.
“Iya, aku akan pergi jika mereka mendekatiku.” Hira menikmati potongan buah dalam piring. Penampilan cantik Hira ternyata mengundang perhatian beberapa teman Adnan. Saat mereka berdiri tiba-tiba menatap Hira dan Mona.
“Adnan … itu ada barang bagus,” tunjuk Devan ia mengarahkan kepalanya.
“Iya, cantik … tunggu bukankah itu Mona, dia sama siapa?”
Adnan tidak menoleh, ia bahkan tidak tahu yang dibicarakan teman-temannya adalah Hira memutar-mutar cairan merah dalam gelas kaca bening. Pikirannya terusik dengan Hira. Semenjak dia mengajak wanita itu menikah Hira menghindar terus
‘Apa benar dia tidak di rumah? Kenapa aku tidak pernah melihatnya lagi?’
Saat sedang melamun. “Hira!” panggil seseorang, Adnan dan teman-temannya menatap wanita tersebut dan mengikuti arah tujuannya. Lalu mereka semua melongo. Wanita cantik yang dikagumi teman-temannya, ternyata Hira. Ternyata Adnan dan Hira sama-sama datang ke acara.
“Kak Kiya.” Hira membalas pelukan Kiya, wanita itu kakak Adnan.
Teman-temannya menatap Adnan dengan heran. “Apa dia Hira gadis yang dulu mengejar-ejarmu, Adnan?” teman lamanya.
Adnan tidak bisa menjawab.
“Aku tidak tahu,” sahut Adnan ketus, ia pergi ke arah taman lalu tersenyum kecut, “kamu sengaja menghindariku. Aku sudah katakan padamu Hira, semua wanita bertekuk lutut padaku, kamu akan jadi salah satunya, dulu kamu mengejar-ngejarku seperti orang gila dan sekarang pun masih berlaku. "Adnan tersenyum percaya diri.
Bersama
Bantu dukung karya baru saya ya kakak
Hira berjalan santai melihat-lihat pemandangan di sekitarnya, saat melihat ke sekeliling ada bagian dalam hatinya yang terasa masih sakit. Luka masa lalu itu masih membekas dalam ingatannya.Menjadi korban bully di masa lalu menyakitkan bukan hanya fisik tetapi mental yang susah disembuhkan.“Hira, apa yang kamu pikirkan.” Mona mendekat seakan-akan ia tahu apa yang dipikirkan sang sahabat.“Tempat ini tidak berubah dari beberapa tahun yang lalu, batu itu masih tetap sama.”Mona ikut menoleh, keduanya sama-sama diam sejenak, tidak mudah memang bagi seorang Hira melupakan semua yang dialami dimasa lalu. Tempat itu tempat anak-anak orang kaya bertemu. Salah satunya orang tua Hira dan orang tua Adnan, hanya saja di masa lalu Hira jadi korban ketidakadilan dunia ia terkucilkan dari anak-anak anak orang kaya pada umumnya.“Apa kamu belum bisa melupakannya?” tanya Mona sahabatnya, gadis cantik itu salah satu anggota dari klub kuda tersebut.“Tidak, aku bahkan ingin membalas perbuatan merek
Di masa lalu Hira korban bully dari teman sekolahnya, salah satunya Maya dan gengnya.Dulu kuda hitam itu yang dipaksa Maya untuk menyakiti Hira saat mereka latihan. Wanita itu menyuntikkan sesuatu ke tubuh kuda itu saat Hira menungganginya tiba-tiba ia berlari dan menjatuhkan Hira.Hira masih menatap dengan tatapan sinis. Bayangan masa lalu itu pun melintas di benaknya.“Tolong aku, tolong,” ucap Hira saat kuda itu terus mendekatinya seakan-akan ia adalah kuda betina.“Kawin saja sama kudanya,” ledek Maya dan teman-temannya, bukannya menolong dia bahkan mendorong Hira ke arah kudah jantan yang sedang horni tersebut. Setelah menjadi dokter Hira akhirnya menemukan obat yang disuntikkan Maya pada kuda jantan itu obat perangsang hewan.‘Apa aku juga harus melakukan itu padamu agar kamu kawin sama kuda?’ Hira masih terdiam.**Enam tahun lalu“Tante yang memintaku memberikan padamu.” Seorang anak perempuan menyodorkan kotak bekal pada anak laki-laki. Pemuda itu menatapnya dengan tata
