“Berhenti menatapku seperti itu.” Seorang gadis cantik menegur seorang laki-laki di depannya.
Pria tampan itu hanya tersenyum miring. “Aku hanya tidak suka kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku. Kenapa kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku saat kamu baru tiba di Jakarta?”
Hira mengusap-usap belakang lehernya,”tidak alasan.”
“Kamu masih dendam padaku? Dengar ya … Aku melakukan itu padamu di masa lalu karena aku tidak suka kamu mengejar-ngejarku,” balas sang pria.
“Dulu aku memang mengejarmu seperti orang gila, tapi itu dulu … sekarang tidak lagi.” Perempuan cantik bernama Hira Letisha membuang nafas kasar dari mulutnya, wanita cantik itu marah mendengar pria arogan itu membahas saat mereka sekolah dulu. Ia tidak ingin membahas masa lalu yang menyedihkan itu lagi, hanya ingin menjalani kehidupan yang sekarang.
“Ok, sekarang baik nanti jangan pernah jatuh cinta dan mengejar-ngejarku lagi,” ujar Adnan dengan angkuh.
“Tidak akan lagi Adnan! Cinta yang dulu aku tunjukkan padamu hanyalah cinta monyet, hanya sebatas cinta anak-anak . Itu karena kita bertetangga dan sering bertemu denganmu. Aku dulu tidak tahu apa itu cinta atau hanya teman bermain,” tegas Hira.
“Oh, begitu? Sekolah SMA saya pikir sudah dewasa Hira,” tolak Adnan.
“Bagiku itu masih anak-anak,” ujar Hira.
Seorang pria bertubuh tinggi besar bernama Adnan Dasmangon Mahesa hanya mendengus kecil.Adnan tipe lelaki yang keras kepala, ia tidak pernah terima disalahkan untuk hal apapun, ia selalu punya jawaban untuk setiap pertanyaan. Ia juga selalu punya cara untuk membela diri
“ Adnan, aku hanya ingin melupakan semua masa lalu. Dulu aku hanya gadis jelek yang selalu mendapat hinaan dari kamu dan teman-temanmu. Sekarang aku sudah wanita dewasa tentu saja bisa mendapatkan orang yang lebih baik,” ujar Hira dengan mantap.
“Oh, kamu bangga karena sekarang sudah jadi dokter?”
“Tentu saja, mendapatkan gelar dokter tidak mudah mendapatkannya, aku berkenalan di negeri orang selama enam tahun,” tutur Hira.
“Pergi enam tahun bukan karena kamu marah dan kecewa padaku karena aku mencampakkan dan menolak cintamu di masa lalu?” tanya Adnan pernyataan itu membuat Hira tiba-tiba diam.
“Mari kita bersikap tidak saling kenal di masa sekarang,” ujar Hira.
“Kenapa?” Adnan masih menatap gadis cantik di depannya, raut wajah lelaki tampan itu selalu terlihat angkuh sama semua orang , tapi kali ini ia terusik dengan kata-kata Hira. Tetapi ia tidak mau kalah dan tidak mau mengalah.
“Jika kamu ingin melupakanku. Apakah kamu sudah punya kekasih sekarang?”
“Aku tidak ingin membahas apa-apa denganmu.”
“Oh, kalau begitu mari kita bahas masa sekarang. Aku sudah memutuskan akan menikah denganmu.”
Hira mendengus jengkel, “pernikahan tidak ada artinya bagiku.”
“Penting bagiku. Perasaanku yang sekarang sudah berubah, kalau dulu aku tidak ada perasaan padamu, tapi sekarang aku ingin kamu jadi istriku,” ujar Adnan, tatapan matanya seakan-akan meledek Hira.
“Berhenti meledekku Pak Adnan, aku bukan objek yang bisa kau jadikan bahan tertawaan seperti dulu. Aku tidak akan tergila-gila padamu lagi. Justru kamu yang akan tergila-gila padaku,” balas Hira.
Adnan melipat tangan di dada lalu menatap Hira dengan tatapan mendominasi, “Kalau begitu mari bahas tentang kita,” paksa Adnan.
Ingin rasanya Hira berteriak memaki-maki Adnan. Butuh enam tahun lamanya agar bisa melupakan semua yang dilakukan Adnan. Tetapi sekarang laki-laki angkuh itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
‘Laki-laki egois, aku sudah susah paya melupakannya kenapa harus bertemu dia sekarang’ Hira mendumal dalam hati.
