Beranda / Romansa / OBSESI PRIA BERKUASA / Feel itu, it's oky...

Share

Feel itu, it's oky...

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-09 14:40:10

"Ya, kau sangat cantik." Rohander berkata dengan kepala yang kian maju kedepan, berniat untuk mencapai bibir Agatha. Namun saat bibir mereka hanya berjarak satu centi, Rohander menghentikan gerakannya-menatap mata coklat terang didepannya.

Didetik berikutnya Rohander menyatukan bibirnya dan Agatha, ia menekan kepala Agatha agar tidak menjauh darinya. Sampai cium*n Rohander perlahan berubah menjadi sebuah lumatan kasar, yang membuat Agatha bersusah payah menyeimbangi permainan Rohander.

Ada perasaan lain yang menggerogoti hati Agatha saat tangan Rohander mulai masuk kedalam lapisan bajunya, membelai setiap sisi tubuhnya dengan lembut.

"Rohander..." panggil Agatha dengan suara pelan, yang membuat Rohander menghentikan lumatannya pada bibir Agatha karena tahu wanita itu hampir kehabisan nafas.

Menunggu Agatha yang tengah menghirup udara dengan rakus, Rohander menanggalkan pakainnya dengan cepat. Sebelum naik keatas tubuh Agatha, dengan tubuhnya yang polos. Rohander mengalungkan tangan Agatha pada lehernya, lalu kembali menci*m bibir lembut Agatha yang nampak pasrah tanpa perlawanan dibawahnya.

Cium*n Rohander kian turun sampai pada leher jenjang Agatha, ia seakan dibuat candu dengan aroma tubuh yang dikeluarkan Agatha saat ini.

"Sweatheart jangan ditahan." Kata Rohander saat menyadari jika Agatha menahan dirinya sendiri untuk tidak bereaksi lebih pada sentuhan yang ia berikan, "Sweatheart, please. Feel it, it's oky."

Agatha ludahnya susah payah, kalau bisa dikatakan ia tengah gugup dan takut saat ini. Dan untung saja Rohander peka terhadap kekhawatiran wanitanya, sehingga untuk sesaat ia berhenti dan menyatukan keningnya dan Agatha.

Meyakinkan Agatha, adalah hal yang dilakukan Rohander saat ini. Meski ia bisa saja memaksakan kehendaknya, tapi Rohander juga sadar bahwa perkataan Agatha beberapa saat yang lalu ada benarnya. Ia tidak akan mendapatkan apa yang ia inginkan dengan memaksa, lagipula Agatha juga tidak melawan. Lalu mengapa ia harus kasar?

"Sweatheart, lihat aku."

Agatha membuka matanya, menatap Rohander yang sangat dekat wajahnya. "Percaya padaku, ini tidak akan seburuk apa yang ada dipikiranmu. Aku memang kasar, tapi itu berlaku saat kau melawanku. Jadi karena kau memutuskan untuk tidak melawan... maka-"

"Aku tahu, aku hanya sedikit gugup dengan pengalaman pertamaku." Potong Agatha yang membuat Rohander tersenyum kecil.

Tangannya mulai bergerak kembali, dan kali ini melepaskan setiap pakaian yang melekat pada tubuh Agatha dengan gerakan pelan. "Ternyata kau bisa gugup ya?"

"Sial!-" belum sempat memaki Rohander, bibirnya sudah diraup secara rakus oleh Pria itu. Kali ini Agatha dengan santai membalas Rohander, tanpa gugup sedikitpun. Yah, mungkin karena kekesalannya pada kata Rohander yang membuat Agatha rileks.

"Ah!" Satu desahan lolos dari mulut Agatha saat keduanya menyatu, dalam kesakitan menahan perih pada bagian bawahnya Agatha berucap. "Pelanlah."

"Sesuai dengan perkataanmu, sweatheart."

Malam itu, keduanya menghabiskan waktu dengan suara desahan yang saling bersaut-sautan memenuhi keheningan malam.

****

"Bangun sweatheart..." ucap Rohander dengan pelan, berusaha membangunkan Agatha yang terlihat begitu lelah akibat perbuatannya semalam.

Dimenit berikutnya Agatha terbangun, dengan sebuah jemari yang mengusik tidurnya. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Agatha dengan suara serak khas baru bangun tidur, saat merasakan gerakan kecil pada perutnya.