Enam tahun kemudian akhirnya Hirara lulus dari sekolah kedokteran. Ia memberanikan diri untuk pulang ke rumah orang tuanya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk Hira mengumpulkan kekuatan agar bisa pulang ke rumah orang tuanya. Bertetangga dengan lelaki yang ikut membullinya menyebabkan dirinya enggan pulang ke rumah.Angin malam berbisik lembut, menyampaikan cerita kelam di balik senyuman Hira yang cantik. Di antara bunga-bunga masa lalu yang pernah mekar, tumbuhlah duri-duri pahit dari cinta pertamanya, Hira. Rumah mereka yang dulu menjadi saksi bisu kebersamaan mereka saat masih kecil sampai remaja, kini menyimpan cerita pahit yang membakar jiwa Hira.Cinta pertama bukan hanya membangun kenangan manis, tetapi juga menjadi medan pertempuran bagi hati yang hancur. Adnan yang dulu begitu lekat dengan nama Hira, kini mengenangnya dengan rasa benci yang mendalam. Dulu, kedua keluarga mereka bersahabat, dan rumah Adnan adalah tempat perlindungan bagi Hira. Namun, seiring berjalannya waktu, k
Hira masih di lapangan balap kuda, menyaksikan bagaimana kuda itu menyerang Maya. Apa yang dia lihat sekarang sama halnya dengan dirinya enam tahun yang lalu. Hanya saja hari itu Hira tidak memberi suntikan pada kuda hitam.Maya terluka kuda itu bahkan meremukkan tulang betisnya.“Hira, ayo kita pergi dari sini, sebenarnya aku ingin lebih dari ini. Aku tadinya berharap kuda itu menyerangnya sama seperti yang dilakukan dulu padamu,” ujar Mona.Hira, membuang jarum suntik di tangannya, "ternyata aku tidak bisa jahat sama seperti dia. " Kenapa tidak melakukan saja Hira, kalau kamu takut biar aku saja tadi yang melakukannya,” cerca Mona.Mengingat kejahatan yang dilakukan Maya di masa lalu Mona ingin rasanya melakukan hal yang sama. Namun, Hira berpikir lagi kalau saja ia melakukan itu juga apa bedanya dia dengan Maya."Aku tidak ingin seperti dia. " Hira melepaskan helmIa menatap ke samping ternyata Adnan menatapnya dengan tatapan yang menyelidiki, ia juga mengingat kejadian naas yang
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.Rasa penasaran Adnan berubah jadi kemarahan setelah Hira mengabaikannya, terus menerus. Adnan melakukan berbagai cara untuk mendekati Hira, tapi seribu cara untuk Hira untuk menghindari Adnan. Bagi dokter cantik itu, antara dirinya dan Adnan tidak ada apa-apa, hanya sebatas tetangga. Masa lalu biarlah masa lalu ia akan menjalani hidupnya dengan baik dan melupakan masa lalu. Tetapi tidak demikian untuk Adnan, ia masih berpikir kalau Hira masih masih mencintainya sama seperti dulu. Gadis yang ia pikir akan mengejarnya justru mengabaikannya dan terus menghindar. Bahkan nomor Adnan diblokir sama Hira.“Tidak ada satupun gadis di dunia ini yang menolak pesonaku Hira. Kamu akan jadi milikku bagaimanapun caranya, camkan itu!” Adnan melempar ponselnya ke atas ranjang.Melihat postingan Dikto membagikan fotonya denganHira. Adnan berpikir kalau Hira sengaja membuatnya marah. Padahal tujuan Hirabukan seperti itu ia hanya ingin menunjuk
