Jeffin membuka pintu apartemennya dan yang pertama kali ia lihat adalah keadaan yang sudah gelap. Jeffin menyalakan lampu yang membuat seseorang yang tengah meringkuk di sofa terbangun. Menyadari sang pemilik tempat tinggal pulang, Abiyya terkejut langsung dan bangun dari tidurnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali barulah Abiyya menyapa Jeffin.
“Maaf, kamu baru pulang?” pertanyaan bodoh yang keluar dari Abiyya mulut membuatnya mengumpat dalam hati. Sudah jelas Abiyya melihatnya dengan jas yang tersampir di lengan sofa dan lengan kemeja putihnya sudah tergulung sebatas siku.
“Kenapa tidur di sini?” mengabaikan pertanyaan Abiyya, Jeffin malah berbalik tanya.
“Hehe, ketiduran.” Jeffin mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara yang sepertinya terdengar dari perut Abiyya yang tak lain dan tak bukan karena lapar.
“Belum makan?” Abiyya menggelengkan kepalanya sambil meringis tidak enak. Karena terakhir Abiyya makan adalah tadi pagi.
“Astaga, kenapa nggak makan Abiyya.” Abiyya mengedipkan matanya beberapa kali. Baru kali ini Jeffin menyebutkan namanya setelah beberapa hari tinggal bersama. “Sudah saya pesankan makanan, nanti makan saja.” Tanpa menunggu jawaban Abiyya, Jeffin langsung pergi ke kamarnya.
Abiyya menuruti perkataan Jeffin, ketika makanan datang Abiyya langsung memakannya. Sebelumnya Abiyya juga sudah menawarkan kepada Jeffin untuk ikut makan, tetapi lelaki itu bilang dirinya sudah makan. Tanpa pikir panjang Abiyya memakannya seperti yang Jeffin perintahkan.
Abiyya mengetuk pintu kamar Jeffin ketika sudah selesai makan. “Kenapa?” Jeffin langsung menanyakan maksudnya.
“Mau bicara sebentar bisa?” Jeffin mengangguk pelan dan menggiringnya ke arah ruang tamu.
“Mau bicara soal apa?”
“Eee, kalau aku mau cari tempat tinggal sendiri boleh? Soalnya nggak enak kalau harus tinggal satu tempat kayak gini sama kamu. Sekalian juga aku mau cari kerjaan.”
Jeffin terdiam sebentar. “Sempat kuliah kan kamu?” Abiyya mengangguk pelan. “Ya sudah, mulai besok kamu kerja di perusahaan saya saja.”
“Hah? Nggak usah bercanda deh Pak,” ucap Abiyya tak percaya dengan apa yang Jeffin katakan barusan.0
“Apa saya terlihat sedang bercanda?”
“Ya, tapi nggak enak kalau aku kerja di tempat kamu.”
“Tenang saja, nanti saya yang atur semuanya. Dan untuk tempat tinggal, kamu tetap tinggal di sini.”
“Tapi ....”
“Enggak ada tapi-tapi. Kalau kamu ketemu sama kakak kamu, apa yang bakal kamu lakuin? Ah iya, kamu punya ponsel?” gelengan kepala dari Abiyya membuat Jeffin merasa seperti apa hidup Abiyya selama ini tanpa ponsel. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi Jeffin langsung pergi kembali masuk ke kamarnya.
Keesokan harinya Jeffin duduk berhadapan dengan Abiyya di meja makan dengan keduanya yang sudah berpakaian rapi. Tadi Abiyya mendapatkan beberapa pakaian yang biasa dipakai oleh para wanita untuk bekerja di kantor. Abiyya hanya bisa terkagum-kagum ketika semuanya bisa disiapkan dalam semalam oleh Jeffin.
“Buat kamu.” Jeffin menyodorkan sebuah ponsel ke arah Abiyya.
Abiyya menunjuk dirinya seolah memastikan benda itu memang benar untuk dirinya. Soalnya baru kali ini Abiyya mendapatkan ponsel yang sepertinya merupakan keluaran terbaru. Dulu Abiyya mempunyai ponsel yang hanya bisa untuk mengirim pesan dan telepon saja sebelum dijual dan uangnya di ambil oleh Yasa.
“Biar saya nggak susah buat ngehubungin kamu nanti. Di situ juga sudah ada nomor saya dan sekretaris saya.”
“Terima kasih dan maaf.” Abiyya menundukkan kepalanya. “Maaf, sudah merepotkan padahal saya bukan siapa-siapa kamu.”
Jeffin mengibaskan tangannya pelan, sebagai tanda seolah apa yang ia berikan pada Abiyya bukanlah apa-apa. “Nanti kalau sudah ada waktu saya antar kamu ke tempat mama saya, karena beliau ingin bertemu kamu.”
“Baiklah, atur saja toh saya hanya perlu mengikuti apa yang kamu perintahkan.”
