Beranda / Romansa / OBSESI PRIA BERKUASA / Perlakuan berbeda

Share

Perlakuan berbeda

Penulis: Chatrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dikantor pusat, semua orang tengah mempersiapkan kedatangan Rohander. Terlihat seluruh manager dan beberapa staff sudah siap menyambut kedatangan Pria yang hampir tak pernah menginjakan kakinya dikantor pusat, sampai semua orang menunduk dikala orang yang mereka tunggu turun dari mobilnya.

"Selamat datang, tuan Frigo." Serempak mereka, saat Rohander berjalan memasuki kantor.

Meski antusiasme mereka tak ditanggapi oleh Rohander, yang nampak berjalan tanpa menayapa bahkan melirik saja ia tidak lakukan. Membuat semua orang kecewa, tapi marah juga tidak berarti karena orang yang berjalan memasuki lift khusus itu bukan hanya sekedar bos mereka saja. Tapi seseorang, yang bahkan mampu membuat dunia bungkam.

Anehnya disana tak terlihat Agatha, wanita itu kini sibuk memilih berbagai macam makanan ringan disalah satu toko serba ada yang tak jauh dari kantor pusat.

Yap! Agatha beberapa saat yang lalu memang bersama Rohander, tapi matanya yang menangkap berbagai aneka makanan ringan. Tidak bisa untuk tidak berhenti, akibatnya Ia harus membujuk Rohander yang nampak kesal menurunknnya.

"Nona, tuan mungkin sudah menunggu. Ini sudah hampir setengah jam, apa anda tidak takut jika tuan marah pada-"

"Diamlah, lagipula yang akan dimarahi itu aku. Jadi bapak pengawal yang terhormat tidak perlu cemas," jawab Agatha dengan santainya berjalan pelan, menyusuri setiap rak-rak yang ia lewati.

Pengawal itu terdiam sejenak, ia menelisik wanita didepannya yang sangat susah untuk diatur. Membuat ia berpikir tentang wanita-wanita sang tuan, yang pernah ia layani.

Semuanya akan menurut saat ia mengatakan tuan sudah menunggu, bahkan ada yang sampai pinsan saking takutnya dimarahi tuannya. Tapi apa yang ia dapati saat ini? Seorang wanita yang dengan santainya berjalan pelan, seraya menolak panggilan di ponsel. Yang ia yakini berasal dari sang tuan.

"Nona, tidakkah anda cemas jika sampai tuan mengamuk dan menyakiti anda?" Kata sang bofyguard yang berusaha menakuti Agatha, agar segera kekantor pusat. Tapi ia hanya mendapati sebuah kekehan pelan, yang terdengar sangat jelas di indara pendengarannya.

'Apa yang lucu?' Pikirnya.

"Nona-"

"Berisik!" Kesal Agatha, yang mulai tidak nyaman dengan Pria yang terus mengikutinya seperti anak bebek yang mengikuti induknya.

Drrrttt....

Deg!

Tangan boduguard itu sontak berkeringat saat melihat sebuah nama yang tertera pada layarnya saat ini, yah... Boss besar. Itulah nama yang tertera dilayar ponselnya saat ini, Agatha yang tahu Rohander yang menghubungi pengawalnya itu sontak berhenti. Berbalik dan menatap pria bertubuh besar dengan setelan formal didepannya, "angkat dan besarkan suaranya, aku ingin dengar."

Habislah, belum juga menghentikan detak jantungnya. Agatha malah membuat dirinya berada dalam posisi rumit, tapi mau tak mau ia menuruti perkataan Agatha mengangkat ponselnya dengan mode pembesar suara agar Agatha bisa mendengarnya juga.

"Halo tu-tuan?" Jawabnya dengan nada sedikit gugup.

"Apa kau ingin mati?" Damn! Suara dingin yang didengarnya saat ini membuat tubuh besarnya bergetar ketakutan, menelan ludah susah payah ia memberanikan diri untuk tetap tenang.

