Share

Kepribadian yang sama

"Dan pikirmu aku peduli?" Potong Agatha yang membuat amarah Rohandef seketika naik, Pria itu sontak mencengkram dagu Agatha dengan kasar.

"Apa kau pikir menjadi prioritasku kau bisa sesuka hati mempermainkan emosiku, Sweatheart?! Aku bisa menghukummu atas kelancanganmu padaku!"

"Cih! Kau pikir aku akan takut dengan perkataan dan perbuatan kasar Pria kasar sepertimu?! Tidak akan!"

Rohander semakin mengeratkan cengramannya, seraya memandang tajam penuh kemarahan Agatha yang nampak menatap tajam dirinya juga tak mau kalah.

Sampai mobil berhenti dipersimpangan jalan karena lampu merah, bersamaan dengan itu Rohander menghempaskan wajah Agatha dengan kasar melepaskan cengkramannya. "Persiapkan dirimu, aku akan memberimu hukuman malam ini."

Agatha yang sementara mengusap dagunya, mendengus kesal. "Belikan aku permen kapas." Ucap Agatha saat melihat seorang pedagang permen kapas yang berjulan tak jauh dari mereka.

"Turun, beli sendiri." Rohander berucap dengan nada dingin, namun tangannya memegang uang. Memberinya pada Agatha, yang langsung diambil secara kasar oleh wanita itu sebelum Agatha turun dari mobilnya.

Agatha bisa saja kabur, tapi ingatannya tentang penghianatan para orang terdekatnya membuat sebuah rantai tak kasat mata terbentuk antara dirinya dan Rohander.

"APA YANG KAU LAKUKAN SWEATHEART?!" Marah Rohander tiba-tiba, yang membuat Agatha terkejut setengah mati saat ia kembali dengan sebuah permen kapas merah muda besar ditangannya.

"APA YANG SALAH DENGANMU?! AKU TIDAK TULI!" Balas Agatha yang hampir sama melengkingkan suaranya.

Agatha menatap kesal Rohander, sampai Pria itu membuang nafas dan menepuk pahanya. Agatha yang paham langsung beralih duduk dipaha Rohander, yang lagi-lagi membuat sang supir yang melihatnya dibuat merinding.

'Sama-sama gila!' Pikirnya, saat Agatha dengan entengnya berpindah pada pangkuan Pria yang baru saja bertindak kasar padanya. Sama halnya dengan sang tuan yang memberi kode pada Agatha untuk duduk dipangkuannya, disaat dirinya dibuat emosi oleh Agatha.

Perjalanan kemudian berlanjut, hingga Agatha tertidur bersandar pada dada Rohander dengan permen kapasnya yang telah habis.

"Istirahatlah dengan baik Sweatheart, karena malam ini akan menjadi malam yang panjang." Ucap pelan Rohander seraya membelai surai rambut Agatha dengan pelan.

Hingga....

CKITTTTT!

Mobil tiba-tiba berhenti dengan mendadak, membuat Agatha terbangun dari tidurnya. "Aku lelah Rohander, ingin tidur!"

Rohander tak menjawab, ia malah menatap sang supir lewat kaca dengan tatapan seakan ingin membunuhnya.

Jujur saja, Rohander marah bukan karena mobil yang berhenti tiba-tiba. Tapi karena Agatha terbangun dari tidurnya, itulah yang membuat Rohander rasanya ingin menghabisi sang supir yang diketahui telah bekerja padanya selama 7 tahun.

"Ingin mati ya!" Tekan Rohander dengan nada pelannya, tak ingin mengusik Agatha yang terlihat kembali tertidur.

"Maaf Tuan, tapi barusan ada seekor anjing yang lewat. Saya minta maaf jika-"

"Aku tidak butuh maafmu, jika ada yang menghalangi jalan maka tabrak. Tidak peduli itu hewan atau manusia!" Potong Rohander yang otomatis membuat sang supir berkeringat dingin, berharap tidak akan ada manusia atau hewan yang melintasi jalan saat mobilnya lewat.

"Baik Tuan." Kemudian mobil kembali berjalan, membelah jalan ibukota yang nampak sepi dijam yang sudah larut.

"Maaf Sweatheart, sudah membuatmu terganggu." Ucap Rohander pelan, yang kali ini membelai wajah mulus Agatha dengan pelan tanpa menganggu tidur wanitanya sedikitpun.

Beberapa saat menempuh perjalanan panjang, mobil Rohander kini memasuki sebuah area pekarangan yang terlihat sangat luas. Dengan taman serta air mancur yang mengelilingi pekarangan tersebut, menambah kesan mewah.

"Sweatheart... bangun, kita sudah sampai." Rohander menepuk pipi Agatha dengan pelan, tapi Agatha hanya membuka matanya sekilas dan malah mengalungkan tangannya pada leher Rohander.

Mengatakan secara tidak langsung, jika Agatha tidak ingin bangun dan berjalan.

Rohander tak berekspresi lebih, ia kemudian membawa Agatha keluar dari mobil tanpa melepaskannya. "Bangun Sweatheart, kau perlu makan agar memiliki tenaga malam nanti."

"Emmmm..." Dengan gumanan pelan, Agatha berusaha membuka matanya.

