Jeffin menatap wajah Abiyya yang masih terlelap dengan lengannya yang menjadi bantalan. Meski terasa kebas, namun tak masalah bagi Jeffin. Jeffin yang melihat ada pergerakan dari Abiyya, berpura-pura dengan memejamkan matanya kembali.Jeffin merasakan tangan Abiyya yang perlahan mengusap bagian wajahnya. Dapat Jeffin dengar bahwa Abiyya mengucapkan kata-kata yang membuatnya juga merasakan hal yang sama. Betapa bersyukurnya dan bahagianya mereka sekarang bisa saling mengenal juga memiliki.“Eh.” Abiyya langsung menarik tangan dari wajah Jeffin ketika matanya terbuka.“Mau kemana?” tanya Jeffin saat Abiyya sudah akan siap beranjak meninggalkan tempat tidur. Namun, dengan sigap Jeffin langsung menarik tangan Abiyya hingga Abiyya jatuh menimpa tubuhnya.“Jeffin!”“Hmm.”“Ngeselin, malu tahu,” lirih Abiyya yang masih bisa didengar oleh Jeffin.Lelaki itu tertawa pelan dengan mata yang kembali terpejam dan juga tangannya yang memeluk tubuh Abiyya. “Jangan kemana-mana dulu, sebentar aja kayak
Ada sekumpulan pria dewasa yang sedang duduk santai sambil menyesap segelas kopi milik masing-masing. Berbicara santai dengan beberapa kali membahas mengenai pekerjaan mereka. Mereka adalah Jeffin, Freja, dan Ajen. Tiga orang yang sudah bersahabat sejak lama namun masih tetap meluangkan waktu untuk berkumpul bersama ditengah kesibukan pekerjaan mereka.Jeffin Arsenka Sevchen, seorang CEO dari sebuah perusahaan yang cukup besar di Indonesia. Meneruskan tugas dari sang ayah untuk mengelola perusahaan pada umur yang masih cukup muda. Hal itu dikarenakan sang ayah yang ingin menghabiskan waktu bersama ibunya. Sejak saat itu juga Jeffin memilih untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen.Jeffin menghela napas pelan setelah membaca sebuah pesan dari ibunya. “Gue pamit duluan,” ucap Jeffin yang membuat kedua sahabatnya menatapnya karena sudah bersiap untuk pergi.“Mau kemana lo?” tanya Ajen yang penasaran dengan sahabat sekaligus atasannya
Entah keberanian dari mana Abiyya menyentuh dapur milik Jeffin. Membuat sarapan dengan bahan yang ada di dalam kulkas. Abiyya siap saja jika pria itu akan memarahinya nanti. Salah Abiyya juga yang sudah lancang menggunakan dapur tanpa meminta izin terlebih dahulu.Setelah memasak, Abiyya membersihkan semua ruangan. Mulai mengelap, menyapu, lalu mengepel sudah Abiyya lakukan. Tentu saja kecuali kamar yang ditempati Jeffin. Abiyya mengelap keringat di dahinya kemudian membenarkan ikatan rambutnya.Bel berbunyi membuat Abiyya sedikit takut akan siapa yang datang. Karena tidak kunjung dibuka, sepertinya orang yang berada di luar langsung menghubungi Jeffin. Terbukti dengan pria itu yang sepertinya terpaksa bangun dengan telepon yang menempel di telinganya. Dengan balutan pakaian santai dan wajah yang masih terlihat mengantuk, Jeffin berjalan ke arah pintu dan membukanya.Seorang wanita paruh baya dengan setelan baju dan tas mewah yang bertengger di tangannya sambil