"Maaf tuan tapi Nona-"

"Dia nyonyamu, bukan nonamu!" Tekan Rohander, yang membuat sang bodyguard kembali menelan ludahnya susah payah. "Berikan ponsel padanya!"

Bodyguard itu sontak menyodorkan ponselnya pada Agatha, tapi Agatha yang tidak berniat berbicara dengan Rohander saat ini tidak menerimanya. Yang mana hal itu membuat sang bodyguard akhirnya berlutut, memohon pada Agatha agar wanita itu mau menjawab sang tuan.

"Sialan!" Umpat Agatha yang akhirnya menerima ponsel yang tersodor padanya, 'apa Rohander semenakutkan itu? Sampai harus bergetar segala.' Pikir Agatha yang bingung dengan wajah ketakutan luar biasa yang dipancarkan Pria didepannya saat ini.

Seakan sosok yang tengah ia hadapi adalah seorang iblis, yang siap merenggut nyawanya kapan saja.

"Apa?!" Jengkel Agatha yang menjawab Rohander dengan nada yang ia naikan satu oktaf.

"Apa masih lama? Aku menunggumu Sweatheart..." ucap Rohander dengan nada pelan yang terkesan ramah, sehingga membuat bodyguard yang mendengarnya terkejut setengah mati. Tak pernah mendapati sang tuan yang berkata sedemikian lembutnya pada wanita, yah... maklum mungkin karena semua orang tahu jika Rohander sangat membenci wanita. Itulah sebabnya ia terkejut dengan perkataan lembut sang tuan, sebelum...

"30 menit lagi." Jawab Agatha dengan santainya, yang membuat pria yang masih dalam posisi berlutut sontak menatapnya terkejut.

'Apa nyonyanya sudah tidak waras, tuan bahkan sudah bersikap lembut. Tapi mengapa jawabannya sangat ketus?' Pikirnya dengan heran menatap Agatha, yang asik melihat komposisi bahan pada bungkusan makanan ringan ditangannya.

"AGATHA!"

"Adu iya-iya, lima belas menit aku sampai bye!" Selesai menutup ponsel, Agatha segera mengembalikannya.

"Kau ingin terus berlutut seperti itu?" Tanya Agatha yang membuat pria yang tengah tenggelam dalam pemikirannya sontak tersadar, bangkit lalu meraih troli belanjaan Agatha dan membawanya kekasir untuk dibayar.

Dari sini ia sadar akan satu hal, wanita yang saat ini menunggunya didepan toko bukanlah wanita yang sama seperti yang pernah tuannya bawa. Agatha berbeda, sikap santainya yang menanggapi sang tuan membuat ia yakin jika Agatha sudah cukup mengenal Rohander yang terkenal kejam.

Tapi apa benar begitu? Faktanya, Agatha tidak benar-benar mengenal Rohander. Sikap dan kejadian masa lalu tidak bisa menjadi tolak ukur bahwa ia telah mengenal Rohander dengan sangat baik, begitupun sebaliknya.

"Apa yang salah Nyonya?" Tanya bofyguard yang diketahui bernama zak, saat melihat kening Agatha yang mengerut.

Zak sontak mengikuti arah pandang Agatha, yang jatuh pada seorang wanita hamil yang terlihat hendak menyebrang jalan. "Apa Anda mengenalnya?"

"Ya, sangat mengenalnya. Rupanya ia tengah mengandung besar saat ini ya?"

"Sepertinya begitu, dilihat dari perutnya yang besar. Ngomong-ngomong dia siapa Anda?" Agatha tersenyum kecil, ia tak menjawab dan hanya tersenyum kecil. Senyuman penuh arti yang hanya dirinya yang tahunapa arti senyuman itu.

Melangkahkan kakinya melewati wanita hamil itu tanpa menegurnya sedikitpun, namun dari raut wajahnya Agatha menantikan sesuatu.

