Share

Mengadu dan beradu

"Hmm, sudah dulu ya." Lalu mematikan sambungan ponselnya secara sepihak, Agatha dengan perasaan campur aduk melangkah mundur sebelum akhirnya membalikan tubuhnya.

Disaat yang sama, beberapa orang datang menghampirinya.

Mereka adalah orang-orang yang sama, dengan yang mengejar Agatha sore tadi. Tapi bedanya Agatha tak berlari, seakan tubuhnya lemas tak sanggup untuk melangkah cepat.

"Nona? Tuan-" perkataan salah satu Pria yang saat ini berada didekat Agatha terputus, kala melihat wajah kosong bak wadah tanpa jiwa milik Agatha.

Tak seperti sore tadi, tak ada perlawanan maupun kata-kata makian. Membuat Pria yang mengikuti Agatha sontak mengirim pesan pada Rohander yang mengawasi tak jauh dari mereka.

Menerima pesan itu, Rohander tersenyum senang. Mengetahui reaksi Agatha sesuai dengan perkiraannya, Rohander lalu turun dari mobilnya dan mendekati Agatha.

"Apa kau tidak lelah mengikutiku?" Tanya Agatha yang kini berhadapan dengan Rohander, Pria yang ia hindari selama 1 tahun terakhir.

Rohander terkekeh pelan, ia mendekati Agatha. Mengikis jarak diantara mereka, dan membelai wajah lesu penuh kekecewaan Wanita didepannya.

"Apa kau tidak lelah menghindariku hmm?" Jawab Rohander yang bertanya balik pada Agatha.

Agatha menutup matanya, suara dari Pria didepannya saat ini membuat ia merasa pertahanan yang ia bangun retak seketika. Seperti sebuah suara orang terdekatnya, yang berusaha untuk menenangkannya.

Agatha bingung, mengapa orang seharusnya menjadi sandarannya malah jauh darinya? Dan orang yang seharusnya jauh darinya malah didekatnya?

"Mereka mengkhianatiku..." adu Agatha, dengan mata yang berkaca-kaca. "Mereka semua! Ha-hatiku sakit!"

Mendengar itu, Rohander tersenyum kecil sebelum membawa wanita didepannya masuk kedalam dekapannya, yang mana rengkuhan dari Rohander mampu membuat Agatha sontak meruntuhkan pertahanannya. Wanita tegar itu menangis sejadi-jadinya, dalam dekapan pria asing yang tak pernah dekat dengannya.

"Hiks!..."

"Ssstttt... jangan menangis, itu membuatku ingin memotong mereka yang mengkhianatimu hidup-hidup. Hanya aku sayang, hanya aku yang berhak membuatmu menangis. Mereka tidak berhak atas air matamu yang jatuh sayang, sudah yah..."

Dengan perkataan itu, Agatha menyalurkan rasa kecewanya pada Rohander. Berharap rasa sakit dihatinya berkurang, dan benar saja. Rasa nyeri dihati Agatha menghilang saat Rohander dengan lembutnya menepuk punggungnya, menenangkannya seperti seorang anak kecil.

Perlahan tapi pasti, Agatha menghentikan tangisannya. Namun saat Agatha ingin menjauhkan dirinya dari Rohander, Pria itu malah kembali menariknya masuk kedalam pelukan Pria itu. Lalu berbisik, "Karena sudah tertangkap, maka tak akan pernah kulepaskan."

Agatha dalam kekecewaan hatinya terkekeh pelan, "aku tidak akan lari,"

Rohander tertawa pelan, Pria itu menggelengkan kepalanya. Lalu tanpa aba-aba mengangkat Agatha, menggendongnya ala bridal style. Membawa wanita itu kedalam mobilnya, tanpa membiarkan Agatha lepas darinya.

"Buat dirimu nyaman sayang, aku tidak akan melepaskanmu mulai malam ini. Jiwamu dan tubuhmu adalah milikku sekarang dan sampai kita tua nanti, jadi jangan pernah berpikir untuk lepas dariku."

"Bagaimana jika aku berpikir demikian?" Tantang Agatha.

Yang membuat Rohander merubah mimik wajahnya menjadi datar, Pria itu lalu mendekati wajah samping Agatha kemudian berbisik. "Jangan coba-coba sayang, pemikiranmu bisa membuatku menyakitimu!"

Agatha diam beberapa saat, bukan karena takut pada ancaman Rohander. Tapi karena memikirkan tentang flashdisk yang dibawanya saat ini, Agatha lalu menatap Rohander yang masih berada pada posisinya.

Dengan jarak yang sangat dekat, Agatha bertanya. "Apa mungkin seseorang didunia ini mampu mengetahui rahasia kejahatan yang tak muncul dipermukaan?"

Keadaan hening setelah Agatha menyampaikan apa yang berada dipikirannya saat ini, hingga sebuah kecupan mendarat dibibirnya. Kecupan yang lama kelamaan menjadi cium*n, yang kian berubah menjadi lumatan kasar.

Meski mendapat serangan mendadak, Agatha nampak membiarkan Rohander bermain-main dengan bibirnya. Tanpa bergerak, dan tanpa perlawanan yang berarti. Agatha malah fokus pada mata terbuka Rohander yang melumat bibirnya, mata penuh dengan kekejaman yang terkesan membuat siapapun yang menatap mata itu akan tahu jika Rohander adalah seorang Pria yang memiliki kekuasaan tinggi.

"Akht!" Pekik Agatha saat Rohander meremas kedua buah dadanya, dengan keadaan kesal bercampur marah Agatha menjauhkan tangan Rohander.

"Kau menolakku Sweatheart?" Tanya Rohander yang nampak tak senang dengan penolakan yang diberikan Agatha padanya, dan Agatha menyadari jika aura disekelilingnya berubah drastis. Membuat dirinya dan sang supir yang merasa terketekan dengan itu, tapi walau begitu Agatha tetap pada ketenangannya.

"Salahkan dirimu yang meremas buah dadaku dengan tiba-tiba!" Balas Agatha dengan nada cukup tinggi, seakan tak takut dengan tekanan udara dari Pria yang memangkunya saat ini.

Agatha tahu ia telah memancing sisi gelap Rohander, tapi bukan dirinya jika ia harus merasa takut. Lagipula, jika Rohander memberinya hukuman atas perbuatannya. Ia juga tidak peduli, toh kehidupannya saat ini sudah hancur jadi mengapa tidak sekalian saja ia menambah kehancuran itu? Setidaknya Agatha memiliki alasan untuk mengakhiri hidupnya dengan mudah, tanpa kearaguan.

"Jangan berpikir seperti Sweatheart, kamu adalah milikku. Begitupun dengan jiwamu, jadi orang yang berhak mengambil nyawamu adalah aku. Tidak orang lain, maupun DIRIMU SENDIRI!" Ucap Rohander yang menekan kalimat terakhirnya, saat menyadari pemikiran Agatha dari raut wajahnya.

"Kau bukan Tuhan!"

"Aku tahu, tapi. Bukankah sejak kau menatap mataku, mengadu, bahkan tak menolak pelukanku menunjukkan jika hidupmu sepenuhnya telah diserahkan padaku? Kau secara tidak sadar bergantung padaku Sweatheart,"

"Atas dasar apa aku bergantung padamu?"

"Kekecewaan, penghianatan, dan balas dendam."

Deg!

Agatha terdiam, pikirnya. Benar apa yang dikatakan Rohander, mengapa ia tidak mengakhiri hidupnya saat mengetahui kebenaran dibalik kebaikan yang selama ini ia terima? Mengapa dirinya justru memberikan dirinya pada Rohander dan menggantukan seluruh hidupnya padanya? Memang Agatha tidak sadar, tapi sikap pasrahnya didepan Rohander cukup untuk membuat orang sekelas Rohander yakin jika apa ia mau bukanlah kematian. Tapi, pembalasan.

Menarik nafas dan membuangnya perlahan, Agatha menatap Rohander sekali lagi. "Apakah pembalasan itu benar-benar akan terjadi?"

"Ya atas ya, tidak atas tidak."

Agatha terdiam beberapa saat mencerna maksud dari ucapan Pria dihadapannya saat ini, hingga... "apa mksudmu aku-"

"Ya, serahkan dirimu padaku malam ini dengan sukarela, Maka aku bersedia membalaskan dendam, jika jawabanmu tidak. Maka aku tetap akan memiliki tubuhmu malam ini, tidak peduli kau suka atau tidak." Bisik Rohander dengan nadanya yang penuh ancaman tak peduli jika Agatha tersinggung, atau marah pada ucapannya.

Tapi apa yang dipikirkan Rohander sepertinya sedikit meleset, pasalnya Agatha saat ini terdengar terkekeh pelan.

"Aku tidak akan mengatakan ya, dan... sentuh saja aku Rohander, kupastikan kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan dariku. Dan aku ingin lihat seberapa lama kau bisa menghancurkan wanita incaranmu selama ini."

Perang tatapan terjadi, hingga sang supir menahan nafas akibat tekanan udara yang diciptakan kedua pasang manusia dibelakangnya saat ini.

Agatha dengan tatapan penuh tantangan, dan Rohander dengan ancaman.

Untuk beberapa saat sang supir berpikir jika tuannya yang gila, tertarik pada wanita yang sama gilanya dengan dirinya. Well, pemikiran itu hanya bisa sampai dipemikirannya saja. Ia tentu tidak ingin membuat kepalanya lepas dari tubuhnya bukan?

"Jangan main-main dengan ancamanku Sweatheart, aku bisa menghacurkanmu saat ini juga-"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status