Home / Romansa / Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam / Bab 7. Terperangkap Bersamamu

Share

Bab 7. Terperangkap Bersamamu

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2025-04-14 18:59:15

"Halo ... Nyonya Giselle. Apakah Nyonya sedang sibuk saat ini? Elodie terus rewel, sejak tadi mencari Nyonya."

Suara seorang suster di balik panggilan itu membuat Giselle panik dan langsung beranjak dari duduknya cepat.

Wanita cantik berambut panjang bergelombang itu menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Saya masih berada di kantor, sus," jawab Giselle gusar.

"Bisakah Nyonya datang? Kami sudah berusaha untuk menenangkan Elodie, tetapi dia terus mencari Mamanya," jelas suster itu.

Giselle mengusap wajahnya yang sangat cemas. "Tolong berikan ponselnya pada Elodie sebentar saja, suster."

"Baik, Nyonya. Tunggu sebentar."

Giselle mendengar suara rengekan tangis anak kecil di balik panggilan itu.

"Mamaaa," panggil Elodie dengan suara bergetar.

"Sayang. Ini Mama, Nak. Elodie jangan menangis ya, Mama sebentar lagi akan pulang," ucap Giselle dengan lembut.

"Mama pulang, Ma…!" Tangis Elodie terdengar di sana.

Kedua mata Giselle terpejam, kepiluan memenuhi dadanya mendengar isak tangis buah hatinya.

"Tunggu sebentar ya, Sayang."

Sementara di balik pintu ruangan yang sedikit terbuka, Gerald berdiri di sana setelah ia kembali dari ruangan sekretarisnya.

Langkah Gerald terhenti saat ia mendengar Giselle memanggil seseorang dengan sebutan Sayang di telepon. Ia meminta seseorang yang dia panggil Sayang itu untuk menunggunya.

Tanpa sadar Gerald meremas kuat gagang pintu yang ia pegang saat ini.

Giselle tersentak saat pintu ruangan itu mendadak terbuka lebar. Menyadari keberadaan Gerald di sana, ia segera menutup panggilannya dengan suster yang bertugas menjaga Elodie.

Gerald masih berdiri menutup pintu, dan Giselle berjalan lebih dulu mendekatinya.

"Pak Gerald, saya ingin mengatakan sesuatu," ujar Giselle dipenuhi rasa ragu di dalam hatinya.

Dengan ekspresi dingin dan datar, Gerald menatapnya. "Katakan."

"Hari ini saya ingin meminta izin pulang lebih awal," ungkap Giselle. "Ada hal yang harus saya lakukan."

"Hal apa sampai kau mengutamakannya dibandingkan pekerjaanmu?" Gerald menatapnya sekilas lalu berlalu begitu saja. Namun, Giselle segera menghadang langkahnya.

Wanita cantik dengan balutan blazer abu-abu itu menatapnya penuh permohonan.

"I-ini sangat penting, Pak. Hanya hari ini saja, saya berjanji besok saya akan bekerja full time lagi."

Iris mata hitam milik Gerald menelisik raut wajah gelisah milik Giselle. Sepenting apa hal itu sampai Giselle begitu bersikeras meminta izinnya?

"Kali ini saja, Pak. Saya mohon."

Gerald masih memandangnya dengan tatapan dingin dan tajam. Tak tersirat kelembutan di balik tatapan mata laki-laki itu selain kebencian yang sudah mendarah daging.

"Memohonlah padaku dengan benar, Giselle," ucap Gerald terdengar seperti perintah yang kejam.

Bibir Giselle terkatup rapat menatapnya tak percaya. Seperti dihantam batu keras hatinya kini saat Gerald dengan wajah arogannya meminta Giselle untuk memohon padanya.

Kepala wanita itu tertunduk pelan. Demi Elodie, apapun akan Giselle lakukan. Tetapi kini bibirnya terasa gemetar, lidahnya kelu untuk sekadar menata kata-kata.

"Kau memohon untuk pulang cepat karena kau ingin menemui seorang pria, bukan?" tanya Gerald maju satu langkah mendekati Giselle.