****

Saat memasuki halaman kantor pusat, Agatha sempat dicegat oleh petugas keamanan kantor. Tapi untunglah keberadaan Zak membuat dirinya mendapatkan akses untuk masuk, yah... walaupun dengan tatapan tidak mengenakan yang ia terima dari beberapa orang.

Mungkin karena penampilan Agatha yang hanya mengenakan hoddie dan celana jeans pendek, serta sepatu sneakers biasa membuat ia dipandang rendah.

Bahkan saat memasuki lift, Agatha dengan jelas mendengar beberapa cibiran yang mengarah padanya. Mengatakan dirinya jal*ng dan sesuatu yang seperti tidak ada harganya, tapi ayolah gaya pakaian karyawan di kantor ini bahkan lebih mendekati cibiran mereka sendiri. Rok pendek ketat dan kemeja yang kancingnya terbuka sebagian, memperlihatkan belahan dada mereka dengan jelas.

"Kira-kira apa yang akan terjadi pada mereka jika aku melapor pada Rohander?" Tanya Agatha yang tiba-tiba saat ia dan Zak memasuki lift, lift yang sama seperti yang digunakan Rohander beberapa saat yang lalu.

"Saya tidak tahu Nyonya." Jawab Zak jujur, karena tidak bisa menebak isi pikiran sang tuan dalam bertindak.

"Apa mungkin jika kukatakan untuk memotong lidah mereka dan menyuruh mereka memakannya, akan dikabulkan Rohander?"

Deg!

"Ap-apa kata anda? Gugup Zak yang mendengar kalimat menyeramkan yang keluar dari mulut Agatha, yah cukup menyeramkan untuk orang normal sepertinya.

Tinggg!

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Rohander yang menyambut kedatangan Agatha dan Zak didepan lift, untuk beberapa saat Zak terdiam hingga...

"Oh aku hanya mengatakan, jika aku melapor padamu tentang orang-orang yang mencibirku. Dan menyuruhmu untuk memotong lidah mereka, kemudian menyuruh mereka untuk memakannya. Apakah kau akan mau?" Jelas Agatha yang sepertinya tahu betul alasan pucatnya wajah Zak.

Rohander tersenyum kecil, ia meraih kantong plastik yang dipegang Zak. Dengan wajah datar, ia berkata. "Apa itu benar?"

Zak mengangguk sebagai jawaban, tak berani brkata lebih. Hingga... "Sweatheart..." panggil Rohander yang membuat Zak panas-dingin dengan nada penuh aura mencekam, yang hampir membuatnya kesulitan bernafas.

"Apa?"

"Apa kau ingin aku melakukannya pada mereka? Maksudku memotong lidah mereka dan menyuruh mereka memakannya kemudian?"

Bab terkait

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Aura yang berbeda

    Zak membulatkan matanya terkejut, sementara Agatha mendelik tak suka. "Dasar sakit jiwa!" Ucap Agatha pelan, dengan wajah yang menggambarkan penghinaan pada pria didepannya saat ini. Sebelum melangkah pergi, mendahului Rohander yang terlihat masih menunggu jawaban darinya."Kumpulkan semua orang yang mencibir Agatha di ruang rapat, akan kubereseskan mereka sesuai dengan perkataan Agatha." Perintah Rohander lewat sambungan ponsel ketika Agatha menghilang dibalik pintu."Awasi mereka." Ucap Rohander pada Zak, yang langsung diangguki olehnya sebelum pergi meninggalkan sang tuan.Disisi lain... Agatha nampak menatap keluar jendela kaca besar, yang memperlihatkan dengan jelas pemandangan kota. Tapi fokusnya bukan pada pemandangan kota yang indah didepannya, tapi pada seorang wanita hamil yang saat ini berjalan memasuki halaman kantor pusat.Agatha menyipitkan matanya saat melihat sebuah kartu yang tergantung dileher wanita hamil tersebut, sesaat setelah menyadari jika wanita itu bagian dal

