Simon tercengang dengan setiap pertanyaan yang dilontarkan.Dia juga tahu semuanya sia-sia saja tanpa bukti pasti."Tapi setidaknya kita bisa bertanya, 'kan?""Tanya apa? Apakah dia merencanakan penculikan itu atau dia sengaja menggunakan cacatnya untuk memancingku pergi?"Simon tiba-tiba tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.Meskipun menanyakan hal-hal ini, mungkin mereka tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan."Lanjutkan penyelidikan masalah Damian dan anggap saja kamu nggak tahu masalah ini untuk saat ini."Brian mengakhiri panggilan setelah selesai berbicara.Setelah Nova keluar dari kamar Brian, dia langsung meninggalkan hotel.Dia naik taksi dan langsung pergi ke hotel berikutnya.Akan tetapi, seperti yang dikatakan resepsionis sebelumnya, tidak ada kamar yang tersedia di hotel terdekat karena pameran internasional.Nova mencari beberapa hotel berturut-turut dan semuanya seperti ini.Nova berdiri di pinggir jalan dengan raut wajah muram.Pesan masuk ke ponselnya satu per
Bagaimanapun, ini karena dia terlalu lengah.Awalnya dia hanya ingin membawa Nova pergi. Dengan begitu, dia juga tidak dapat kontak langsung sama Rudy lagi.Tidak sangka, tanpa Rudy, masih ada Bisma.Raut wajah Brian sangat muram.Dia menghentikan mobil di pinggir jalan, lalu membuka pintu dan turun dari mobil.Belum tiba di depannya, dia sudah mendengar suara tawa dua orang.Sontak, raut wajahnya makin muram.Brian berdiri di samping kedua orang itu dengan tatapan muram.Saat Nova melihat Brian, senyuman di wajahnya langsung membeku."Kakak, ayo kita pergi."Bisma juga melihat Brian. Dia tidak mengatakan apa pun, melainkan mengangguk pada Nova."Kamu mau ke mana?"Brian mengerutkan kening sambil bertanya.Nova tidak berbicara, melainkan langsung menarik pintu mobil Bisma.Brian menyunggingkan ekspresi muram dan pergi menutup pintu mobil."Nova, apa kamu dengar kata-kataku? Aku tanya kamu mau ke mana!"Ekspresi Nova sangatlah muram."Brian, apa kamu terlalu banyak campur tangan urusan
Akan tetapi, sekarang dia difitnah Brian karena Nova.Bisma tersenyum dan berkata, "Nggak perlu merasa bersalah. Sebenarnya dia nggak salah, aku memang ada pikiran seperti itu terhadapmu."Nova mengatupkan bibir dan tersenyum pahit.Dia tidak pantas untuk Bisma.Tidak pantas dari segi apa pun.Bisma bisa menyadari bahwa Nova masih belum melupakan hubungan sebelumnya.Bisma juga tidak terburu-buru. Bagaimanapun, dia sudah menunggu selama 3 tahun, sehingga tidak peduli untuk menunggu beberapa tahun lagi.Dia berkata dengan suara lembut, "Apa kamu mau makan malam?"Nova menggelengkan kepala.Setelah selesai bernegosiasi sama mitra kerja sudah pukul 10 lewat.Padahal dia ingin pulang ke hotel, lalu memesan makan dari hotel.Tidak sangka, malah berakhir seperti ini."Kalau begitu, bagaimana kalau biar aku bawa kamu makan enak? Apa kamu mau makan sesuatu?"Nova berkata sambil tersenyum, "Terserah. Mungkin nanti aku makan mi rebus saja."Bisma menatapnya sambil berkata, "Apa kamu biasanya ser
Nova tidak sempat mengelak dan wajahnya sakit kepanasan akibat tamparan ini.Dia meraba wajahnya, lalu menoleh ke arah Chelsea yang berdiri di samping pelayan."Wanita murahan, nggak hanya menggoda Brian, ternyata masih mau menggoda Kak Rudy. Apa kamu begitu butuh pria?"Habis bicara, Chelsea masih ingin bertindak kasar.Tidak sangka, Nova langsung mengangkat tangan dan menamparnya.Bunyi tamparan yang garing bergema di koridor. Nova sama sekali tidak segan sama Chelsea.Jelas pelayan juga terkejut dengan adegan ini.Dia tertegun menatap Nova."Nona, apa aku perlu bantu melapor kepada polisi?"Nova mengatupkan bibir dan melontarkan tatapan ke wajah Chelsea, lalu berkata pada pelayan, "Oke! Tolong sekalian bantu panggil satpam, terima kasih."Pelayan itu segera mengangguk.Chelsea bingung setelah dipukul oleh Nova. Dia tidak sangka ternyata Nova berani membalasnya.Sontak, dia berteriak."Nova, ini adalah hotel milik Keluarga Selena. Apa kamu percaya bahwa aku bakal membuat kamu hidup s
