Beranda / Romansa / OBSESI BARA / Bab 80. SEASON 2 [ Bukan Bara? ]

Share

Bab 80. SEASON 2 [ Bukan Bara? ]

Penulis: Melisristi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-03 11:58:31

Laila mendesah lelah. Sudah 2 jam ia menghabiskan waktu untuk mencari nama suaminya di daftar absen masuk. Tapi tidak ada, tidak ada nama yang juga menurutnya curiga.

"Apa dia tidak absen saat masuk?" gumam Laila sembari melihat kembali nama absen tersebut.

Namun, nihil!

"Sudah cukup, kepalaku pusing," keluh Laila pada akhirnya. Kemudian ia duduk untuk istirahat sebentar. Rasanya ... punggungnya sangat sakit setelah berjam-jam cuman mencari ini.

"Apa masih belum ketemu, Buk?" tanya karyawan yang menjaga bagian di sana.

Laila mendesah lelah. Namun, dengan tiba-tiba Laila langsung teringat sesuatu, membuat mukanya nampak berbinar.

Laila menatap Pak Adhi. Kemudian ia mengeluarkan sebuah foto di dalam dompet kecilnya. Foto suaminya yang tampan 7 turunan

"Pak Adhi, apa Bapak pernah melihat lelaki ini?" tanya Laila sembari memperlihatkan foto tersebut.

Pak Adhi nampak berpikir.

"Ahh, ya. Kemarin saya melihatnya."

Nah kan! Sudah kuduga, dia datang ke sini! senang Laila dalam hatinya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • OBSESI BARA   Bab 81. SEASON 2 [Menolak Lupa]

    Karena terdapat warung di depan sana membuat Laila dengan segera membeli obat luka. Kecelakaan barusan tentu membuat dirinya dan pria yang berwajah Bara terluka.Laila kembali setelah membeli obat luka tersebut, ikut duduk di mana pria itu duduk. "Biar aku bersihkan lukamu," ujar Laila sembari membuka cairan alkohol. "Biar saya saja, Mbak. Saya bisa sendiri, kok," jawab pria itu menolak halus. "Diamlah, lukamu agak parah, biar aku obati dulu.""Tidak perlu, Mbak. Saya baik---"Ucapan pria itu terkatup saat Laila menatapnya dengan sorot mata tajam. Kemudian Laila melanjutkan kembali mengobati luka dari pria yang telah berhasil menarik perhatiannya. Di balik itu, Laila menyunggingkan senyumnya. Debaran jantungnya kian berdetak lebih cepat dari biasanya. Bahkan tangannya sedikit bergetar kala ia mengobati luka lelaki itu. Lelaki itu ... lelaki yang sudah membuat Laila merasakan galau kumat dalam 3 hari ini. Lelaki yang sudah berhari-hari ia cari keberadaannya. Dan lelaki itu yang su

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • OBSESI BARA   Bab 82. SEASON 2 [ Kenyataan Pahit]

    "Maaf, tapi saya lebih nyaman pakai nama Mbak. Karena Anda lebih tua dari saya."Sedetik itu juga suasana nampak menggelap. Benar. Tatapan Laila langsung menggelap. Tua apanya! Kami seumuran weh! "Tapi aku tidak suka!" Laila berhenti dari langkahnya, membuat Arya ikut berhenti. "Namaku Laila, tolong panggil aku dengan seperti itu," pinta Laila masih terdiam tak melangkah. "Atau bisa juga sayang, dengan senang aku akan menerimanya," gumam Laila yang hanya terdengar oleh dirinya sendiri. Arya menelan salivnya. Kenapa jadi paksa begini? Membuat ia merasa tidak nyaman saja. "Mbak, kita bica---""M-a-s Arya, tolong, panggil aku dengan nama."Arya bergeming saat Laila menekankan suaranya. Sesaat saat dipanggil Mas, ingin sekali ia tersenyum namun ia urungkan saat melihat wajah Laila yang cemberut. Rasanya benar-benar aneh dipanggil Mas oleh orang yang baru saja ia kenal. Namun, Arya tidak bisa menyangkal bahwa sesaat melihat wajah Laila, kepribadiannya memiliki sifat arogan, ingin menan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • OBSESI BARA   Bab 83. SEASON 2 [Perempuan Bernama Zidna]