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Atmosfer panas

    Pukul 15.00... Agatha membuka matanya, ia menatap jendela besar disampingnya yang menampakan langit yang mendung. "Sepertinya akan hujan." Ucapnya pelan.Agatha kemudian bangkit menuju toilet untuk membasuh wajahnya, namun sesaat kemudian ia terkejut dengan suara bantingan pintu dari luar."SWEATHEART!" Panggil Rohander dengan nada melengking tinggi, Pria itu memasuki kamar namun tak mendapati Agatha yang sedang berada dalam toilet mengetingkan wajahnya."WHAT THE HELL ARE YOU DOING!" Kaget Agatha yang melihat keadaan Rohander yang nampak kacau, dengan beberapa lebam dan darah yang terlihat mengering dibeberapa sudut wajah dan tubuh Pria itu.Tak memedulikan Agatha, Rohander dengan cepat menyambar bibir Agatha melumatnya dengan gerakan kasar. Agatha yang terkejut ini sontak menjauhkan diri, namun telapak tangan Rohander yang bersarang dibelakang kepalanya membuat ia tak bisa menghindar. Dan terpaksa membalas permainan Rohander, sehingga tanpa sadar mengalungkan tangannya leher pria it

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Berani menyentuh milik Rohander!

    "Bagaimana bisa kau menemukan mereka secepat ini?" Tanya Bian pada sosok wanita yang tengah asik memakan makanan ringan ditangannya, dengan kedua kaki yang terpangku diatas meja kerjanya. Wanita itu tak lain adalah Agatha, setelah melewati malam yang melelahkan Agatha terbangun tanpa Rohander disisinya. Pria itu meninggalkan surat pada Agatha melarangnya untuk keluar sampai ia kembali, tapi bukan Agatha namanya jika harus menuturi kemauan Rohander. Ia memilih untuk keluar dari kantor, dan menemui temannya. Bian Holland, seorang hacker yang saat ini bekerja untuk pemerintah. Agatha mengenal Bian saat Pria itu tengah mencairkan uang hasil curiannya, Agatha yakin saat itu Bian memanglah pencuri karena gelagatnya yang tidak biasa. Seperti gugup, dan takut saat Agatha dengan terang-terangan menyakan darimana ia mendapatkan uang sebanyak itu, Bian yang tidak bisa menjawab membuat Agatha menyeretnya ke kantor polisi. Siapa yang sangka jika Bian yang seharusnya mendekam di penjara, malah

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Ketakutan yang merayap

    "Ayah pulang." Dengan wajah lelah, seorang lelaki berusia empat puluhan memasuki rumah. Ia harus pulang terlambat akibat insiden menyebalkan di kereta api. Beruntung ia akhirnya dapat bebas. Ya, ia hanya perlu memberikan sejumlah uang, dan manusia-manusia budak rupiah itu dengan cepat membebaskannya.Semudah itu. "Sayang?" panggilnya. Biasanya anaknya akan berlari menyambut kedatangannya. Tumben anak dan istrinya tidak terlihat."Sayang? Misa?" Kakinya melangkah cepat memasuki rumah. "Saya—ha!" Langkahnya mendadak terhenti saat melihat anak dan istrinya tergeletak di bawah tangga. "Sayang! Misa!"Panik langsung menderanya hingga ia melempar asal tas kerjanya dan berlari menuju anak dan istrinya. Belum sampai beberapa langkah, ia hampir terjungkal saat suara tembakan menggema di keheningan siang waktu itu.Dor!Lampu besar di ruangan tersebut langsung pecah. Jatuh berserak tak karuan. Beberapa detik kemudian langkah kaki teratur terdengar mendekat. Pelan sekali. Semakin dekat, sema