Butuh waktu lama bagi Hira melupakan rasa sakit yang ditimbulkan Adnan dan selalu menjaga hatinya agar tetap kuat, tetapi kekuatan itu hampir roboh saat bertemu dengan orang yang paling ia benci lagi. Hira sangat membenci lelaki yang ia dinobatkan sebagai cinta pertamanya tersebut. Baginya, Adnan hanya sekedar tetangga.
*
Keesokan harinya, atmosfer di antara Adnan dan Hira masih tetap tegang. Meskipun keduanya mencoba untuk berpura-pura tidak ada yang terjadi, namun suasana panas antara bertetangga itu masih terasa di udara.
Dinar Kakak Adnan ingin keluarganya akrab seperti dulu, baginya Bunda Hira sudah seperti ibu sendiri, sejak kecil Bu Rena Ibu Hira menganggapnya seperti putri sendiri.
“Tidak boleh seperti ini, aku akan meminta Adnan dan Hira berbaikan supaya keluarga kami akur.” Tekat Dinar.
Dinar mencoba menciptakan perdamaian agar hubungan kedua keluarga itu membaik seperti dulu. Dia mengajak Hira dan Adnan untuk berbicara lagi, berharap bisa menyelesaikan konflik di antara mereka. Hira menolak bertemu Dinar sampai memohon, melihat sang kakak sampai memohon-mohon Adnan merasa kesal pada Hira. Hira setuju pertemuan itu terjadi di taman belakang, dengan kehadiran Dinar sebagai mediator.
“Kalian berdua sudah dewasa, seharusnya bisa menyelesaikan masalah ini. Keluarga ini tidak boleh terus terpecah belah karena hal sepele,” ucap Dinar dengan nada tegas.
Adnan dan Hira saling menatap, tetapi tidak ada yang mau memulai pembicaraan.
“Baiklah, mari kita bicara satu per satu. Hira, apakah ada hal yang ingin kamu sampaikan pada Adnan? Aku ingin keluarga kita akur seperti dulu,” ujar Dinar.
Hal yang paling tepat tidak bertemu Adnan lagi, dengan begitu luka dalam hatinya tidak pernah terluka lagi.
“Gue gak ada masalah, justru Kakak yang terlalu membesar-besarkan masalah,” tuduh Adnan dengan santai.
Dinar menatap adiknya dengan tajam niat hati mengajak mereka bicara berdua agar suasana semakin membaik tetapi yang terjadi Adnan memperlihatkan sikap angkuhnya pada Hira. Laki-laki itu masih beranggapan kalau Hira yang sekarang masih sama dengan Hira yang mengejar-ngejarnya dulu.
“Lalu apa yang kamu inginkan Hira?” tanya Dinar.
“Tidak saling mengusik. Kamu jalani hidupmu dan aku jalani hidupku,” ujar Hira menatap Adnan.
“Justru aku memberimu jalan yang muda, dari pada kamu nanti tergila-gila padaku lebih baik kita menikah sekarang agar hubungan keluarga kita yang renggang bisa balik kembali,” usul Adnan.
“Kamu gila? Aku sudah katakan padamu! Itu tidak akan terjadi,” tolak Hira.
“Kenapa kamu keberatan aku bukan pengangguran ataupun pecundang. Aku juga pengacara terkenal Hira, bukan hanya kamu yang sukses jadi dokter aku juga sukses, aku kaya, tampan, orang tuaku kaya. Kenapa kamu menolak menikah denganku? Asal kamu tau ya, banyak wanita diluar sana yang berlomba ingin jadi istriku. Aku memberimu tawaran ini karena dulu kamu tergila-gila padaku,” ujar Adanan.
Hira menarik nafas pendek-pendek hampir saja keluar dua tanduk dari kepalanya, “kamu aneh ya … dari kemarin juga aku sudah katakan padamu . Aku tidak akan pernah menikah denganmu,” tegas Hira.
“Aku sudah katakan padamu Hira, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, termasuk menikah dengan,” balas Adnan sembari tersenyum tipis.
Mata wanita cantik itu menatap laki-laki pria di depannya dengan tatapan tegas dan berkata dengan keras.
“Sampai matipun aku tidak akan menikah denganmu Adnan!”
Adnan tertawa miring,” kita lihat saja nanti.”