    Laila yang sudah menjauh dari jarak diantara ketiga orang itu menangis dalam diam. Lebih baik ia pergi bukan daripada menganggu bahagia dari keluarga kecil mereka? Ya! Sebaiknya ia pergi, karena dirinya sadar bahwa ia bukan pelakor dan tidak akan pernah menjadi pelakor! Laila menghela nafas sesak. Kemudian ia bersiap untuk berbalik. Hari ini, ia akan pergi saja, entah ke mana yang penting menjauh dari mereka. Sebelum itu, Laila menghapus air matanya terlebih dahulu. Kemudian beringsut pergi dengan rasa sakit yang amat menyesakkan. Namun sesaat berjalan untuk menjauh, Laila mendengar suara di belakang sana. Suara yang hendak memanggil namanya. "Bunda?"Kening Laila mengerut, mungkin ia salah dengar. "Bunda ... hiks, Bunda ini Shalu."Deg! Laila membeku saat tarikan dari tasnya terasa. Dengan segera ia membalikkan badan. Seorang bocah berumur 3 tahun menangis terisak. Menarik baju gamis yang dikenakan Laila. "Bunda?"Laila benar-benar tidak mengerti, kenapa anak kecil ini menga

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • OBSESI BARA   Bab 84. SEASON 2 [ Momen Indah]

    Laila menggendong Sharu menuju rumah Arya. Di sana ia melihat rumah itu yang nampak sangat sederhana. Lebih sederhana dari rumahnya dahulu. Laila jadi berpikir, apa dia hidup susah? Atau ... "Bunda, kenapa Bunda balu datang? Kenapa Bunda waktu itu pelgi ninggalin Shalu?"Tiba-tiba bocah berumur 3 tahun itu menatap Laila, yang ditatap hanya menampilkan senyum tipisnya. "Sharu rindu Bunda?" tanya Laila yang diangguki Sharu. "Linduuuu banget, lindunya juga segede ini ... " Sharu merentangkan tangannya membentuk bulat. Pertanda bahwa sebesar itu rindu anak ini untuk Bunda nya. Sayangnya, ia bukan Bunda sungguhan, ia hanya wanita yang tidak sengaja bertemu dengan anak ini. Laila menghela nafas saat ia masuk ke dalam rumah. Di sana, terdapat kursi sofa kecil berbentuk panjang dan kursi kecil dibagian lain. Membuat Laila menyimpan terlebih dahulu Sharu dari gendongannya. Ternyata bocah ini berat juga. Entah apa yang setiap hari dia makan, sampai-sampai membuat Laila kewalahan sendiri.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • OBSESI BARA   Bab 85. SEASON 2 [ Resleting]

    Berusaha mungkin Laila tersenyum manis, walau tau sekarang wajahnya nampak basah. Andai ... andai saja yang melakukan ini bukan Arya, sudah dipastikan hari ini sudah habis dalam penglihatannya. “Astaghfirullah Laila! Maaf, aku benar-benar tidak sengaja." Dengan segera Arya mengambil tissue saat Laila ingin membersihkannya dengan bajunya. “Tunggu sebentar Laila," ucapnya kemudian. Kembali setelah membawa tissu, Arya dengan sigap menggeser kursi dan duduk di dekat Laila. Pelan, Arya mulai membersihkan wajah Laila menggunakan tissu.“Maaf, a-aku benar-benar tidak sengaja," ucap Arya merasa bersalah. Namun bukannya marah Laila malah tersenyum. “Tidak apa-apa kok, namanya juga tidak sengaja."Laila mulai membuka matanya saat Arya berhasil mengelapnya. Jantungnya kembali berdebum saat jarak diantara keduanya terasa dekat. Laila tersenyum tipis, mendongak untuk menatap Arya dari jarak yang dekat. Sedangkan tangan Arya masih setia membersihkan cairan di wajah Laila dengan lembut. “Jadi,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • OBSESI BARA   Bab 86. SEASON 2 [ Terungkap]

