“WAH!”
Berbeda dengan siang biasanya yang begitu melelahkan dan membosankan, para karyawan Andriyan tampak memiliki suasana hati yang baik. Mereka senang dengan hadiah yang dikirim oleh Devanda, istri atasan mereka. Mayja jadi ikut senang melihat senyum para karyawan yang kelelahan itu.
“Tolong titip ucapkan terima kasih kepada beliau, Nona!” pekik para karyawan.
Mayja mengangguk dengan sopan, Rasel jadi mendekat ke arahnya. “Nona mengirimnya untuk kami? Tumben sekali.”
“Ya, aku pikir juga begitu. Ini pertama kalinya, ya.” Mayja juga heran, jadi wajar kalau Rasel merasa aneh. “Oh ya, kamu ingat apa yang kuminta kemarin?”
“Iya, nanti kita bisa bertemu sepulang kerja,” ucap Rasel, merasa senang melihat Mayja yang tersenyum riang.
“Ah! Tuan di mana? Ada yang harus aku bicarakan dengan beliau,” kata Mayja yang celingukan tidak melih
Nona Devanda tidak mungkin bertemu seseorang. Sebelum dia memiliki penyakit traumatik itu, dia selalu mengunci dirinya sendiri di kamar. Dan setelah itu, dia tidak bisa meninggalkan kasurnya selama dua tahun.Kalau ada sesuatu seperti itu yang benar-benar terjadi tanpa sepengetahuanku … berarti nona adalah orang yang telah menciptakan pria khayalan ini sejak awal. Mengenai hal ini, apakah ini juga bagian dari rencananya untuk menghancurkan pernikahannya? Siapa sangka dia akan melakukan hal seperti itu?Mulai dari latar belakang sampai penampilannya, segala sesuatu tentang Andriyan memang sangat bersinar. Jadi kenapa? Benar-benar tidak mungkin ada seorang pun yang lebih cocok untuk nona dari pada tuan. Terlepas dari itu, aku sangat yakin kalau saat ini nona jelas merasakan sesuatu untuk tuan.“Kenapa kamu tidak menyelesaikan kalimatmu?” tanya Andriyan k
Pingsannya Andriyan menimbulkan perbincangan banyak orang, khususnya para karyawan yang jelas melihat bagaimana tubuh Andriyan dipindahkan. Saat ini di dalam mobil, Mayja dan Rasel sengaja membawa Andriyan untuk pulang. Lebih baik memanggil dokter ke rumah daripada langsung ke rumah sakit karena Andriyan pasti marah kalau kondisi lemahnya diketahui keluarga besar. Sebab sebagai orang yang berada di kedudukan atas, dia memiliki banyak sekali musuh yang kapan pun bisa membinasakannya.“Bagaimana keadaan tuan?” tanya Mayja sembari melirik ke belakang. Rasel duduk di kursi belakang untuk memegangi tubuh Andriyan, sedangkan Mayja yang mengemudi mobil Andriyan.“Beliau masih—Tuan!” Kalimat Rasel terpotong ketika melihat Andriyan akhirnya sadar dan mengedarkan pandangan, tapi suhu tubuhnya masih tinggi dengan wajah memerah. Bulir keringat di pelipisnya juga sebesar biji jagung.“Kenapa, Rasel? Ada apa?!
Devanda memperhatikan dokter yang memeriksa, lalu memberikan perintah pada para pelayan agar menyiapkan air untuk mengompres kening Andriyan. Suhu tubuhnya sangat tinggi yang mengartikan bahwa demamnya cukup parah.Rasel yang berdiri bersebelahan dengan Mayja menunggu jika ada perintah di dekat pintu kamar mereka. Dari sana Rasel terus mengamati Devanda yang telaten mengurus Andriyan dengan mengatur dokter dan para pelayan.“Nyonya begitu tenang, ya. Bahkan ketika suaminya pulang setelah tiba-tiba pingsan. Beliau benar-benar pintar dalam mengendalikan emosinya,” ucap Rasel yang begitu tertegun pada Devanda.Mayja terdiam, dia jelas paham apa yang sebenarnya sedang dirasakan Devanda. Dari luar, dia memang tampak tenang dan bisa mengendalikan emosinya, tapi sebenarnya saat ini dia sangat terkejut, panik, dan cemas. Terbukti dari bagaimana wajahnya pucat dan pandangannya sesekali tidak fokus.Tuan bahkan tidak p
Andriyan menggeleng, dia mengulurkan tangan dan membelai pipi Devanda dengan ibu jarinya. “Aku hanya merindukan istri cantikku. Uhuk! Uhuk! Aku jadi tidak bisa memelukmu sambil tidur seperti biasanya.”Wajah Devanda langsung menyerbak memerah ketika mendengar kalimat itu. Pria ini memang sangat jago menggombal, yang entah mengapa bukan lagi rasa muak, tapi Devanda malah merasakan kupu-kupu berterbangan di dalam perutnya. Bukankah itu aneh?“Jangan banyak bicara, kamu itu sedang sakit.” Devanda memasukkan kain tadi ke dalam bak air hangat yang disiapkan Senorita di atas nakas, lalu meremasnya. Selesai, dia meletakkannya di atas kening Andriyan lagi.“Kenapa kamu tidak menurut untuk menginap di hotel? Di sana kamu tidak perlu kerepotan mengurusku,” ucap Andriyan.“Aku akan terlihat seperti istri tidak tahu diri yang meninggalkan suaminya saat sakit.” Melihat mulut Andriyan terbuk
