Share

Obsesi Gila Tetangga Arogan
Obsesi Gila Tetangga Arogan
Penulis: Borneng

Bertemu Tetangga Depan Rumah

“Berhenti menatapku seperti itu.” Seorang gadis cantik menegur seorang laki-laki di depannya.

Pria tampan itu hanya tersenyum miring. “Aku hanya tidak suka kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku. Kenapa kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku saat kamu baru tiba di Jakarta?”

Hira mengusap-usap belakang lehernya,”tidak alasan.”

“Kamu masih dendam padaku? Dengar ya … Aku melakukan itu padamu di masa lalu karena aku tidak suka kamu mengejar-ngejarku,” balas sang pria.

“Dulu aku memang mengejarmu seperti orang gila, tapi itu dulu … sekarang tidak lagi.” Perempuan cantik bernama Hira Letisha membuang nafas kasar dari mulutnya, wanita cantik itu marah mendengar pria arogan itu membahas saat mereka sekolah dulu. Ia tidak ingin membahas masa lalu yang menyedihkan itu lagi, hanya ingin menjalani kehidupan yang sekarang.

“Ok, sekarang baik nanti jangan pernah jatuh cinta dan mengejar-ngejarku lagi,” ujar Adnan dengan angkuh.

“Tidak akan lagi Adnan! Cinta yang dulu aku tunjukkan padamu hanyalah cinta monyet, hanya sebatas cinta anak-anak . Itu karena kita bertetangga dan sering bertemu denganmu. Aku dulu tidak tahu apa itu cinta atau hanya teman bermain,” tegas Hira.

“Oh, begitu? Sekolah SMA saya pikir sudah dewasa Hira,” tolak Adnan.

“Bagiku itu masih anak-anak,” ujar Hira.

Seorang pria bertubuh tinggi besar bernama Adnan Dasmangon Mahesa hanya mendengus kecil.Adnan tipe lelaki yang keras kepala, ia tidak pernah terima disalahkan untuk hal apapun, ia selalu punya jawaban untuk setiap pertanyaan. Ia juga selalu punya cara untuk membela diri

“ Adnan, aku hanya ingin melupakan semua masa lalu. Dulu aku hanya gadis jelek yang selalu mendapat hinaan dari kamu dan teman-temanmu. Sekarang aku sudah wanita dewasa tentu saja bisa mendapatkan orang yang lebih baik,” ujar Hira dengan mantap.

“Oh, kamu bangga karena sekarang sudah jadi dokter?”

“Tentu saja, mendapatkan gelar dokter tidak mudah mendapatkannya, aku berkenalan di negeri orang selama enam tahun,” tutur Hira.

“Pergi enam tahun bukan karena kamu marah dan kecewa padaku karena aku mencampakkan dan menolak cintamu di masa lalu?” tanya Adnan pernyataan itu membuat Hira tiba-tiba diam.

 “Mari kita bersikap tidak saling kenal di masa sekarang,” ujar Hira.

“Kenapa?” Adnan masih menatap gadis cantik di depannya, raut wajah lelaki tampan itu selalu terlihat angkuh sama semua orang , tapi kali ini ia terusik dengan kata-kata Hira. Tetapi ia tidak mau kalah dan tidak mau mengalah.

“Jika kamu ingin melupakanku. Apakah kamu sudah punya kekasih sekarang?”

 “Aku tidak ingin membahas apa-apa denganmu.”

“Oh, kalau begitu mari kita bahas masa sekarang. Aku sudah memutuskan akan menikah denganmu.”

Hira mendengus jengkel, “pernikahan tidak ada artinya bagiku.”

 “Penting bagiku. Perasaanku yang sekarang sudah berubah, kalau dulu aku tidak ada perasaan padamu, tapi sekarang aku ingin kamu jadi istriku,” ujar Adnan, tatapan matanya seakan-akan meledek Hira.

“Berhenti meledekku Pak Adnan, aku bukan objek yang bisa kau jadikan bahan tertawaan seperti dulu. Aku tidak akan tergila-gila padamu lagi. Justru kamu yang akan tergila-gila padaku,” balas Hira.

Adnan melipat tangan di dada lalu menatap Hira dengan tatapan mendominasi, “Kalau begitu mari bahas tentang kita,” paksa Adnan.

Ingin rasanya Hira  berteriak memaki-maki Adnan. Butuh enam tahun lamanya agar bisa melupakan semua yang dilakukan Adnan. Tetapi sekarang laki-laki angkuh itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

‘Laki-laki egois, aku sudah susah paya melupakannya kenapa harus bertemu dia sekarang’ Hira mendumal dalam hati.