Jeffin membuka pintu apartemennya dan yang pertama kali ia lihat adalah keadaan yang sudah gelap. Jeffin menyalakan lampu yang membuat seseorang yang tengah meringkuk di sofa terbangun. Menyadari sang pemilik tempat tinggal pulang, Abiyya terkejut langsung dan bangun dari tidurnya. Mengerjapkan matanya beberapa kali barulah Abiyya menyapa Jeffin.“Maaf, kamu baru pulang?” pertanyaan bodoh yang keluar dari Abiyya mulut membuatnya mengumpat dalam hati. Sudah jelas Abiyya melihatnya dengan jas yang tersampir di lengan sofa dan lengan kemeja putihnya sudah tergulung sebatas siku.“Kenapa tidur di sini?” mengabaikan pertanyaan Abiyya, Jeffin malah berbalik tanya.“Hehe, ketiduran.” Jeffin mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara yang sepertinya terdengar dari perut Abiyya yang tak lain dan tak bukan karena lapar.“Belum makan?” Abiyya menggelengkan kepalanya sambil meringis tidak enak. Karena terakhir Abiyya makan adalah tadi pagi.“Astaga, kenapa nggak makan Abiyya.” Abiyya mengedipka
Abiyya berjalan cepat ke arah lift. Dengan sesekali merapihkan rambutnya yang sudah berantakan. Hari ini Abiyya bangun kesiangan yang membuatnya terlambat berangkat ke kantor. Pintu lift terbuka dengan menampilkan sosok tinggi yang sedang menatapnya tajam juga tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya. Di belakangnya juga ada orang yang sempat Abiyya temui beberapa waktu yang lalu.Abiyya menunduk, tak berani menatap Jeffin karena untuk pertama kalinya bertemu dengan lelaki itu di kantor. Apalagi dengan kondisinya yang baru saja datang dan dirinya sudah telat selama satu jam. “Saya tunggu kamu di ruangan saya nanti. Gaji kamu bulan ini saya potong,” katanya yang membuat mata Abiyya melotot. Ketika hendak protes, Jeffin sudah terlebih dahulu pergi dengan diikuti Ajen yang sempat sedikit meledek Abiyya.“Bisa-bisanya lo telat heh?” tanya Shida heran ketika Abiyya selesai menghadap Mbak Nami yang tentu saja tak terlepas dari teguran. Apalagi Abiyya masih terbilang karyawan baru di
Crystal melangkahkan kakinya dengan anggun menuju ruangan Jeffin yang sudah biasa ia datangi. Bisa di bilang dulu ia sering datang sebelum Jeffin memperkenalkan seorang gadis sebagai kekasihnya kepada orang tuanya. Lalu ia juga merasakan bahwa Jeffin menghindarinya beberapa saat lalu bahkan sebelum ia membawa Abiyya ke rumah. Entah apa yang membuat Jeffin menghindarinya seperti itu membuat Crystal bertanya-tanya tetapi ketika menanyakan hal itu pada Jeffin, Crystal sama sekali tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.“Kak Jeffin ada?” tanyanya pada Ajen yang sudah ia kenal bahkan sebelum cowok itu bekerja di kantor ini.“Eh, ada si cantik Crystal.” Alih-alih menjawab, Ajen malah menggoda Crystal. Sudah lama juga Ajen tidak bertemu dengan gadis cantik yang selalu mengikuti kemanapun Jeffin pergi. Dan yang Ajen tahu gadis ini juga menyukai sahabat mereka, yaitu Freja. Karena sejauh ini, Crystal kerap kali meminta Jeffin untuk mendekatkannya dengan Freja.“Kak Jeffin ada apa enggak?” ul
Malam ini Jeffin mengiyakan ajakan Freja untuk berkumpul di tempat yang sudah biasa mereka kunjungi. Kalau diingat-ingat sudah lama juga Jeffin tidak bertemu dengan Freja. Berbeda dengan Ajen yang memang bekerja dengannya, setiap saat pasti bertemu sampai rasanya enggan bertemu ketika diluar kantor.Selalu Ajen yang meramaikan suasana di antara mereka. Seperti sekarang ini, Ajen sedang menceritakan segala hal tentang pekerjaan sampai hal yang sama sekali tidak penting bagi Jeffin dan Freja. Meskipun begitu keduanya tetap betah untuk bersahabat dengan Ajen bahkan sampai saat ini. Terkadang pikiran Ajen yang tidak terduga bisa membuat Jeffin ataupun Freja berpikir keras untuk bisa menanggapinya.“Jef.” Suara Freja yang memanggilnya membuat Jeffin menatap pria di depannya itu. Kini hanya ada mereka berdua, sementara Ajen sedang pergi sebentar entah kemana. “Lo masih jauhin Crystal?”“Bukan jauhin, gue cuma mundur secara perlahan.” Jawaban Jeffin membuat Freja mengernyitkan dahinya, tidak
