Beranda / Romansa / OBSESI BARA / Bab 76. Membela Kebenaran

Share

Bab 76. Membela Kebenaran

Penulis: Melisristi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-19 16:19:43

"Shaka, apa yang akan kita lakukan? Evilina, dia menuju ke sini?" panik Barez kala ia mengintip di sebuah lubang kecil. Di ujung sana ia melihat bahwa komplotan Evilina menuju ke gubuk ini.

Shaka ikut mengintip di balik lubang kecil itu. Benar, Evilina menuju ke sini.

Sial!

"Dengarkan aku! Semua rencana ini aku sudah persiapkan di lain dahulu, untuk itu ... aku yang bertanggung jawab atas keselamatan kalian," ucap Shaka sembari menarik lengan Barez. Shaka menghela nafas gusar, ia menatap silih berganti antara Vano, Barez dan Bara yang berada di hadapannya saat ini. Posisi mereka saat ini tengah melingkar.

"Barez, kau tau bukan bahwa tujuan dari kisah ini adalah sebuah kematian? Namun hal itu tidak akan pernah aku biarkan terjadi! " Barez bergeming, perasaannya kini benar-benar dilanda gundah. Lalu, apa yang akan dilakukan Shaka?

"A-apa yang ...." Ucapan Barez tergagap saat melihat Shaka berjongkok di antara tengah-tengah mereka. Dia mengobrak-abrik sebagian jerami di sana.

Bara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • OBSESI BARA   Bab 77. Pertempuran Berakhir

    Shaka bergeming. Pikirannya benar-benar dipenuhi akan hasrat untuk segera membunuh Evilina. Ia ingin mengakhiri dendam ini. Ia sudah muak membiarkan seorang penjahat berkeliaran menyakiti keluarganya. Selama ini, ia sudah bersabar dan terus berpura-pura kerap kali Evilina membuat Vano harus menuruti setiap ucapannya. Hanya karena Vano ingin anak-anaknya tetap hidup, dia rela menjadi anjing untuk majikannya. Sial! Mengingatnya saja sudah membuat darah mendesir ke segala pembuluh yang ada. Tidak ada waktu lagi. Shaka dengan tekad penuh percaya diri menarik pelatuknya, ia segera berlari ke belakang gubuk. Salah satu cara untuk menghentikan semua ini adalah di dalam gubuk ini! Brak! Shaka menendang keras pintu dari arah belakang, namun sialnya pengawal yang mejaga Evilina melihat dirinya. Kini berakhirlah dia melawan beberapa pengawalnya itu. Di arah yang sama Evilina tersenyum menyeringai. Apa-apaan ini? Mereka berkontribusi dalam penghianat ini? Hah! Menyebalkan! Shaka! Ia kira a

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • OBSESI BARA   Bab 78. Selesai

    "Laila ... Mas mohon, bangunlah sayang."Bara memegang telapak tangan Laila erat, sembari sebelah tangannya yang tengah mengusap kepala Laila yang tertutup kerudung. "Buka mata kamu sayang," ucapnya lirih. Menarik tangan Laila kemudian mencium punggungnya. Kekuatan cinta sepertinya tengah mengadu pada semesta, membuat jari-jari tangan Laila tergerak pelan.Pelan, mata Laila terbuka. Remang-remang ia mendengar sebuah seruan nama dirinya. "Laila, alhamdulillah kamu bangun juga."Sebuah senyuman terbit dari wajah Bara membuat Laila menangis saat itu juga. "Laila, kenapa kamu nangis sayang? Kamu baik-baik saja kan? Laila---"Grep! "Mas Bara ... "Saat itu juga Laila memeluk erat suaminya. Dia menangis menenggelamkan segala rasa takut yang ada. Ia menangis terisak mengingat kembali tragedi yang menimpa keluarganya. Apalagi untuk suaminya. "Laila tau bahwa kau akan kembali. Laila tau kalau Mas Bara enggak bakal ingkar janji. Dan sekarang Laila bersyukur Mas Bara baik-baik, Laila kira M