Devanda melihat mata Andriyan yang sudah terpejam. Ia mengulum senyum, saat Andriyan tertidur rasanya begitu menenangkan. Devanda pun menyandarkan gitarnya di dinding lalu beranjak menaiki ranjang. Dia tidak peduli kalau saat bangun nanti Andriyan akan mengamuk karena sudah melarang Devanda untuk tidur di kasur yang sama karena tidak ingin Devanda tertular.Memang apa pentingnya? Kalau ditukar posisi pun, Andriyan pasti melakukan apa yang Devanda lakukan. Kemudian dia menjadikan lengannya sebagai bantal dan tidur menghadap Andriyan. Sembari terus memperhatikannya, Devanda mengelus alis Andriyan dengan jari telunjuknya. Jujur saja jika pria ini tampan, tapi bukan berarti Devanda bisa tertarik begitu saja karena fisik yang dimilikinya. Hanya saja rasanya tidak menyesal untuk menatap pria ini dalam waktu yang lama.Bukankah kita memang harus mensyukuri ciptaan Tuhan? Maka bagi Devanda, Andriyan adalah ciptaan Tuhan yang begitu indah. Karena
“Bagaimana keadaanmu?”Devanda menaikkan sebelas alisnya, sepertinya karena sakit kepala Andriyan jadi seperti terpentok sesuatu. “Aneh mendengar pertanyaan itu dari orang yang sedang sakit.”Andriyan sendiri baru sadar. Dia jadi menggaruk tengkuk lehernya. “Maaf, sudah kebiasaan, hehe ….”“Buka mulutmu, akan aku suapi.” Senang sekali mendengarnya. Ternyata sakit membawa keberuntungan yang begitu banyak dalam hidup Andriyan.Sontak Andriyan tersenyum lebar. “Tapi, apa kamu sudah makan? Kalau belum, aku akan menyuapimu juga.”Devanda menghela napas panjang. “Tolong ya, Orang Sakit. Jangan sampai membuatku kesal. Berhenti bicara dan buka mulutmu. Gunakan mulutmu untuk makan dan hentikan ocehan tidak jelas itu,” kata Devanda yang mulai mengaduk bubur Andriyan.“Baiklah, Bu Dokter, tolong rawat saya dengan baik, ya.” Andriyan tersenyum lebar, rasanya seperti menggelitiki perut Devanda. Tanpa ingin memperhatikan ekspresinya, Devanda pun segera menyuapi Andriyan.Sekitar 5 jam kemudian, Andr
Rasel sudah berada di dalam mobilnya. Dia terus memperhatikan layar ponselnya yang menunjukkan ke mana posisi Mayja bergerak. Tampaknya perempuan itu masih berlari karena simbol berwarna biru di dalam maps itu masih terus bergerak.Jantung Rasel seperti dipacu dengan kencang. Dia tidak tau bagaimana situasi Mayja sekarang, tapi yang jelas perempuan itu terdengar sedang dalam bahaya. Jadi jangan sampai Rasel terlambat untuk menyelamatkannya. Sampai akhirnya simbol biru itu berhenti, sepertinya Mayja berhenti karena jalanan di gang itu buntu. Tanpa menunggu lama, Rasel mengambil ponselnya dan segera keluar dari mobil. Dia berlari menuju lokasi di mana Mayja berada.“AKU BILANG LEPAS! TOLONG JANGAN GANGGU AKU!” teriak Mayja.“Dia terlalu banyak bicara. Buat tidak sadarkan diri saja biar lebih seru!”“Hahaha, kau benar!”Mereka berjalan mendekat, paham kalau perempuan di depannya sudah tidak ada pilihan lain untuk kabur. Bersiap untuk mengepung Mayja, seseorang berlari mendekat dari belak
“Kamu baik-baik saja?!”Devanda mencoba memeriksa kondisi Mayja. Dia dengar perempuan itu sedang dalam bahaya, jadi rasa cemas yang dimiliki Devanda sudah seperti seorang ibu kepada anaknya.“Saya aman, Nona. Nona tidak perlu khawatir,” ucap Mayja seraya memegang kedua lengan Devanda, berusaha untuk menenangkannya.Devanda lantas mengelus dadanya. Andriyan melirik ke arah Rasel untuk meminta penjelasan. “Jadi apa yang terjadi?”“Saat Mayja akan pulang, dia dihadang sejumlah preman tapi para preman itu memiliki maksud yang tidak baik sehingga Mayja kabur dari mereka dan segera menghubungi saya,” ucap Rasel yang menjelaskan.Sontak Andriyan menatap Mayja dengan kening berkerut. “Harusnya kamu menghubungi polisi, bukannya Rasel! Kalau Rasel gagal menemukanmu bagaimana? Kalau polisi, mereka kan lebih hapal daerah ini dan bisa melacakmu dengan mudah,” ucap Andriyan, berpikir bahwa tindakan Mayja sangat sembrono.Sepertinya hubungan Andriyan dan Mayja menjadi lebih dekat di luar sepengetahu
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a