    Pada akhirnya Laila kembali memakai baju miliknya sendiri. Rasa malu atas insiden tadi membuatnya enggan untuk meminjam baju yang lain, takutnya malah sama, tidak bisa di resleting. Arya, lelaki itu berulang kali meminta maaf atas insiden tadi, membuatnya kembali teringat. Benar-benar malu, apa yang dipikirkan Arya saat itu ya? Aish! Laila kini tengah duduk di kursi sofa, membuka line chat untuk mengirim pesan kepada Silvy, ah tidak, lebih baik langsung telfon saja dia. Suara Sharu dan Arya baru muncul kembali setelah mereka pergi ke luar untuk membeli bubur sebagai pelengkap sarapan. Membuat Laila yang saat itu tengah menyambungkan telfon izin untuk keluar sebentar. ''Assalamu'alaikum, Vy?" salam Laila saat sambungan itu tersambung. "Wa'alaikumussalam, Kakak? Ke mana aja? Mbok Eka kemarin ke rumah aku, dia datang buat nanyain Kakak. Kak Laila enggak pulang?""Kebetulan aku emang enggak pulang, Vy. Mobil aku pun di simpan dikantor. Ah, apa nanti kamu boleh ke sini? Jemput aku?""

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • OBSESI BARA   Bab 87. SEASON 2 [Dia Bara]

    Sorot matanya ...membuat kaki Akmal bergetar saat itu juga. Laila tersenyum devil, mengerikan di mata Akmal saat ini. Membuat jiwa Akmal menciut seraya berkata, “B--bu, La--Ila," gelagapnya dengan takut. Sedang Arya mengernyitkan alisnya melihat temannya itu yang seperti melihat hantu, padahal yang di lihat hanya Laila, kenapa setakut itu? "Akmal, kenapa wajahmu seperti itu? Dan apanya yang hancur?" tanyanya membuat Akmal melotot tanda untuk Arya diam. Namun tak ayal untuk Arya, alisnya semakin bertaut saat Laila mulai berjalan menuju keduanya. Dia tersenyum, tapi bukan tersenyum tulus sepertinya biasanya. "Arya, hari ini aku akan pulang," ucap Laila setelah tepat berada di keduanya. Ia tersenyum terlebih dahulu kepada Arya, ucapannya begitu lembut dan manis. Namun saat ekor matanya melirik Akmal, berubah bengis bak hewan kelaparan.Akmal dibuat ketar-ketir. Sumpah demi apapun, jiwanya saat ini benar-benar dipertaruhkan antara hidup dan mati. Apalagi sudah terang-terangan membicara

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • OBSESI BARA   Bab 88. SEASON 2 [Hari Di mana Ledakan Itu Terjadi]

    "Saya sudah mengatakan yang sebenarnya Bu, jadi tolong, jangan pecat saya, Bu." Akmal kembali memohon. Kepalanya menunduk dengan kedua tangan yang ditautkan di depan dada. "Aku tidak sungguh-sungguh mengucapkannya kok, yang tadi hanya untuk mengetahui kebenaran yang sebenarnya. Dan ternyata terbukti sudah bahwa Arya adalah Bara." Laila tersenyum, hatinya mencelos tenang begitu saja. Akhirnya, inilah titik terang yang sebenarnya. Titik di mana Arya memang Bara. Laila bergeming, masih menatap Akmal. "Jika kamu sudah tau, lalu kenapa diawal kau tidak mengatakan yang sebenarnya?""Karena saya sengaja ingin menyembunyikan identitas Bara dari hal yang membahayakan dirinya.""Kenapa?"Akmal terdiam sejenak. Menatap terlebih dahulu Laila. "Lalu, boleh saya bertanya lebih dahulu apa hubungan Bu Laila dengannya? " tanya Akmal membuat Laila tersenyum. "Aku istrinya!"Terdapat keterkejutan dari yang Akmal tampilkan. Namun sedetik kemudian ia mangut-mangut. "Pantas saja Bu Laila langsung gemp