Menikah? Dengan tanpa adanya cinta? Dua orang yang hanya saling memanfaatkan satu sama lain segera terikat dalam sebuah pernikahan. Hubungan yang seharusnya menjadi sesuatu yang sakral bagi dua orang yang terlibat di dalamnya. Namun, tidak dengan apa yang terjadi pada Abiyya dan Jeffin. Keduanya memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius karena keadaan dari keduanya yang saling membutuhkan.Abiyya yang membutuhkan Jeffin agar tidak berhubungan lagi dengan kakaknya. Lalu Jeffin yang membutuhkan Abiyya untuk menghindari perjodohan yang biasanya dilakukan oleh ibunya. Tuntutan dari ibunya juga yang menyuruhnya untuk segera menikah membuat Jeffin memanfaatkan Abiyya yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kehidupannya. Kemudian ada alasan lain juga kenapa ia berani melakukan hal seperti ini untuk hidupnya.Baik Abiyya maupun Jeffin sudah sepakat untuk menjalin hubungan seperti ini. Hubungan yang tidak pernah diinginkan oleh keduanya. Tetapi seolah takdir membuat mereka harus memutusk
Jeffin menatap wajah Abiyya yang masih terlelap dengan lengannya yang menjadi bantalan. Meski terasa kebas, namun tak masalah bagi Jeffin. Jeffin yang melihat ada pergerakan dari Abiyya, berpura-pura dengan memejamkan matanya kembali.Jeffin merasakan tangan Abiyya yang perlahan mengusap bagian wajahnya. Dapat Jeffin dengar bahwa Abiyya mengucapkan kata-kata yang membuatnya juga merasakan hal yang sama. Betapa bersyukurnya dan bahagianya mereka sekarang bisa saling mengenal juga memiliki.“Eh.” Abiyya langsung menarik tangan dari wajah Jeffin ketika matanya terbuka.“Mau kemana?” tanya Jeffin saat Abiyya sudah akan siap beranjak meninggalkan tempat tidur. Namun, dengan sigap Jeffin langsung menarik tangan Abiyya hingga Abiyya jatuh menimpa tubuhnya.“Jeffin!”“Hmm.”“Ngeselin, malu tahu,” lirih Abiyya yang masih bisa didengar oleh Jeffin.Lelaki itu tertawa pelan dengan mata yang kembali terpejam dan juga tangannya yang memeluk tubuh Abiyya. “Jangan kemana-mana dulu, sebentar aja kayak
Memulai sesuatu yang baru dalam hidup bukanlah suatu hal yang mudah. Semua yang terjadi membutuhkan waktu untuk menyesuaikan segalanya. Sama halnya dengan apa yang terjadi pada Abiyya dan Jeffin. Setelah banyak hal yang terjadi, mereka berdua memutuskan untuk memulai kembali melanjutkan kehidupan pernikahan mereka. Awalnya memang terasa canggung ketika keduanya melakukan hal seperti selayaknya suami istri pada umumnya yang saling membutuhkan satu sama lain. Namun, seiring berjalannya waktu, keduanya mulai menikmati kebiasan itu. Seoerti yang dilakukan oleh Jeffin pagi ini, saat Abiyya ingin beranjak dari tempat tidur, tetapi Jeffin menahannya dengan memeluk tubuh Abiyya. Meski Abiyya berusaha untuk melepaskan diri yang pada akhirnya dirinya tetap berada di tempat tidur. “Bisa lepas dulu nggak?” gumam Abiyya pelan sembari pelan-pelan memindahkan tangan Jeffin yang berada di pinggangnya. “Jeffin,” panggil Abiyya yang hanya dibalas dengan gumaman pelan. “Aku hitung sampai tiga, kalau n