Bersambung
. Besok harinya.“Adnan! Kamu belum bangun jam segini?” teriak Kiya sang kakak“Ada apa?” sahutnya dengan suara malas.“Lima belas menit lagi gue tiba di sana kalau Lu belum bangun akan dobrak pintu apartemenmu,” ancam sang kakak dengan tegas.Adnan hanya mendengus kesal ancaman ala killer itu, ia mengabaikan ocehan sang kakak . Pria bertubuh tegap itu membalikkan tubuhnya menatap jam dinding yang menggantung di kamar, jarum jam pendek bertengger di angka delapan,“ Adnan!”“ IYA!” sahut Adnan ketus.“Jangan iya, iya saja Adnan! Dari kemarin kita sudah janji jam sembilan kita sudah di rumah Mami!” teriak wanita itu dengan kemarahan, “aku datang kesana, kalau kamu belum siap saat aku tiba, awas kamu. Aku bakar apartemenmu,” gertaknya lagi.Mendengar ancaman sang kakak, Adnan Mahesa bangun..Adnan lelaki yang sangat arogan ia tidak pernah memikirkan perasaan siapapun , ia hanya mendengar kata tiga orang ini , Mami dan kedua kakak perempuanya, selebihnya ia akan bersikap bodo amat. Ia b
Suatu pagi Hira melakukan olah raga pagi dan bertemu Adnan di taman. Ia bersikap seolah tidak mengenal lelaki bertubuh kekar itu. Adnan hanya tersenyum sinis saat Hira lari pagi dan melewati dirinya. Adnan tidak mau ketinggalan ia membalasnya dan berlari melawati Hira. Tidak ingin berurusan dengan pria arogan seperti Adnan, Hira memilih menghindar dan memutar balik. Setelah beberapa putaran ia duduk di taman.“Apa hanya itu tenaga seorang dokter?” Adnan sudah berdiri di sampingnya.“Aku hanya melakukan olahraga ringan saja Pak Adnan. Lanjutkan saja … tidak usah hiraukan aku.” Hira menyumpal kupingnya dengan headset dan kembali melanjutkan olah raga. Penolakan Hira membuat Adnan semakin penasaran dan tertantang. Dalam hidupnya ia tidak pernah ditolak dan dicuekin wanita, ia yang selalu menolak para gadis cantik yang mencoba datang dalam hidupnya. Tetapi kali ini dirinya yang ditolak.“Apa Sean pengacara?” Adnan ternyata ikut berlari di sampingnya.Hira tidak menjawab ia memilih terus b
Duduk di depan rumah, Adnan diam dengan pikiran yang melayang-layang. Hati dan pikirannya kacau. Ia berpikir bagaimana cara untuk bisa bicara lagi dengan Hira. Rumah mereka depan-depanan, tapi sekarang mereka dibatasi tembok yang tinggi.Malam itu acara perayaan ulang tahun Mami Adnan. Dinar kakak Adnan memanfaatkan kepulangan Hira memperbaiki hubungan keluarganya dengan keluarga Hira, mereka mengundang keluarga Hira. Tidak diduga Kedua orang tua dan kedua kakak laki-laki Hira mau datang, tetapi tidak untuk Hira, ia memilih tinggal di kamarnya daripada duduk satu meja dengan orang yang paling ia benci dalam hidupnya.“Terimakasih atas undanganya,” ujar Bu Rena ibunda Hira.Gita berdiri lalu memeluk wanita yang dulu sangat akrab dengan nya, “selamat datang Ren, terimakasih sudah mau datang, tadinya aku berpikir kamu akan menolak undanganku seperti yang sudah-sudah.”Dinar berdiri, “Mi, jangan membahasnya lagi mari kita lupakan semua masa lalu,” potong ibu dua anak itu penuh antusia
Hira berjalan santai melihat-lihat pemandangan di sekitarnya, saat melihat ke sekeliling ada bagian dalam hatinya yang terasa masih sakit. Luka masa lalu itu masih membekas dalam ingatannya.Menjadi korban bully di masa lalu menyakitkan bukan hanya fisik tetapi mental yang susah disembuhkan.“Hira, apa yang kamu pikirkan.” Mona mendekat seakan-akan ia tahu apa yang dipikirkan sang sahabat.“Tempat ini tidak berubah dari beberapa tahun yang lalu, batu itu masih tetap sama.”Mona ikut menoleh, keduanya sama-sama diam sejenak, tidak mudah memang bagi seorang Hira melupakan semua yang dialami dimasa lalu. Tempat itu tempat anak-anak orang kaya bertemu. Salah satunya orang tua Hira dan orang tua Adnan, hanya saja di masa lalu Hira jadi korban ketidakadilan dunia ia terkucilkan dari anak-anak anak orang kaya pada umumnya.“Apa kamu belum bisa melupakannya?” tanya Mona sahabatnya, gadis cantik itu salah satu anggota dari klub kuda tersebut.“Tidak, aku bahkan ingin membalas perbuatan merek