"Membangunkanmu Sweatheart," jawab Rohander yang menghentikan aksinya.

Sampai dirinya mendapati wanita didepannya yang menatapnya tajam, beberapa saat terdiam hingga Rohander sadar dengan arti tatapan tajam bagai pisau dari Agatha. Mereka masih dalam keadaan menyatu, saking lelahnya semalam.

"Rohander!"

"Yes baby?"

"Dasar babi! Apa kau berpura-pura lugu sekarang? Lepaskan itu dariku!" Kesal Agatha dengan penuh penekanan, tapi perkataan Agatha yang setengah-setengah membuat sebuah pemikiran jahil diotak Rohander aktif.

"Lepaskan sendiri." Katanya yang membuat Agatha membulatkan matanya tidak percaya, Pria didepannya malah menutup matanya seakan menunggu Agatha untuk melakukannya. Agatha kesal setengah mati, hal yang mudah seharusnya. Tapi... dalam situasi ini, astaga! Agatha bahkan tidak tahu harus menjelaskan situasinya saat ini.

Membuang nafasnya pelan dan panjang, Agatha lantas memohon pada Rohander. "Rohander, please. Aku tidak nyaman,"

"Baiklah." Rohander akhirnya keluar dengan satu gerakan cepat, dimana hal itu membuat Agatha sontak menutup matanya merasakan perih sekaligus geli disaat yang bersamaan.

"Sialan!" Umpatnya yang mendapati Rohander yang terkekeh pelan, Agatha kemudian bangkit dengan susah payah. Ia berniat untuk kekamar mandi, membersihkan dirinya yang terasa lengket.

"Akht!" Pekik Agatha saat Rohander menarik tubuhnya yang hampir berdiri, membentur dada pria itu. "Rohander!"

"Sebentar sweatheart." Ucap Rohander yang memeluk tubuh polos Agatha, dengan menghirup aroma kepala Agatha dalam-dalam. Agatha ingin menolak, tapi seakan tubuhnya dijerat oleh rantai besi. Ia tak bisa menghindar dari pelukan Rohander, sampai beberapa menit dalam posisi yang awakward itu. Agatha merasakan sesuatu yang mengganjal...

"Rohander!" Peringatnya saat sesuatu mengganjal bawah perutnya, menyadari jika pria didepannya kembali bernaf*u.

Agatha menjauhkan pikiran semalam, ia berusaha mengumpulkan tenaganya untuk melepaskan diri dari Rohander yang nampak terpancing dengan gerakannya.

"Sweatheart aku ingin-"

"TIDAK!" Potong Agatha dengan cepat menyadari kelanjutan dari perkataan Rohander.

"Sweatheart please, lagipula sehabis ini aku akan kekantor. Dan mungkin tidak akan bertemu denganmu sampai malam nanti, apa kau tidak kasihan padaku?"

Agatha memutar bola matanya malas, "menjijikan." Katanya yang tak membuat Rohander tersinggung sama sekali, ia malah terus menatap wajah Agatha yang serius mencoba melepaskan diri darinya.

"Rohander, lepas!"

"No, sekali lagi ya?" Agatha menggelengkan kepalanya cepat, tanda tak mau. Sampai... "AGATHA!" Marah Rohander yang terlihat mulai kesal dengan tingkah Agatha.

Sedangkan Agatha nampak tidak memusingkan bentakan yang ia terima, baginya sikap Rohander memang seperti itu jika ia tak menuruti kemauannya. Hingga, Agatha berhenti saat mengingat sesuatu yang penting.

Ia sontak menatap Rohander yang terlihat menatap tajam dirinya, "tunggu, kau ingin kekantor pusat atau cabang?"

Rohander menaikan alisnya, "cabang,"

"Yah... kepusat saja ya?" Rohander terkekeh melihat binar penuh permohonan di mata Agatha, ia tidak tahu mengapa Agatha ingin kekantor pusatnya. Tapi itu tidak masalah, selama Agatha mau menuruti dan mematuhinya.

"Boleh, tapi kau harus menurutiku hari ini. Tanpa bantahan!"

Agatha membuang nafasnya panjang, sebelum menganggukan kepalanya dengan perasaan ingin mencakar wajah Rohander yang tampak tersenyum kemenangan.

"Kalau begitu ayo mandi, kita akan kekantor pusat." Putus Rohander yang mengangkat tubuh Agatha memasuki kamar mandi, membuat kerutan dikening Agatha.

Meski tidak tahu apa isi pikiran Rohander yang bisa mengontrol keinginan untuk bercin*a dengannya, tapi Agatha yakin jika apa yang dipikirkan Rohander akan merugikannya.

Tapi meninggalkan pemikiran atas apa yang dipikirkan Rohander padanya, Agatha malah fokus dengan seseorang yang ia ketahui bekerja diperusahaan pusat Rohander. Orang yang menjadi alasan kedua orangtuanya tewas, meski tidak ada bukti yang menyatakan kecelakaan orangtuanya adalah kesengajaan. Agatha yakin, jika orang yang ia cari saat ini mengetahui sebuah fakta dibalik kecelakaan itu.

Cup!

"Apa yang kau pikirkan sweatheart?" Tanya Rohander setelah mengecup punggung mulus Agatha.

"Hanya sesuatu yang tidak penting." Jawab Agatha, menatap cermin didepan bathup tempat dirinya dan Rohander mandi bersama.

Bab terkait

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Perlakuan berbeda

    Dikantor pusat, semua orang tengah mempersiapkan kedatangan Rohander. Terlihat seluruh manager dan beberapa staff sudah siap menyambut kedatangan Pria yang hampir tak pernah menginjakan kakinya dikantor pusat, sampai semua orang menunduk dikala orang yang mereka tunggu turun dari mobilnya."Selamat datang, tuan Frigo." Serempak mereka, saat Rohander berjalan memasuki kantor.Meski antusiasme mereka tak ditanggapi oleh Rohander, yang nampak berjalan tanpa menayapa bahkan melirik saja ia tidak lakukan. Membuat semua orang kecewa, tapi marah juga tidak berarti karena orang yang berjalan memasuki lift khusus itu bukan hanya sekedar bos mereka saja. Tapi seseorang, yang bahkan mampu membuat dunia bungkam.Anehnya disana tak terlihat Agatha, wanita itu kini sibuk memilih berbagai macam makanan ringan disalah satu toko serba ada yang tak jauh dari kantor pusat.Yap! Agatha beberapa saat yang lalu memang bersama Rohander, tapi matanya yang menangkap berbagai aneka makanan ringan. Tidak bisa u

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Aura yang berbeda

    Zak membulatkan matanya terkejut, sementara Agatha mendelik tak suka. "Dasar sakit jiwa!" Ucap Agatha pelan, dengan wajah yang menggambarkan penghinaan pada pria didepannya saat ini. Sebelum melangkah pergi, mendahului Rohander yang terlihat masih menunggu jawaban darinya."Kumpulkan semua orang yang mencibir Agatha di ruang rapat, akan kubereseskan mereka sesuai dengan perkataan Agatha." Perintah Rohander lewat sambungan ponsel ketika Agatha menghilang dibalik pintu."Awasi mereka." Ucap Rohander pada Zak, yang langsung diangguki olehnya sebelum pergi meninggalkan sang tuan.Disisi lain... Agatha nampak menatap keluar jendela kaca besar, yang memperlihatkan dengan jelas pemandangan kota. Tapi fokusnya bukan pada pemandangan kota yang indah didepannya, tapi pada seorang wanita hamil yang saat ini berjalan memasuki halaman kantor pusat.Agatha menyipitkan matanya saat melihat sebuah kartu yang tergantung dileher wanita hamil tersebut, sesaat setelah menyadari jika wanita itu bagian dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Atmosfer panas

    Pukul 15.00... Agatha membuka matanya, ia menatap jendela besar disampingnya yang menampakan langit yang mendung. "Sepertinya akan hujan." Ucapnya pelan.Agatha kemudian bangkit menuju toilet untuk membasuh wajahnya, namun sesaat kemudian ia terkejut dengan suara bantingan pintu dari luar."SWEATHEART!" Panggil Rohander dengan nada melengking tinggi, Pria itu memasuki kamar namun tak mendapati Agatha yang sedang berada dalam toilet mengetingkan wajahnya."WHAT THE HELL ARE YOU DOING!" Kaget Agatha yang melihat keadaan Rohander yang nampak kacau, dengan beberapa lebam dan darah yang terlihat mengering dibeberapa sudut wajah dan tubuh Pria itu.Tak memedulikan Agatha, Rohander dengan cepat menyambar bibir Agatha melumatnya dengan gerakan kasar. Agatha yang terkejut ini sontak menjauhkan diri, namun telapak tangan Rohander yang bersarang dibelakang kepalanya membuat ia tak bisa menghindar. Dan terpaksa membalas permainan Rohander, sehingga tanpa sadar mengalungkan tangannya leher pria it

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Berani menyentuh milik Rohander!

    "Bagaimana bisa kau menemukan mereka secepat ini?" Tanya Bian pada sosok wanita yang tengah asik memakan makanan ringan ditangannya, dengan kedua kaki yang terpangku diatas meja kerjanya. Wanita itu tak lain adalah Agatha, setelah melewati malam yang melelahkan Agatha terbangun tanpa Rohander disisinya. Pria itu meninggalkan surat pada Agatha melarangnya untuk keluar sampai ia kembali, tapi bukan Agatha namanya jika harus menuturi kemauan Rohander. Ia memilih untuk keluar dari kantor, dan menemui temannya. Bian Holland, seorang hacker yang saat ini bekerja untuk pemerintah. Agatha mengenal Bian saat Pria itu tengah mencairkan uang hasil curiannya, Agatha yakin saat itu Bian memanglah pencuri karena gelagatnya yang tidak biasa. Seperti gugup, dan takut saat Agatha dengan terang-terangan menyakan darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu, Bian yang tidak bisa menjawab membuat Agatha menyeretnya ke kantor polisi. Siapa yang sangka jika Bian yang seharusnya mendekam di penjara, malah

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Ketakutan yang merayap

    "Ayah pulang." Dengan wajah lelah, seorang lelaki berusia empat puluhan memasuki rumah. Ia harus pulang terlambat akibat insiden menyebalkan di kereta api. Beruntung ia akhirnya dapat bebas. Ya, ia hanya perlu memberikan sejumlah uang, dan manusia-manusia budak rupiah itu dengan cepat membebaskannya.Semudah itu. "Sayang?" panggilnya. Biasanya anaknya akan berlari menyambut kedatangannya. Tumben anak dan istrinya tidak terlihat."Sayang? Misa?" Kakinya melangkah cepat memasuki rumah. "Saya—ha!" Langkahnya mendadak terhenti saat melihat anak dan istrinya tergeletak di bawah tangga. "Sayang! Misa!"Panik langsung menderanya hingga ia melempar asal tas kerjanya dan berlari menuju anak dan istrinya. Belum sampai beberapa langkah, ia hampir terjungkal saat suara tembakan menggema di keheningan siang waktu itu.Dor!Lampu besar di ruangan tersebut langsung pecah. Jatuh berserak tak karuan. Beberapa detik kemudian langkah kaki teratur terdengar mendekat. Pelan sekali. Semakin dekat, sema

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Aku bukan pembunuh sadis

    "Bajingan! Sialan! Brengsek!" Maki Agatha seraya menyeka bibirnya yang terlihat bengkak akibat ulah Rohander, bahkan jika saja ia tidak berusaha melepaskan dirinya. Agatha yakin dirinya tidak di jalan saat ini, melainkan diatas kasur melayani nafs* gila Rohander yang seakan tak ada habisnya. Berjalan dengan kesal, Agatha saat ini tengah menuju ke sebuah pemakaman. Tpi bukan pemakaman kedua orang tuanya, tapi pemakaman tempat orang yang berjasa menhgajarkannya segala hal tentang dunia setelah orang tuanya tewas. "Bagaimana kabarmu, guru? Apa didalam sana begitu nyaman?"Yah, Bara Collins. Seorang Pria berumur 45 tahun yang sayangnya harus tewas akibat pengianatan anak didiknya sendiri. Bara Collins, adalah seorang pengajar strategi dan bela diri yang bekerja untuk sekelompok mafia terkenal. Statusnya sebagai mantan pembunuh bayaran yang amat ditakuti, membuat beberapa organisasi mafia mempercayakan anak buah mereka untuk ia didik. Walau memiliki sifat dingin dan tegas, Bara pada ny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Berharap