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21

Bab terbaru

  • OBSESI BARA   Extra Part

    "Bunda? Di dalam pelut Bunda ini, nanti bakal ada belapa bayi?" tanya anak kecil berumur 3 tahun. Dia Albyshaka Ghibran Arseno, anak pertama Bara dan Laila. Setelah proses yang sempat tertunda akibat kecelakaan dahulu membuat Laila bisa kembali hamil. "Eum, berapa ya ...?" Laila nampak berpikir, jari telunjuknya tersimpan di dagu. "Emangnya kakak maunya berapa?" tanya Laila. Bukannya menjawab Laila malah balik bertanya. "Alby maunya sih satu. Laki-laki lagi! Kalau pelempuan Alby gak mau, pelempuan itu banyak maunya Bunda, telus celewet lagi! Shaka gak mau!" Laila tertawa atas keinginan Alby yang terlewat jujur. "Tapi kalau nanti adik kamu perempuan, gimana? Semuanya kan, sudah kehendak Allah," ucap Laila. "Kehendak itu apa Bunda?" tanya Alby mengerutkan keningnya. Laila yang tengah duduk di kursi taman itu membuat Alby ikut duduk di samping sang Bunda. "Kehendak itu sebuah keinginan, kemauan atau juga bisa harapan. Suatu hal yang tidak bisa kita paksakan kecuali dengan mengikut

  • OBSESI BARA   165. Selesai

    Suara tangis bayi menggema di udara, membuat Laila yang tengah membereskan beberapa pakaian harus terhenti. Ah, anaknya sudah bangun ternyata. Dengan segera Laila menuju ranjang, hendak mengambil anaknya namun gerakannya terhenti kala melihat Bara yang tengah tertidur pulas. "Astaghfirullah, di mana bayinya?" Suara tangis itu ada, hanya saja kenapa anaknya tidak terlihat. Namun sedetik kemudian Laila melotot terkejut kala selimut besar malah membungkus bayi tersebut. "Astaghfirullah, anak Bunda ... " Dengan segera Laila menyibak kasar selimut hingga selimut itu menutupi muka Bara yang asik tidur. "Cup, cup, cup. Anak Bunda ternyata udah bangun, iya? Eumm, manisnya ..." ujar Laila yang kini Alby dalam gendongannya. Anak Laila yang bernama Albyshaka itu terhenti dari tangisnya. Dia tersenyum ceria kala sang Bunda terus berceloteh sembari menggoyang-goyangkan badannya ke sana ke mari. Kini usia Alby sudah menginjak 9 bulan, yang mana sudah bisa berceloteh bahasa planet. Terbukti de

  • OBSESI BARA   164. Akhir Sebuah Kisah

    "La, Mas mohon ... bertahanlah ..." Tangis Bara kian luruh. Tubuhnya gemetar dengan tatapan mata yang mengarah pada lampu bewarna merah, di mana sang istri berada. "Bara?" Sebuah seruan di belakang sana membuat Bara membalikkan badan hingga melihat Vano berlari ke arahnya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Vano cemas. Dia berdiri di hadapan Bara, dan bukannya menjawab pertanyaan sang Ayah, Bara dengan segera memeluk tubuh Vano. "Ayah, Bara takut .. Laila---""Kita doakan keselamatan untuk Laila. Insya Allah dia pasti akan baik-baik saja," ucap Vano berusaha menenangkan sang anak. Walau nyatanya dia juga ikut merasakan takut. Tidak bisa dipungkiri, rasa takut itu kian bertambah kala pintu di mana Laila berada terbuka. Membuat Bara dan Vano langsung menatap sang Dokter yang baru keluar. "Dok--?""Siapa wali dari pasien ini?""Saya, saya suaminya Dok? A--ada apa?" tanya Bara berusaha mungkin untuk tenang. Walau faktanya tidak. "Pasien mengalami pendarahan yang cukup fatal. Menja

