. Besok harinya.
“Adnan! Kamu belum bangun jam segini?” teriak Kiya sang kakak
“Ada apa?” sahutnya dengan suara malas.
“Lima belas menit lagi gue tiba di sana kalau Lu belum bangun akan dobrak pintu apartemenmu,” ancam sang kakak dengan tegas.
Adnan hanya mendengus kesal ancaman ala killer itu, ia mengabaikan ocehan sang kakak . Pria bertubuh tegap itu membalikkan tubuhnya menatap jam dinding yang menggantung di kamar, jarum jam pendek bertengger di angka delapan,
“ Adnan!”
“ IYA!” sahut Adnan ketus.
“Jangan iya, iya saja Adnan! Dari kemarin kita sudah janji jam sembilan kita sudah di rumah Mami!” teriak wanita itu dengan kemarahan, “aku datang kesana, kalau kamu belum siap saat aku tiba, awas kamu. Aku bakar apartemenmu,” gertaknya lagi.
Mendengar ancaman sang kakak, Adnan Mahesa bangun.
.
Adnan lelaki yang sangat arogan ia tidak pernah memikirkan perasaan siapapun , ia hanya mendengar kata tiga orang ini , Mami dan kedua kakak perempuanya, selebihnya ia akan bersikap bodo amat. Ia buru-buru memungut bekas pengaman dari atas tempat tidur dan membuangnya ke tempat sampah, lalu buru-buru mandi. Tidak lama kemudian wanita yang dipanggil Killer Woman itu tiba juga di sana.
Saat ia menekan bel, Adnan langsung membuka pintu ia sudah berpakaian rapi, wanita cantik itu masuk ke dalam apartemen sang adik.
“Adnan, sampai kapan kamu seperti ini. Kenapa kamu tidak menikah saja agar ada satu lobang yang kamu pakai dan ada orang yang mau mengurus hidupmu,” ujar sang kakak dengan nada kesal.
“Jangan urusin hal pribadiku,” ujar Adnan dengan datar.
“Karena kamu adikku, aku peduli sama kamu. Semua orang sudah berubah, kenapa kamu tidak pernah berubah. Hira akan tertawa melihat seperti Pak Pengacara.”
“Jangan membawa-bawa nama gadis manja di depanku,” ujar Adnan dengan jengkel.
“Kamu menyebut dia gadis manja, apa karena dia kemarin menolak menikah? Tentu saja kelasnya sudah berbeda sekarang Adnan. Gadis yang dulu kamu hina, kamu permalukan sekarang sudah berubah jadi wanita yang sangat cantik, sementara orang yang selama ini menghinanya terlihat seperti gembel,” sindir Kiya.
“Anak baik-baik yang kalian banggakan itu, akan kembali mengejarku sampai mati-matian.” ucap Adnan dengan percaya diri.
“Kamu masih merasa dirimu laki-laki paling tampan Adnan. Kamu tidak tahu, wanita secantik dia bisa mendapatkan sepuluh lelaki ganteng sepertimu sekaligus. Aku mendengar orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pengacara bernama Sean. Mungkin kamu mengenalnya,” ujar Kiya.
“Dia akan mengejar-ngejarku lagi. Tidak ada seorang wanita manapun di dunia ini yang menolak pesonaku. Setelah aku mengajaknya menikah kemarin aku yakin dia sudah berpikir keras, lalu dia akan setuju.”
“Kenapa kamu tidak minta maaf datang ke rumah Hira. Mami ingin mereka akur lagi dengan tetangganya.”
“Aku tidak akan mendatanginya dia sendiri yang akan datang padaku,” ucap Adnan dengan percaya diri.
“Oh begitu, kita akan lihat. Suatu nanti kamu yang akan bertekuk lutut di depannya, tidak seharusnya kamu menyakiti gadis baik seperti dia Adnan.”
.
.
"Apa perlu aku membeli cincin tunangan untuk aku dan Hira? Mulai besok aku akan tinggal di rumah mami, supaya bisa bertemu Hira tiap hari,” ucap Adnan dengan percaya diri.
Mendengar hal itu sang kakak merasa kepalanya ingi mengeluarkan asap. "Apa kamu menganggap semua wanita itu sama? Apa kamu pikir Hira dan keluarganya mau menerimamu Adnan?"
"Tentu mau, aku lelaki yang sukses, "ujar Adnan dengan sangat yakin.
Wanita itu melotot kesal melihat sikap egois sang adik.
****
Malam itu Adnan pulang ke orang tuanya, rumahnya bertetangga dengan Hira.
