Share

Perlakuan berbeda

Dikantor pusat, semua orang tengah mempersiapkan kedatangan Rohander. Terlihat seluruh manager dan beberapa staff sudah siap menyambut kedatangan Pria yang hampir tak pernah menginjakan kakinya dikantor pusat, sampai semua orang menunduk dikala orang yang mereka tunggu turun dari mobilnya.

"Selamat datang, tuan Frigo." Serempak mereka, saat Rohander berjalan memasuki kantor.

Meski antusiasme mereka tak ditanggapi oleh Rohander, yang nampak berjalan tanpa menayapa bahkan melirik saja ia tidak lakukan. Membuat semua orang kecewa, tapi marah juga tidak berarti karena orang yang berjalan memasuki lift khusus itu bukan hanya sekedar bos mereka saja. Tapi seseorang, yang bahkan mampu membuat dunia bungkam.

Anehnya disana tak terlihat Agatha, wanita itu kini sibuk memilih berbagai macam makanan ringan disalah satu toko serba ada yang tak jauh dari kantor pusat.

Yap! Agatha beberapa saat yang lalu memang bersama Rohander, tapi matanya yang menangkap berbagai aneka makanan ringan. Tidak bisa untuk tidak berhenti, akibatnya Ia harus membujuk Rohander yang nampak kesal menurunknnya.

"Nona, tuan mungkin sudah menunggu. Ini sudah hampir setengah jam, apa anda tidak takut jika tuan marah pada-"

"Diamlah, lagipula yang akan dimarahi itu aku. Jadi bapak pengawal yang terhormat tidak perlu cemas," jawab Agatha dengan santainya berjalan pelan, menyusuri setiap rak-rak yang ia lewati.

Pengawal itu terdiam sejenak, ia menelisik wanita didepannya yang sangat susah untuk diatur. Membuat ia berpikir tentang wanita-wanita sang tuan, yang pernah ia layani.

Semuanya akan menurut saat ia mengatakan tuan sudah menunggu, bahkan ada yang sampai pinsan saking takutnya dimarahi tuannya. Tapi apa yang ia dapati saat ini? Seorang wanita yang dengan santainya berjalan pelan, seraya menolak panggilan di ponsel. Yang ia yakini berasal dari sang tuan.

"Nona, tidakkah anda cemas jika sampai tuan mengamuk dan menyakiti anda?" Kata sang bofyguard yang berusaha menakuti Agatha, agar segera kekantor pusat. Tapi ia hanya mendapati sebuah kekehan pelan, yang terdengar sangat jelas di indara pendengarannya.

'Apa yang lucu?' Pikirnya.

"Nona-"

"Berisik!" Kesal Agatha, yang mulai tidak nyaman dengan Pria yang terus mengikutinya seperti anak bebek yang mengikuti induknya.

Drrrttt....

Deg!

Tangan boduguard itu sontak berkeringat saat melihat sebuah nama yang tertera pada layarnya saat ini, yah... Boss besar. Itulah nama yang tertera dilayar ponselnya saat ini, Agatha yang tahu Rohander yang menghubungi pengawalnya itu sontak berhenti. Berbalik dan menatap pria bertubuh besar dengan setelan formal didepannya, "angkat dan besarkan suaranya, aku ingin dengar."

Habislah, belum juga menghentikan detak jantungnya. Agatha malah membuat dirinya berada dalam posisi rumit, tapi mau tak mau ia menuruti perkataan Agatha mengangkat ponselnya dengan mode pembesar suara agar Agatha bisa mendengarnya juga.

"Halo tu-tuan?" Jawabnya dengan nada sedikit gugup.

"Apa kau ingin mati?" Damn! Suara dingin yang didengarnya saat ini membuat tubuh besarnya bergetar ketakutan, menelan ludah susah payah ia memberanikan diri untuk tetap tenang.

"Maaf tuan tapi Nona-"

"Dia nyonyamu, bukan nonamu!" Tekan Rohander, yang membuat sang bodyguard kembali menelan ludahnya susah payah. "Berikan ponsel padanya!"

Bodyguard itu sontak menyodorkan ponselnya pada Agatha, tapi Agatha yang tidak berniat berbicara dengan Rohander saat ini tidak menerimanya. Yang mana hal itu membuat sang bodyguard akhirnya berlutut, memohon pada Agatha agar wanita itu mau menjawab sang tuan.

"Sialan!" Umpat Agatha yang akhirnya menerima ponsel yang tersodor padanya, 'apa Rohander semenakutkan itu? Sampai harus bergetar segala.' Pikir Agatha yang bingung dengan wajah ketakutan luar biasa yang dipancarkan Pria didepannya saat ini.

Seakan sosok yang tengah ia hadapi adalah seorang iblis, yang siap merenggut nyawanya kapan saja.

"Apa?!" Jengkel Agatha yang menjawab Rohander dengan nada yang ia naikan satu oktaf.

"Apa masih lama? Aku menunggumu Sweatheart..." ucap Rohander dengan nada pelan yang terkesan ramah, sehingga membuat bodyguard yang mendengarnya terkejut setengah mati. Tak pernah mendapati sang tuan yang berkata sedemikian lembutnya pada wanita, yah... maklum mungkin karena semua orang tahu jika Rohander sangat membenci wanita. Itulah sebabnya ia terkejut dengan perkataan lembut sang tuan, sebelum...