  • OBSESI BARA   163. Terulang Kembali

    Dalam remang-remang Laila membuka mata pelan. Masih dalam proses kesadaran, Laila menatap ruangan serba putih itu. Bukan rumah sakit atau ruangan lainnya. Melainkan warna putih yang tidak berbentuk apa-apa. Laila masih dalam keterdiaman, masih merasakan kenyamanan yang baru kali ini ia rasakan. Sebuah kenyamanan yang terasa sejuk nan menentramkan. Sampai saat sebuah suara terdengar membuat lamunan Laila terbuyarkan. "Hah!" Laila beranjak duduk. Nafasnya sedikit memburu. Yang kemudian matanya melirik di sekitar ruangan tersebut. Putih, hanya putih yang Laila tangkap di dalam ruangan ini. "Putri Abi ..."Sebuah seruan membuat Laila kembali menoleh yang mana membuat Laila terbelalak. "Abi?!" pekik Laila dengan segera berlari. Berlari menuju Abinya yang tengah tertawa. Detik berikutnya Laila memeluk Rahman yang sudah lama ini tidak Laila peluk. Ya, setelah 5 tahun lamanya atas kepergian sang Ayah membuat Laila merindukan sosoknya. "Abi, ternyata Abi ada di sini juga? Ya Allah, Laila

  • OBSESI BARA   162. Terjatuh

    Makin besar perut Laila makin besar pula harapan yang selalu Laila nantikan. Ya, akan kelahiran bayi ini yang mungkin sebulan lagi. Kini Laila tengah duduk bersantai di depan TV. Semakin hari dirinya hanya berdiam diri di tempat. Jik tidak paling hanya membereskan rumah dengan menyapu lantai, membantu Mbok Eka. Tidak banyak, namun cukup membuat keringat Laila bercucuran. Kata Uminya hal seperti ini baik untuk Ibu hamil. Karena dengan begitu akan memperlancar dalam melahirkan. Dan tentu, setiap pagi Laila selalu jalan pagi bersama Bara. Hal itu pun katanya memudahkan dalam lahiran.Rumah kini sepi. Bara yang tengah bekerja, Mbok Eka yang pergi berbelanja, dan Pak Imron yang katanya istrinya tengah sakit. Menjadikan dia harus pulang untuk menjenguk. "Ya Allah bosan ..," keluh Laila. Menjadi Ibu hamil terasa serba salah. Duduk begini pegal, duduk begitu sakit, mau duduk seperti apapun rasanya benar-benar tidak nyaman. Derrrtt DerrtttSuara dering ponsel terdengar membuat atensi Laila

  • OBSESI BARA   161. Perkara Ngidam

    Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tidak terasa, usia kandungan Laila sudah naik 8 bulan. Pemeriksaan rutin mingguan sering dilakukan, demi sang bayi yang ingin sehat, apapun akan Bara dan Laila lakukan."Assalamu'alaikum?" Bara baru masuk ke dalam. Laila yang tengah makan buah apel di atas karpet langsung menjawab panggilan sang suami. "Wa'alaikumussalam," jawabnya. Bara tersenyum kala melihat sang istri tengah lesehan di atas karpet. Dengan segera dia ikut lesehan di atas karpet dengan menjatuhkan kepalanya di atas kaki Laila yang diselonjorkan. Sebelum itu Laila mencium punggung tangan Bara yang habis pulang kerja. "Enggak biasanya pulang siang, Mas?" tanya Laila masih sibuk mengupas apel. Sedang Bara sudah mencium perut Laila yang sudah membesar itu."Mas rindu kamu, emang enggak boleh?"Laila terkekeh, "boleh dong sayang, apa sih yang enggak boleh buat kamu? Kamu ngidam aneh aja Laila lakuin!" sindirnya dengan sehalus mungkin. Namun, sang empu malah tertawa mendeng