Terdengar bunyi bum, pintu kamar tertutup dan menghalangi pandangan mereka.Setelah berdiri diam beberapa detik di tempat, Chelsea mulai memarahinya lagi."Wanita murahan, kamu menggoda Kak Rudy masih saja nggak mau mengaku. Aku nggak bakal mengampunimu!"...Di dalam kamar.Brian menatap Nova dengan tatapan sedih.Setelah kejadian ini, barulah Nova merasa agak takut.Dia berdiri di tempat dan jari tangannya bergetar.Dia mengepalkan kedua tangan yang tergantung di samping. Entah berapa lama kemudian, barulah dia berkata, "Terima kasih."Brian meliriknya, lalu menarik dia masuk ke kamar mandi.Tangan dan wajah Nova masih bernoda darah.Brian membawa dia ke kamar mandi. Setelah bantu dia mencuci noda darah di tubuhnya, barulah dia berkata, "Apa kamu terluka?"Nova menggelengkan kepala."Nggak ada."Ekspresi wajah Brian menjadi muram.Tatapan Brian tetap begitu dingin.Dia mencubit dagu Nova dan membuat Nova mengangkat kepalanya."Nova, apa kamu melihatnya? Ini adalah masalah yang diseba
Begitu Nova habis bicara, Brian langsung mengerutkan kening."Jelas kamu tahu bahwa ini adalah urusan kita, nggak ada hubungan sama Yasmin, kenapa kamu nekat mau mempermasalahkan Yasmin?"Nova bertatapan dengan Brian beberapa lama, lalu mencibir.Tiada yang tahu betapa jengkelnya dia terhadap Yasmin.Seolah-olah dia begitu tidak masuk akal dan tidak bisa melupakannya.Akan tetapi, jika dia tidak mempermasalahkan Yasmin, apakah Yasmin akan melepaskannya?Tidak akan.Selagi Brian tidak sepenuhnya memutuskan hubungan sama dia, Yasmin hanya akan makin merajalela.Dia mencibir, "Apa benar-benar nggak ada hubungan sama dia? Brian, apa gunanya kamu menindas orang seperti ini? Apa kamu pikir kamu bisa menutupi sifatmu yang nggak setia dengan cara seperti ini?"Nova sama sekali tidak segan saat berbicara sama Brian.Tatapan dia terhadap Brian pun begitu dingin.Tentu saja, Brian juga menyadari tatapan Nova yang dingin.Brian merasa agak kecewa.Tiba-tiba, dia agak menyesal dengan kata-kata yang
Brian tiba-tiba menyipitkan mata dan bertanya, "Apa yang kamu katakan?""Aku bilang kamu cepat pergi dari sini! Mengerti?"Nova tidak ingin berhubungan sama dia lagi.Sebenarnya mereka juga tidak perlu berhubungan lagi.Masalah di antara mereka tidak hanya Yasmin.Brian membela Yasmin termasuk suatu permasalahan utama. Jika begitu, akal dari permasalahan mereka adalah Brian ... tidak menyukainya.Sejak awal sampai akhir, Brian tidak pernah memandangnya.Sebab itu, barulah dia meninggalkan Nova saat berkali-kali membuat pilihan.Sementara itu, masalah tadi hanya dianggap sebuah percobaan saja.Jika dia ingin menghadapi Yasmin, terpaksa harus mempertimbangkan kondisi di mana Brian akan membelanya.Bagaimanapun, pria ini membela Yasmin, tidak peduli terhadap dia atau Michael akan menjadi sebuah halangan besar.Mata Brian sontak terbakar membara.Ternyata Nova mengusirnya?Ternyata wanita ini berani mengusirnya?"Nova, apa begitu cara kamu memperlakukan orang yang menolongmu?"Nova mengatu
Tubuh Brian tiba-tiba tertegun.Hasrat yang memanas barusan tadi sontak mendingin dan reda.Dia melepaskan Nova secara perlahan.Terdapat kesakitan yang bersembunyi di matanya.Pertanyaan Nova ini seperti sebuah pisau tajam yang menusuk ke hatinya.Sejak kejadian sampai sekarang, ini pertama kali dia mengungkit hal ini sama Brian.Padahal Brian merasa kejadian itu sudah berlalu.Dia juga merasa asalkan tiada yang mengungkit hal ini, maka hal ini seperti tidak pernah terjadi.Akan tetapi, begitu sekarang mengungkit hal ini, maka hal ini akan menjadi sebuah bekas luka antara mereka untuk selamanya.Tidak dapat dihilangkan tidak peduli berapa lama pun, rasa sakit juga tidak berkurang sedikit pun.Tentu saja, tidak hanya Nova yang sakit, begitu juga dia.Brian menelan ludah, lalu mundur dua langkah.Nova mengungkit hal ini pada saat ini, tujuannya sudah sangat jelas.Dia benar-benar tidak ingin membiarkan Brian menyentuhnya lagi.Bukan sedang marah."Apa kamu rela mengungkit masa lalu yang
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo