Share

Bab 5. Putri Kecilku yang Malang

Aвтор: Te Anastasia
last update Последнее обновление: 2025-04-09 12:42:16

Jam menunjukkan pukul sebelas malam saat Giselle menyelesaikan pekerjaannya.

Pekerjaan yang sungguh tak terkira, Giselle hanya bisa beristirahat di jam makan siang saja. Gerald tak mengizinkan ia pergi sebelum pekerjaannya benar-benar selesai.

Malam ini hujan turun cukup deras di kota Luinz. Kilat dan petir juga menyambar berkali-kali.

Giselle berjalan terburu-buru, ia sangat panik karena meninggalkan Elodie sendirian di rumah sakit.

"Ya Tuhan, semoga dia tidak takut. Aku harus segera sampai ke rumah sakit sesegera mungkin," gumam Giselle di sela langkahnya yang tergesa-gesa.

Di belakangnya, ada Gerald yang berjalan ditemani ajudannya, tampak memperhatikan wanita itu.

Ekspresi dingin Gerald berubah sinis saat ia melihat Giselle yang berjalan terburu-buru.

"Kenapa dia sangat terburu-buru?" gumam Gerald dengan kedua mata memicing tajam.

"Entahlah, Tuan. Mungkin karena pulang terlalu malam, atau ... ada seseorang yang dia tinggalkan sendirian di rumah, mungkin," jawab Sergio.

"Seseorang?" Gerald bergumam pelan.

Namun, laki-laki itu segera menepis pemikirannya. Ia tidak peduli.

Gerald meraih payung berwarna hitam di samping pintu kantor dan berjalan ke arah mobil.

Di sana, ia melihat Giselle yang berlari menembus hujan, seolah tidak peduli kalau air hujan itu bisa membuatnya sakit dan demam esok hari. Wanita itu berlari di bawah kilatan petir dan hujan angin yang deras malam ini.

'Bukankah dia takut dengan cahaya kilat dan suara petir?' batin Gerald terheran-heran.

Namun, ia berusaha mengabaikannya. Apapun yang dilakukan Giselle bukan urusannya.

Mobil yang ditumpangi Gerald lewat di samping Giselle yang tengah berlari menerjang hujan.

"Tuan," panggil Sergio pelan, laki-laki itu melirik Giselle dari kaca spion mobil.

"Biarkan saja," jawab Gerald. "Dia pantas mendapatkan kehidupan seperti ini, setelah apa yang dia lakukan padaku."

Gerald tak ingin berbelas kasih pada wanita yang telah mengkhianatinya.

Jangankan peduli, rasa iba pun tidak akan pernah Gerald berikan pada wanita itu!

**

Tepat tengah malam Giselle akhirnya sampai di rumah sakit. Tubuhnya basah kuyup karena menerjang hujan, tetapi ia tidak terlalu memusingkan masalah itu karena ia menyimpan pakaian ganti di dalam tasnya.

Setelah mengganti pakaian, Giselle berjalan dengan tubuh kedinginan menuju kamar inap Elodie.

Suara petir di langit masih menyambar-nyambar, membuat Giselle merasa cemas.

Wanita itu terkejut saat melihat Elodie duduk menangis memeluk boneka beruang kecil kesayangannya.

"Sayang..." Giselle langsung memeluk tubuh Elodie dengan erat dan menenangkannya.

"Mama! Elodie takut suara itu, Mama!" Elodie terisak menangis meremas punggung Giselle dengan tangan mungilnya. Tangis anak itu semakin mengeras.

Giselle mendekap erat tubuh Elodie. Ia menutupi tubuh mungil putrinya dengan selimut dan memeluknya dengan hangat.

"Sayang, Mama sudah ada di sini, Nak. Elodie tidak perlu takut lagi, Sayang." Giselle mengecupi pucuk kepala Elodie dengan penuh rasa khawatir yang hebat di dadanya.

Anak itu menenggelamkan wajahnya di pelukan Giselle. Jemarinya masih mencengkeram erat.

Giselle menggendong Elodie, memeluknya seperti bayi dan menepuk-nepuk punggung kecil putrinya.