🌾🌾🌾
Hari ini merupakan hari pertama Abiyya bekerja sebagai pegawai kantoran. Yang mana pekerjaan ini dia dapatkan dari Jeffin yang tak lain dan tak bukan adalah pemimpin dari perusahaan yang akan menjadi tempatnya bekerja. Setelah melalui perdebatan panjang antara dirinya dan Jeffin, dimana Jeffin memaksanya untuk berangkat bersama. Namun, Abiyya menolak karena tak ingin menjadi perhatian orang lain. Dan pada akhirnya Jeffin menyuruh orang suruhannya untuk mengantarnya karena Jeffin tak bisa membiarkan Abiyya memakai kendaraan umum.
Abiyya menatap gedung tinggi yang ada di depannya. Setelah sebelumnya Abiyya di beritahu untuk datang ke lantai lima dan menemui seorang perempuan bernama Yuan. Beberapa kali Abiyya sempat bertanya pada orang menanyakan dimana ruangan orang yang bernama Yuan. Di sinilah Abiyya sekarang, sedang berhadapan dengan perempuan yang bernama Yuan dan bisa Abiyya tebak bahwa umur perempuan ini berada di atasnya beberapa tahun.
“Abiyya ya?” tanya Mbak Yuan yang sepertinya untuk memastikan. Setelah itu Abiyya di ajak ke meja kerjanya. Sebelumnya Mbak Yuan sudah memperkenalkan Abiyya ke orang-orang yang bekerja di divisi yang sama dengannya. Semua menyambutnya dengan baik dan Abiyya merasa sangat senang.
Pertama kali merasakan duduk di meja kerjanya, senyum lebar di wajahnya tidak bisa dihentikan. Mimpinya untuk bekerja di kantoran akhirnya bisa terwujud. Semua berkat Jeffin, andai ia tidak bertemu dengan lelaki itu, entah apa yang terjadi dengan hidupnya saat ini.
“Hai, gue Shida,” sapa orang yang duduk di samping meja kerja Abiyya.
“Hai juga, aku Abiyya. Karyawan baru di sini,” balas Abiyya sambil mengarahkan tangannya pada Shida mengajaknya bersalaman. Abiyya harap Shida bisa menjadi temannya.
“Santai saja ya, nggak usah terlalu formal.”
“Makasih ya.”
Abiyya mulai mempelajari apa yang akan menjadi pekerjaannya. Sesekali Shida juga membantu ketika ada yang Abiyya mengerti. Semoga saja semua teman-temannya bisa semenyenangkan dan sebaik seperti Shida.
Seseorang mendatangi meja kerja Abiyya yang membuatnya langsung berdiri sambil tersenyum. “Abiyya bukan? Karyawan baru di sini?” tanyanya.
“Iya Mbak, benar,” jawab Abiyya.
“Ini mbak Nami, senior di divisi keuangan,” kata Shida yang membantu menjelaskan siapa Mbak Nami ini.
“Oh iya, salam kenal Mbak Nami,” ucap Abiyya.
“Salam kenal juga, semoga betah ya, kalau ada pertanyaan atau apa yang nggak kamu ngerti bisa tanya Shida atau saya.”
“Siap, makasih Mbak Nami,” balas Abiyya dengan antusias.
“Kalau begitu saya pamit dulu ya,” pamit Mbak Nami yang dibalas oleh Abiyya dan Shida.
Sangat menyenangkan bagi Abiyya bisa bekerja di sini dan bertemu dengan orang-orang seperti Shida dan Mbak Nami. Abiyya merasa beruntung telah bertemu dengan orang baik seperti Jeffin. Entah harus mengucapkan apalagi selain terima kasih yang banyak pada lelaki itu.
Abiyya hanya melakukan beberapa pekerjaan yang ia bisa karena belum terlalu banyak yang bisa ia kerjakan. Apalagi ini hari pertamanya bekerja, besok barulah dia bisa bekerja dengan normal. Di jam istirahat, Shida mengajaknya untuk makan di kantin. Katanya makanannya enak-enak.
“Lo mau makan apa?” tanya Shida pada Abiyya ketika sudah berada di kantin.
“Hmm.. kayak kamu aja deh,” jawab Abiyya.
“Serius? Nggak ada makanan yang kayak gue Abiyya,” kata Shida sambil tertawa kecil.
“Shida, bukan itu maksudnya makanan yang kayak kamu pesan gitu.”
“Hahaha gue bercanda kok. Lo tunggu aja dulu di sini, gue pesan makanannya.” Setelah itu Shida sudah tak terlihat lagi dan Abiyya memilih duduk di tempat yang mereka pilih.
“Gimana sama Pak Jeffin?” tanya seorang wanita yang duduk tak terlalu jauh di depan Abiyya. Dua orang wanita cantik yang sedang menikmati makan siangnya.
“Ya begitulah,” jawab wanita dengan rambut sebahu dengan make up yang sangat bagus untuk wajahnya.
“Gue lihat, lo kemarin ada ngobrol sama Pak Jeffin, sudah sejauh mana hubungan lo sama dia? Jangan main rahasia-rahasian dong.”
Wanita itu tersenyum lebar sambil merapihkan rambutnya, padahal rambutnya tidak berantakan sama sekali. “Bisa lo artiin sendiri deh, gimana-gimananya.”