Tidak ada seorang pun yang menyukai kehilangan sesuatu. Hanya bisa menerima dan mencoba merelakan adalah cara terbaik yang bisa dilakukan. Tidak dengan melupakan atau membenci keadaan karena kehilangan. Sama seperti yang Abiyya lakukan saat ini. Menata kembali hidupnya bersama Jeffin yang mau berada di sampingnya saja sudah lebih dari cukup.Abiyya merasa sikap Jeffin terasa jauh lebih hangat mampu membuat Abiyya merasakan perasaan yang tidak seperti biasanya. Segala perhatian yang Jeffin berikan mampu membuat hatinya berbunga-bunga. Abiyya menatap tangannya yang berada dalam genggaman erat tangan Jeffin membuat Abiyya terus menahan senyumnya agar tidak terlihat aneh ketika ada yang menatapnya.Seperti yang sudah dijanjikan oleh Jeffin bahwa mereka akan menjenguk Ajen, kini Abiyya bersama Jeffin sudah berada di depan kamar rawat Ajen. Abiyya dengan sekeranjang buah-buahan yang berada di tangannya, mengikuti langkah Jeffin yang langsung masuk begitu saja tanpa permisi dahulu. Abiyya te
“Abiyya, maafin semua perbuatan Crystal selama ini ke kamu ya.” Aera menggenggam tangan Abiyya setelah Freja keluar untuk mengejar Crystal. “Mama ngga tahu kalau selama ini Crystal memperlakukan kamu dengan tidak baik.”Abiyya tersenyum seraya membalas genggaman tangan Aera. “Abiyya udah maafin semua perlakuan Crystal sama Abiyya, Mama nggak perlu minta maaf. Ini semua bukan salah Crystal, ini salah Abiyya karena tiba-tiba masuk ke kehidupan keluarga kalian. Maaf karena Abiyya semuanya malah jadi kayak gini.”Aera menggelengkan kepalanya pelan. “Nggak, kamu sama sekali nggak salah, Abiyya. Mama sama Papa malah berterima kasih sama kamu karena udah jadi bagian dari keluarga ini. Walaupun ada beberapa alasan yang membuat kamu harus menjadi bagian dari kita.”“Maafin Abiyya sama Jeffin kalau semua ini berawal dari kebohongan yang kita ciptakan. Makasih juga karena udah terima Abiyya menjadi bagian dari kalian, meski sebenarnya Abiyya sendiri bukan dari keluarga yang jelas asal-usulnya.”
Keesokan paginya, setelah sarapan selesai, Reksa memanggil Crystal untuk menemuinya di ruang kerjanya. Apapun kesalahan yang sudah diperbuat Crystal, Crystal tetaplah putrinya yang sudah ia dan Aera rawat sejak kecil. Tidak ada perlakuan berbeda untuk memenuhi segala kebutuhan Crystal. Baik Reksa ada Aera selalu memperlakukan gadis kecil yang dulu mereka ambil dari sebuah panti sama seperti mereka memperlakukan Jeffin.Sampai tidak terasa, ternyata gadis kecil itu sudah beranjak dewasa. Namun, semua perlakuan yang Reksa dan Aera berikan, serta semua didikannya tidak membuat gadis itu menjadi anak yang selalu baik. Nyatanya ada kala dimana ternyata Crystal berbuat sesuatu yang tidak pernah mereka duga.Lantunan musik klasik yang sengaja Reksa setel untuk menemaninya menunggu kedatangan Crystal terdengar menenangkan. Matanya terpejam sembari mengingat kembali masa-masa dimana Crystal yang masih menjadi gadis kecil lucu yang selalu mengikuti kemana saja Jeffin pergi. Bagaimana suara lemb
Tidak semua hal yang ada di dunia bisa kita ketahui. Akan ada banyak hal yang terkadang datang dalam kehidupan tanpa terduga. Seperti akan jadi apa kita setelah dilahirkan ke dunia, dengan siapa kita hidup berdampingan, dan banyak hal lainnya yang sudah di atur oleh Tuhan bahkan tentang kehilangan. Kita hanya bisa berusaha menjalani hidup dengan baik dan bisa bertahan hidup bagaimanapun kondisinya.“Gimana, Ma?” tanya Jeffin.Aera menggeleng pelan. “Masih belum mau makan,” jawab Aera sembari melirik makanan yang ada di nakas samping brankar. Matanya terus tertuju pada Abiyya yang tengah berbaring dengan mata terpejam. Saat Aera meminta Abiyya untuk makan, Abiyya hanya menjawabnya belum merasa lapar dan ingin beristirahat.“Ya udah, mending sekarang Mama pulang dulu aja, ini udah malam. Biar nanti Jeffin yang bujuk Abiyya buat makan.”“Mama di sini aja nemenin Abiyya.”“Ma, besok aja datang lagi ke sini, biar Mama istirahat juga.” Aera mengangguk dan mengiyakan permintaan Jeffin.“Mama