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Aku bukan pembunuh sadis

    "Bajingan! Sialan! Brengsek!" Maki Agatha seraya menyeka bibirnya yang terlihat bengkak akibat ulah Rohander, bahkan jika saja ia tidak berusaha melepaskan dirinya. Agatha yakin dirinya tidak di jalan saat ini, melainkan diatas kasur melayani nafs* gila Rohander yang seakan tak ada habisnya. Berjalan dengan kesal, Agatha saat ini tengah menuju ke sebuah pemakaman. Tpi bukan pemakaman kedua orang tuanya, tapi pemakaman tempat orang yang berjasa menhgajarkannya segala hal tentang dunia setelah orang tuanya tewas. "Bagaimana kabarmu, guru? Apa didalam sana begitu nyaman?"Yah, Bara Collins. Seorang Pria berumur 45 tahun yang sayangnya harus tewas akibat pengianatan anak didiknya sendiri. Bara Collins, adalah seorang pengajar strategi dan bela diri yang bekerja untuk sekelompok mafia terkenal. Statusnya sebagai mantan pembunuh bayaran yang amat ditakuti, membuat beberapa organisasi mafia mempercayakan anak buah mereka untuk ia didik. Walau memiliki sifat dingin dan tegas, Bara pada ny

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Berharap

    "Butuh bantuan?" Tanya Rendra yang sontak membuat Agatha menatap Pria itu seraya berpikir apakah ia akan menerima bantuan Pria di depannya, tidak tahu apa yang dilakukan Rendra untuk membantunya."Bagaimana cara kau membantuku?" Tanya Agatha cepat saat melihat Leo yang mulai mendekati mejanya.Rendra tersenyum penuh arti, sebelum menepuk pahanya. "Kemarilah, duduk di pangkuanku."Agatha membulatkan matanya, terkejut dengan perkataan Rendra. "Apa kau sudah tidak waras?! Bagaimana bisa aku duduk dipangkuan Pria yang baru saja kutemui?!" Tekan Agatha dengan nada pelan agar Leo tak mencurigainya.Tinggal beberapa langkah, Agatha akhirnya menyerah dan duduk di pangkuan Rendra dengan perasaan kesal bercampur marah. Sampai akhirnya Leo berada tepat di samping meja mereka, menatap Agatha dengan penuh banyak pertanyaan dibenaknya."Apa dia kekasihmu Agatha?" Tanya Leo yang penasaran dengan Rendra, yang nampak tenang pada duduknya seraya menyesap secangkir kopi ditangannya.Agatha diam sebentar

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Sedikit menahan diri

    Dengan bermodalkan kartu hitam milik Rohander. Agatha dengan berani membeli sebuah mobil mewah dengan harga fantasitis, akibat kemarahannya pada Leo.Ferrari Pininfarina Sergia merah metalik melaju di jalanan pinggiran kota new york yang sepi sekalipun baru sore hari. Itu karena di sepanjang jalan hanya ada cafe, kedai kecil dan bangunan-bangunan tua yang seperti tidak terawat. Agatha menginjak pedal gas, mengendarai mobilnya lebih kencang lagi. Sekalipun nanti itu membuatnya tertangkap kamera pengawas polisi karena melewati batas kecepatan, atau menabrak jalan—Agatha tidak peduli. Bahkan, mati sekarang akan jadi hal yang lebih baik. Mungkin... Agatha mencengkeram roda kemudinya kuat-kuat hingga buku jarinya memutih. Berharap itu akan melampiaskan perasaannya yang campur aduk. Ia ingin berteriak—tapi tidak bisa. Berkali-kali Agatha mengusap matanya yang buram oleh air mata. Namun, detik selanjutnya air mata sialan itu meluncur kembali, senada dengan dadanya yang sesak—sakit. Nyeri.A