Abiyya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Kemudian bergumam di dalam hati, menebak mungkin saja dia pacarnya Jeffin. Setelah itu Shida datang dengan membawa makanan khas Yogyakarta, yaitu gudeg. Benar-benar makanan Indonesia banget sih ini.
“Selamat makan,” ucap Shida sambil tersenyum lebar.
🌾🌾🌾
Abiyya mendapatkan pesan dari Jeffin yang berisikan bahwa sang ibu ingin bertemu dengan Abiyya setelah pulang bekerja. Jeffin juga mengatakan bahwa mereka harus pergi bersama. Namun, Abiyya menolaknya dengan alasan nanti bisa saja nanti ketahuan oleh orang-orang. Kalau memang harus bersama, Abiyya menunggu di sebuah halte yang tak terlalu jauh dari kantor. Jeffin pun mengiyakan meskipun tadi sempat ada perdebatan sedikit.
Jam pulang kerja sudah selesai. Shida tadi juga sudah pulang. Kantor juga sudah lumayan sepi. Abiyya berjalan ke halte sesuai apa yang sudah dibicarakan sebelumnya. Abiyya menunggu Jeffin dengan sedikit gelisah. Takut ada orang yang bisa melihatnya.
Mobil yang sudah Abiyya ketahui sebagai milik Jeffin berhenti di depannya. Jeffin menyiratkan Abiyya untuk segera masuk. Setelah Abiyya duduk di sampingnya Jeffin kembali melajukan mobilnya menuju rumah orang tuanya.
“Gimana hari pertama kamu kerja?” tanya Aera ketika Abiyya datang.
“Baik, Ma. Karena hari ini hari pertama jadi nggak banyak yang aku kerjain,” jawab Abiyya.
“Syukurlah, kalau nanti Jeffin kasih kamu banyak kerjaan bilang saja sama Mama, biar Mama marahin Jeffinnya.”
Sebelumnya Jeffin juga sempat memberitahunya bahwa Aera ingin membuat kue bersama Abiyya. Dan di sinilah mereka berdua, di dapur kesayangan Aera meskipun tidak terlalu sering Aera menggunakannya, karena biasanya yang memasak makanan adalah para pelayan. Hanya sesekali saja jika Aera ingin menggunakannya, seperti saat ini.
Jeffin sendiri sudah entah berada dimana. Mungkin menemui Reksa guna membahas tentang perusahaan. Kalau Crystal sendiri kata Aera sedang sibuk mengurus butiknya, jadi jarang berada di rumah. Atau bahkan bisa saja Crystal pulang ke apartemennya kalau memang urusannya membuatnya pulang terlalu malam.
“Maaf ya, Mama jadi ngerepotin kamu gini. Kamu pasti capek habis pulang kerja malah nemenin Mama bikin kue kayak gini.”
“Nggak apa-apa, malah Abiyya senang bisa bantu Mama. Kalau Mama butuh Abiyya, bilang saja ya sama Abiyya langsung,” kata Abiyya sambil membuat adonan sesuai yang di arahkan oleh resep yang Aera pilih.
“Makasih ya sayang.”
Setelah beberapa waktu berlalu akhirnya kue buatan Aera dan Abiyya sudah jadi. Abiyya membantu Aera menyiapkan kue untuk disajikan kepada Reksa dan Jeffin yang ternyata masih mengobrol. Entah apa yang di obrolkan yang pasti Abiyya tidak mengerti akan pembahasannya, meskipun kalau Abiyya mendengarkan dari awal pun tidak akan bisa mengerti.
Tak lama setelah itu datanglah Crystal. Gadis cantik yang Abiyya tahu sebagai adik dari Jeffin itu memang sangat cantik. Dengan tubuh tinggi dan rambut panjang serta make up yang sangat pas di wajahnya menambah kecantikannya. Senyum yang awalnya terlihat cerah ketika melihat keberadaan Jeffin, langsung memudar ketika melihat ada Abiyya di rumahnya. Abiyya yang merasakan perubahan itu hanya tersenyum tipis ketika Crystal berpamitan untuk ke kamarnya.
Abiyya menyadari bahwa kehadirannya malam itu memang tidak di sambut terlalu baik oleh Crystal. Abiyya dapat merasakan tatapan tidak suka dari Crystal lewat tatapan matanya yang tajam ketika menatap Abiyya. Semoga saja Abiyya bisa mengobrol dengan Crystal nanti.
Reksa dan Jeffin mencoba kue buatan Aera dan Abiyya. Katanya sih enak, Abiyya sendiri juga sebenarnya belum mencobanya. Kemudian Aera mengajak Abiyya ke halaman belakang rumah besar ini. Ada taman kecil yang berisi berbagai macam tanaman milik Aera. Ternyata Aera memang menyukai hal-hal berbau alam.
Tak hanya taman, ternyata di sudut kanan ada juga danau buatan di sana. Lalu ada kolam berisikan ikan berwarna-warni dan sepasang kura-kura yang sudah lumayan besar tak jauh dari danau. Dapat dilihat semua yang ada di halaman belakang rumah sangat tertata dengan rapi.