    "Butuh bantuan?" Tanya Rendra yang sontak membuat Agatha menatap Pria itu seraya berpikir apakah ia akan menerima bantuan Pria di depannya, tidak tahu apa yang dilakukan Rendra untuk membantunya."Bagaimana cara kau membantuku?" Tanya Agatha cepat saat melihat Leo yang mulai mendekati mejanya.Rendra tersenyum penuh arti, sebelum menepuk pahanya. "Kemarilah, duduk di pangkuanku."Agatha membulatkan matanya, terkejut dengan perkataan Rendra. "Apa kau sudah tidak waras?! Bagaimana bisa aku duduk dipangkuan Pria yang baru saja kutemui?!" Tekan Agatha dengan nada pelan agar Leo tak mencurigainya.Tinggal beberapa langkah, Agatha akhirnya menyerah dan duduk di pangkuan Rendra dengan perasaan kesal bercampur marah. Sampai akhirnya Leo berada tepat di samping meja mereka, menatap Agatha dengan penuh banyak pertanyaan dibenaknya."Apa dia kekasihmu Agatha?" Tanya Leo yang penasaran dengan Rendra, yang nampak tenang pada duduknya seraya menyesap secangkir kopi ditangannya.Agatha diam sebentar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10
  • OBSESI PRIA BERKUASA   Sedikit menahan diri

    Dengan bermodalkan kartu hitam milik Rohander. Agatha dengan berani membeli sebuah mobil mewah dengan harga fantasitis, akibat kemarahannya pada Leo.Ferrari Pininfarina Sergia merah metalik melaju di jalanan pinggiran kota new york yang sepi sekalipun baru sore hari. Itu karena di sepanjang jalan hanya ada cafe, kedai kecil dan bangunan-bangunan tua yang seperti tidak terawat. Agatha menginjak pedal gas, mengendarai mobilnya lebih kencang lagi. Sekalipun nanti itu membuatnya tertangkap kamera pengawas polisi karena melewati batas kecepatan, atau menabrak jalan—Agatha tidak peduli. Bahkan, mati sekarang akan jadi hal yang lebih baik. Mungkin... Agatha mencengkeram roda kemudinya kuat-kuat hingga buku jarinya memutih. Berharap itu akan melampiaskan perasaannya yang campur aduk. Ia ingin berteriak—tapi tidak bisa. Berkali-kali Agatha mengusap matanya yang buram oleh air mata. Namun, detik selanjutnya air mata sialan itu meluncur kembali, senada dengan dadanya yang sesak—sakit. Nyeri.A

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-10

Bab terbaru

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Melepaskan demi kebaikan

    Agatha memejamkan mata sejenak, perasaan yang selama ini ia coba hindari kembali muncul. Ia tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri. Walaupun ia tahu apa yang Rohander lakukan padanya adalah kejam dan manipulatif, ia juga tahu bahwa pria itu pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya. Ada banyak kenangan indah, meskipun semuanya telah terdistorsi oleh kebohongan dan kekuasaan yang dipaksakan."Rohander..." bisik Agatha pelan, hatinya berdetak lebih cepat.Ia tidak tahu apa yang harus dirasakannya sekarang. Cinta? Kebencian? Penyesalan? Semua perasaan itu berbaur, sulit untuk dipisahkan. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah akhir dari perjalanan panjang yang penuh dengan kebohongan dan manipulasi.Tepat saat itu, seorang agen datang mendekatinya, mengabarkan bahwa semua proses penangkapan telah selesai dan bahwa Rohander kini berada dalam tahanan. “Kau sudah melakukan yang benar, Agatha,” kata agen tersebut dengan nada penuh pengertian. “Kebenaran telah terungkap, dan semuanya akan

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Semua yang tersembunyi dalam hatinya

    Agatha terus berlari, meski napasnya mulai memburu dan tubuhnya terasa lelah. Ia tidak berhenti, bahkan ketika langkah-langkahnya semakin berat, pikirannya tetap tajam dan penuh perhitungan. Ia tahu bahwa selama ini ada sesuatu yang salah dengan segala yang terjadi padanya—sesuatu yang lebih besar dari sekadar manipulasi, sesuatu yang lebih gelap dan lebih berbahaya.Langkah kaki Agatha terhenti saat ia sampai di sebuah jembatan tua yang sepi. Di sana, berdiri seorang pria yang tidak ia kenal. Agatha langsung merasa ada yang aneh dengan kehadirannya. Pria itu mengenakan jas hitam, wajahnya tersembunyi sebagian oleh topi lebar yang ia kenakan. Namun, ada sesuatu di mata pria itu yang membuat Agatha merasa familiar—sesuatu yang mengingatkannya pada Rahander.“Agatha,” pria itu memulai, suaranya rendah namun tegas. “Aku tahu kamu akan datang. Aku tidak bisa membiarkanmu berlari tanpa tahu kebenarannya.”Agatha menatapnya dengan tajam, kecurigaan mulai memenuhi dirinya. “Kau siapa? Apa