Di masa lalu Hira korban bully dari teman sekolahnya, salah satunya Maya dan gengnya.Dulu kuda hitam itu yang dipaksa Maya untuk menyakiti Hira saat mereka latihan. Wanita itu menyuntikkan sesuatu ke tubuh kuda itu saat Hira menungganginya tiba-tiba ia berlari dan menjatuhkan Hira.Hira masih menatap dengan tatapan sinis. Bayangan masa lalu itu pun melintas di benaknya.“Tolong aku, tolong,” ucap Hira saat kuda itu terus mendekatinya seakan-akan ia adalah kuda betina.“Kawin saja sama kudanya,” ledek Maya dan teman-temannya, bukannya menolong dia bahkan mendorong Hira ke arah kudah jantan yang sedang horni tersebut. Setelah menjadi dokter Hira akhirnya menemukan obat yang disuntikkan Maya pada kuda jantan itu obat perangsang hewan.‘Apa aku juga harus melakukan itu padamu agar kamu kawin sama kuda?’ Hira masih terdiam.**Enam tahun lalu“Tante yang memintaku memberikan padamu.” Seorang anak perempuan menyodorkan kotak bekal pada anak laki-laki. Pemuda itu menatapnya dengan tata
Enam tahun kemudian akhirnya Hirara lulus dari sekolah kedokteran. Ia memberanikan diri untuk pulang ke rumah orang tuanya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk Hira mengumpulkan kekuatan agar bisa pulang ke rumah orang tuanya. Bertetangga dengan lelaki yang ikut membullinya menyebabkan dirinya enggan pulang ke rumah.Angin malam berbisik lembut, menyampaikan cerita kelam di balik senyuman Hira yang cantik. Di antara bunga-bunga masa lalu yang pernah mekar, tumbuhlah duri-duri pahit dari cinta pertamanya, Hira. Rumah mereka yang dulu menjadi saksi bisu kebersamaan mereka saat masih kecil sampai remaja, kini menyimpan cerita pahit yang membakar jiwa Hira.Cinta pertama bukan hanya membangun kenangan manis, tetapi juga menjadi medan pertempuran bagi hati yang hancur. Adnan yang dulu begitu lekat dengan nama Hira, kini mengenangnya dengan rasa benci yang mendalam. Dulu, kedua keluarga mereka bersahabat, dan rumah Adnan adalah tempat perlindungan bagi Hira. Namun, seiring berjalannya waktu, k
Hira masih di lapangan balap kuda, menyaksikan bagaimana kuda itu menyerang Maya. Apa yang dia lihat sekarang sama halnya dengan dirinya enam tahun yang lalu. Hanya saja hari itu Hira tidak memberi suntikan pada kuda hitam.Maya terluka kuda itu bahkan meremukkan tulang betisnya.“Hira, ayo kita pergi dari sini, sebenarnya aku ingin lebih dari ini. Aku tadinya berharap kuda itu menyerangnya sama seperti yang dilakukan dulu padamu,” ujar Mona.Hira, membuang jarum suntik di tangannya, "ternyata aku tidak bisa jahat sama seperti dia. " Kenapa tidak melakukan saja Hira, kalau kamu takut biar aku saja tadi yang melakukannya,” cerca Mona.Mengingat kejahatan yang dilakukan Maya di masa lalu Mona ingin rasanya melakukan hal yang sama. Namun, Hira berpikir lagi kalau saja ia melakukan itu juga apa bedanya dia dengan Maya."Aku tidak ingin seperti dia. " Hira melepaskan helmIa menatap ke samping ternyata Adnan menatapnya dengan tatapan yang menyelidiki, ia juga mengingat kejadian naas yang
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.Rasa penasaran Adnan berubah jadi kemarahan setelah Hira mengabaikannya, terus menerus. Adnan melakukan berbagai cara untuk mendekati Hira, tapi seribu cara untuk Hira untuk menghindari Adnan. Bagi dokter cantik itu, antara dirinya dan Adnan tidak ada apa-apa, hanya sebatas tetangga. Masa lalu biarlah masa lalu ia akan menjalani hidupnya dengan baik dan melupakan masa lalu. Tetapi tidak demikian untuk Adnan, ia masih berpikir kalau Hira masih masih mencintainya sama seperti dulu. Gadis yang ia pikir akan mengejarnya justru mengabaikannya dan terus menghindar. Bahkan nomor Adnan diblokir sama Hira.“Tidak ada satupun gadis di dunia ini yang menolak pesonaku Hira. Kamu akan jadi milikku bagaimanapun caranya, camkan itu!” Adnan melempar ponselnya ke atas ranjang.Melihat postingan Dikto membagikan fotonya denganHira. Adnan berpikir kalau Hira sengaja membuatnya marah. Padahal tujuan Hirabukan seperti itu ia hanya ingin menunjuk