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • OBSESI BARA   Bab 79. SEASON 2

    1 tahun kemudian ... Seorang wanita berjalan menuju podium utama. Menaiki panggung kebanggaan mereka dengan wajah yang terpatri akan kesenangan. Andalanesia- yap, itulah kampus kebanggaan mereka."Teruntuk fakultas Hukum. Hadiah ini dimenangkan oleh ... Hafsah Laila Azzahra," seruan MC tersebut itulah yang membuat wanita bernama Laila berjalan menuju podium. Suara tepuk tangan menggema diseluruh podium tersebut. Memberi apresiasi untuk Laila.Laila tersenyum amat lebar. Dengan pakaian yang nampak modis dengan jilbabnya, dia seperti model muslimah yang nampak elegan. "Selamat. Selamat atas prestasi yang telah Anda raih." Laila mengangguk seraya menggenggam sebuah piala atas hadiah yang ia dapat. Sebuah piagam penghargaan juga ia dapatkan dengan penuh bangga. Pak Herman—selaku pemilik kampus memakaikan topi bertanda lulus wisuda pada kepalanya, tidak lupa lehernya yang dimasukkan sebuah medali emas berlogo dua bintang. Sungguh mengesankan.Tidak butuh waktu lama untuk acara wisuda ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • OBSESI BARA   Bab 80. SEASON 2 [ Bukan Bara? ]

    Laila mendesah lelah. Sudah 2 jam ia menghabiskan waktu untuk mencari nama suaminya di daftar absen masuk. Tapi tidak ada, tidak ada nama yang juga menurutnya curiga. "Apa dia tidak absen saat masuk?" gumam Laila sembari melihat kembali nama absen tersebut. Namun, nihil! "Sudah cukup, kepalaku pusing," keluh Laila pada akhirnya. Kemudian ia duduk untuk istirahat sebentar. Rasanya ... punggungnya sangat sakit setelah berjam-jam cuman mencari ini. "Apa masih belum ketemu, Buk?" tanya karyawan yang menjaga bagian di sana. Laila mendesah lelah. Namun, dengan tiba-tiba Laila langsung teringat sesuatu, membuat mukanya nampak berbinar. Laila menatap Pak Adhi. Kemudian ia mengeluarkan sebuah foto di dalam dompet kecilnya. Foto suaminya yang tampan 7 turunan"Pak Adhi, apa Bapak pernah melihat lelaki ini?" tanya Laila sembari memperlihatkan foto tersebut. Pak Adhi nampak berpikir. "Ahh, ya. Kemarin saya melihatnya."Nah kan! Sudah kuduga, dia datang ke sini! senang Laila dalam hatinya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • OBSESI BARA   Bab 81. SEASON 2 [Menolak Lupa]

    Karena terdapat warung di depan sana membuat Laila dengan segera membeli obat luka. Kecelakaan barusan tentu membuat dirinya dan pria yang berwajah Bara terluka.Laila kembali setelah membeli obat luka tersebut, ikut duduk di mana pria itu duduk. "Biar aku bersihkan lukamu," ujar Laila sembari membuka cairan alkohol. "Biar saya saja, Mbak. Saya bisa sendiri, kok," jawab pria itu menolak halus. "Diamlah, lukamu agak parah, biar aku obati dulu.""Tidak perlu, Mbak. Saya baik---"Ucapan pria itu terkatup saat Laila menatapnya dengan sorot mata tajam. Kemudian Laila melanjutkan kembali mengobati luka dari pria yang telah berhasil menarik perhatiannya. Di balik itu, Laila menyunggingkan senyumnya. Debaran jantungnya kian berdetak lebih cepat dari biasanya. Bahkan tangannya sedikit bergetar kala ia mengobati luka lelaki itu. Lelaki itu ... lelaki yang sudah membuat Laila merasakan galau kumat dalam 3 hari ini. Lelaki yang sudah berhari-hari ia cari keberadaannya. Dan lelaki itu yang su