Andai saja ia tidak pulang selarut ini, pasti Elodie tidak akan ketakutan. Giselle tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Elodie yang seolah menyadari Mamanya tengah menangis, mengangkat wajahnya dan mengerjapkan kedua mata beriris hitam miliknya, menatap sang Mama dengan sayu.

"Mama menangis?" lirih anak berusia tiga tahun itu dengan satu tangan terulur menyentuh pipi Giselle.

"Tidak, Mama tidak menangis. Mama hanya kepikiran dengan Elodie," jawab Giselle. "Maafkan Mama ya, Sayang."

"Elodie kangen Mama," lirih Elodie, anak itu mengecupi pipi Giselle dan memeluk lehernya, menyandarkan kepala di pundak Giselle.

Hanya bersama Elodie, Giselle merasa nyaman dan tenang seperti ini.

"Mama, buah anggur buat Elodie mana?" tanya anak itu menatap tas milik Giselle yang kini berada di lantai.

Giselle terkesiap mendengar pertanyaan putrinya. Ia lupa, Elodie meminta buah anggur padanya pagi tadi.

"Sayang, Mama pulang terlalu malam hari ini. Jadi toko buahnya sudah tutup. Bagaimana kalau besok pagi Mama belikan buah anggurnya?" tawar Giselle. "Elodie tidak marah, kan?"

Anak itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Elodie justru mendusel di pipi Giselle dengan sangat manja.

"Iya, Mama, besok pagi saja," jawab anak itu.

Elodie menunjuk ke arah ranjangnya. "Elodie mau bobo dipeluk Mama," pinta anak itu.

"Baiklah, Sayangku, sekarang Elodie bobo. Mama akan bobo di sini memeluk Elodie," ujar Giselle membaringkan si kecil di atas ranjang.

Ia ikut berbaring di samping si kecil. Elodie memeluknya dengan erat dan mendusal dalam pelukan Giselle.

“Mama, Papa di mana?”

Pertanyaan yang tak disangka itu membuat Giselle terdiam. Ia menatap Elodie yang kini sudah terlelap dengan nyenyak, seolah ucapannya barusan hanyalah racauan saja.

Namun, pertanyaan itu membekas di benak Giselle.

Sejak Elodie bayi hingga kini, ia tidak pernah bertanya tentang ayahnya. Yang ada di hidupnya hanyalah Giselle. Dialah yang ada di semua peran yang Elodie butuhkan, termasuk sosok ayah.

Tapi untuk pertama kalinya, Elodie bertanya tentang sang ayah.

Dengan lembut Giselle mengelus pucuk kepala Elodie dan mengecupi kening putri kecilnya. Ia memandangi wajah si kecil yang lebih dominan mirip Gerald.

Giselle tersenyum pedih. Ia tahu, Elodie adalah anak yang kuat. Elodie tidak pernah mengeluh sama sekali meskipun dia sakit keras.

"Maafkan Mama yang tidak bisa mempertemukan Elodie dengan Papa.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (3)
goodnovel comment avatar
Te Anastasia
updatenya mulai Senin ya kak
goodnovel comment avatar
lusiana kho
kok gak bisa 3 bab dlm sehari?
goodnovel comment avatar
Rani putri
lanjuut kak
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 6. Wanita yang Merenggut Kebahagiaanku

    Keesokan paginya... Giselle sudah bersiap dengan pakaian kerjanya yang rapi. Pagi ini Giselle berangkat sedikit terlambat karena Elodie masih rewel untuk ia tinggalkan. Sesampainya di kantor, Giselle berjalan cepat menuju ruang CEO. Namun, begitu Giselle sampai di ruangan itu, bukan Gerald yang ia temui di sana—melainkan sosok Laura yang tengah duduk di sofa dan menatapnya tajam. Giselle menundukkan kepalanya berusaha untuk bersikap tenang. "Selamat pagi, Bu Laura," sapanya. Wanita dengan balutan dress merah tua itu menaikkan salah satu alisnya saat Giselle menyapanya. "Sejak kapan kau memanggilku dengan sebutan itu, Giselle? Bukankah dulu kau hanya memanggilku Laura saja?" tanya Laura tersenyum miring dan duduk menyilangkan kakinya. Giselle yang berada di dekat mejanya menatap ke arah Laura dengan penuh keraguan. Sahabat yang dulunya Giselle anggap seperti saudara, ternyata menikamnya dengan kejam dari belakang. Tak hanya itu, Laura juga merampas semua kebahagiaan Gisell