Setelah beberapa lama ia Hirak ke kamarnya lalu membuka laci, mengeluarkan sebuah buku diary lama. Sudah tujuh tahun buku diary itu ada di sana, selama ini ia tidak pernah tertarik untuk membaca. Tapi kali ini entah kenapa ia ingin melihat apa yang ditulis Hira di sana saat mereka sekolah dulu. Adnan membuka lembar demi dan membacanya.
Ada tulisan dalam lembaran.
[ Jika kalian bertanya siapa cinta pertamaku. Aku akan menjawab Adnan Mahesa , aku sudah jatuh cinta padanya saat kami masih duduk di bangku SD, konyol memang tapi itulah yang terjadi. Aku mencintaimu Adnan] tulisnya dalam buku tersebut.
Pikiran Adnan melintas ke masa lalu, tiba-tiba Hirara datang ke kantin belakang lalu menyodorkan sebatang coklat pada Adnan dan mengungkapkan perasaannya. Kaget, malu itulah yang dirasakan Adnan saat itu. Ia mendorong tubuh Hira sampai terjatuh. Adnan tidak tahu kalau Hira dipaksa sama Mayang dan Ditto untuk melakukannya.
“Dasar perempuan aneh!” usir Adnan dengan kesal. Ia bahkan tidak memberi Hira kesempatan menjelaskan.
Semenjak dipermalukan seperti itu, Adnan berubah seperti iblis, ia terus menghina dan membiarkan teman-temannya membully Hira.
[Kita tidak perlu seribu alasan untuk bisa jatuh cinta pada seseorang. Karena cinta bisa datang pada siapapun. Namun cukup satu alasan untukku membenci seseorang] by Hira Falisha
Adnan masih membaca tulisan dalam buku diary lama milik Hira. Hingga menemukan sebuah fakta yang mengejutkan. Adnan sampai duduk membaca tulisan curhatan panjang Hira dalam buku tersebut.
Tidak seharusnya ia menyakiti Hira hanya karena wanita itu jatuh cinta padanya. Ia berdiri menatap jendela kamar Hira lampunya masih menyala, ia berdiri di balkon melihat Sean ngobrol akrab dengan Hira. Ia menyimpan buku diary itu kembali.
“Adnan, sini turun Mami mau bicara!” panggil sang Ibunda.
Lelaki berahang tegas itu turun . “Ada apa, Mi.”
“Duduk sini ngapain di atas sendirian.” Gita menyodorkan piring berisi potongan buah,
“Mami ingin mengenalkanmu dengan anak teman mami.”
“Tidak.” Tolak Adnan dengan wajah dingin
“Sampai kapan kamu menolak menikah Adnan?”
“Kalau aku sudah siap.”
Sang kakak mendengar obrolan maminya dan Adnan .” Hira sebentar lagi menikah masa kamu tidak.”
“Tidak masalah bagiku,” ujar Adnan dengan wajah datar.
“Coba dulu kamu tidak menolaknya , padahal Papi sama Om Zafar sudah sepakat menjodohkan kalian berdua,” ujar Mami Adnan.
Adnan menoleh ke arah Maminya, “itu benar, Papi sama Zafar tadinya ingin menjodohkan kalian, tapi sekarang tidak lagi.” Cletuk sang kakak.
“Biarkan saja, nanti juga akan jadi milikku.”
“Adnan jangan macam-macam, keluarga kita hampir perang gara-gara ulahmu, jadi jangan melakukan apapun lagi.” Wanita itu memperingatkan putranya dengan tegas
“Kita bertetangga, kalau kamu membuat ulah lagi kita semua tidak akan merasa nyaman. Lagian kamu yang mencampakkannya dulu, jadi sekarang lupakan saja.”
Adnan hanya diam dengan sorot mata mendominasi, keluarganya tidak bisa menebak isi pikirannya. Ia akan melakukan apapun yang ingin ia lakukan.
“Aku akan menyingkirkan siapapun yang ingin menikahi Hira.”
Mami dan kedua kakak perempuanya melongo dengan mulut sedikit terbuka.
“Apa kamu ingin membunuh Mami? Dulu kamu menolak dan mempermalukan Hira, lalu kenapa sekarang kamu ingin mendekatinya?”
“Karena aku ingin menikahinya.
