Share

Feel itu, it's oky...

"Ya, kau sangat cantik." Rohander berkata dengan kepala yang kian maju kedepan, berniat untuk mencapai bibir Agatha. Namun saat bibir mereka hanya berjarak satu centi, Rohander menghentikan gerakannya-menatap mata coklat terang didepannya.

Didetik berikutnya Rohander menyatukan bibirnya dan Agatha, ia menekan kepala Agatha agar tidak menjauh darinya. Sampai cium*n Rohander perlahan berubah menjadi sebuah lumatan kasar, yang membuat Agatha bersusah payah menyeimbangi permainan Rohander.

Ada perasaan lain yang menggerogoti hati Agatha saat tangan Rohander mulai masuk kedalam lapisan bajunya, membelai setiap sisi tubuhnya dengan lembut.

"Rohander..." panggil Agatha dengan suara pelan, yang membuat Rohander menghentikan lumatannya pada bibir Agatha karena tahu wanita itu hampir kehabisan nafas.

Menunggu Agatha yang tengah menghirup udara dengan rakus, Rohander menanggalkan pakainnya dengan cepat. Sebelum naik keatas tubuh Agatha, dengan tubuhnya yang polos. Rohander mengalungkan tangan Agatha pada lehernya, lalu kembali menci*m bibir lembut Agatha yang nampak pasrah tanpa perlawanan dibawahnya.

Cium*n Rohander kian turun sampai pada leher jenjang Agatha, ia seakan dibuat candu dengan aroma tubuh yang dikeluarkan Agatha saat ini.

"Sweatheart jangan ditahan." Kata Rohander saat menyadari jika Agatha menahan dirinya sendiri untuk tidak bereaksi lebih pada sentuhan yang ia berikan, "Sweatheart, please. Feel it, it's oky."

Agatha ludahnya susah payah, kalau bisa dikatakan ia tengah gugup dan takut saat ini. Dan untung saja Rohander peka terhadap kekhawatiran wanitanya, sehingga untuk sesaat ia berhenti dan menyatukan keningnya dan Agatha.

Meyakinkan Agatha, adalah hal yang dilakukan Rohander saat ini. Meski ia bisa saja memaksakan kehendaknya, tapi Rohander juga sadar bahwa perkataan Agatha beberapa saat yang lalu ada benarnya. Ia tidak akan mendapatkan apa yang ia inginkan dengan memaksa, lagipula Agatha juga tidak melawan. Lalu mengapa ia harus kasar?

"Sweatheart, lihat aku."

Agatha membuka matanya, menatap Rohander yang sangat dekat wajahnya. "Percaya padaku, ini tidak akan seburuk apa yang ada dipikiranmu. Aku memang kasar, tapi itu berlaku saat kau melawanku. Jadi karena kau memutuskan untuk tidak melawan... maka-"

"Aku tahu, aku hanya sedikit gugup dengan pengalaman pertamaku." Potong Agatha yang membuat Rohander tersenyum kecil.

Tangannya mulai bergerak kembali, dan kali ini melepaskan setiap pakaian yang melekat pada tubuh Agatha dengan gerakan pelan. "Ternyata kau bisa gugup ya?"

"Sial!-" belum sempat memaki Rohander, bibirnya sudah diraup secara rakus oleh Pria itu. Kali ini Agatha dengan santai membalas Rohander, tanpa gugup sedikitpun. Yah, mungkin karena kekesalannya pada kata Rohander yang membuat Agatha rileks.

"Ah!" Satu desahan lolos dari mulut Agatha saat keduanya menyatu, dalam kesakitan menahan perih pada bagian bawahnya Agatha berucap. "Pelanlah."

"Sesuai dengan perkataanmu, sweatheart."

Malam itu, keduanya menghabiskan waktu dengan suara desahan yang saling bersaut-sautan memenuhi keheningan malam.

****

"Bangun sweatheart..." ucap Rohander dengan pelan, berusaha membangunkan Agatha yang terlihat begitu lelah akibat perbuatannya semalam.

Dimenit berikutnya Agatha terbangun, dengan sebuah jemari yang mengusik tidurnya. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Agatha dengan suara serak khas baru bangun tidur, saat merasakan gerakan kecil pada perutnya.

"Membangunkanmu Sweatheart," jawab Rohander yang menghentikan aksinya.

Sampai dirinya mendapati wanita didepannya yang menatapnya tajam, beberapa saat terdiam hingga Rohander sadar dengan arti tatapan tajam bagai pisau dari Agatha. Mereka masih dalam keadaan menyatu, saking lelahnya semalam.

"Rohander!"

"Yes baby?"

"Dasar babi! Apa kau berpura-pura lugu sekarang? Lepaskan itu dariku!" Kesal Agatha dengan penuh penekanan, tapi perkataan Agatha yang setengah-setengah membuat sebuah pemikiran jahil diotak Rohander aktif.