Butuh waktu lama bagi Hira melupakan rasa sakit yang ditimbulkan Adnan dan  selalu menjaga hatinya agar tetap kuat, tetapi kekuatan itu hampir roboh saat bertemu dengan orang yang paling ia benci lagi. Hira sangat membenci lelaki yang ia dinobatkan sebagai cinta pertamanya tersebut. Baginya, Adnan hanya sekedar tetangga.

*

Keesokan harinya, atmosfer di antara Adnan dan Hira masih tetap tegang. Meskipun keduanya mencoba untuk berpura-pura tidak ada yang terjadi, namun suasana panas antara bertetangga itu masih terasa di udara.

Dinar Kakak Adnan ingin keluarganya akrab seperti dulu, baginya Bunda Hira sudah seperti ibu sendiri, sejak kecil Bu Rena Ibu Hira menganggapnya seperti putri sendiri.

“Tidak boleh seperti ini, aku akan meminta Adnan dan Hira berbaikan supaya keluarga kami akur.” Tekat Dinar.

Dinar mencoba menciptakan perdamaian agar hubungan kedua keluarga itu membaik seperti dulu. Dia mengajak Hira dan Adnan untuk berbicara lagi, berharap bisa menyelesaikan konflik di antara mereka. Hira menolak bertemu Dinar sampai memohon, melihat sang kakak sampai memohon-mohon Adnan merasa kesal pada Hira. Hira setuju pertemuan itu terjadi di taman belakang, dengan kehadiran Dinar sebagai mediator.

“Kalian berdua sudah dewasa, seharusnya bisa menyelesaikan masalah ini. Keluarga ini tidak boleh terus terpecah belah karena hal sepele,” ucap Dinar dengan nada tegas.

Adnan dan Hira saling menatap, tetapi tidak ada yang mau memulai pembicaraan.

“Baiklah, mari kita bicara satu per satu. Hira, apakah ada hal yang ingin kamu sampaikan pada Adnan? Aku ingin keluarga kita akur seperti dulu,” ujar Dinar.

Hal yang paling tepat tidak bertemu Adnan lagi, dengan begitu luka dalam hatinya tidak pernah terluka lagi.

“Gue gak ada masalah, justru Kakak yang terlalu membesar-besarkan masalah,” tuduh Adnan dengan santai.

Dinar menatap adiknya dengan tajam niat hati mengajak mereka bicara berdua agar suasana semakin membaik tetapi yang terjadi Adnan memperlihatkan sikap angkuhnya pada Hira. Laki-laki itu masih beranggapan kalau Hira yang sekarang masih sama dengan Hira yang mengejar-ngejarnya dulu.

“Lalu apa yang kamu inginkan Hira?” tanya Dinar.

“Tidak saling mengusik. Kamu jalani hidupmu dan aku jalani hidupku,” ujar Hira menatap Adnan.

“Justru aku memberimu jalan yang muda, dari pada kamu nanti tergila-gila padaku lebih baik kita menikah sekarang agar hubungan keluarga kita yang renggang bisa balik kembali,” usul Adnan.

“Kamu gila? Aku sudah katakan padamu! Itu tidak akan terjadi,” tolak Hira.

“Kenapa kamu keberatan aku bukan pengangguran ataupun pecundang. Aku juga pengacara terkenal Hira, bukan hanya kamu yang sukses jadi dokter aku juga sukses, aku kaya, tampan, orang tuaku kaya. Kenapa kamu menolak menikah denganku? Asal kamu tau ya, banyak wanita diluar sana yang berlomba ingin jadi istriku. Aku memberimu tawaran ini karena dulu kamu tergila-gila padaku,” ujar Adanan.

Hira menarik nafas pendek-pendek hampir saja keluar dua tanduk dari kepalanya, “kamu aneh ya … dari kemarin juga aku sudah katakan padamu . Aku tidak akan  pernah menikah denganmu,” tegas Hira.

“Aku sudah katakan padamu Hira, aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, termasuk menikah dengan,” balas Adnan sembari tersenyum tipis.

Mata wanita cantik itu menatap laki-laki pria di depannya dengan tatapan tegas dan berkata dengan keras.

“Sampai matipun aku tidak akan menikah denganmu Adnan!”

Adnan tertawa miring,” kita lihat saja nanti.”

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status