Bersambung
Suatu pagi Hira melakukan olah raga pagi dan bertemu Adnan di taman. Ia bersikap seolah tidak mengenal lelaki bertubuh kekar itu. Adnan hanya tersenyum sinis saat Hira lari pagi dan melewati dirinya. Adnan tidak mau ketinggalan ia membalasnya dan berlari melawati Hira. Tidak ingin berurusan dengan pria arogan seperti Adnan, Hira memilih menghindar dan memutar balik. Setelah beberapa putaran ia duduk di taman.“Apa hanya itu tenaga seorang dokter?” Adnan sudah berdiri di sampingnya.“Aku hanya melakukan olahraga ringan saja Pak Adnan. Lanjutkan saja … tidak usah hiraukan aku.” Hira menyumpal kupingnya dengan headset dan kembali melanjutkan olah raga. Penolakan Hira membuat Adnan semakin penasaran dan tertantang. Dalam hidupnya ia tidak pernah ditolak dan dicuekin wanita, ia yang selalu menolak para gadis cantik yang mencoba datang dalam hidupnya. Tetapi kali ini dirinya yang ditolak.“Apa Sean pengacara?” Adnan ternyata ikut berlari di sampingnya.Hira tidak menjawab ia memilih terus b
Duduk di depan rumah, Adnan diam dengan pikiran yang melayang-layang. Hati dan pikirannya kacau. Ia berpikir bagaimana cara untuk bisa bicara lagi dengan Hira. Rumah mereka depan-depanan, tapi sekarang mereka dibatasi tembok yang tinggi.Malam itu acara perayaan ulang tahun Mami Adnan. Dinar kakak Adnan memanfaatkan kepulangan Hira memperbaiki hubungan keluarganya dengan keluarga Hira, mereka mengundang keluarga Hira. Tidak diduga Kedua orang tua dan kedua kakak laki-laki Hira mau datang, tetapi tidak untuk Hira, ia memilih tinggal di kamarnya daripada duduk satu meja dengan orang yang paling ia benci dalam hidupnya.“Terimakasih atas undanganya,” ujar Bu Rena ibunda Hira.Gita berdiri lalu memeluk wanita yang dulu sangat akrab dengan nya, “selamat datang Ren, terimakasih sudah mau datang, tadinya aku berpikir kamu akan menolak undanganku seperti yang sudah-sudah.”Dinar berdiri, “Mi, jangan membahasnya lagi mari kita lupakan semua masa lalu,” potong ibu dua anak itu penuh antusia
Hira berjalan santai melihat-lihat pemandangan di sekitarnya, saat melihat ke sekeliling ada bagian dalam hatinya yang terasa masih sakit. Luka masa lalu itu masih membekas dalam ingatannya.Menjadi korban bully di masa lalu menyakitkan bukan hanya fisik tetapi mental yang susah disembuhkan.“Hira, apa yang kamu pikirkan.” Mona mendekat seakan-akan ia tahu apa yang dipikirkan sang sahabat.“Tempat ini tidak berubah dari beberapa tahun yang lalu, batu itu masih tetap sama.”Mona ikut menoleh, keduanya sama-sama diam sejenak, tidak mudah memang bagi seorang Hira melupakan semua yang dialami dimasa lalu. Tempat itu tempat anak-anak orang kaya bertemu. Salah satunya orang tua Hira dan orang tua Adnan, hanya saja di masa lalu Hira jadi korban ketidakadilan dunia ia terkucilkan dari anak-anak anak orang kaya pada umumnya.“Apa kamu belum bisa melupakannya?” tanya Mona sahabatnya, gadis cantik itu salah satu anggota dari klub kuda tersebut.“Tidak, aku bahkan ingin membalas perbuatan merek
Di masa lalu Hira korban bully dari teman sekolahnya, salah satunya Maya dan gengnya.Dulu kuda hitam itu yang dipaksa Maya untuk menyakiti Hira saat mereka latihan. Wanita itu menyuntikkan sesuatu ke tubuh kuda itu saat Hira menungganginya tiba-tiba ia berlari dan menjatuhkan Hira.Hira masih menatap dengan tatapan sinis. Bayangan masa lalu itu pun melintas di benaknya.“Tolong aku, tolong,” ucap Hira saat kuda itu terus mendekatinya seakan-akan ia adalah kuda betina.“Kawin saja sama kudanya,” ledek Maya dan teman-temannya, bukannya menolong dia bahkan mendorong Hira ke arah kudah jantan yang sedang horni tersebut. Setelah menjadi dokter Hira akhirnya menemukan obat yang disuntikkan Maya pada kuda jantan itu obat perangsang hewan.‘Apa aku juga harus melakukan itu padamu agar kamu kawin sama kuda?’ Hira masih terdiam.**Enam tahun lalu“Tante yang memintaku memberikan padamu.” Seorang anak perempuan menyodorkan kotak bekal pada anak laki-laki. Pemuda itu menatapnya dengan tata