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • OBSESI BARA   Bab 82. SEASON 2 [ Kenyataan Pahit]

    "Maaf, tapi saya lebih nyaman pakai nama Mbak. Karena Anda lebih tua dari saya."Sedetik itu juga suasana nampak menggelap. Benar. Tatapan Laila langsung menggelap. Tua apanya! Kami seumuran weh! "Tapi aku tidak suka!" Laila berhenti dari langkahnya, membuat Arya ikut berhenti. "Namaku Laila, tolong panggil aku dengan seperti itu," pinta Laila masih terdiam tak melangkah. "Atau bisa juga sayang, dengan senang aku akan menerimanya," gumam Laila yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri. Arya menelan salivnya. Kenapa jadi paksa begini? Membuat ia merasa tidak nyaman saja. "Mbak, kita bica---""M-a-s Arya, tolong, panggil aku dengan nama."Arya bergeming saat Laila menekankan suaranya. Sesaat saat dipanggil Mas, ingin sekali ia tersenyum namun ia urungkan saat melihat wajah Laila yang cemberut. Rasanya benar-benar aneh dipanggil Mas oleh orang yang baru saja ia kenal. Namun, Arya tidak bisa menyangkal bahwa sesaat melihat wajah Laila, kepribadiannya memiliki sifat arogan, ingin menan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • OBSESI BARA   Bab 83. SEASON 2 [Perempuan Bernama Zidna]

    Laila yang sudah menjauh dari jarak diantara ketiga orang itu menangis dalam diam. Lebih baik ia pergi bukan daripada menganggu bahagia dari keluarga kecil mereka? Ya! Sebaiknya ia pergi, karena dirinya sadar bahwa ia bukan pelakor dan tidak akan pernah menjadi pelakor! Laila menghela nafas sesak. Kemudian ia bersiap untuk berbalik. Hari ini, ia akan pergi saja, entah ke mana yang penting menjauh dari mereka. Sebelum itu, Laila menghapus air matanya terlebih dahulu. Kemudian beringsut pergi dengan rasa sakit yang amat menyesakkan. Namun sesaat berjalan untuk menjauh, Laila mendengar suara di belakang sana. Suara yang hendak memanggil namanya. "Bunda?"Kening Laila mengerut, mungkin ia salah dengar. "Bunda ... hiks, Bunda ini Shalu."Deg! Laila membeku saat tarikan dari tasnya terasa. Dengan segera ia membalikkan badan. Seorang bocah berumur 3 tahun menangis terisak. Menarik baju gamis yang dikenakan Laila. "Bunda?"Laila benar-benar tidak mengerti, kenapa anak kecil ini menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • OBSESI BARA   Bab 84. SEASON 2 [ Momen Indah]

    Laila menggendong Sharu menuju rumah Arya. Di sana ia melihat rumah itu yang nampak sangat sederhana. Lebih sederhana dari rumahnya dahulu. Laila jadi berpikir, apa dia hidup susah? Atau ... "Bunda, kenapa Bunda balu datang? Kenapa Bunda waktu itu pelgi ninggalin Shalu?"Tiba-tiba bocah berumur 3 tahun itu menatap Laila, yang ditatap hanya menampilkan senyum tipisnya. "Sharu rindu Bunda?" tanya Laila yang diangguki Sharu. "Linduuuu banget, lindunya juga segede ini ... " Sharu merentangkan tangannya membentuk bulat. Pertanda bahwa sebesar itu rindu anak ini untuk Bunda nya. Sayangnya, ia bukan Bunda sungguhan, ia hanya wanita yang tidak sengaja bertemu dengan anak ini. Laila menghela nafas saat ia masuk ke dalam rumah. Di sana, terdapat kursi sofa kecil berbentuk panjang dan kursi kecil dibagian lain. Membuat Laila menyimpan terlebih dahulu Sharu dari gendongannya. Ternyata bocah ini berat juga. Entah apa yang setiap hari dia makan, sampai-sampai membuat Laila kewalahan sendiri.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08