"Buka mulutmu." Ucap Rohander dengan sesendok nasi beserta lauk yang terarah pada mulut Agatha, namun Agatha hanya diam dengan gelengan kepala pelan. Berusaha memberitahu Pria dihadapannya jika ia tidak menyukai ikan yang berada disendok itu, dan untunglah Rohander paham akan maksud Agatha sehingga ia mengantinya dengan seseondok sup.

Agatha memakan makanan dari suapan tangan Rohander, dengan wajah lesu menahan kantuk.

"Jangan tidur dulu sayang, aku harus menghukummu malam ini." Seraya mengelap mulut Agatha dengan tisu, Rohander berucap dengan nada pelan.

Agatha membuang nafas kasar, sebelum mengangkat satu jari tengahnya dihadapan Rohander.

Yang mana hal itu membuat semua orang menahan nafas mereka seketika, terkejut dengan pemandangan yang baru saja mereka lihat. Seseorang berani mengangkat satu jari tengahnya pada Rohander? Waw, sepertinya mereka akan memiliki nyonya yang tak terduga mulai saat ini.

Tak memedulikan satu jari yang terangkat padanya, Rohander malam menciu*m bibir Agatha. Seakan gemas dengan perilaku kasar wanitanya itu.

PRANG!

"AWW!" Pekik Agatha saat kakinya terkena sebuah piring yang sepertinya terpeleset dari tangan seorang pelayan yang ingin membereskan peralatan makan didepan mereka.

"Mengapa harus gemetar segala, kan piringnya jadi jatuh!" Kesal Agatha yang emosi melihat pelayan, yang sepertinya tak berniat meminta maaf atas perbuatannya. Bahkan pelayan itu dengan santainya memunggut piring yang terjatuh ke lantai tanpa memandang sedikitpun Agatha, dimana hal itu membuat Agatha sontak menatap Rohander.

Entahlah, tatapan Agatha saat ini seakan menunjukan jika ia tidak suka dengan perilaku pelayan disampingnya saat ini.

Mengusap rambut Agatha dengan ritme pelan, Rohander berkata. "Apa statusmu sebagai kepala pelayan, membuatmu begitu lancang pada wanitaku Soraya?"

Deg!

Semua orang tergelak mendengar perkataan nan dingin sang tuan pada Soraya, kepala pelayan yang telah bekerja pada Rohander sejak Pria itu berumur 17 tahun. Wanita yang telah bersama dengan Rohander cukup lama itu, sepertinya terlalu memandang tinggi dirinya sendiri.

"Saya tidak bersalah Tuan, seharusnya wanita ini bisa menghindari piring yang akan terjatuh. Sehingga ia tidak perlu merasakan sakitnya."

Yah terbukti dengan cara Soraya membalas Rohander, Agatha jadi menutup matanya. Menarik nafas dan membuangnya secara perlahan, sebelum akhirnya menatap tajam Soraya. "Kau pikir aku wanita seperti apa?"

Soraya beralih pada Agatha, menatapnya dengan datar sebelum akhirnya menjawa. "Jika boleh saya jujur, Anda tidak cocok untuk tuan Rohander. Anda terlihat sangat manja sampai harus disuapi, lalu duduk dipangkuan tuan Rohander membuat Anda terlihat murahan."

Agatha mengangguk-anggukan kepalanya, "kau benar, tentang aku tidak cocok dengan tuanmu. Tapi manja dan murahan bukanlah perkataan yang benar,"

"Apa-"

PRANG!

TES!

TES!

TES!

Darah mengalir pada pelipis, saat sebuah piring terlempar hingga pecah.

"Kau mencari mati nyonya, tuan tidak akan mengampunimu akan perbuatanmu padaku!" Marah Soraya saat mendapat serangan mendadak dari Agatha yang nampak tertawa kecil, melihat soraya yang berkata demikian.

"Hei pelayan! Coba lihat wajahku, apa kau menemukan jejak bahwa aku takut pada tuanmu ini? Jika boleh jujur, bahkan tuanmu ini telah mengucapkan perkataan yang jauh mengerikan dari ucapan sampahmu itu!"

"Saya yakin jika anda mendengarnya tanpa tahu siapa tuan yang sebenarnya, jadi itu bisa dimaklumi. Anda masih orang awam untuk menyadari siapa Pria disamping Anda saat ini,"

"Begitukah? Tapi kurasa aku cukup mengenal tuan gilamu ini,"

"Apa maksud 'gila' dari perkataan Anda nyonya?"

"Yah... tuanmu tidak waras, brengsek, dan juga bajingan. Apa aku salah?"

"Saya rasa Anda-"

"Bullshit!" Potong Agatha dengan makiannya yang membuat Soraya menatap sang tuan, berharap jika dirinya menghukum wanita kurang ajar dipangkuannya saat ini. Tapi Rohander hanya diam tak menanggapi tatapan itu, ia malah terlihat asik menci*m leher jenjang Agatha.

Sampai Soraya membulatkan matanya saat sebuah darah mengalir pada leher Agatha, tapi bukan itu yang membuatnya terkejut. Tapi sikap Agatha yang menanggapinya dengan...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status