Aera mempersilahkan Abiyya untuk melihat-lihat terlebih dahulu sendiri karena tadi katanya dia ada sesuatu yang harus dilakukan. Karena terlalu asyik bermain dengan kura-kura, Abiyya tak menyadari ada Jeffin yang sudah berdiri memperhatikannya. Sampai suara dehaman mengalihkan perhatian Abiyya.
Jeffin dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana terasa sekali aura pemimpin yang dapat Abiyya rasakan. “Senang?” tanya Jeffin yang membuat Abiyya mengerjapkan matanya beberapa kali dan Jeffin yang tertawa pelan melihat ekspresi yang ditunjukkan Abiyya.
“Mau pulang sekarang?”
“Terserah saja, kan aku ngikut kamu,” jawab Abiyya sambil tangannya sesekali mengelus kembali punggung kura-kura.
Di sisi lain ada seseorang yang memperhatikan mereka berdua dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Mata tajamnya menatap ke arah Abiyya dan Jeffin tanpa berkedip. Tanpa sadar tangannya sudah mengepal. Memperlihatkan sebuah emosi yang tertahan dalam dirinya.
🌾🌾🌾
Freja mendapatkan pesan dari seseorang yang selama ini terlihat seperti tertarik padanya. Tak terhitung sudah berapa tahun perempuan ini selalu mencari perhatiannya. Setelah beberapa Minggu tak mengiriminya pesan, kini ada pesan muncul darinya.
Dalam pesannya, ia ingin bertemu dengan Freja. Karena selalu merasa tidak enak, Freja selalu mengiyakan apa yang perempuan itu inginkan. Kecuali permintaan yang tidak-tidak, maka Freja akan menolaknya tanpa berpikir panjang.
Setelah menentukan tempat untuk bertemu, Freja dengan segera pergi. Ternyata perempuan tersebut sudah sampai terlebih dahulu. Freja langsung menghampirinya, dapat terlihat di wajahnya bahwa perempuan itu sedang kesal. Entah apa yang membuatnya kesal kali ini.
“Kenapa? Apa yang terjadi?” tanya Freja yang membuat perempuan itu langsung tersenyum lebar ketika mengetahui Freja sudah ada di depannya.
“Kangen,” jawabnya sambil menunjukkan senyum lebarnya.
“Kirain kenapa, ternyata cuma kangen.”
“Emang nggak boleh kangen sama Kak Freja?”
“Pinter ya kalau ngomong, datang pas ada butuhnya doang lo.”
“Ckck.”
“Kak Freja tahu, kalau Kak Jeffin sudah punya pacar?”
“Jeffin? Punya pacar? Sejak kapan dia punya pacar?”
“Loh? Kak Freja nggak tahu. Kak Jeffin punya pacar dan beberapa Minggu yang lalu di bawa ke rumah kok.”
“Wah parah tuh bocah, nggak ada tuh ngomong sama gue. Pantas saja tiap kali di ajak ngumpul nggak bisa mulu jawabannya.”
Crystal mencerna semua yang dikatakan oleh Freja. Kenapa Freja tidak mengetahui bahwa Jeffin sudah punya pacar. Padahal setahunya Jeffin selalu menceritakan segala sesuatu pada sahabatnya. Crystal merasa ada yang aneh akan hubungan kakaknya.
Setelah bertemu dengan Crystal, Freja mengajak kedua sahabatnya untuk bertemu di sebuah bar yang biasa mereka kunjungi. Untungnya malam ini Jeffin mengiyakan, jadi bisa sekalian nanti ia tanyakan apa yang tadi dibicarakan dengan Crystal. Freja yang sudah sampai dahulu kini sedang menikmati segelas wine yang di pesannya. Barulah datang Ajendra dengan pakaian santainya kemudian di susul oleh Jeffin yang masih menggunakan pakaian kerjanya hanya saja lengan kemejanya sudah ia lipat sampai siku.
Entah apa saja yang sudah dibicarakan oleh tiga orang sahabat itu. Sampai di waktunya Freja menanyakan tentang rasa penasaran yang sudah ia tahan sejak tadi. Ingin mendengarkan kebenaran dari orang yang bersangkutan secara langsung.
“Jadi benar lo udah punya pacar Jef?” tanya Freja memastikan.
“Ini juga yang ingin gue tanyakan sama Jeffin dari kemarin,” sahut Ajen yang sudah menghabiskan segelas wine.
“Iya, gitulah.” Jawaban dari Jeffin sebenarnya sama sekali tidak memuaskan bagi keduanya. Namun, jawaban seperti itu sudah cukup bagi Freja dan Ajen. Kalau Jeffin ingin menceritakan semuanya pasti akan diceritakan tentang hubungan seperti apa yang dirinya jalani bersama Abiyya.