    Последнее обновление : 2025-04-14
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 7. Terperangkap Bersamamu

    "Halo ... Nyonya Giselle. Apakah Nyonya sedang sibuk saat ini? Elodie terus rewel, sejak tadi mencari Nyonya." Suara seorang suster di balik panggilan itu membuat Giselle panik dan langsung beranjak dari duduknya cepat. Wanita cantik berambut panjang bergelombang itu menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore. "Saya masih berada di kantor, sus," jawab Giselle gusar."Bisakah Nyonya datang? Kami sudah berusaha untuk menenangkan Elodie, tetapi dia terus mencari Mamanya," jelas suster itu. Giselle mengusap wajahnya yang sangat cemas. "Tolong berikan ponselnya pada Elodie sebentar saja, suster." "Baik, Nyonya. Tunggu sebentar." Giselle mendengar suara rengekan tangis anak kecil di balik panggilan itu. "Mamaaa," panggil Elodie dengan suara bergetar. "Sayang. Ini Mama, Nak. Elodie jangan menangis ya, Mama sebentar lagi akan pulang," ucap Giselle dengan lembut. "Mama pulang, Ma…!" Tangis Elodie terdengar di sana. Kedua mata Giselle terpejam, kepiluan memenuh

    Последнее обновление : 2025-04-14
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 8. Ingin Lebih dari Semalam

    Menepati permintaan Gerald yang tak bisa Giselle tolak, mereka berdua pergi ke sebuah hotel berbintang di kota Luinz. Gerald memesan kamar khusus untuknya dan Giselle malam ini. Sejak kejadian di kantor sore tadi, Giselle tampak murung dan sedih. Wanita cantik itu kini duduk di tepian ranjang kamar menundukkan kepalanya. 'Ya Tuhan, bagaimana dengan anakku sekarang? Bagaimana ... bagaimana caranya aku bisa melarikan diri dari Gerald saat ini?' Giselle menundukkan kepalanya dan meremas kuat rok selutut yang ia pakai. "Maafkan Mama, Elodie," lirih Giselle nyaris tak bersuara. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Elodie yang menangis ketakutan.Lamunan Giselle buyar saat ia mendengar suara pintu dikunci. Sosok Gerald berdiri di sana, tengah melepaskan tuxedo hitamnya sambil berjalan mendekati Giselle. Tatapan matanya yang tajam menelisik Giselle yang diam duduk di tepian ranjang tak menatapnya sedikit pun. Ekspresi sedihnya bisa dibaca oleh Gerald. "Kau sedih karena tidak bisa menemu

    Последнее обновление : 2025-04-15
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 9. Tangisan Anakku dan Luka di Hatiku

    Giselle sampai di rumah sakit setelah lima belas menit perjalanan. Wanita itu tak peduli dengan penampilannya yang kini berantakan, ia berlari masuk ke dalam lorong rumah sakit. Di depan ruang kamar inap Elodie, tampak ada beberapa suster di sana. Hati Giselle semakin nyeri saat ia mendengar jerit tangis anaknya. "Elodie, Sayang..." Giselle masuk ke dalam kamar itu. Kedatangan Giselle membuat tiga suster di dalam kamar itu menoleh. Elodie pun langsung menjerit dan mengulurkan tangannya pada Giselle. "Mama, huwaa...! Mamaku!" pekik anak itu keras-keras. Suster Anne menyerahkan Elodie pada Mamanya. Giselle memeluk buah hatinya dengan sangat erat, mendekap tubuh kecil Elodie dengan sangat hangat. Tangisan anak itu langsung mereda dalam dekapannya."Syukurlah Nyonya sudah datang," ujar Suster Anne. "Sejak siang Elodie rewel, dia juga tidak mau makan apapun. Pukul enam petang tadi badannya panas, jadi semakin rewel. Tapi sekarang panasnya sudah turun setelah dokter memberikan suntika