Masuk Perangkap Penjahat.Apa yang dilakukan Adnan tidak lantas membuat Hira tunduk ataupun berubah. Ia melepaskan cincin yang pakaikan Adnan dan menyimpannya ke dalam laci. Ia tetap saja menghindar dan menghiraukan lelaki tersebut.Hari itu Adnan menemuinya di rumah sakit.Melihat Adnan datang sorot mata Hira sinis, “ada apa datang ke sini? Aku sedang bekerja Adnan. Apa tidak bisa berhenti menggangguku?”Adnan melirik jari-jari Hira tidak memakai cincin pemberiannya, lelaki itu hanya tersenyum kecil, ia jadi ragu dengan kata-kata sesumbar yang pernah diucapkan. Ia pernah berkata kalau Hira akan mengejarnya sama seperti dulu, tetapi sekarang ia mulai meragukan kata-katanya sendiri.“Aku ingin bicara hal yang penting denganmu, tapi jangan di sini.”Tidak ingin membuat masalah di dalam rumah sakit Hira membawa Adnan bicara di taman rumah sakit.“Tadi mau bicara apa?” tanya Hira.“Waktu itu aku sudah memperingatkanmu supaya jangan ikut acara sosial yang diadakan rumah sakit. Ada bahaya
Setelah mendengar suara tembakan Adnan mengendap-endap dan masuk ke sana. Saat ia tiba ia melihat pemandangan yang trr tidak biasa, para dokter dijadikan objek mainan sama kepala penjahat tersebut.Hirara ketakutan tetapi otaknya masih bisa bekerja, ia membuka bolpoin dan menuangkan tinta pena ke tangannya lalu mengoleskannya ke wajahnya rambut dan pakaiannya. Dengan begitu ia beberapa kali dilewati karena wajahnya terlihat kotor.“Aku belum puas,” keluh lelaki tua tersebut saat melihat dokter muda yang digilir itu pingsan, boa penjahat itu tidak merasakan kepuasan. Anak buahnya berjalan ke arah HiraDitengah ketakutannya Hira memohon agar dikirim penolong, ternyata permohonan kecilnya di dengar. Tiba-tiba seseorang muncul menyelamatkannya hidupnya.“Biar saya yang melakukannya,” ucap seseorang, tubuh Hirara bergetar bahkan untuk menoleh yang punya suara ia tidak punya kekuatan lagi. Adnan berjalan melepaskan jubah dokter dan melepaskan pakaian satu persatu, tubuh kekarnya dan t
Hira tidak punya tenaga lagi untuk berdebat, bahkan tidak punya harga diri lagi di depan laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya. Hira berpikir sudah perempuan bekas pakai Adnan, lelaki yang sangat ia benci dalam hidupnya.Setelah keduanya berganti pakaian, Hira dan Adnan melanjutkan perjalanan untuk menemukan perkampungan yang bisa menolong mereka berdua. Kini, wanita cantik itu tidak banyak bicara lebih banyak menangis dengan diam, tubuh dan harga diri yang dijaga selama ini hilang begitu saja, tapi menyesal tidak ada gunanya.“Kita istirahat disini dulu, aku akan cari makanan untuk kita.” Adnan meletakkan tas ransel bawaannya di atas batu di dekat sungai.Hira juga meletakkan tas bawaannya. Adnan menggunakan pisau operasi milik dr, Sinta sebagai ujung tombak untuk mendapatkan ikan.Beruntung Alam berpihak pada keduanya, Adnan mendapatkan beberapa ikan besar untuk mengganjal perut. Dalam ransel ia juga menemukan korek dan menggunakan alkohol untuk menyalakan api. Suasana begit