Abiyya berjalan cepat ke arah lift. Dengan sesekali merapihkan rambutnya yang sudah berantakan. Hari ini Abiyya bangun kesiangan yang membuatnya terlambat berangkat ke kantor. Pintu lift terbuka dengan menampilkan sosok tinggi yang sedang menatapnya tajam juga tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya. Di belakangnya juga ada orang yang sempat Abiyya temui beberapa waktu yang lalu.Abiyya menunduk, tak berani menatap Jeffin karena untuk pertama kalinya bertemu dengan lelaki itu di kantor. Apalagi dengan kondisinya yang baru saja datang dan dirinya sudah telat selama satu jam. “Saya tunggu kamu di ruangan saya nanti. Gaji kamu bulan ini saya potong,” katanya yang membuat mata Abiyya melotot. Ketika hendak protes, Jeffin sudah terlebih dahulu pergi dengan diikuti Ajen yang sempat sedikit meledek Abiyya.“Bisa-bisanya lo telat heh?” tanya Shida heran ketika Abiyya selesai menghadap Mbak Nami yang tentu saja tak terlepas dari teguran. Apalagi Abiyya masih terbilang karyawan baru di
Crystal melangkahkan kakinya dengan anggun menuju ruangan Jeffin yang sudah biasa ia datangi. Bisa di bilang dulu ia sering datang sebelum Jeffin memperkenalkan seorang gadis sebagai kekasihnya kepada orang tuanya. Lalu ia juga merasakan bahwa Jeffin menghindarinya beberapa saat lalu bahkan sebelum ia membawa Abiyya ke rumah. Entah apa yang membuat Jeffin menghindarinya seperti itu membuat Crystal bertanya-tanya tetapi ketika menanyakan hal itu pada Jeffin, Crystal sama sekali tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.“Kak Jeffin ada?” tanyanya pada Ajen yang sudah ia kenal bahkan sebelum cowok itu bekerja di kantor ini.“Eh, ada si cantik Crystal.” Alih-alih menjawab, Ajen malah menggoda Crystal. Sudah lama juga Ajen tidak bertemu dengan gadis cantik yang selalu mengikuti kemanapun Jeffin pergi. Dan yang Ajen tahu gadis ini juga menyukai sahabat mereka, yaitu Freja. Karena sejauh ini, Crystal kerap kali meminta Jeffin untuk mendekatkannya dengan Freja.“Kak Jeffin ada apa enggak?” ul
Malam ini Jeffin mengiyakan ajakan Freja untuk berkumpul di tempat yang sudah biasa mereka kunjungi. Kalau diingat-ingat sudah lama juga Jeffin tidak bertemu dengan Freja. Berbeda dengan Ajen yang memang bekerja dengannya, setiap saat pasti bertemu sampai rasanya enggan bertemu ketika diluar kantor.Selalu Ajen yang meramaikan suasana di antara mereka. Seperti sekarang ini, Ajen sedang menceritakan segala hal tentang pekerjaan sampai hal yang sama sekali tidak penting bagi Jeffin dan Freja. Meskipun begitu keduanya tetap betah untuk bersahabat dengan Ajen bahkan sampai saat ini. Terkadang pikiran Ajen yang tidak terduga bisa membuat Jeffin ataupun Freja berpikir keras untuk bisa menanggapinya.“Jef.” Suara Freja yang memanggilnya membuat Jeffin menatap pria di depannya itu. Kini hanya ada mereka berdua, sementara Ajen sedang pergi sebentar entah kemana. “Lo masih jauhin Crystal?”“Bukan jauhin, gue cuma mundur secara perlahan.” Jawaban Jeffin membuat Freja mengernyitkan dahinya, tidak
Menikah? Dengan tanpa adanya cinta? Dua orang yang hanya saling memanfaatkan satu sama lain segera terikat dalam sebuah pernikahan. Hubungan yang seharusnya menjadi sesuatu yang sakral bagi dua orang yang terlibat di dalamnya. Namun, tidak dengan apa yang terjadi pada Abiyya dan Jeffin. Keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius karena keadaan dari keduanya yang saling membutuhkan.Abiyya yang membutuhkan Jeffin agar tidak berhubungan lagi dengan kakaknya. Lalu Jeffin yang membutuhkan Abiyya untuk menghindari perjodohan yang biasanya dilakukan oleh ibunya. Tuntutan dari ibunya juga yang menyuruhnya untuk segera menikah membuat Jeffin memanfaatkan Abiyya yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kehidupannya. Kemudian ada alasan lain juga kenapa ia berani melakukan hal seperti ini untuk hidupnya.Baik Abiyya maupun Jeffin sudah sepakat untuk menjalin hubungan seperti ini. Hubungan yang tidak pernah diinginkan oleh keduanya. Tetapi seolah takdir membuat mereka harus memutusk