Sontak Giselle mengangkat wajahnya cepat. Ia menggelengkan kepalanya menyangkal pertanyaan Gerald.

Gerald memicingkan matanya dengan rahang mengetat saat tidak sepatah kata pun terucap di bibir wanita ini.

"Katakan, Giselle ... pria mana yang ingin kau temui malam ini? Dibayar berapa kau untuk menemaninya sampai kau berani meremehkanku?!" desak Gerald dengan terus melangkah, menyudutkan Giselle hingga wanita itu kini tersudut di meja kerja Gerald.

Sungguh, perkataan Gerald membuat dada Giselle teramat nyeri.

Sehina itukah dirinya di mata mantan suaminya ini? Bisa-bisanya Gerald menganggap Giselle menjual diri pada banyak pria!

Tidak. Giselle bukan wanita seperti itu!

Giselle lantas menatap Gerald dengan berani. Ia kembali menggelengkan kepalanya kukuh dan tersenyum tipis.

"Pak Gerald tidak perlu tahu siapa yang akan saya temui, karena itu semua privasi saya," balas Giselle dengan iris birunya yang bergetar. Namun, keteguhan dalam suaranya membuat Gerald mengetatkan rahang.

"Bukan urusan Pak Gerald untuk tahu semua tentang saya saat ini. Karena kita ... kita berdua adalah masa lalu yang sudah bubar, Pak Gerald."

Gerald menangkap kata-kata itu begitu angkuh. Kekesalan di hati Gerald semakin tak tertahan. Beraninya wanita ini!

"Masa lalu," ucap Gerald lirih, bibirnya menyeringai licik. Alih-alih menjauh, ia justru semakin dekat dan mengunci pergerakan Giselle di meja itu. "Persetan dengan masa lalu, Giselle!"

Kedua bola mata Giselle melebar sempurna. "Pak Gerald—aah—"

Tubuh Giselle bagai tersengat listrik saat tiba-tiba Gerald menangkup kedua pipinya dan menciumnya dengan paksa dan menuntut.

Kedua tangan Giselle berusaha mendorong Gerald, namun laki-laki itu justru semakin memperdalam ciumannya seolah menyalurkan kemarahannya pada Giselle, hingga membuat wanita itu tak bisa berkutik dalam kendalinya.

Gerald terus menciumnya, tak melewatkan sedetik pun untuk sekadar mengambil jeda.

Ia baru melepas tautan bibir mereka saat Giselle mulai tersengal. Kening Gerald masih menyentuh kening Giselle, kedua matanya menatap lekat wanita dengan mata terpejam erat dan tubuh bergetar hebat.

Gerald menarik pelan tengkuk leher Giselle sampai wanita itu menatapnya dengan tatapan takut.

"Dengar ... semua hutangmu padaku, hanya bisa kau lunasi dengan tidur denganku!" ujar Gerald dingin. “Aku ingin melakukannya malam ini juga.”

Giselle hendak membantah. Namun belum sempat mengeluarkan suara, Gerald kembali mendekatkan bibirnya di hadapan bibir Giselle.

"Dan ingat, jangan harap kau bisa pergi sesuka hatimu, Giselle Marjorie!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 8. Ingin Lebih dari Semalam

    Menepati permintaan Gerald yang tak bisa Giselle tolak, mereka berdua pergi ke sebuah hotel berbintang di kota Luinz. Gerald memesan kamar khusus untuknya dan Giselle malam ini. Sejak kejadian di kantor sore tadi, Giselle tampak murung dan sedih. Wanita cantik itu kini duduk di tepian ranjang kamar menundukkan kepalanya. 'Ya Tuhan, bagaimana dengan anakku sekarang? Bagaimana ... bagaimana caranya aku bisa melarikan diri dari Gerald saat ini?' Giselle menundukkan kepalanya dan meremas kuat rok selutut yang ia pakai. "Maafkan Mama, Elodie," lirih Giselle nyaris tak bersuara. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Elodie yang menangis ketakutan.Lamunan Giselle buyar saat ia mendengar suara pintu dikunci. Sosok Gerald berdiri di sana, tengah melepaskan tuxedo hitamnya sambil berjalan mendekati Giselle. Tatapan matanya yang tajam menelisik Giselle yang diam duduk di tepian ranjang tak menatapnya sedikit pun. Ekspresi sedihnya bisa dibaca oleh Gerald. "Kau sedih karena tidak bisa menemu