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Sesuatu yang berhembus

    Sibuk dengan kegiatannya, Agatha tidak menyadari jika Rohander kini berdiri dibelakangnya. Bahkan saat Pria itu tersenyum didepan cermin yang Agatha gunakan, tapi hal itu tidak membuat perhatian Agatha tertuju padanya--menatap ponselnya dengan perasaan kesal.Sampai Agatha merasakan sesuatu berhembus dikulit lehernya, ia menatap cermin didepannya. Walaupun terkejut dengan kehadiran Rohander yang entah tahu bagaimana bisa Pria itu mengetahui lokasinya, Agatha diam saja menatap Rohander yang kini menatapnya dengan tatapan setajam elang.Membelai rahang Agatha, Rohander berucap. "Kau sangat cantik dengan penampilan ini, apa kau melakukan ini untuk membujukku hmm?"Agatha mengerutkan keningnya, sesaat terdiam hingga ia menyadari waktu saat ini yang telah menunjukan pukul 22.15. Yang berarti sudah lewat 2 jam lebih dari waktu makan malam."Maaf." Ucap Agatha singkat, namun terdengar begitu terpaksa di dengar Rohander. Yah... mungkin karena ia tidak biasa dengan Agatha yang mudah meminta ma

Bab terbaru

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Faksi

    Di luar, malam terasa mencekam. Suara tembakan masih terdengar berselang-seling, membuat langkah mereka semakin terburu-buru. Agatha berusaha menjaga ketenangannya meski tubuhnya masih lemah. Clara berjalan di depan, memimpin mereka menuju mobil yang sudah disiapkan di sisi lain properti.“Siapa yang menyerang?” tanya Rohander dengan nada penuh ancaman, matanya menyapu area sekitar seperti elang mengintai mangsa.“Orang-orang dari faksi yang selama ini bersembunyi,” jawab Clara cepat, tapi ia tidak memberi detail lebih jauh.“Apa maksudmu dengan ‘faksi’? Jelaskan, Clara!” desak Rohander, namun Clara tetap fokus berjalan.Agatha, yang berjalan di belakang mereka, mendesah pelan. “Kau benar-benar tidak tahu apa-apa, ya, Rohander?” katanya dengan nada mengejek. “Selama ini kau sibuk menjaga kekuasaanmu, tapi kau lupa bahwa kekuasaan selalu menarik musuh dari bayang-bayang.”Rohander menoleh tajam. “Jika ini tentang pengkhianat dalam organisasiku, aku akan menyelesaikannya.”“Bukan hanya

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Bukan tentang kabur

    Malam itu, setelah kejadian di galeri, Agatha duduk di balkon apartemennya, menatap ke arah langit malam yang dipenuhi bintang. Angin sejuk berhembus pelan, membawa ketenangan yang aneh namun tidak sepenuhnya menghapus kegelisahan di dalam dirinya. Pertemuan dengan Rohander tadi masih mengendap di pikirannya, mengusik setiap sudut emosi yang berusaha ia kubur selama dua tahun terakhir.Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Clara."Kau baik-baik saja? Aku melihat wajahmu setelah pria itu pergi."Agatha tersenyum tipis, meski sedikit pahit. Clara selalu perhatian padanya. Ia mengetik balasan dengan cepat."Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah peduli. Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Namun, apa benar ia tahu? Suara Rohander masih terngiang-ngiang di kepalanya, terutama kalimat terakhir yang diucapkannya: "Aku tidak akan menyerah."Agatha memejamkan matanya, mencoba menepis rasa takut dan keraguan. Ia telah bekerja keras untuk mencapai kehidupan yang damai ini, dan

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Aku tidak bisa melupakanmu

    Agatha melangkah ke meja kerjanya dengan penuh ketenangan, menatap lukisan-lukisan yang ia rawat dengan penuh dedikasi. Setiap karya seni itu kini tampak lebih hidup baginya—seperti sebuah refleksi dari dirinya yang baru. Dia menyadari bahwa setiap goresan warna pada kanvas, setiap detail yang halus, menggambarkan perjalanan panjang yang telah ia lewati. Semua itu membawanya pada pemahaman bahwa ada keindahan dalam kesendirian, dalam kebebasan untuk memilih tanpa ada yang menahan.Sore itu, galeri terasa lebih tenang dari biasanya. Tidak ada lagi keributan atau konflik yang mengikatnya. Semua orang yang bekerja dengannya menghargai kedamaiannya, saling berbagi ide dan kreativitas. Agatha menyukai suasana itu, suasana di mana ia bisa berdiri sendiri tanpa harus takut atau khawatir.Tiba-tiba, pintu galeri terbuka, dan seorang wanita muda masuk dengan senyum ramah. Wajahnya asing bagi Agatha, tapi ada aura yang ramah dalam diri wanita itu. Agatha mengangkat pandangannya.“Selamat sore,

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Terima kasih untuk segalanya

    Beberapa minggu berlalu sejak pertemuannya dengan Lila, dan meskipun hidup Agatha mulai berjalan lebih lancar, sesuatu tetap terasa hilang. Ia masih merasa ada yang mengganjal di hatinya, seperti potongan teka-teki yang belum lengkap. Namun, ia berusaha mengabaikannya dan fokus pada pekerjaannya di galeri seni, yang kini menjadi tempat di mana ia merasa paling nyaman.Suatu pagi, saat Agatha sedang memeriksa beberapa karya seni baru yang akan dipamerkan, ponselnya bergetar. Ia menatap layar, membaca pesan yang baru masuk. Dari nomor yang tidak dikenalnya."Agatha, kamu baik-baik saja?"Seketika, detak jantungnya meningkat. Ada kegugupan yang tiba-tiba merayap dalam dirinya. Pesan itu terlalu familiar, dan sekaligus asing. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Agatha membalas pesan itu."Siapa ini?" tanya Agatha, mencoba menjaga ketenangannya.Tak lama setelah itu, pesan balasan masuk. "Rohander."Tubuh Agatha membeku. Ia terdiam sejenak, matanya menatap layar ponsel dengan napas yang te

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Hidup barunya

    Dua tahun berlalu sejak Agatha terakhir kali meninggalkan dunia yang pernah ia kenal—dunia yang penuh dengan ancaman, kontrol, dan ketakutan. Hidupnya kini jauh berbeda, meskipun tidak sempurna, namun jauh lebih damai daripada yang ia bayangkan sebelumnya. Di luar jendela apartemennya, cahaya pagi menembus perlahan melalui tirai tipis, membawa kehangatan yang menenangkan.Agatha berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang terlihat lebih tenang, meski ada jejak kelelahan yang masih tersisa di matanya. Ia merapikan rambutnya dengan cepat, mencoba menutupinya, dan berpikir sejenak. Setiap hari sejak meninggalkan Rohander, ia merasa seolah hidupnya mulai terbentuk kembali, walaupun dengan jalan yang sulit.Ia menghela napas, membuka pintu apartemennya, dan merasakan udara pagi yang segar. Melangkah keluar, Agatha menyapa tetangga yang lewat dengan senyum kecil. Kehidupan barunya di kota kecil ini terasa seperti sebuah pelarian, namun juga sebuah kesempatan untuk meraih kedamaian yang s

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kalimat yang mengusik benak

    Rohander berdiri di tengah ruangannya, tubuhnya terdiam sejenak sebelum meledak dalam kemarahan yang tak terkontrol. Mata merahnya menatap ke arah dokumen-dokumen yang berserakan di meja, namun pikirannya benar-benar terfokus pada satu hal: Agatha.Dia telah menghilang. Dengan bantuan dari para pelayan dan dokter yang dianggapnya sebagai sekutu, Agatha berhasil kabur. Dan Rohander merasa dunia seakan runtuh di sekelilingnya. Sakitnya bukan hanya karena kehilangan, tapi karena dia merasa dikhianati."Bodoh!" teriak Rohander, menghempaskan kursi ke dinding dengan amarah yang membakar. "Tidak mungkin dia lari begitu saja! Tidak mungkin!"Beberapa anak buahnya yang berdiri di sampingnya langsung mundur, takut melihat amarah yang begitu dalam di mata Rohander. Mereka tahu bahwa pria ini, yang biasa terlihat dingin dan terkontrol, sekarang berada di luar kendali.Salah satu orang yang lebih berani melangkah maju. "Tuan, kami sudah memeriksa segala jalur pelarian yang mungkin. Mereka sudah j