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Dalang terungkap

    Agatha terbangun tengah malam, matanya terbuka lebar saat mendapati kamar yang gelap. Suasana malam itu terasa lebih sunyi daripada biasanya, hanya ada suara angin yang menderu pelan di luar. Ia menoleh ke samping tempat tidur, namun Rohander tidak ada di sana.Perasaan curiga mulai merayapi pikirannya. Rohander yang pergi tanpa memberitahunya, tanpa alasan, itu terasa aneh. Sebelumnya, ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam sikap Rohander, dan sekarang perasaan itu semakin menguat.Agatha duduk di pinggir tempat tidur, menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba menenangkan dirinya, tetapi tak bisa mengabaikan kekhawatiran yang membangkitkan rasa cemas di hatinya.Beberapa saat kemudian, terdengar suara derap langkah kaki dari luar, dan pintu kamar perlahan terbuka. Agatha mengerutkan kening. Ternyata, Rohander kembali, dengan wajah yang tampak lelah dan bingung. Sepertinya, dia tidak mengharapkan Agatha terbangun.Namun, sebelum Agatha sempat bertanya apa yang sedang terjadi, Rohande

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Elysium

    Dengan keteguhan di hati, Agatha dan Rohander mulai menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Mereka bertemu dengan lebih banyak orang yang terlibat dalam jaringan ini, orang-orang yang selama ini bersembunyi di balik bayang-bayang, orang-orang yang memiliki kekuatan luar biasa dan niat yang lebih gelap dari yang bisa mereka bayangkan. Setiap langkah mereka semakin membawa mereka lebih dekat pada kebenaran yang menakutkan, tetapi sekaligus memberi mereka sedikit harapan.Di tengah perjalanan mereka, mereka menemukan petunjuk yang mengarah pada sebuah organisasi rahasia yang disebut Elysium. Organisasi ini memiliki sejarah panjang dalam eksperimen manusia, dan Agatha ternyata memiliki hubungan langsung dengan mereka. Tidak hanya sebagai subjek eksperimen, tapi juga sebagai bagian dari proyek mereka yang lebih besar, yang tujuannya adalah untuk menciptakan entitas yang bisa mengendalikan pikiran dan realitas.Suatu malam, setelah berjam-jam mene

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Informasi baru

    Beberapa hari setelah keputusan mereka untuk bergerak maju, masalah demi masalah mulai satu per satu terpecahkan. Agatha dan Rohander bekerja sama, menggali lebih dalam ke dalam misteri yang mengelilingi mereka. Setiap langkah yang mereka ambil, meskipun penuh risiko, memberikan jawaban yang lebih jelas tentang siapa yang berada di balik semua ini dan apa tujuan mereka.Di sebuah pertemuan tertutup, Rohander akhirnya berhasil menghubungi seseorang dari jaringan lamanya yang bisa dipercaya. Seorang informan yang dikenal dengan nama "Apex," yang ternyata mengetahui lebih banyak daripada yang semula mereka duga."Aku sudah mendapatkan informasi baru," kata Apex melalui ponsel kepada Rohander saat mereka berada di ruang bawah tanah yang terisolasi. "Liam yang kau temui beberapa hari lalu adalah bagian dari jaringan yang lebih besar, lebih gelap. Mereka bukan hanya sekedar ancaman biasa. Mereka memiliki koneksi jauh lebih dalam, yang berhubungan dengan keluarga politik besar yang berkuas

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Mencoba mempercayai untuk kesekian kalinya