    Last Updated : 2025-04-15
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 9. Tangisan Anakku dan Luka di Hatiku

    Giselle sampai di rumah sakit setelah lima belas menit perjalanan. Wanita itu tak peduli dengan penampilannya yang kini berantakan, ia berlari masuk ke dalam lorong rumah sakit. Di depan ruang kamar inap Elodie, tampak ada beberapa suster di sana. Hati Giselle semakin nyeri saat ia mendengar jerit tangis anaknya. "Elodie, Sayang..." Giselle masuk ke dalam kamar itu. Kedatangan Giselle membuat tiga suster di dalam kamar itu menoleh. Elodie pun langsung menjerit dan mengulurkan tangannya pada Giselle. "Mama, huwaa...! Mamaku!" pekik anak itu keras-keras. Suster Anne menyerahkan Elodie pada Mamanya. Giselle memeluk buah hatinya dengan sangat erat, mendekap tubuh kecil Elodie dengan sangat hangat. Tangisan anak itu langsung mereda dalam dekapannya."Syukurlah Nyonya sudah datang," ujar Suster Anne. "Sejak siang Elodie rewel, dia juga tidak mau makan apapun. Pukul enam petang tadi badannya panas, jadi semakin rewel. Tapi sekarang panasnya sudah turun setelah dokter memberikan suntika

    Last Updated : 2025-04-15
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 10. Kenapa Kita Harus Bertemu Kembali, Gerald

    Usai kejadian semalam, Gerald semakin merasa kesal karena tidak berhasil menemukan ke mana Giselle pergi setelah terlepas darinya di hotel. Pagi ini, ia kembali melihat mantan istrinya di dalam ruangan kerja dan bersikap baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka. Wanita itu beranjak dari duduknya dan menundukkan kepalanya. "Selamat pagi, Pak," sapa Giselle dengan ragu-ragu. Laki-laki berbalut tuxedo navy itu berdiri di hadapannya dengan sebongkah perasaan kesal yang sejak semalam ditahan. Giselle mengangkat wajahnya menyadari Gerald tidak menjawabnya, namun laki-laki itu masih menatapnya dengan sangat nyalang tajam. "Kau merasa senang karena bisa lari dariku semalam?" tanya Gerald.Bariton suaranya yang rendah dan menekan membuat wanita di depannya ini merinding. Giselle menggeleng kecil. "Ti-tidak, Pak Gerald. Semalam saya—"Ucapan Giselle terhenti saat Gerald maju dua langkah dan menyudutkannya pada meja kerjanya. Laki-laki itu membungkukkan badannya mendek

    Last Updated : 2025-04-16
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 11. Tuan CEO yang Posesif!

    Sebuah mobil berwarna merah tampak berhenti di depan gedung perusahaan milik Gerald. Sosok wanita cantik dengan balutan dress berwarna putih turun dari dalam mobil. Seperti biasa, Laura dengan fashion glamornya berjalan dengan langkah percaya diri memasuki gedung."Selamat siang, Bu Laura," sapa seorang penjaga yang sudah hafal dengannya. Laura hanya menatapnya sekilas dan berjalan masuk. Semua orang di sana menyapa Laura dengan begitu sopan. Laura mencari Gerald di ruang kerjanya. Tetapi ruangan itu kosong tidak ada siapapun. "Apa dia begitu sibuk?" gumam Laura sambil menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Semua pesanku sejak beberapa hari yang lalu tidak pernah dibalas." Wanita itu kembali turun ke lantai tiga, lalu masuk ke dalam ruang staff. Semua karyawan di sana yang tampak sibuk membicarakan sesuatu terkejut dengan kedatangannya. "Bu Laura, selamat siang." Semua orang di sana menatap Laura yang masih tampak cuek. "Di mana Pak Gerald?" tanya Laura me