    Последнее обновление : 2025-04-15
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 10. Kenapa Kita Harus Bertemu Kembali, Gerald

    Usai kejadian semalam, Gerald semakin merasa kesal karena tidak berhasil menemukan ke mana Giselle pergi setelah terlepas darinya di hotel. Pagi ini, ia kembali melihat mantan istrinya di dalam ruangan kerja dan bersikap baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka. Wanita itu beranjak dari duduknya dan menundukkan kepalanya. "Selamat pagi, Pak," sapa Giselle dengan ragu-ragu. Laki-laki berbalut tuxedo navy itu berdiri di hadapannya dengan sebongkah perasaan kesal yang sejak semalam ditahan. Giselle mengangkat wajahnya menyadari Gerald tidak menjawabnya, namun laki-laki itu masih menatapnya dengan sangat nyalang tajam. "Kau merasa senang karena bisa lari dariku semalam?" tanya Gerald.Bariton suaranya yang rendah dan menekan membuat wanita di depannya ini merinding. Giselle menggeleng kecil. "Ti-tidak, Pak Gerald. Semalam saya—"Ucapan Giselle terhenti saat Gerald maju dua langkah dan menyudutkannya pada meja kerjanya. Laki-laki itu membungkukkan badannya mendek

    Последнее обновление : 2025-04-16
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 11. Tuan CEO yang Posesif!

    Sebuah mobil berwarna merah tampak berhenti di depan gedung perusahaan milik Gerald. Sosok wanita cantik dengan balutan dress berwarna putih turun dari dalam mobil. Seperti biasa, Laura dengan fashion glamornya berjalan dengan langkah percaya diri memasuki gedung."Selamat siang, Bu Laura," sapa seorang penjaga yang sudah hafal dengannya. Laura hanya menatapnya sekilas dan berjalan masuk. Semua orang di sana menyapa Laura dengan begitu sopan. Laura mencari Gerald di ruang kerjanya. Tetapi ruangan itu kosong tidak ada siapapun. "Apa dia begitu sibuk?" gumam Laura sambil menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Semua pesanku sejak beberapa hari yang lalu tidak pernah dibalas." Wanita itu kembali turun ke lantai tiga, lalu masuk ke dalam ruang staff. Semua karyawan di sana yang tampak sibuk membicarakan sesuatu terkejut dengan kedatangannya. "Bu Laura, selamat siang." Semua orang di sana menatap Laura yang masih tampak cuek. "Di mana Pak Gerald?" tanya Laura me

    Последнее обновление : 2025-04-16
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 12. Keberanian yang Tersembunyi Dalam Diri Giselle

    Usai meeting seharian, sore ini Gerald pulang dengan wajah lelah. Laki-laki berbalut tuxedo hitam itu melangkah keluar dari dalam mobil begitu tiba di pekarangan rumahnya.Kening Gerald mengerut saat ia melihat mobil berwarna putih di pekarangan rumahnya saat ini. "Sepertinya Tuan dan Nyonya besar ada di sini, Tuan," ujar Sergio. Gerald tidak menjawabnya, melainkan ia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, di sana ada ibunya yang duduk di ruang tamu menunggunya entah sejak kapan. "Mama," sapa Gerald berjalan mendekat. "Kenapa Mama ke sini tanpa mengabariku lebih dulu? Papa mana?" Wanita dengan pakaian berwarna merah dan glamor itu menatap putranya dengan lekat. Marisa menghela napasnya pelan. "Mama ke sini hanya dengan sopir. Mama sengaja ingin menemuimu dan bertanya sesuatu padamu, Gerald," ujar Marisa sambil membuka kipas kain di tangannya. Gerald melepaskan tuxedo hitamnya dan duduk di hadapan sang Mama. Melihat ekspresi dingin Mamanya kali ini, ia mulai meras

    Последнее обновление : 2025-04-17
  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 13. Pria Baik Hati yang Ingin Mendekati Giselle

