Brian keluar dari kamar, tetapi tidak meninggalkan hotel.Dia bersandar di dinding samping pintu, lalu menundukkan kepala dan menyalakan sebatang rokok.Dia tidak yakin apakah dirinya merasa enggan terhadap Nova.Akan tetapi, dia sangat yakin bahwa dia merasa enggan untuk pasrah.Tidak mungkin hubungan ini diawali oleh dua orang, malah berakhir dengan dia seorang.Jelas dulu dia bisa merasakan kepedulian Nova terhadapnya.Begitu sekarang dipikirkan, dulu Nova benar-benar sangat peduli padanya.Brian akan menuruti Nova, sedangkan Nova juga akan memberikan apa yang dia inginkan.Akan tetapi, sekarang Nova malah menarik diri dari hubungan mereka ini.Hanya bisa dikatakan bahwa begitu seorang wanita berhati kejam, jauh lebih kejam dari pria.Brian tak kunjung pulang.Dia berdiri di depan pintu kamar Nova sampai tengah malam.Sebatang rokok disambung sebatang.Orang yang lalu lalang juga tidak tahan untuk menatapnya.Terakhir pelayan bantu memberikan sebuah asbak rokok kepadanya.Brian berd
Nova tidak ingin memukul mental pria ini.Dia tidak berbicara.Brian tertawa.Selanjutnya dia bertanya, "Apa sarapannya enak?"Nova mengatupkan bibir, lalu menjawab, "Lumayan enak. Apa Pak Brian sudah sarapan?"Ekspresi Brian makin muram.Dia tidak makan, juga tidak selera makan.Dia tidak begitu besar hati seperti wanita ini.Baru saja memutuskan hubungan selama 3 tahun, dia langsung menikmati sarapan dengan senang hati bersama pria lain."Bu Nova benar-benar mudah disuap. Apa sebuah sarapan sudah bisa membuatmu begitu gembira?"Kata-kata Brian penuh kecemburuan.Sulit bagi Nova untuk menghiraukannya.Dia malas untuk banyak omong kosong sama pria ini. Hanya saja menyapa sekretaris dari pihak mitra kerja di sampingnya.Brian dicuekin secara langsung, sehingga ekspresinya menjadi makin muram.Sekretaris dari pihak mitra kerja menghampiri Nova dengan ramah."Nona Nova, apa orang yang mengantarmu barusan tadi adalah pacarmu?"Nova tersenyum, lalu menggelengkan kepala."Bukan, hanya seoran
Nova sedang mengemas dokumen.Baru saja selesai kemas, langsung mendengar sekretaris pihak mitra kerja memanggilnya."Nona Nova, pacarmu datang menjemputmu."Nova tertegun, lalu menoleh ke arah luar dan melihat Bisma sedang berdiri di depan pintu.Bisma yang mengenakan setelan jas sederhana dan berdiri dengan tegap di sana menjadi sorotan publik.Nova tersenyum dengan tidak berdaya, tetapi juga tidak menjelaskan.Dia hanya tersenyum dengan segan terhadap Pak Anton."Maaf, Pak Anton, aku masih ada urusan, jadi nggak bisa makan sama Anda."Pak Anton mengedipkan mata, lalu menoleh ke arah Brian.Brian tahu bahwa orang lain tidak tahu tentang hubungan mereka.Kali ini Brian menyutradarai rapat ini, selain memberikan keuntungan, juga menyuruh dia untuk bersandiwara.Katanya semua ini justru demi Bu Nova ini.Akan tetapi, sekarang apa yang terjadi?Apakah ditikung orang lain?Tidak mungkin, 'kan?Apakah ada orang di dunia ini yang mampu menikung Brian?Brian tampak sangat tenang.Dalam hatin
Brian sedang tidak ingin makan.Makan malam yang semula diselenggarakan segera dibubarkan.Anton ingin mengundang Bisma sendirian.Namun yang jelas, Bisma tidak setuju dengannya, jadi tidak punya pilihan selain menyerah.Mereka bertiga keluar dari perusahaan bersama-sama, Anton pun mengikuti mereka.Bisma dan Nova sedang berjalan di depan, mereka mengobrol tentang upacara pembukaan Ekspo Internasional di malam hari.Brian memicingkan mata ke punggung kedua orang itu dan menundukkan kepala untuk menyalakan rokok.Bahkan asap tebal pun tidak bisa menghalangi kesuraman di tatapan matanya.Anton memandangnya dan tertawa, "Aku pikir Nona Nova adalah milik Pak Brian."Brian mencibir.Dia awalnya berpikir begitu juga.Dari awal sampai akhir, dia merasa Nova semakin marah padanya.Sebagai seorang wanita, kehilangan kesabaran dalam keadaan seperti itu adalah hal yang wajar.Saat amarahnya mereda, suatu hari nanti Nova pasti akan kembali.Hingga dia membuka lukanya sendiri seperti itu tadi malam