    Last Updated : 2025-04-16
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 12. Keberanian yang Tersembunyi Dalam Diri Giselle

    Usai meeting seharian, sore ini Gerald pulang dengan wajah lelah. Laki-laki berbalut tuxedo hitam itu melangkah keluar dari dalam mobil begitu tiba di pekarangan rumahnya.Kening Gerald mengerut saat ia melihat mobil berwarna putih di pekarangan rumahnya saat ini. "Sepertinya Tuan dan Nyonya besar ada di sini, Tuan," ujar Sergio. Gerald tidak menjawabnya, melainkan ia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, di sana ada ibunya yang duduk di ruang tamu menunggunya entah sejak kapan. "Mama," sapa Gerald berjalan mendekat. "Kenapa Mama ke sini tanpa mengabariku lebih dulu? Papa mana?" Wanita dengan pakaian berwarna merah dan glamor itu menatap putranya dengan lekat. Marisa menghela napasnya pelan. "Mama ke sini hanya dengan sopir. Mama sengaja ingin menemuimu dan bertanya sesuatu padamu, Gerald," ujar Marisa sambil membuka kipas kain di tangannya. Gerald melepaskan tuxedo hitamnya dan duduk di hadapan sang Mama. Melihat ekspresi dingin Mamanya kali ini, ia mulai meras

    Last Updated : 2025-04-17
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 1. Antara Putri Kecilku dan Harga Diriku

    "Nyonya, nyawa putri anda bisa tidak tertolong..."Tubuh Giselle Marjorie menegang seketika. Sepasang matanya berkaca-kaca mendengar apa yang dikatakan oleh dokter."Tolong berikan yang terbaik untuk anak saya, dok. Saya mohon..." pinta Giselle, suaranya bergetar menahan tangis.Sambil menghindari tatapan sayu Giselle, dokter itu mengangkat stetoskopnya, lantas menarik nafas panjang."Maaf, Nyonya, kami tidak bisa bertindak lebih jauh sebelum tunggakan dilunasi," ucap sang dokter.Giselle menarik jas dokter tersebut seraya berlutut, "Saya akan berusaha melunasi semua biaya pengobatannya, saya berjanji!"Dokter itu tampak kelabakan. Ia membantu Giselle untuk berdiri dengan susah payah, lalu meminta maaf karena tidak bisa melakukan tindakan apapun saat ini.Giselle tertunduk dengan bahu terkulai di lorong rumah sakit begitu dokter pamit pergi. Air matanya berdesakan di pelupuk mata mengiringi kepedihan di hatinya.Biaya pengobatan yang menunggak itu hampir menyentuh lima ratus juta. Dar

    Last Updated : 2025-04-09
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 2. Aku Telah Bertekad

    "A-apa?" lirihnya tak percaya. Seperti disambar petir, Giselle mematung menatap lekat pada pria di hadapannya itu. Tidur bersama mantan suaminya? Apakah Gerald sudah gila?!"A-apakah tidak ada cara lain?" Giselle menatapnya dengan putus asa. "Ke-kenapa harus tidur bersama? Kita ... kita tidak mungkin—""Aku tidak memaksa," ucap Gerald menyela. "Tapi aku tidak yakin, kau bisa mendapatkan uang yang kau butuhkan di luar sana."Raut wajah cantik itu menjadi muram. Jemarinya terus meremas rok yang ia pakai dan iris mata birunya bergerak gelisah. Rasa nelangsa memenuhi relung hati Giselle. Haruskah ia menjadi wanita murahan yang menukarkan tubuhnya dengan uang, pada mantan suaminya?"Tolong berikan saya waktu untuk berpikir sebentar," ujarnya kemudian. Gerald menatapnya tajam. "Putuskan secepat mungkin. Aku tidak suka menunggu." Anggukan kecil diberikan oleh Giselle. Ia pun langsung membungkukkan badannya dan pamit dari sana.Tubuh kurusnya gemetar saat meninggalkan ruangan CEO. Air mat

    Last Updated : 2025-04-09
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 3. Sebagai Boneka Ranjangmu

