Share

OBSESI PRIA BERKUASA
OBSESI PRIA BERKUASA
Penulis: Chatrin

Gangguan meresahkan

"KELUAR AGATHA SAYANG! AKU TAK AKAN MENYAKITIMU! PATUHLAH!"

"SIAPA YANG KAU PANGGIL SAYANG?! DASAR BRENGSEK! PERGI KAU SIALAN!" Balas Agatha pada Pria yang saat ini tengah berusaha mendobrak pintu kamarnya, berusaha untuk masuk.

Pria itu tak lain adalah Rohander Frigo, Pria yang merajai pasar ekonomi dunia dengan berbagai jenis usahanya yang besar. Agatha mengetahui fakta itu kemarin malam, saat sebuah artikel tentang Pria lewat pada beranda kolom pencarian internetnya.

Dan fakta itu cukup membuat Agatha dipaksa berpikir keras, tentang alasan Rohander menguntitnya selama ini.

Pria itu bahkan hampir mematahkan kakinya beberapa minggu lalu, hanya karena dirinya mengatakan jika ia tidak layak berjalan dengan Pria itu. Yah... lagipula siapa juga yang ingin berjalan bersama Pria kasar, yang terkesan seperti psikopat?

Agatha cukup waras untuk menyadari jika Pria dibalik pintu kamarnya saat ini adalah Pria berbahaya yang harus dijahui, meski ia hampir terlena dengan fakta bahwa Pria itu sangat kaya. Tapi untunglah, kewaspadaannya membuat ia membuang pemikirannya pada dompet berjalan yang saat ini berteriak seperti orang kesetanan.

"AGATHA! KELUAR SAYANG! SUDAH KUKATAKAN AKU TAK AKAN MENYAKITIMU! KELUAR! KELUAR! KELUAR SAYANG!" Pekik Rohander, yang membuat Agatha keringat dingin menahan pintu didepannya.

"DASAR GILA! PRIA TIDAK WARAS, KEMBALI SANA KEISTANAMU!" Balas Agatha tak kalah lantangnya, Rohander pikir Agatha akan takut pada suara tinggi melengking itu? Damn! Tentu saja tidak.

"SWEATHEART!"

Agatha menutup matanya, menahan rasa perih pada telapak tangannya yang terluka karena menahan pintu didepannya. Nafas Agatha bahkan tersenggal-senggal, karena lelah.

"BUKA PINTUNYA KITA BICARA BAIK-BAIK SWEATHEART!"

Bullshit! tidak peduli berapa kalipun Rohander berucap membujuknya, Agatha tidak akan pernah keluar.

Lagipula siapa yang membujuk seseorang dengan teriakan melengking tinggi penuh dengan emosi seperti Rohander, ayolah Agatha bahkan yakin jika orang gila saja akan takut pada teriakan yang saat ini ia dengar.

BHUK!

BHUK!

BHUK!

"MENGAPA TIDAK SEKALIAN KAU HANCURKAN RUMAHKU, PRIA SIALAN!" Pekik Agatha yang menyadari pintunya yang mulai rusak akibat gebukan yang sangat kuat.

Meski gebukan terdengar hanya menggunakan tangan kosong, tetapi tekanan yang diberikan bukan main kuatnya. Sehingga orang lain mungkin akan berpikir jika gebukan itu berasal dari sebuah palu besar.

"BUKA SAYANGKU, MY SWEATHEART! AYO BUKA PINTUNYA! ATAU AKU AKAN MEMBUAT PERKATAANMU BARUSAN MENJADI KENYATAAN!"

"BEGITUKAH! KALAU BEGITU COBA SAJA, AKU AKAN DENGAN SENANG HATI MENUNGGUNYA. BASTARD!"

"SWEATHEART!"

"BASTARD!"

Untuk beberapa saat Agatha melemaskan tubuhnya, namun tak pernah membuat tangannya menjauh dari gagang pintu.

Bagi Agatha situasi saat ini sudah biasa, tapi mungkin karena ia tidak memiliki tenaga saat ini hingga membuat dirinya cukup kewalahan menghadapi Rohander.

Sampai... beberapa menit kemudian Agatha menarik nafas lega, saat suara sirine mobil polisi mendekat. Agatha bersyukur kali ini para polisi yang ia hubungi beberapa saat yang lalu tidak terlambat, bersamaan dengan itu. Tekanan pada pintu juga ikut mereda, membuat Agatha melepaskan gagang pintu itu menghetahui Rohander yang pergi dari kediamannya.

Kemudian bangkit dengan tertatih-tatih, karena merasa sedikit pusing.

Tok!

Tok!

Tok!

Ceklek!