Bab terbaru

  • OBSESI BARA   Extra Part

    "Bunda? Di dalam pelut Bunda ini, nanti bakal ada belapa bayi?" tanya anak kecil berumur 3 tahun. Dia Albyshaka Ghibran Arseno, anak pertama Bara dan Laila. Setelah proses yang sempat tertunda akibat kecelakaan dahulu membuat Laila bisa kembali hamil. "Eum, berapa ya ...?" Laila nampak berpikir, jari telunjuknya tersimpan di dagu. "Emangnya kakak maunya berapa?" tanya Laila. Bukannya menjawab Laila malah balik bertanya. "Alby maunya sih satu. Laki-laki lagi! Kalau pelempuan Alby gak mau, pelempuan itu banyak maunya Bunda, telus celewet lagi! Shaka gak mau!" Laila tertawa atas keinginan Alby yang terlewat jujur. "Tapi kalau nanti adik kamu perempuan, gimana? Semuanya kan, sudah kehendak Allah," ucap Laila. "Kehendak itu apa Bunda?" tanya Alby mengerutkan keningnya. Laila yang tengah duduk di kursi taman itu membuat Alby ikut duduk di samping sang Bunda. "Kehendak itu sebuah keinginan, kemauan atau juga bisa harapan. Suatu hal yang tidak bisa kita paksakan kecuali dengan mengikut

  • OBSESI BARA   165. Selesai

    Suara tangis bayi menggema di udara, membuat Laila yang tengah membereskan beberapa pakaian harus terhenti. Ah, anaknya sudah bangun ternyata. Dengan segera Laila menuju ranjang, hendak mengambil anaknya namun gerakannya terhenti kala melihat Bara yang tengah tertidur pulas. "Astaghfirullah, di mana bayinya?" Suara tangis itu ada, hanya saja kenapa anaknya tidak terlihat. Namun sedetik kemudian Laila melotot terkejut kala selimut besar malah membungkus bayi tersebut. "Astaghfirullah, anak Bunda ... " Dengan segera Laila menyibak kasar selimut hingga selimut itu menutupi muka Bara yang asik tidur. "Cup, cup, cup. Anak Bunda ternyata udah bangun, iya? Eumm, manisnya ..." ujar Laila yang kini Alby dalam gendongannya. Anak Laila yang bernama Albyshaka itu terhenti dari tangisnya. Dia tersenyum ceria kala sang Bunda terus berceloteh sembari menggoyang-goyangkan badannya ke sana ke mari. Kini usia Alby sudah menginjak 9 bulan, yang mana sudah bisa berceloteh bahasa planet. Terbukti de

  • OBSESI BARA   164. Akhir Sebuah Kisah

    "La, Mas mohon ... bertahanlah ..." Tangis Bara kian luruh. Tubuhnya gemetar dengan tatapan mata yang mengarah pada lampu bewarna merah, di mana sang istri berada. "Bara?" Sebuah seruan di belakang sana membuat Bara membalikkan badan hingga melihat Vano berlari ke arahnya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Vano cemas. Dia berdiri di hadapan Bara, dan bukannya menjawab pertanyaan sang Ayah, Bara dengan segera memeluk tubuh Vano. "Ayah, Bara takut .. Laila---""Kita doakan keselamatan untuk Laila. Insya Allah dia pasti akan baik-baik saja," ucap Vano berusaha menenangkan sang anak. Walau nyatanya dia juga ikut merasakan takut. Tidak bisa dipungkiri, rasa takut itu kian bertambah kala pintu di mana Laila berada terbuka. Membuat Bara dan Vano langsung menatap sang Dokter yang baru keluar. "Dok--?""Siapa wali dari pasien ini?""Saya, saya suaminya Dok? A--ada apa?" tanya Bara berusaha mungkin untuk tenang. Walau faktanya tidak. "Pasien mengalami pendarahan yang cukup fatal. Menja