    Giselle susah payah menelan ludah. Ia tak berani mengangkat wajahnya saat Gerald berjalan menghampirinya yang berdiri di dekat ranjang. Sedangkan Gerald tersenyum tipis, nyaris tak terlihat di wajah dinginnya. Melihat ekspresi muram di wajah mantan istrinya yang sangat ia benci saat ini, seolah ada rasa senang tersendiri di hatinya. “Kenapa diam saja?” tanya Gerald seolah menantang, ketika sudah berdiri begitu dekat dengan Giselle.Giselle akhirnya mengangkat wajah. Kedua iris mata birunya menatap lekat wajah tampan Gerald. "Sa-saya, saya tidak yakin untuk melakukannya," ujar Giselle membuang muka. Gerald tersenyum kecut. "Jangan munafik, Giselle, kau bukan seorang perawan lagi," bisik Gerald tepat di depan bibir Giselle. “Bukankah dulu kita sering melakukan ini?”Giselle tertunduk. Mereka memang sering melakukan itu dulu. Tapi itu saat mereka masih bersama. “Kenapa? Apa yang membuatmu tidak bisa melakukan ini lagi denganku?”Wajah Giselle menegang, ia menggelengkan kepalanya. "K

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 12. Keberanian yang Tersembunyi Dalam Diri Giselle

    Usai meeting seharian, sore ini Gerald pulang dengan wajah lelah. Laki-laki berbalut tuxedo hitam itu melangkah keluar dari dalam mobil begitu tiba di pekarangan rumahnya.Kening Gerald mengerut saat ia melihat mobil berwarna putih di pekarangan rumahnya saat ini. "Sepertinya Tuan dan Nyonya besar ada di sini, Tuan," ujar Sergio. Gerald tidak menjawabnya, melainkan ia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, di sana ada ibunya yang duduk di ruang tamu menunggunya entah sejak kapan. "Mama," sapa Gerald berjalan mendekat. "Kenapa Mama ke sini tanpa mengabariku lebih dulu? Papa mana?" Wanita dengan pakaian berwarna merah dan glamor itu menatap putranya dengan lekat. Marisa menghela napasnya pelan. "Mama ke sini hanya dengan sopir. Mama sengaja ingin menemuimu dan bertanya sesuatu padamu, Gerald," ujar Marisa sambil membuka kipas kain di tangannya. Gerald melepaskan tuxedo hitamnya dan duduk di hadapan sang Mama. Melihat ekspresi dingin Mamanya kali ini, ia mulai meras

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 11. Tuan CEO yang Posesif!

    Sebuah mobil berwarna merah tampak berhenti di depan gedung perusahaan milik Gerald. Sosok wanita cantik dengan balutan dress berwarna putih turun dari dalam mobil. Seperti biasa, Laura dengan fashion glamornya berjalan dengan langkah percaya diri memasuki gedung."Selamat siang, Bu Laura," sapa seorang penjaga yang sudah hafal dengannya. Laura hanya menatapnya sekilas dan berjalan masuk. Semua orang di sana menyapa Laura dengan begitu sopan. Laura mencari Gerald di ruang kerjanya. Tetapi ruangan itu kosong tidak ada siapapun. "Apa dia begitu sibuk?" gumam Laura sambil menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Semua pesanku sejak beberapa hari yang lalu tidak pernah dibalas." Wanita itu kembali turun ke lantai tiga, lalu masuk ke dalam ruang staff. Semua karyawan di sana yang tampak sibuk membicarakan sesuatu terkejut dengan kedatangannya. "Bu Laura, selamat siang." Semua orang di sana menatap Laura yang masih tampak cuek. "Di mana Pak Gerald?" tanya Laura me

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 10. Kenapa Kita Harus Bertemu Kembali, Gerald