"Lepaskan sendiri." Katanya yang membuat Agatha membulatkan matanya tidak percaya, Pria didepannya malah menutup matanya seakan menunggu Agatha untuk melakukannya. Agatha kesal setengah mati, hal yang mudah seharusnya. Tapi... dalam situasi ini, astaga! Agatha bahkan tidak tahu harus menjelaskan situasinya saat ini.

Membuang nafasnya pelan dan panjang, Agatha lantas memohon pada Rohander. "Rohander, please. Aku tidak nyaman,"

"Baiklah." Rohander akhirnya keluar dengan satu gerakan cepat, dimana hal itu membuat Agatha sontak menutup matanya merasakan perih sekaligus geli disaat yang bersamaan.

"Sialan!" Umpatnya yang mendapati Rohander yang terkekeh pelan, Agatha kemudian bangkit dengan susah payah. Ia berniat untuk kekamar mandi, membersihkan dirinya yang terasa lengket.

"Akht!" Pekik Agatha saat Rohander menarik tubuhnya yang hampir berdiri, membentur dada pria itu. "Rohander!"

"Sebentar sweatheart." Ucap Rohander yang memeluk tubuh polos Agatha, dengan menghirup aroma kepala Agatha dalam-dalam. Agatha ingin menolak, tapi seakan tubuhnya dijerat oleh rantai besi. Ia tak bisa menghindar dari pelukan Rohander, sampai beberapa menit dalam posisi yang awakward itu. Agatha merasakan sesuatu yang mengganjal...

"Rohander!" Peringatnya saat sesuatu mengganjal bawah perutnya, menyadari jika pria didepannya kembali bernaf*u.

Agatha menjauhkan pikiran semalam, ia berusaha mengumpulkan tenaganya untuk melepaskan diri dari Rohander yang nampak terpancing dengan gerakannya.

"Sweatheart aku ingin-"

"TIDAK!" Potong Agatha dengan cepat menyadari kelanjutan dari perkataan Rohander.

"Sweatheart please, lagipula sehabis ini aku akan kekantor. Dan mungkin tidak akan bertemu denganmu sampai malam nanti, apa kau tidak kasihan padaku?"

Agatha memutar bola matanya malas, "menjijikan." Katanya yang tak membuat Rohander tersinggung sama sekali, ia malah terus menatap wajah Agatha yang serius mencoba melepaskan diri darinya.

"Rohander, lepas!"

"No, sekali lagi ya?" Agatha menggelengkan kepalanya cepat, tanda tak mau. Sampai... "AGATHA!" Marah Rohander yang terlihat mulai kesal dengan tingkah Agatha.

Sedangkan Agatha nampak tidak memusingkan bentakan yang ia terima, baginya sikap Rohander memang seperti itu jika ia tak menuruti kemauannya. Hingga, Agatha berhenti saat mengingat sesuatu yang penting.

Ia sontak menatap Rohander yang terlihat menatap tajam dirinya, "tunggu, kau ingin kekantor pusat atau cabang?"

Rohander menaikan alisnya, "cabang,"

"Yah... kepusat saja ya?" Rohander terkekeh melihat binar penuh permohonan di mata Agatha, ia tidak tahu mengapa Agatha ingin kekantor pusatnya. Tapi itu tidak masalah, selama Agatha mau menuruti dan mematuhinya.

"Boleh, tapi kau harus menurutiku hari ini. Tanpa bantahan!"

Agatha membuang nafasnya panjang, sebelum menganggukan kepalanya dengan perasaan ingin mencakar wajah Rohander yang tampak tersenyum kemenangan.

"Kalau begitu ayo mandi, kita akan kekantor pusat." Putus Rohander yang mengangkat tubuh Agatha memasuki kamar mandi, membuat kerutan dikening Agatha.

Meski tidak tahu apa isi pikiran Rohander yang bisa mengontrol keinginan untuk bercin*a dengannya, tapi Agatha yakin jika apa yang dipikirkan Rohander akan merugikannya.

Tapi meninggalkan pemikiran atas apa yang dipikirkan Rohander padanya, Agatha malah fokus dengan seseorang yang ia ketahui bekerja diperusahaan pusat Rohander. Orang yang menjadi alasan kedua orangtuanya tewas, meski tidak ada bukti yang menyatakan kecelakaan orangtuanya adalah kesengajaan. Agatha yakin, jika orang yang ia cari saat ini mengetahui sebuah fakta dibalik kecelakaan itu.

Cup!

"Apa yang kau pikirkan sweatheart?" Tanya Rohander setelah mengecup punggung mulus Agatha.

"Hanya sesuatu yang tidak penting." Jawab Agatha, menatap cermin didepan bathup tempat dirinya dan Rohander mandi bersama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status