Aera melihat Crystal sedang duduk di ruang keluarga dengan santai. Tidak biasanya ia melihat anak gadisnya seperti ini. Rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat Crystal tengah santai di rumah dan berada di ruangan ini. Karena biasanya Crystal lebih memilih untuk bersantai di kamarnya. Seolah menyadari kedatangan Aera, Crystal pun menyapanya. “Habis darimana, Ma?” “Habis urusin buat pernikahan kakak kamu,” jawab Aera lalu duduk di samping Crystal. “Tumben kamu santai di sini, biasanya juga lebih pilih di kamar.” “Kangen sama mama, lama ya kita nggak ngobrol berdua gini?” Dapat Crystal rasakan tangan Aera yang mengelus lembut kepalanya, menyalurkan rasa sayang yang Crystal terima dari Aera. “Iya ya, udah lama. Kamu udah besar ya sekarang, udah jadi perempuan cantik, padahal dulu kamu masih kecil,” kata Aera menatap lekat Crystal, tak percaya gadis kecilnya kini sudah berubah menjadi perempuan dewasa. “Kan aku tumbuh, masa kecil terus sih.” Perkataan Crystal membuat Aera tertawa ke
Abiyya berjalan menuruni anak tangga. Pagi ini merupakan hari kembalinya Abiyya untuk bekerja setelah mengambil hari libur beberapa hari setelah menikah. Berbeda dengan Jeffin yang keesokan harinya sudah bekerja kembali karena katanya ada masalah yang sedang diurus.Kesibukan Abiyya untuk menghabiskan hari-harinya kemarin hanya tidur, makan, berjalan mengitari rumah, menyiram bunga-bunga di taman, juga membereskan barang-barang yang perlu di tata. Meskipun bosan, Abiyya tetap menikmatinya. Apalagi Jeffin yang selalu pulang larut setelah dirinya tidur.Kemarin, Jeffin mengajaknya untuk berangkat bersama dan tidak menerima penolakan. Sekarang Abiyya sedang berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Jeffin sekalian. Meskipun mereka hanya menikah karena sebuah kesepakatan, tetapi Abiyya akan berusaha untuk menjadi istri yang baik.“Mau bikin kopi nggak?” tanya Abiyya ketika Jeffin mendudukkan dirinya di kursi meja makan.“Nggak perlu,” jawabnya sambil mulai menyendokkan nasi go
Abiyya merenung. Memikirkan apa yang akan dilakukannya di sini selama satu minggu. Apakah hanya akan ada di dalam kamar? Entahlah Abiyya tidak mau terlalu pusing memikirkan itu. Abiyya akan menikmati apa saja yang akan terjadi. Bolehkah Abiyya berharap jika Jeffin akan mengajaknya jalan-jalan?Plak. Abiyya menepuk pipinya. Kemudian membatin, memikirkan apa kamu Abiyya? Mana mungkin coba. Tapi mungkin aja kan.“Kenapa kamu?”“Hah? Nggak. Nggak apa-apa.”“Aneh.”Abiyya tidak membalas perkataan Jeffin. Abiyya memilih bermain dengan ponselnya. Terkadang Abiyya lupa kalau sekarang dia memiliki ponsel yang mempunyai banyak kegunaan.Seperti sebelumnya, Abiyya memilih untuk menonton konten-konten dari grup yang ia cari tahu beberapa waktu lalu. Banyak sekali konten yang ternyata mengundang tawa. Tanpa sadar Abiyya tersenyum sendiri saat menontonnya bahkan sesekali tertawa kecil. Hal itu menarik perhatian Jeffin yang kini mengalihkan pandangannya menatap Abiyya.“Abiyya?”“Ya?” jawab Abiyya s
Setelah makan malam, Abiyya dan Jeffin duduk bersama di atas tempat tidur. Abiyya memperhatikan Jeffin yang kembali sibuk dengan pekerjaannya. Entah apa yang sedang diperiksanya yang pasti semua berkaitan dengan perusahaan. Jeffin yang menyadari Abiyya tengah memperhatikannya, menoleh. Membuat Abiyya langsung memalingkan wajahnya gugup karena ketahuan sedang memperhatikan Jeffin. Jeffin yang melihatnya hanya tertawa kecil. Wajah Abiyya terlihat lucu. “Kakinya masih sakit?” tanya Jeffin seraya menatap Abiyya lembut. “Hmm, baik kok,” jawab Abiyya. “Lain kali nggak usah dipaksain kayak tadi.” “Ih, orang dianya nyebelin gitu. Mana kayak suka sama kamu lagi, padahal kan udah punya suami,” balas Abiyya kesal. “Cemburu?” “Hah? Enggak, siapa coba yang cemburu, maksudnya dia udah suami kok bisa gitu sih,” jawab Abiyya cepat. “Yakin nih nggak cemburu?” goda Jeffin. “Enggak kok,” balas Abiyya sambil memandangi langit-langit kamar karena Jeffin yang sekarang tengah memperhatikannya. “Oke