Kalau tidak, orang sombong seperti Brian tidak akan datang kepadanya lagi untuk berdamai dengannya.Namun, Brian sama sekali tak kekurangan wanita di sekitarnya.Meski menyesalinya sekarang, selama ada orang baru di sekitarnya nantinya, Nova pasti akan segera dilupakan.Nova menarik napas dalam-dalam dan tidak membiarkan dirinya memikirkan pria itu lagi.Nova mengingat sesuatu yang lain."Kak, kamu nggak perlu terpaksa makan bersama orang lain hanya karena aku."Dia tahu bahwa Bisma sebenarnya tidak menyukai interaksi sosial seperti ini.Terlebih lagi, dengan latar belakang keluarganya, Bisma mungkin tidak akan mau berurusan dengan orang yang tidak dikenal dengan baik."Aku nggak terpaksa sama sekali."Suara Bisma terdengar lembut.Bisma menoleh untuk melihat ke arah Nova. "Nova, aku hanya ingin mengambil kesempatan ini untuk berintegrasi ke dalam pekerjaan dan hidupmu. Aku nggak melakukannya untukmu, aku melakukannya untuk diriku sendiri."Nova memandang Bisma dan tiba-tiba tidak tahu
Bisma mengikuti Nova ke dalam lift baru mengakui."Aku baru saja melihat Brian di bawah, jadi aku ingin mengikutimu. Dia pasti datang untuk mencarimu, 'kan?"Nova tertegun sejenak.Nova tidak melihatnya.Entah Brian datang atau tidak, tidak banyak berdampak padanya sekarang."Apa minum teh di malam hari bisa bikin insomnia?" tanya Nova secara langsung.Bisma tidak bereaksi, tapi kemudian menyadari bahwa dia sebenarnya tidak peduli lagi.Nova membiarkan dirinya melepaskan Brian."Nggak akan." Bisma memandang Nova dan tertawa, "Apa kamu pernah melakukan penelitian tentang teh?"Nova mengangguk dan berkata, "Pernah."Mata Bisma berbinar. "Kalau begitu, kamu mungkin akan mendapat masalah nantinya. Kakekku suka mengutak-atik semua jenis teh. Aku yakin dia akan merepotkanmu."Nova tertawa dan berkata, "Baiklah, kalau begitu aku akan menunjukkannya pada kakekmu di lain hari."Mereka berdua keluar dari lift sambil berbicara dan tertawa.Begitu keluar, lift di sebelah mereka juga terbuka.Brian
"Bocah tengil, malam-malam begini kamu mau ngapain di sini?"Brian merasa gelisah. Saat mendengar ini, Brian langsung mengerutkan kening.Sebelum sempat menjawab, tiba-tiba bibinya tersadar. "Oh, kamu diusir oleh pacarmu?"Sudut bibir Brian bergerak tapi tidak menjelaskan.Sekarang dia tiba-tiba merasa bahwa dibilang pacar Nova terdengar cukup menyenangkan.Bibinya tertawa cepat ketika melihat ini. "Lalu kenapa kamu nggak mengakui kesalahanmu?"Brian mengerutkan kening dan berkata, "Dia nggak mudah dibujuk.""Walaupun susah tetap harus dibujuk, kecuali kamu nggak mau dia lagi."Mata Brian berbinar. Saat hendak mengatakan sesuatu, pintu kamar Nova terbuka.Bisma dan Nova keluar bersama.Tatapan mata Bibi berhenti.Bibi menatap wajah Brian dan Bisma dua kali.Bibi memandang Brian dengan sangat meremehkan."Wajahmu cukup tampan, tapi kenapa jadi simpanan orang lain."...Raut wajah Brian menjadi sangat suram.Brian mana pernah dibilang seperti ini."Mereka bukan sepasang kekasih!" jelas B
Mata Stephen tiba-tiba berbinar saat melihat Nova.Selama ini, Stephen selalu ingin dekat dengan Nova.Namun, dia juga bisa tahu bahwa Nova sebenarnya membencinya.Awalnya, dia berencana mencari kesempatan lain untuk bertemu Nova secara kebetulan, tapi tanpa diduga, dirinya bertemu langsung dengan Nova hari ini."Bu Nova, lama nggak bertemu."Nova meliriknya, bahkan tidak berniat menjawab.Stephen tidak kesal dan melanjutkan."Kalau nanti kamu ada waktu, bolehkah aku mentraktirmu makan?"Nova merasa sangat mual."Lupakan saja, aku nggak mau makan makanan dari Pak Stephen."Setelah mengatakan itu, Nova segera pergi.Stephen langsung menghentikannya.Stephen mengerutkan kening dan menatap Nova dengan sedikit kebingungan di wajahnya.Setelah hening beberapa saat, Stephen berbicara."Bu Nova, aku minta maaf atas apa yang terjadi sebelumnya."Stephen sangat menyesali apa yang dia katakan kepada Nova sebelumnya.Jika tahu bahwa suatu hari dia mungkin benar-benar menyukai Nova, dirinya tidak