    Hujan turun sore ini, Giselle tidak bisa langsung pulang. Wanita itu meneduh di sebuah halte bus yang berada di depan gedung kantornya. Sesekali Giselle menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pasti sore ini Elodie sudah menunggunya, karena Giselle berjanji akan pulang cepat. "Ya Tuhan, kumohon segera redakan hujan ini. Kasihan Elodie pasti menungguku," gumam Giselle sambil meremas jemari tangannya. Hujan turun semakin deras, Giselle hanya bisa pasrah dan tidak berhenti untuk terus berdoa. Sampai akhirnya dari arah kiri, sebuah mobil berwarna merah melaju dan berhenti tepat di hadapan Giselle. Giselle mengerjapkan kedua matanya dan memperhatikan siapa orang yang berhenti di depannya saat ini. Begitu pintu mobil terbuka, Giselle terkesiap saat ia melihat Dean—laki-laki yang ia temui saat meeting bersama Gerald kemarin, kini muncul kembali di hadapannya. "Pak Dean," ucap Giselle lirih. Laki-laki dengan balutan kemeja putih berdasi navy itu berjalan ke arahnya

    Последнее обновление : 2025-04-17

Latest chapter

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 16. Anakku Adalah Segalanya Untukku

    Sejak petang tadi hingga pagi ini Giselle dibuat khawatir oleh putrinya. Elodie tiba-tiba bangun dan menangis mengeluh perutnya kembali sakit. Giselle tak peduli dengan jarum jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan ia sudah membuat janji untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi kini masih di rumah sakit menjaga Elodie yang berbaring merengek-rengek saat dokter memeriksanya. "Bagaimana, dok? Apakah sakitnya kembali serius?" tanya Giselle dengan sorot matanya yang cemas. Dokter laki-laki itu memperhatikan Giselle dengan tatapan sendu. "Tidak, Nyonya. Untuk saat ini, sakitnya masih datang dan pergi. Tidak bisa kalau rasa sakitnya langsung hilang begitu saja," ujarnya. Raut wajah Giselle benar-benar berubah sedih. Wanita itu mengusap kening Elodie, putrinya meringkuk memeluk lengannya sambil terisak-isak kecil. "Elodie mau pulang, Mama! Elodie tidak mau disuntik lagi!" pekik Elodie marah di sisa-sisa tangisnya. "Om dokter nakal! Tangan Elodie disuntik terus!" "Ssstttt ... t

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 15. Ma, Seperti Apa Rasanya Punya Papa?

    Tengah malam Giselle kembali ke rumah sakit. Wanita itu berjalan tergesa-gesa di lorong yang sudah sangat sepi. Saat sampai di depan kamar inap Elodie, Giselle tiba-tiba menghentikan langkahnya saat ia sedikit membuka pintu kamar itu. Giselle melihat Elodie yang terbangun, putrinya tampak bermain dan berbicara dengan dua bonekanya. "Tuan beruang punya Papa, tidak? Kalau Elodie tidak tahu Papanya Elodie ada di mana," ujar anak itu dengan suara kecilnya. "Tuan kelinci sama seperti Elodie, Tuan Kelinci tidak punya Papa, ya?" Anak itu mendengus pelan dan mengucek kedua matanya. Jari telunjuknya yang mungil menekan hidung boneka beruang cokelat miliknya dan memeluknya erat. "Elodie ingin bertemu Papa. Emm ... Papanya Elodie seperti apa? Tapi Elodie sudah punya Mama, Elodie saaayang Mama!" seru anak itu tersenyum menatap ke arah jendela."Mama, Mama ... oh Mama, nanana..." Anak itu bernyanyi-nyanyi kecil dan mengangkat bonekanya di udara. Elodie kembali berbaring dan menatap boneka ber

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 14. Gerald yang Sekarang Bukanlah Gerald yang Dulu