Jeffin menatap wajah Abiyya yang masih terlelap dengan lengannya yang menjadi bantalan. Meski terasa kebas, namun tak masalah bagi Jeffin. Jeffin yang melihat ada pergerakan dari Abiyya, berpura-pura dengan memejamkan matanya kembali.Jeffin merasakan tangan Abiyya yang perlahan mengusap bagian wajahnya. Dapat Jeffin dengar bahwa Abiyya mengucapkan kata-kata yang membuatnya juga merasakan hal yang sama. Betapa bersyukurnya dan bahagianya mereka sekarang bisa saling mengenal juga memiliki.“Eh.” Abiyya langsung menarik tangan dari wajah Jeffin ketika matanya terbuka.“Mau kemana?” tanya Jeffin saat Abiyya sudah akan siap beranjak meninggalkan tempat tidur. Namun, dengan sigap Jeffin langsung menarik tangan Abiyya hingga Abiyya jatuh menimpa tubuhnya.“Jeffin!”“Hmm.”“Ngeselin, malu tahu,” lirih Abiyya yang masih bisa didengar oleh Jeffin.Lelaki itu tertawa pelan dengan mata yang kembali terpejam dan juga tangannya yang memeluk tubuh Abiyya. “Jangan kemana-mana dulu, sebentar aja kayak
Memulai sesuatu yang baru dalam hidup bukanlah suatu hal yang mudah. Semua yang terjadi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan segalanya. Sama halnya dengan apa yang terjadi pada Abiyya dan Jeffin. Setelah banyak hal yang terjadi, mereka berdua memutuskan untuk memulai kembali melanjutkan kehidupan pernikahan mereka. Awalnya memang terasa canggung ketika keduanya melakukan hal seperti selayaknya suami istri pada umumnya yang saling membutuhkan satu sama lain. Namun, seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menikmati kebiasan itu. Seoerti yang dilakukan oleh Jeffin pagi ini, saat Abiyya ingin beranjak dari tempat tidur, tetapi Jeffin menahannya dengan memeluk tubuh Abiyya. Meski Abiyya berusaha untuk melepaskan diri yang pada akhirnya dirinya tetap berada di tempat tidur. “Bisa lepas dulu nggak?” gumam Abiyya pelan sembari pelan-pelan memindahkan tangan Jeffin yang berada di pinggangnya. “Jeffin,” panggil Abiyya yang hanya dibalas dengan gumaman pelan. “Aku hitung sampai tiga, kalau n
Tidak ada seorang pun yang menyukai kehilangan sesuatu. Hanya bisa menerima dan mencoba merelakan adalah cara terbaik yang bisa dilakukan. Tidak dengan melupakan atau membenci keadaan karena kehilangan. Sama seperti yang Abiyya lakukan saat ini. Menata kembali hidupnya bersama Jeffin yang mau berada di sampingnya saja sudah lebih dari cukup.Abiyya merasa sikap Jeffin terasa jauh lebih hangat mampu membuat Abiyya merasakan perasaan yang tidak seperti biasanya. Segala perhatian yang Jeffin berikan mampu membuat hatinya berbunga-bunga. Abiyya menatap tangannya yang berada dalam genggaman erat tangan Jeffin membuat Abiyya terus menahan senyumnya agar tidak terlihat aneh ketika ada yang menatapnya.Seperti yang sudah dijanjikan oleh Jeffin bahwa mereka akan menjenguk Ajen, kini Abiyya bersama Jeffin sudah berada di depan kamar rawat Ajen. Abiyya dengan sekeranjang buah-buahan yang berada di tangannya, mengikuti langkah Jeffin yang langsung masuk begitu saja tanpa permisi dahulu. Abiyya te
“Abiyya, maafin semua perbuatan Crystal selama ini ke kamu ya.” Aera menggenggam tangan Abiyya setelah Freja keluar untuk mengejar Crystal. “Mama ngga tahu kalau selama ini Crystal memperlakukan kamu dengan tidak baik.”Abiyya tersenyum seraya membalas genggaman tangan Aera. “Abiyya udah maafin semua perlakuan Crystal sama Abiyya, Mama nggak perlu minta maaf. Ini semua bukan salah Crystal, ini salah Abiyya karena tiba-tiba masuk ke kehidupan keluarga kalian. Maaf karena Abiyya semuanya malah jadi kayak gini.”Aera menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak, kamu sama sekali nggak salah, Abiyya. Mama sama Papa malah berterima kasih sama kamu karena udah jadi bagian dari keluarga ini. Walaupun ada beberapa alasan yang membuat kamu harus menjadi bagian dari kita.”“Maafin Abiyya sama Jeffin kalau semua ini berawal dari kebohongan yang kita ciptakan. Makasih juga karena udah terima Abiyya menjadi bagian dari kalian, meski sebenarnya Abiyya sendiri bukan dari keluarga yang jelas asal-usulnya.”