  • OBSESI BARA   160. Positif Hamil

    "Eugh ..." Laila melenguh dalam tidurnya. Matanya merem-melek dengan gerakan pelan. Hingga, kala mata itu terbuka sebuah senyuman terbit di bibir Laila. Wajah suaminya. Ya, di depannya Bara masih tertidur pulas dengan dengkuran yang amat halus. Refleks Laila semakin memeluk Bara dari depan. Mengingat kejadian malam itu membuat Laila merasa lega. Sangat. Walau terasa sakit tapi, dia juga menikmatinya. Pelan, Bara ikut membuka mata. Menarik Laila agar lebih dekat dengannya. Dikecupnya kening Laila dengan begitu lembut. Yang kemudian mengusap lembut rambut sang istri. "Terima kasih ya sayang?" ucap Bara dengan terus menerus mencium kening Laila. Tubuh yang masih polos itu saling melekat hangat. Laila tersenyum. "Makasih juga Mas. Akhirnya, akhirnya Mas Bara nebang Laila," ucapnya parau. Namun, dengan tiba-tiba Bara menarik Laila yang malah sudah menangis. "Hey? Sayang, kenapa nangis?" Dengan sigap Bara menghapus air mata Laila yang jatuh menetes. "Udah, jangan nangis. Harusnya kita

  • OBSESI BARA   159. Berhasil

    Laila menghela nafas pelan. Dia duduk di tepi ranjang dengan jantung yang deg-deg an. Bagaimana tidak deg-degan, selepas makan Bara berlalu pergi tanpa mengatakan apapun. Entah ke mana, yang pasti Bara pergi setelah makan itu selesai.Dan sekarang Laila harus menunggu sang suami pulang. Apalagi teringat akan Bara yang sudah menginginkan dirinya malam ini. Hal yang jelas membuat Laila deg-degan. Berpikir bahwa haruskah malam ini keduanya melakukan hubungan suami-istri? Apakah malam ini keduanya akan memadu kasih? Tiba-tiba pipi Laila memanas. Memikirkannya saja sudah membuatnya panas-dingin. Tapi, jikapun tidak ... bukankah selama ini inilah yang ia harapkan? Memadu kasih hingga terciptanya sang buah hati? Bukankah ini yang Laila harapkan setelah bertahun-tahun lamanya? Masa dirinya masih belum siap? Tidak! Laila menggeleng. Malam ini harus menjadi malam paling indah untuk keduanya. Terutama untuk Bara, suaminya! Laila beranjak berdiri. Beringusut menuju lemari yang sebelumnya dia

  • OBSESI BARA   158. Mulai Panas-Dingin

    "Alhamdulillah ya Allah, akhirnya ..." Mata Laila berbinar indah kala menatap pemandangan yang belum pernah ia lihat. Di mana ia dan sang suami sudah berada di Turki. Perjalanan dari Indonesia ke Turki membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Yang mana waktu antara Indonesia-Turki jauh berbeda. Yang mana mereka turun dari Bandara Turki tepat pukul 21.00. Perbedaan waktu yang cukup jauh bukan? Yah, jika di Indonesia mungkin hari ini jam satu pagi, tapi karena ini di Turki membuat jalanan kota ini masih nampak sangat ramai. Tidak hanya ramai, tapi ramai sekali. Bara tersenyum, raut kebinaran dari matanya pun tidak bisa terelakkan. Dia begitu takjub melihat negara yang baru kali ini ia lihat. "Biar Mas yang bawakan barangnya," ucap Bara sembari mengambil alih koper yang Laila pegang. "Gpp, Mas. Biar Laila aja.""Udah, kamu lebih baik diam aja. Bias Mas! "Baiklah."Bara mengambil barang-barang bawaan. Melihat sebuah taksi membuat keduanya langsung masuk dan melaju ke Hotel Aydinli. Katanya,

DMCA.com Protection Status