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Lelah dari semua kebohongan

    Rohander berdiri terpaku, seolah dunia di sekitarnya berhenti berputar. Setiap kata Agatha, setiap keputusan yang ia ambil, seolah menusuk hatinya lebih dalam. Namun, yang paling membuatnya hancur adalah kenyataan bahwa dia tahu Agatha benar—bahwa dia telah kehilangan semua kepercayaan yang ada.Tak ada lagi yang bisa dia lakukan. Tangan Rohander mengepal erat, wajahnya terdistorsi oleh campuran amarah, rasa sakit, dan penyesalan. Namun, meskipun begitu, dia tetap tidak bergerak. Agatha sudah membuat pilihannya, dan ini adalah akibat dari semua yang telah dia lakukan.Di sisi lain, Agatha yang sedang melangkah menuju pesawat, matanya terfokus ke depan, namun hatinya berdebar kencang. Setiap detik terasa begitu berat, tetapi ia tahu bahwa ia harus melangkah maju, bahwa ia tidak bisa mundur lagi. Keputusan ini, meski sulit, adalah langkah yang tak terelakkan untuk kebebasannya.Saat ia melangkah memasuki pesawat, beberapa perawat dan dokter yang telah mengikutinya ikut naik, dan begitu

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Kau sudah lama kehilanganku

    Agatha melangkah dengan hati-hati, mengerahkan seluruh kekuatannya untuk berjalan menuju kebebasan yang begitu dekat namun penuh bahaya. Di balik langkahnya yang penuh keteguhan, ada perasaan bergejolak di dalam dada. Keputusan ini bukan hanya tentang melarikan diri dari Rohander—ini adalah tentang kebebasan, tentang menghentikan siklus yang sudah terlalu lama mengikatnya.Di lorong rumah sakit yang sunyi itu, para perawat yang semula cemas kini bergerak lebih cepat, menyiapkan barang-barang mereka dengan ketegangan yang bisa dirasakan di udara. Mereka tahu betul bahwa jika mereka terlambat atau salah langkah, konsekuensinya bisa sangat fatal. Agatha mempercepat langkahnya, berusaha mengatasi rasa lelah dan pusing yang mulai menguasainya.Sampai di pintu keluar, Agatha berhenti sejenak, menatap ke luar jendela yang menghadap ke parkiran. Di sana, kendaraan telah siap menunggu. Mobil yang akan membawa mereka keluar dari kehidupan yang selama ini mengikat mereka. Saat itu, matanya me

  • OBSESI PRIA BERKUASA   Janji dan perkataan yang terus berulang

    Rohander mendekat perlahan, tangannya terulur untuk menggenggam tangan Agatha yang tampak gemetar di atas seprai putih itu. Namun, sebelum jemarinya sempat menyentuh kulitnya, Agatha menarik tangannya dengan gerakan tiba-tiba, dan menatapnya tajam, matanya basah oleh air mata.“Jangan sentuh aku, Rohander,” suaranya rendah, bergetar dengan ancaman yang membuatnya terhenti seketika. Tangan Rohander menggantung di udara, lalu ia menariknya kembali, telapak tangannya mengepal dengan frustrasi yang tak bisa ia kendalikan.“Agatha… aku hanya ingin melindungimu,” kata Rohander, suaranya terdengar penuh kepasrahan. Ia memandang Agatha dengan harapan, mencoba membujuknya, tetapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang tampak hampa, tidak lagi meyakinkan. Setiap kata yang ia ucapkan terasa memuakkan, seperti berulang-ulang menggumamkan mantra yang sama, selalu “melindungimu,” “menjagamu,” “demi kebaikanmu.” Agatha mengerutkan kening, bibirnya gemetar menahan amarah dan luka yang begitu dalam. I

DMCA.com Protection Status