  • OBSESI BARA   163. Terulang Kembali

    Dalam remang-remang Laila membuka mata pelan. Masih dalam proses kesadaran, Laila menatap ruangan serba putih itu. Bukan rumah sakit atau ruangan lainnya. Melainkan warna putih yang tidak berbentuk apa-apa. Laila masih dalam keterdiaman, masih merasakan kenyamanan yang baru kali ini ia rasakan. Sebuah kenyamanan yang terasa sejuk nan menentramkan. Sampai saat sebuah suara terdengar membuat lamunan Laila terbuyarkan. "Hah!" Laila beranjak duduk. Nafasnya sedikit memburu. Yang kemudian matanya melirik di sekitar ruangan tersebut. Putih, hanya putih yang Laila tangkap di dalam ruangan ini. "Putri Abi ..."Sebuah seruan membuat Laila kembali menoleh yang mana membuat Laila terbelalak. "Abi?!" pekik Laila dengan segera berlari. Berlari menuju Abinya yang tengah tertawa. Detik berikutnya Laila memeluk Rahman yang sudah lama ini tidak Laila peluk. Ya, setelah 5 tahun lamanya atas kepergian sang Ayah membuat Laila merindukan sosoknya. "Abi, ternyata Abi ada di sini juga? Ya Allah, Laila

  • OBSESI BARA   162. Terjatuh

    Makin besar perut Laila makin besar pula harapan yang selalu Laila nantikan. Ya, akan kelahiran bayi ini yang mungkin sebulan lagi. Kini Laila tengah duduk bersantai di depan TV. Semakin hari dirinya hanya berdiam diri di tempat. Jik tidak paling hanya membereskan rumah dengan menyapu lantai, membantu Mbok Eka. Tidak banyak, namun cukup membuat keringat Laila bercucuran. Kata Uminya hal seperti ini baik untuk Ibu hamil. Karena dengan begitu akan memperlancar dalam melahirkan. Dan tentu, setiap pagi Laila selalu jalan pagi bersama Bara. Hal itu pun katanya memudahkan dalam lahiran.Rumah kini sepi. Bara yang tengah bekerja, Mbok Eka yang pergi berbelanja, dan Pak Imron yang katanya istrinya tengah sakit. Menjadikan dia harus pulang untuk menjenguk. "Ya Allah bosan ..," keluh Laila. Menjadi Ibu hamil terasa serba salah. Duduk begini pegal, duduk begitu sakit, mau duduk seperti apapun rasanya benar-benar tidak nyaman. Derrrtt DerrtttSuara dering ponsel terdengar membuat atensi Laila

  • OBSESI BARA   161. Perkara Ngidam

    Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tidak terasa, usia kandungan Laila sudah naik 8 bulan. Pemeriksaan rutin mingguan sering dilakukan, demi sang bayi yang ingin sehat, apapun akan Bara dan Laila lakukan."Assalamu'alaikum?" Bara baru masuk ke dalam. Laila yang tengah makan buah apel di atas karpet langsung menjawab panggilan sang suami. "Wa'alaikumussalam," jawabnya. Bara tersenyum kala melihat sang istri tengah lesehan di atas karpet. Dengan segera dia ikut lesehan di atas karpet dengan menjatuhkan kepalanya di atas kaki Laila yang diselonjorkan. Sebelum itu Laila mencium punggung tangan Bara yang habis pulang kerja. "Enggak biasanya pulang siang, Mas?" tanya Laila masih sibuk mengupas apel. Sedang Bara sudah mencium perut Laila yang sudah membesar itu."Mas rindu kamu, emang enggak boleh?"Laila terkekeh, "boleh dong sayang, apa sih yang enggak boleh buat kamu? Kamu ngidam aneh aja Laila lakuin!" sindirnya dengan sehalus mungkin. Namun, sang empu malah tertawa mendeng