    Pukul delapan malam, Giselle mendatangi kediaman Gerald. Giselle segera pergi setelah ia menidurkan Elodie di rumah sakit. Kini, Giselle sudah sampai di kediaman pria itu. Rumah berlantai dua yang megah dan mewah, berdiri kokoh di atas tanah perumahan para konglomerat di kota Luinz. Giselle berjalan ke arah teras dan menekan bell pintu rumah itu. Tak lama, pintu pun terbuka dan tampak seorang pelayan yang menyambutnya. "Nona mencari siapa?" tanya wanita itu. "Saya asisten Pak Gerald di kantor," jawab Giselle. "Apa Pak Gerald ada?" "Oh, ada. Silakan masuk."Giselle melangkah masuk ke dalam rumah itu. Ia duduk di sofa ruang tamu dan diam menunggu. Hingga terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Giselle menoleh dan melihat sosok Gerald yang menuruni anak tangga. Laki-laki tampan itu tampak segar dan rapi dengan memakai sweater hitam berlengan panjang dan celana bahan hitam. Sebuah rasa rindu tiba-tiba berlabuh di hati Giselle. Dulu, ia sangat menyukai Gerald yang mengenakan

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 13. Pria Baik Hati yang Ingin Mendekati Giselle

    Hujan turun sore ini, Giselle tidak bisa langsung pulang. Wanita itu meneduh di sebuah halte bus yang berada di depan gedung kantornya. Sesekali Giselle menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pasti sore ini Elodie sudah menunggunya, karena Giselle berjanji akan pulang cepat. "Ya Tuhan, kumohon segera redakan hujan ini. Kasihan Elodie pasti menungguku," gumam Giselle sambil meremas jemari tangannya. Hujan turun semakin deras, Giselle hanya bisa pasrah dan tidak berhenti untuk terus berdoa. Sampai akhirnya dari arah kiri, sebuah mobil berwarna merah melaju dan berhenti tepat di hadapan Giselle. Giselle mengerjapkan kedua matanya dan memperhatikan siapa orang yang berhenti di depannya saat ini. Begitu pintu mobil terbuka, Giselle terkesiap saat ia melihat Dean—laki-laki yang ia temui saat meeting bersama Gerald kemarin, kini muncul kembali di hadapannya. "Pak Dean," ucap Giselle lirih. Laki-laki dengan balutan kemeja putih berdasi navy itu berjalan ke arahnya

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 12. Keberanian yang Tersembunyi Dalam Diri Giselle

    Usai meeting seharian, sore ini Gerald pulang dengan wajah lelah. Laki-laki berbalut tuxedo hitam itu melangkah keluar dari dalam mobil begitu tiba di pekarangan rumahnya.Kening Gerald mengerut saat ia melihat mobil berwarna putih di pekarangan rumahnya saat ini. "Sepertinya Tuan dan Nyonya besar ada di sini, Tuan," ujar Sergio. Gerald tidak menjawabnya, melainkan ia segera bergegas masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, di sana ada ibunya yang duduk di ruang tamu menunggunya entah sejak kapan. "Mama," sapa Gerald berjalan mendekat. "Kenapa Mama ke sini tanpa mengabariku lebih dulu? Papa mana?" Wanita dengan pakaian berwarna merah dan glamor itu menatap putranya dengan lekat. Marisa menghela napasnya pelan. "Mama ke sini hanya dengan sopir. Mama sengaja ingin menemuimu dan bertanya sesuatu padamu, Gerald," ujar Marisa sambil membuka kipas kain di tangannya. Gerald melepaskan tuxedo hitamnya dan duduk di hadapan sang Mama. Melihat ekspresi dingin Mamanya kali ini, ia mulai meras

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 11. Tuan CEO yang Posesif!

    Sebuah mobil berwarna merah tampak berhenti di depan gedung perusahaan milik Gerald. Sosok wanita cantik dengan balutan dress berwarna putih turun dari dalam mobil. Seperti biasa, Laura dengan fashion glamornya berjalan dengan langkah percaya diri memasuki gedung."Selamat siang, Bu Laura," sapa seorang penjaga yang sudah hafal dengannya. Laura hanya menatapnya sekilas dan berjalan masuk. Semua orang di sana menyapa Laura dengan begitu sopan. Laura mencari Gerald di ruang kerjanya. Tetapi ruangan itu kosong tidak ada siapapun. "Apa dia begitu sibuk?" gumam Laura sambil menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Semua pesanku sejak beberapa hari yang lalu tidak pernah dibalas." Wanita itu kembali turun ke lantai tiga, lalu masuk ke dalam ruang staff. Semua karyawan di sana yang tampak sibuk membicarakan sesuatu terkejut dengan kedatangannya. "Bu Laura, selamat siang." Semua orang di sana menatap Laura yang masih tampak cuek. "Di mana Pak Gerald?" tanya Laura me