Bi Er yang baru saja tiba di depan rumah merasa heran kenapa pintu depan terbuka namun tidak ada orang di sekitar halaman rumah. Dengan cepat wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya untuk masuk. Seketika barang-barang belanjaan yang ada di tangannya terlepas begitu saja saat melihat Abiyya yang terkapar di lantai dengan tangan yang memegang perutnya. Yang membuat Bi Er semakin khawatir karena Abiyya yang sepertinya sudah kehilangan kesadaran.“Astaga Mbak Abiyya,” panggil Bi Er sembari mengguncang pelan tubuh Abiyya. Tak mendapatkan respon dari Abiyya, mata Bi Er beralih pada ponsel yang ada di dekat Abiyya. Dengan cepat Bi Er membuka ponsel tersebut dan mencari panggilan terakhir yang ada di sana.“Tunggu sebentar lagi saya sampai,” ucap dari orang yang mengangkat panggilan yang dihubungi oleh Bi Er.Benar saja, tidak lama kemudian seorang laki-laki dengan setelan kerjanya datang dengan berlari masuk ke dalam rumah. “Kenapa bisa sampai kayak gini?” tanyanya pada Bi Er apalagi sete
Abiyya bersama Jeffin saat ini sedang berada di kediaman orang tua Jeffin. Sudah satu minggu baik orang-orang Jeffin, Reksa, dan Freja belum menunjukkan hasil dimana keberadaan Crystal. Hal itu membuat Aera jatuh sakit. Beberapa hari yang lalu juga Saga sudah di jemput oleh Nandi yang katanya keadaan suaminya sudah berangsur membaik.“Crystal,” gumam Aera saat duduk di sofa yang yang ada di kamar Jeffin dulu. Jeffin membawa Abiyya ke kamarnya setelah tadi sempat menemui Aera yang terbaring di atas ranjang.“Jeff, ini belum ada kabar tentang Crystal?” tanya Abiyya yang saat ini hanya berdua bersama Jeffin. “Sama sekali nggak ada?”“Nggak usah dipikirin, nanti pasti bisa ketemu,” jawab Jeffin seperti biasa dengan pembawaannya yang tenang.“Jeff, aku mau jujur boleh?”“Apa?”“Ada kaitannya sama Crystal.” Jeffin mengernyitkan dahinya yang kemudian mendekat ke arah Abiyya dan duduk di sampingnya.“Crystal kenapa?”“Waktu itu, pas malam kamu dapat kabar dari mama, sebelum jam makan siang Cr
Crystal membanting pintu mobilnya dengan kasar. Langkahnya dengan cepat mencari keberadaan Aera. Beberapa kali Crystal berteriak memanggil-manggil Aera, namun tidak ada sahutan sama sekali.“Mama mana?” tanya Crystal pada salah satu pekerja yang kebetulan berpapasan dengannya.“Nyonya ada di belakang, Non,” jawabnya. Tanpa menanggapi lagi Crystal langsung berjalan menuju dimana Aera berada. Dan benar saja Crystal melihat Aera yang tengah bersantai dengan memandang layar ponselnya.“Ma, ada yang mau Crystal bicarakan,” ucap Crystal sembari duduk di kursi sebelah Aera tanpa basa-basi terlebih dahulu.“Kenapa, Crys? Tadi Mama juga dengar kamu teriak-teriak panggil Mama.”“Ma, Crystal mau kasih tahu kalau sebenarnya Kak Jeffin dan Abiyya cuma menikah pura-pura.” Melihat ekspresi biasa saja dari Aera tentu membuat Crystal semakin kesal. “Ma, mereka udah bohongin Mama sama Papa!” seru Crystal yang membuat Aera menatap putrinya.“Mama udah tahu,” balas Aera santai.“Apa? Mama tahu darimana?”