  • OBSESI BARA   160. Positif Hamil

    "Eugh ..." Laila melenguh dalam tidurnya. Matanya merem-melek dengan gerakan pelan. Hingga, kala mata itu terbuka sebuah senyuman terbit di bibir Laila. Wajah suaminya. Ya, di depannya Bara masih tertidur pulas dengan dengkuran yang amat halus. Refleks Laila semakin memeluk Bara dari depan. Mengingat kejadian malam itu membuat Laila merasa lega. Sangat. Walau terasa sakit tapi, dia juga menikmatinya. Pelan, Bara ikut membuka mata. Menarik Laila agar lebih dekat dengannya. Dikecupnya kening Laila dengan begitu lembut. Yang kemudian mengusap lembut rambut sang istri. "Terima kasih ya sayang?" ucap Bara dengan terus menerus mencium kening Laila. Tubuh yang masih polos itu saling melekat hangat. Laila tersenyum. "Makasih juga Mas. Akhirnya, akhirnya Mas Bara nebang Laila," ucapnya parau. Namun, dengan tiba-tiba Bara menarik Laila yang malah sudah menangis. "Hey? Sayang, kenapa nangis?" Dengan sigap Bara menghapus air mata Laila yang jatuh menetes. "Udah, jangan nangis. Harusnya kita

  • OBSESI BARA   159. Berhasil

    Laila menghela nafas pelan. Dia duduk di tepi ranjang dengan jantung yang deg-deg an. Bagaimana tidak deg-degan, selepas makan Bara berlalu pergi tanpa mengatakan apapun. Entah ke mana, yang pasti Bara pergi setelah makan itu selesai.Dan sekarang Laila harus menunggu sang suami pulang. Apalagi teringat akan Bara yang sudah menginginkan dirinya malam ini. Hal yang jelas membuat Laila deg-degan. Berpikir bahwa haruskah malam ini keduanya melakukan hubungan suami-istri? Apakah malam ini keduanya akan memadu kasih? Tiba-tiba pipi Laila memanas. Memikirkannya saja sudah membuatnya panas-dingin. Tapi, jikapun tidak ... bukankah selama ini inilah yang ia harapkan? Memadu kasih hingga terciptanya sang buah hati? Bukankah ini yang Laila harapkan setelah bertahun-tahun lamanya? Masa dirinya masih belum siap? Tidak! Laila menggeleng. Malam ini harus menjadi malam paling indah untuk keduanya. Terutama untuk Bara, suaminya! Laila beranjak berdiri. Beringusut menuju lemari yang sebelumnya dia

  • OBSESI BARA   158. Mulai Panas-Dingin

    "Alhamdulillah ya Allah, akhirnya ..." Mata Laila berbinar indah kala menatap pemandangan yang belum pernah ia lihat. Di mana ia dan sang suami sudah berada di Turki. Perjalanan dari Indonesia ke Turki membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Yang mana waktu antara Indonesia-Turki jauh berbeda. Yang mana mereka turun dari Bandara Turki tepat pukul 21.00. Perbedaan waktu yang cukup jauh bukan? Yah, jika di Indonesia mungkin hari ini jam satu pagi, tapi karena ini di Turki membuat jalanan kota ini masih nampak sangat ramai. Tidak hanya ramai, tapi ramai sekali. Bara tersenyum, raut kebinaran dari matanya pun tidak bisa terelakkan. Dia begitu takjub melihat negara yang baru kali ini ia lihat. "Biar Mas yang bawakan barangnya," ucap Bara sembari mengambil alih koper yang Laila pegang. "Gpp, Mas. Biar Laila aja.""Udah, kamu lebih baik diam aja. Bias Mas! "Baiklah."Bara mengambil barang-barang bawaan. Melihat sebuah taksi membuat keduanya langsung masuk dan melaju ke Hotel Aydinli. Katanya,

DMCA.com Protection Status