Enam tahun kemudian akhirnya Hirara lulus dari sekolah kedokteran. Ia memberanikan diri untuk pulang ke rumah orang tuanya. Butuh waktu bertahun-tahun untuk Hira mengumpulkan kekuatan agar bisa pulang ke rumah orang tuanya. Bertetangga dengan lelaki yang ikut membullinya menyebabkan dirinya enggan pulang ke rumah.Angin malam berbisik lembut, menyampaikan cerita kelam di balik senyuman Hira yang cantik. Di antara bunga-bunga masa lalu yang pernah mekar, tumbuhlah duri-duri pahit dari cinta pertamanya, Hira. Rumah mereka yang dulu menjadi saksi bisu kebersamaan mereka saat masih kecil sampai remaja, kini menyimpan cerita pahit yang membakar jiwa Hira.Cinta pertama bukan hanya membangun kenangan manis, tetapi juga menjadi medan pertempuran bagi hati yang hancur. Adnan yang dulu begitu lekat dengan nama Hira, kini mengenangnya dengan rasa benci yang mendalam. Dulu, kedua keluarga mereka bersahabat, dan rumah Adnan adalah tempat perlindungan bagi Hira. Namun, seiring berjalannya waktu, k
Hira masih di lapangan balap kuda, menyaksikan bagaimana kuda itu menyerang Maya. Apa yang dia lihat sekarang sama halnya dengan dirinya enam tahun yang lalu. Hanya saja hari itu Hira tidak memberi suntikan pada kuda hitam.Maya terluka kuda itu bahkan meremukkan tulang betisnya.“Hira, ayo kita pergi dari sini, sebenarnya aku ingin lebih dari ini. Aku tadinya berharap kuda itu menyerangnya sama seperti yang dilakukan dulu padamu,” ujar Mona.Hira, membuang jarum suntik di tangannya, "ternyata aku tidak bisa jahat sama seperti dia. " Kenapa tidak melakukan saja Hira, kalau kamu takut biar aku saja tadi yang melakukannya,” cerca Mona.Mengingat kejahatan yang dilakukan Maya di masa lalu Mona ingin rasanya melakukan hal yang sama. Namun, Hira berpikir lagi kalau saja ia melakukan itu juga apa bedanya dia dengan Maya."Aku tidak ingin seperti dia. " Hira melepaskan helmIa menatap ke samping ternyata Adnan menatapnya dengan tatapan yang menyelidiki, ia juga mengingat kejadian naas yang
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.Rasa penasaran Adnan berubah jadi kemarahan setelah Hira mengabaikannya, terus menerus. Adnan melakukan berbagai cara untuk mendekati Hira, tapi seribu cara untuk Hira untuk menghindari Adnan. Bagi dokter cantik itu, antara dirinya dan Adnan tidak ada apa-apa, hanya sebatas tetangga. Masa lalu biarlah masa lalu ia akan menjalani hidupnya dengan baik dan melupakan masa lalu. Tetapi tidak demikian untuk Adnan, ia masih berpikir kalau Hira masih masih mencintainya sama seperti dulu. Gadis yang ia pikir akan mengejarnya justru mengabaikannya dan terus menghindar. Bahkan nomor Adnan diblokir sama Hira.“Tidak ada satupun gadis di dunia ini yang menolak pesonaku Hira. Kamu akan jadi milikku bagaimanapun caranya, camkan itu!” Adnan melempar ponselnya ke atas ranjang.Melihat postingan Dikto membagikan fotonya denganHira. Adnan berpikir kalau Hira sengaja membuatnya marah. Padahal tujuan Hirabukan seperti itu ia hanya ingin menunjuk
Masuk Perangkap Penjahat.Apa yang dilakukan Adnan tidak lantas membuat Hira tunduk ataupun berubah. Ia melepaskan cincin yang pakaikan Adnan dan menyimpannya ke dalam laci. Ia tetap saja menghindar dan menghiraukan lelaki tersebut.Hari itu Adnan menemuinya di rumah sakit.Melihat Adnan datang sorot mata Hira sinis, “ada apa datang ke sini? Aku sedang bekerja Adnan. Apa tidak bisa berhenti menggangguku?”Adnan melirik jari-jari Hira tidak memakai cincin pemberiannya, lelaki itu hanya tersenyum kecil, ia jadi ragu dengan kata-kata sesumbar yang pernah diucapkan. Ia pernah berkata kalau Hira akan mengejarnya sama seperti dulu, tetapi sekarang ia mulai meragukan kata-katanya sendiri.“Aku ingin bicara hal yang penting denganmu, tapi jangan di sini.”Tidak ingin membuat masalah di dalam rumah sakit Hira membawa Adnan bicara di taman rumah sakit.“Tadi mau bicara apa?” tanya Hira.“Waktu itu aku sudah memperingatkanmu supaya jangan ikut acara sosial yang diadakan rumah sakit. Ada bahaya