"Kau baik-baik saja? Apa Pria itu menyakitimu?" Tanya petugas kepolisian, yang tak lain adalah sahabat Agatha. Leo Fernandes, seorang Pria yang berhasil mencapai gelar letnan diusianya yang terbilang masih sangat muda.

Dengan sebuah tarikan nafas, Agatha menjawab dengan santai. "Tidak apa-apa, untung saja kau datang cepat. Jika tidak, entahlah mungkin aku sudah tidak disini lagi."

Leo membuang nafasnya kasar, menatap jengah sang sahabat yang nampak masih bisa tersenyum disaat wanita lain mungkin histeris dan ketakutan dalam situasi seperti ini.

"Tidak bisakah kau tidak besikap santai? Pria itu mungkin saja mengharapkan nyawamu, apa kau sama sekali tidak takut?" Kesal Leo.

"Tidak akan! Pria itu sepertinya hanya suka padaku yang masih bernafas,"

"Agatha!"

"Tenanglah Leo, disini aku targetnya. Kau tidak perlu cemas, aku bisa menjaga diriku agar tidak tertangkap oleh Pria itu. Yah, setidaknya aku memiliki kau yang selalu membantuku terlepas darinya. Haruskah kuucapkan terima kasih sahabatku?"

Leo memijit kepalanya pusing menghadapi Agatha, rasanya ia ingin memecahkan kepala wanita didepannya agar sedikit lurus.

Maksudnya... ayolah, Leo benar-benar khawatir pada keadaan Agatha yang menjadi incaran seorang Pria misterius yang gilanya tak bisa Leo tangkap dengan mudah, entah karena kecepatan Pria itu dalam melarikan diri atau yang lainnya. Yang jelas, Leo sampai saat ini tidak menemukan titik terang tentang siapa Pria yang selalu mengganggu Agatha selama 1 tahun terakhir.

Yang jelas, Leo tahu jika semua jalan yang ia tempuh selalu berakhir dengan buntuh.

Disisi lain... Agatha yang paham dengan pemikiran Leo hanya bisa menepuk bahu Pria itu, "sudahlah, jangan dipikirkan tentang siapa Pria itu. Kau hanya akan membuang waktu untuk itu,"

"Kenapa? Jujur saja Agatha, sebenarnya kau tahu siapa Pria itu,kan?!"

Agatha membuang nafasnya kasar, "jika aku tahupun tak akan kuberi tahu, karena. Kau tahu Leo, orang yang kau cari itu bukanlah orang biasa yang bisa kau jebloskan kepenjara saat kau menemukannya. Lagipula aku tidak ingin membuat penjelasan apapun dipersidangan, jika Pria itu tertangkap."

"Perkataanmu malah membuatku semakin ingin menangkap Pria itu,"

Agatha terkekeh pelan, lalu membuka pintu kamar yang sempat ia tutup. "Sudah cukup, silahkan kembali kekantormu Letnan Leo."

"Kau mengusirku?!"

"Sudah jelaskan, jadi selamat tinggal."

"Tapi bagaimana jika Pria itu-"

BRHUK!

Belum sempat Leo berkata, Agatha sudah menariknya keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan keras. Membuat Leo mendesah kesal, menerima sikap Agatha. Tapi untunglah Leo sudah biasa dengan sikap Agatha, jadi ia tidak begitu mengambil hati atas tindakan Agatha barusan.

Leo sempat menunggu beberapa saat dipekarangan rumah Agatha guna memastikan jika Pria yang mengincar Agatha tidak kembali, hingga dimenit ketiga puluh Leo menyerah dan meninggalkan kediaman Agatha.

Seperginya Leo, Agatha langsung mengambil ponselnya yang berbunyi.

"Halo?"

"Aku keluar negeri 2 minggu sayang, aku akan kembali saat pekerjaanku selesai. Bye sweatheart... aku akan merindukan-"

Tuuuthh...

Agatha mematikan sambungan ponselnya yang berasal dari Pria yang sama yang hampir menghancurkan pintunya, secara sepihak. Agatha lalu membanting tubuhnya pada kasur queen sizenya seraya berpikir tentang Pria yang terus mengincarnya, yang sejujurnya membuat hari-hari Agatha berjalan dengan penuh tekanan.

Rohander Frigo, sebuah nama yang tak pernah terbesit diotaknya kini harus mengisi setiap titik bagian pemikirannya.

Pria luar biasa namun berbahaya itu, mengincar dirinya tapi untuk apa? Dan mengapa?

Dengan pemikiran itu, Agatha cukup yakin jika Rohander pasti melihat sesuatu yang menarik pada dirinya. Tapi apa yang menarik dari dirinya?

Apa alasanmu menggangguku, Rohander Frigo?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status