Keesokan paginya, setelah sarapan selesai, Reksa memanggil Crystal untuk menemuinya di ruang kerjanya. Apapun kesalahan yang sudah diperbuat Crystal, Crystal tetaplah putrinya yang sudah ia dan Aera rawat sejak kecil. Tidak ada perlakuan berbeda untuk memenuhi segala kebutuhan Crystal. Baik Reksa ada Aera selalu memperlakukan gadis kecil yang dulu mereka ambil dari sebuah panti sama seperti mereka memperlakukan Jeffin.Sampai tidak terasa, ternyata gadis kecil itu sudah beranjak dewasa. Namun, semua perlakuan yang Reksa dan Aera berikan, serta semua didikannya tidak membuat gadis itu menjadi anak yang selalu baik. Nyatanya ada kala dimana ternyata Crystal berbuat sesuatu yang tidak pernah mereka duga.Lantunan musik klasik yang sengaja Reksa setel untuk menemaninya menunggu kedatangan Crystal terdengar menenangkan. Matanya terpejam sembari mengingat kembali masa-masa dimana Crystal yang masih menjadi gadis kecil lucu yang selalu mengikuti kemana saja Jeffin pergi. Bagaimana suara lemb
Tidak semua hal yang ada di dunia bisa kita ketahui. Akan ada banyak hal yang terkadang datang dalam kehidupan tanpa terduga. Seperti akan jadi apa kita setelah dilahirkan ke dunia, dengan siapa kita hidup berdampingan, dan banyak hal lainnya yang sudah di atur oleh Tuhan bahkan tentang kehilangan. Kita hanya bisa berusaha menjalani hidup dengan baik dan bisa bertahan hidup bagaimanapun kondisinya.“Gimana, Ma?” tanya Jeffin.Aera menggeleng pelan. “Masih belum mau makan,” jawab Aera sembari melirik makanan yang ada di nakas samping brankar. Matanya terus tertuju pada Abiyya yang tengah berbaring dengan mata terpejam. Saat Aera meminta Abiyya untuk makan, Abiyya hanya menjawabnya belum merasa lapar dan ingin beristirahat.“Ya udah, mending sekarang Mama pulang dulu aja, ini udah malam. Biar nanti Jeffin yang bujuk Abiyya buat makan.”“Mama di sini aja nemenin Abiyya.”“Ma, besok aja datang lagi ke sini, biar Mama istirahat juga.” Aera mengangguk dan mengiyakan permintaan Jeffin.“Mama
Bi Er yang baru saja tiba di depan rumah merasa heran kenapa pintu depan terbuka namun tidak ada orang di sekitar halaman rumah. Dengan cepat wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya untuk masuk. Seketika barang-barang belanjaan yang ada di tangannya terlepas begitu saja saat melihat Abiyya yang terkapar di lantai dengan tangan yang memegang perutnya. Yang membuat Bi Er semakin khawatir karena Abiyya yang sepertinya sudah kehilangan kesadaran.“Astaga Mbak Abiyya,” panggil Bi Er sembari mengguncang pelan tubuh Abiyya. Tak mendapatkan respon dari Abiyya, mata Bi Er beralih pada ponsel yang ada di dekat Abiyya. Dengan cepat Bi Er membuka ponsel tersebut dan mencari panggilan terakhir yang ada di sana.“Tunggu sebentar lagi saya sampai,” ucap dari orang yang mengangkat panggilan yang dihubungi oleh Bi Er.Benar saja, tidak lama kemudian seorang laki-laki dengan setelan kerjanya datang dengan berlari masuk ke dalam rumah. “Kenapa bisa sampai kayak gini?” tanyanya pada Bi Er apalagi sete
Abiyya bersama Jeffin saat ini sedang berada di kediaman orang tua Jeffin. Sudah satu minggu baik orang-orang Jeffin, Reksa, dan Freja belum menunjukkan hasil dimana keberadaan Crystal. Hal itu membuat Aera jatuh sakit. Beberapa hari yang lalu juga Saga sudah di jemput oleh Nandi yang katanya keadaan suaminya sudah berangsur membaik.“Crystal,” gumam Aera saat duduk di sofa yang yang ada di kamar Jeffin dulu. Jeffin membawa Abiyya ke kamarnya setelah tadi sempat menemui Aera yang terbaring di atas ranjang.“Jeff, ini belum ada kabar tentang Crystal?” tanya Abiyya yang saat ini hanya berdua bersama Jeffin. “Sama sekali nggak ada?”“Nggak usah dipikirin, nanti pasti bisa ketemu,” jawab Jeffin seperti biasa dengan pembawaannya yang tenang.“Jeff, aku mau jujur boleh?”“Apa?”“Ada kaitannya sama Crystal.” Jeffin mengernyitkan dahinya yang kemudian mendekat ke arah Abiyya dan duduk di sampingnya.“Crystal kenapa?”“Waktu itu, pas malam kamu dapat kabar dari mama, sebelum jam makan siang Cr
Crystal membanting pintu mobilnya dengan kasar. Langkahnya dengan cepat mencari keberadaan Aera. Beberapa kali Crystal berteriak memanggil-manggil Aera, namun tidak ada sahutan sama sekali.“Mama mana?” tanya Crystal pada salah satu pekerja yang kebetulan berpapasan dengannya.“Nyonya ada di belakang, Non,” jawabnya. Tanpa menanggapi lagi Crystal langsung berjalan menuju dimana Aera berada. Dan benar saja Crystal melihat Aera yang tengah bersantai dengan memandang layar ponselnya.“Ma, ada yang mau Crystal bicarakan,” ucap Crystal sembari duduk di kursi sebelah Aera tanpa basa-basi terlebih dahulu.“Kenapa, Crys? Tadi Mama juga dengar kamu teriak-teriak panggil Mama.”“Ma, Crystal mau kasih tahu kalau sebenarnya Kak Jeffin dan Abiyya cuma menikah pura-pura.” Melihat ekspresi biasa saja dari Aera tentu membuat Crystal semakin kesal. “Ma, mereka udah bohongin Mama sama Papa!” seru Crystal yang membuat Aera menatap putrinya.“Mama udah tahu,” balas Aera santai.“Apa? Mama tahu darimana?”