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 10. Kenapa Kita Harus Bertemu Kembali, Gerald

    Usai kejadian semalam, Gerald semakin merasa kesal karena tidak berhasil menemukan ke mana Giselle pergi setelah terlepas darinya di hotel. Pagi ini, ia kembali melihat mantan istrinya di dalam ruangan kerja dan bersikap baik-baik saja seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka. Wanita itu beranjak dari duduknya dan menundukkan kepalanya. "Selamat pagi, Pak," sapa Giselle dengan ragu-ragu. Laki-laki berbalut tuxedo navy itu berdiri di hadapannya dengan sebongkah perasaan kesal yang sejak semalam ditahan. Giselle mengangkat wajahnya menyadari Gerald tidak menjawabnya, namun laki-laki itu masih menatapnya dengan sangat nyalang tajam. "Kau merasa senang karena bisa lari dariku semalam?" tanya Gerald.Bariton suaranya yang rendah dan menekan membuat wanita di depannya ini merinding. Giselle menggeleng kecil. "Ti-tidak, Pak Gerald. Semalam saya—"Ucapan Giselle terhenti saat Gerald maju dua langkah dan menyudutkannya pada meja kerjanya. Laki-laki itu membungkukkan badannya mendek

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 9. Tangisan Anakku dan Luka di Hatiku

    Giselle sampai di rumah sakit setelah lima belas menit perjalanan. Wanita itu tak peduli dengan penampilannya yang kini berantakan, ia berlari masuk ke dalam lorong rumah sakit. Di depan ruang kamar inap Elodie, tampak ada beberapa suster di sana. Hati Giselle semakin nyeri saat ia mendengar jerit tangis anaknya. "Elodie, Sayang..." Giselle masuk ke dalam kamar itu. Kedatangan Giselle membuat tiga suster di dalam kamar itu menoleh. Elodie pun langsung menjerit dan mengulurkan tangannya pada Giselle. "Mama, huwaa...! Mamaku!" pekik anak itu keras-keras. Suster Anne menyerahkan Elodie pada Mamanya. Giselle memeluk buah hatinya dengan sangat erat, mendekap tubuh kecil Elodie dengan sangat hangat. Tangisan anak itu langsung mereda dalam dekapannya."Syukurlah Nyonya sudah datang," ujar Suster Anne. "Sejak siang Elodie rewel, dia juga tidak mau makan apapun. Pukul enam petang tadi badannya panas, jadi semakin rewel. Tapi sekarang panasnya sudah turun setelah dokter memberikan suntika

  • Nona, Tuan CEO Ingin Lebih dari Semalam   Bab 8. Ingin Lebih dari Semalam

    Menepati permintaan Gerald yang tak bisa Giselle tolak, mereka berdua pergi ke sebuah hotel berbintang di kota Luinz. Gerald memesan kamar khusus untuknya dan Giselle malam ini. Sejak kejadian di kantor sore tadi, Giselle tampak murung dan sedih. Wanita cantik itu kini duduk di tepian ranjang kamar menundukkan kepalanya. 'Ya Tuhan, bagaimana dengan anakku sekarang? Bagaimana ... bagaimana caranya aku bisa melarikan diri dari Gerald saat ini?' Giselle menundukkan kepalanya dan meremas kuat rok selutut yang ia pakai. "Maafkan Mama, Elodie," lirih Giselle nyaris tak bersuara. Pikirannya terus dipenuhi bayangan Elodie yang menangis ketakutan.Lamunan Giselle buyar saat ia mendengar suara pintu dikunci. Sosok Gerald berdiri di sana, tengah melepaskan tuxedo hitamnya sambil berjalan mendekati Giselle. Tatapan matanya yang tajam menelisik Giselle yang diam duduk di tepian ranjang tak menatapnya sedikit pun. Ekspresi sedihnya bisa dibaca oleh Gerald. "Kau sedih karena tidak bisa menemu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status