"30 menit lagi." Jawab Agatha dengan santainya, yang membuat pria yang masih dalam posisi berlutut sontak menatapnya terkejut.

'Apa nyonyanya sudah tidak waras, tuan bahkan sudah bersikap lembut. Tapi mengapa jawabannya sangat ketus?' Pikirnya dengan heran menatap Agatha, yang asik melihat komposisi bahan pada bungkusan makanan ringan ditangannya.

"AGATHA!"

"Adu iya-iya, lima belas menit aku sampai bye!" Selesai menutup ponsel, Agatha segera mengembalikannya.

"Kau ingin terus berlutut seperti itu?" Tanya Agatha yang membuat pria yang tengah tenggelam dalam pemikirannya sontak tersadar, bangkit lalu meraih troli belanjaan Agatha dan membawanya kekasir untuk dibayar.

Dari sini ia sadar akan satu hal, wanita yang saat ini menunggunya didepan toko bukanlah wanita yang sama seperti yang pernah tuannya bawa. Agatha berbeda, sikap santainya yang menanggapi sang tuan membuat ia yakin jika Agatha sudah cukup mengenal Rohander yang terkenal kejam.

Tapi apa benar begitu? Faktanya, Agatha tidak benar-benar mengenal Rohander. Sikap dan kejadian masa lalu tidak bisa menjadi tolak ukur bahwa ia telah mengenal Rohander dengan sangat baik, begitupun sebaliknya.

"Apa yang salah Nyonya?" Tanya bofyguard yang diketahui bernama zak, saat melihat kening Agatha yang mengerut.

Zak sontak mengikuti arah pandang Agatha, yang jatuh pada seorang wanita hamil yang terlihat hendak menyebrang jalan. "Apa Anda mengenalnya?"

"Ya, sangat mengenalnya. Rupanya ia tengah mengandung besar saat ini ya?"

"Sepertinya begitu, dilihat dari perutnya yang besar. Ngomong-ngomong dia siapa Anda?" Agatha tersenyum kecil, ia tak menjawab dan hanya tersenyum kecil. Senyuman penuh arti yang hanya dirinya yang tahunapa arti senyuman itu.

Melangkahkan kakinya melewati wanita hamil itu tanpa menegurnya sedikitpun, namun dari raut wajahnya Agatha menantikan sesuatu.

****

Saat memasuki halaman kantor pusat, Agatha sempat dicegat oleh petugas keamanan kantor. Tapi untunglah keberadaan Zak membuat dirinya mendapatkan akses untuk masuk, yah... walaupun dengan tatapan tidak mengenakan yang ia terima dari beberapa orang.

Mungkin karena penampilan Agatha yang hanya mengenakan hoddie dan celana jeans pendek, serta sepatu sneakers biasa membuat ia dipandang rendah.

Bahkan saat memasuki lift, Agatha dengan jelas mendengar beberapa cibiran yang mengarah padanya. Mengatakan dirinya jal*ng dan sesuatu yang seperti tidak ada harganya, tapi ayolah gaya pakaian karyawan di kantor ini bahkan lebih mendekati cibiran mereka sendiri. Rok pendek ketat dan kemeja yang kancingnya terbuka sebagian, memperlihatkan belahan dada mereka dengan jelas.

"Kira-kira apa yang akan terjadi pada mereka jika aku melapor pada Rohander?" Tanya Agatha yang tiba-tiba saat ia dan Zak memasuki lift, lift yang sama seperti yang digunakan Rohander beberapa saat yang lalu.

"Saya tidak tahu Nyonya." Jawab Zak jujur, karena tidak bisa menebak isi pikiran sang tuan dalam bertindak.

"Apa mungkin jika kukatakan untuk memotong lidah mereka dan menyuruh mereka memakannya, akan dikabulkan Rohander?"

Deg!

"Ap-apa kata anda? Gugup Zak yang mendengar kalimat menyeramkan yang keluar dari mulut Agatha, yah cukup menyeramkan untuk orang normal sepertinya.

Tinggg!

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Rohander yang menyambut kedatangan Agatha dan Zak didepan lift, untuk beberapa saat Zak terdiam hingga...

"Oh aku hanya mengatakan, jika aku melapor padamu tentang orang-orang yang mencibirku. Dan menyuruhmu untuk memotong lidah mereka, kemudian menyuruh mereka untuk memakannya. Apakah kau akan mau?" Jelas Agatha yang sepertinya tahu betul alasan pucatnya wajah Zak.

Rohander tersenyum kecil, ia meraih kantong plastik yang dipegang Zak. Dengan wajah datar, ia berkata. "Apa itu benar?"

Zak mengangguk sebagai jawaban, tak berani brkata lebih. Hingga... "Sweatheart..." panggil Rohander yang membuat Zak panas-dingin dengan nada penuh aura mencekam, yang hampir membuatnya kesulitan bernafas.

"Apa?"

"Apa kau ingin aku melakukannya pada mereka? Maksudku memotong lidah mereka dan menyuruh mereka memakannya kemudian?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status