    Usai kejadian semalam, Gerald semakin merasa kesal karena tidak berhasil menemukan ke mana Giselle pergi setelah terlepas darinya di hotel. Pagi ini, ia kembali melihat mantan istrinya di dalam ruangan kerja dan bersikap baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka. Wanita itu beranjak dari duduknya dan menundukkan kepalanya. "Selamat pagi, Pak," sapa Giselle dengan ragu-ragu. Laki-laki berbalut tuxedo navy itu berdiri di hadapannya dengan sebongkah perasaan kesal yang sejak semalam ditahan. Giselle mengangkat wajahnya menyadari Gerald tidak menjawabnya, namun laki-laki itu masih menatapnya dengan sangat nyalang tajam. "Kau merasa senang karena bisa lari dariku semalam?" tanya Gerald.Bariton suaranya yang rendah dan menekan membuat wanita di depannya ini merinding. Giselle menggeleng kecil. "Ti-tidak, Pak Gerald. Semalam saya—"Ucapan Giselle terhenti saat Gerald maju dua langkah dan menyudutkannya pada meja kerjanya. Laki-laki itu membungkukkan badannya mendek

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 9. Tangisan Anakku dan Luka di Hatiku

    Giselle sampai di rumah sakit setelah lima belas menit perjalanan. Wanita itu tak peduli dengan penampilannya yang kini berantakan, ia berlari masuk ke dalam lorong rumah sakit. Di depan ruang kamar inap Elodie, tampak ada beberapa suster di sana. Hati Giselle semakin nyeri saat ia mendengar jerit tangis anaknya. "Elodie, Sayang..." Giselle masuk ke dalam kamar itu. Kedatangan Giselle membuat tiga suster di dalam kamar itu menoleh. Elodie pun langsung menjerit dan mengulurkan tangannya pada Giselle. "Mama, huwaa...! Mamaku!" pekik anak itu keras-keras. Suster Anne menyerahkan Elodie pada Mamanya. Giselle memeluk buah hatinya dengan sangat erat, mendekap tubuh kecil Elodie dengan sangat hangat. Tangisan anak itu langsung mereda dalam dekapannya."Syukurlah Nyonya sudah datang," ujar Suster Anne. "Sejak siang Elodie rewel, dia juga tidak mau makan apapun. Pukul enam petang tadi badannya panas, jadi semakin rewel. Tapi sekarang panasnya sudah turun setelah dokter memberikan suntika

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 8. Ingin Lebih dari Semalam

    Menepati permintaan Gerald yang tak bisa Giselle tolak, mereka berdua pergi ke sebuah hotel berbintang di kota Luinz. Gerald memesan kamar khusus untuknya dan Giselle malam ini. Sejak kejadian di kantor sore tadi, Giselle tampak murung dan sedih. Wanita cantik itu kini duduk di tepian ranjang kamar menundukkan kepalanya. 'Ya Tuhan, bagaimana dengan anakku sekarang? Bagaimana ... bagaimana caranya aku bisa melarikan diri dari Gerald saat ini?' Giselle menundukkan kepalanya dan meremas kuat rok selutut yang ia pakai. "Maafkan Mama, Elodie," lirih Giselle nyaris tak bersuara. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Elodie yang menangis ketakutan.Lamunan Giselle buyar saat ia mendengar suara pintu dikunci. Sosok Gerald berdiri di sana, tengah melepaskan tuxedo hitamnya sambil berjalan mendekati Giselle. Tatapan matanya yang tajam menelisik Giselle yang diam duduk di tepian ranjang tak menatapnya sedikit pun. Ekspresi sedihnya bisa dibaca oleh Gerald. "Kau sedih karena tidak bisa menemu

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 7. Terperangkap Bersamamu

    "Halo ... Nyonya Giselle. Apakah Nyonya sedang sibuk saat ini? Elodie terus rewel, sejak tadi mencari Nyonya." Suara seorang suster di balik panggilan itu membuat Giselle panik dan langsung beranjak dari duduknya cepat. Wanita cantik berambut panjang bergelombang itu menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. "Saya masih berada di kantor, sus," jawab Giselle gusar."Bisakah Nyonya datang? Kami sudah berusaha untuk menenangkan Elodie, tetapi dia terus mencari Mamanya," jelas suster itu. Giselle mengusap wajahnya yang sangat cemas. "Tolong berikan ponselnya pada Elodie sebentar saja, suster." "Baik, Nyonya. Tunggu sebentar." Giselle mendengar suara rengekan tangis anak kecil di balik panggilan itu. "Mamaaa," panggil Elodie dengan suara bergetar. "Sayang. Ini Mama, Nak. Elodie jangan menangis ya, Mama sebentar lagi akan pulang," ucap Giselle dengan lembut. "Mama pulang, Ma…!" Tangis Elodie terdengar di sana. Kedua mata Giselle terpejam, kepiluan memenuh