    Liam menutup pintu dengan lembut, matanya tetap tajam menatap Agatha dan Rohander, mencoba mengukur reaksi mereka. Agatha, yang masih terkejut, mulai merasakan kekhawatiran mendalam di dadanya. "Liam... apa maksudmu dengan kekuatan yang lebih besar itu?" Suaranya sedikit tercekat, seolah tak siap menerima kenyataan yang baru saja datang menghampiri mereka.Liam menghela napas panjang, seolah berat untuk berbicara. "Aku tak bisa menjelaskan semuanya sekarang, Agatha, tapi ada orang-orang yang selama ini mengamati kalian berdua. Mereka tahu apa yang terjadi, mereka tahu tentang Rohander, tentang apa yang telah terjadi di masa lalu, dan mereka akan melakukan apa saja untuk memastikan kekuasaan mereka tetap terjaga."Rohander berdiri lebih tegak, tampaknya sudah mulai memahami bahwa ini lebih dari sekadar masalah antara dia dan Agatha. "Siapa mereka, Liam?" tanyanya dengan suara yang lebih serius, penuh tekad. "Apa yang mereka inginkan dari kami?"Liam menatap Rohander sejenak sebelum a

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kebenaran lain yang menyakitkan

    Agatha menatap kalung itu dengan cemas, jari-jarinya gemetar saat menyentuh liontin yang tampaknya begitu akrab namun terasa asing. Suasana di ruangan itu semakin tegang, hanya ada detakan jantung mereka yang terdengar jelas di antara keheningan yang berat.Rohander, yang masih berlutut di depan Agatha, memandangi wajahnya dengan penuh harapan, meski ada kekhawatiran yang jelas di matanya. “Agatha, aku tahu aku telah melukai kepercayaanmu. Tapi, aku tidak pernah bermaksud untuk membahayakanmu. Semua yang aku lakukan, aku lakukan karena aku takut kehilanganmu.”Agatha menarik napas panjang, matanya masih tertuju pada kalung yang kini terasa sangat berat di tangannya. “Kehilangan? Atau karena aku terlalu penting bagimu sehingga kamu tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di sekitarmu?” tanyanya pelan, suara itu terdengar hampir seperti bisikan.Rohander menatapnya dalam, seperti mencari jawaban dari setiap kata yang keluar dari mulut Agatha. "Aku tak tahu lagi apa yang harus ak

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Pusaran kebohongan

    Rohander berdiri mematung, wajahnya yang biasanya tenang berubah gelap. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Agatha tahu ada sesuatu yang besar yang dia sembunyikan, sesuatu yang bahkan dia tak ingin mengungkapkannya.“Rohander,” suara Agatha terdengar tajam. “Siapa ini di belakangku? Apa maksud semua ini?”Rohander mengulurkan tangan, mencoba mengambil foto itu, tetapi Agatha dengan cepat menariknya kembali. “Jangan. Kau tidak akan bisa mengalihkan pembicaraan kali ini. Aku butuh jawaban.”Dia mendesah berat, lalu mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar. “Agatha, ini bukan waktu yang tepat. Tolong percayalah padaku.”“Percaya?” Agatha tertawa sinis, emosinya meluap. “Kau telah memanipulasiku, menyuntikkan bahan kimia ke tubuhku, mencoba menghapus ingatanku. Dan sekarang kau bilang aku harus percaya?!”Rohander menatapnya penuh kesakitan, tetapi tetap tak berkata apa-apa.“Apa yang kau sembunyikan dariku, Rohander?” tuntut Agatha. Dia mengangkat kunci kecil yang ada di dala

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Terkejut dan ketakutan

    Rohander melepaskan pelukan itu perlahan, meskipun terasa berat. Matanya memandang wajah Agatha yang sedikit memerah, entah karena emosi atau mungkin kelelahan. Dia ingin mengatakan lebih banyak, menjelaskan lebih dalam, tetapi tatapan Agatha memintanya untuk diam—setidaknya untuk saat ini.“Aku butuh waktu,” ucap Agatha akhirnya, suaranya tenang tapi ada luka yang masih tergambar jelas di sana. “Kita tidak bisa melupakan semuanya begitu saja, Rohander. Semua yang sudah kau lakukan… itu terlalu banyak.”Rohander mengangguk. “Aku tahu,” jawabnya pelan. “Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku tidak akan berhenti berusaha. Jika itu berarti memberimu waktu, maka aku akan menunggu, Agatha. Berapa lama pun itu.”Agatha menelan ludah, perasaan yang bercampur aduk kembali menyerang. “Kau bilang begitu, tapi aku tahu kau tidak sabar, Rohander. Kau tidak tahu bagaimana caranya menunggu. Kau terlalu… obsesif.”Rohander terkekeh kecil, meski lemah. “Aku sedang belajar, Agatha. Dan ini pelajaran tersu

DMCA.com Protection Status