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 6. Wanita yang Merenggut Kebahagiaanku

    Keesokan paginya... Giselle sudah bersiap dengan pakaian kerjanya yang rapi. Pagi ini Giselle berangkat sedikit terlambat karena Elodie masih rewel untuk ia tinggalkan. Sesampainya di kantor, Giselle berjalan cepat menuju ruang CEO. Namun, begitu Giselle sampai di ruangan itu, bukan Gerald yang ia temui di sana—melainkan sosok Laura yang tengah duduk di sofa dan menatapnya tajam. Giselle menundukkan kepalanya berusaha untuk bersikap tenang. "Selamat pagi, Bu Laura," sapanya. Wanita dengan balutan dress merah tua itu menaikkan salah satu alisnya saat Giselle menyapanya. "Sejak kapan kau memanggilku dengan sebutan itu, Giselle? Bukankah dulu kau hanya memanggilku Laura saja?" tanya Laura tersenyum miring dan duduk menyilangkan kakinya. Giselle yang berada di dekat mejanya menatap ke arah Laura dengan penuh keraguan. Sahabat yang dulunya Giselle anggap seperti saudara, ternyata menikamnya dengan kejam dari belakang. Tak hanya itu, Laura juga merampas semua kebahagiaan Gisell

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 5. Putri Kecilku yang Malang

    Jam menunjukkan pukul sebelas malam saat Giselle menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan yang sungguh tak terkira, Giselle hanya bisa beristirahat di jam makan siang saja. Gerald tak mengizinkan ia pergi sebelum pekerjaannya benar-benar selesai. Malam ini hujan turun cukup deras di kota Luinz. Kilat dan petir juga menyambar berkali-kali. Giselle berjalan terburu-buru, ia sangat panik karena meninggalkan Elodie sendirian di rumah sakit. "Ya Tuhan, semoga dia tidak takut. Aku harus segera sampai ke rumah sakit sesegera mungkin," gumam Giselle di sela langkahnya yang tergesa-gesa. Di belakangnya, ada Gerald yang berjalan ditemani ajudannya, tampak memperhatikan wanita itu. Ekspresi dingin Gerald berubah sinis saat ia melihat Giselle yang berjalan terburu-buru. "Kenapa dia sangat terburu-buru?" gumam Gerald dengan kedua mata memicing tajam. "Entahlah, Tuan. Mungkin karena pulang terlalu malam, atau ... ada seseorang yang dia tinggalkan sendirian di rumah, mungkin," jawab Sergio. "S

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 4. Perasaan yang Tersayat Sembilu

    Keesokan paginya, Giselle sudah melunasi semua biaya pengobatan Elodie. Ia juga meminta pada dokter untuk segera melakukan pengobatan lanjutan. Giselle masih memiliki waktu beberapa menit untuk menemani putri kecilnya sebelum ia berangkat ke kantor. Seperti biasa, Elodie selalu manja pada Giselle. Ia ingin selalu ditemani. "Elodie tidak boleh sedih-sedih lagi ya, Sayang. Sebentar lagi Suster Anna akan ke sini menemani Elodie," ujar Giselle mengusap pipi putih putri kecilnya. "Mama tidak boleh pergi lama-lama, nanti hati Elodie sedih," ujar anak itu menyandarkan kepalanya di dada Giselle dengan bibir mungilnya yang mencebik. "Mama tidak akan pergi lama. Nanti sore Mama sudah pulang. Mama harus bekerja, supaya bisa beli susu buat Elodie," ujar Giselle mendekap tubuh mungil Elodie. Anak kecil itu kembali meminta berbaring. Giselle pun membaringkannya, ia mengecup wajah manis Elodie berkali-kali. Meskipun rasa sedih masih terus menyiksanya, namun di depan sang buah hati, Giselle ti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status