Mata Stephen tiba-tiba berbinar saat melihat Nova.Selama ini, Stephen selalu ingin dekat dengan Nova.Namun, dia juga bisa tahu bahwa Nova sebenarnya membencinya.Awalnya, dia berencana mencari kesempatan lain untuk bertemu Nova secara kebetulan, tapi tanpa diduga, dirinya bertemu langsung dengan Nova hari ini."Bu Nova, lama nggak bertemu."Nova meliriknya, bahkan tidak berniat menjawab.Stephen tidak kesal dan melanjutkan."Kalau nanti kamu ada waktu, bolehkah aku mentraktirmu makan?"Nova merasa sangat mual."Lupakan saja, aku nggak mau makan makanan dari Pak Stephen."Setelah mengatakan itu, Nova segera pergi.Stephen langsung menghentikannya.Stephen mengerutkan kening dan menatap Nova dengan sedikit kebingungan di wajahnya.Setelah hening beberapa saat, Stephen berbicara."Bu Nova, aku minta maaf atas apa yang terjadi sebelumnya."Stephen sangat menyesali apa yang dia katakan kepada Nova sebelumnya.Jika tahu bahwa suatu hari dia mungkin benar-benar menyukai Nova, dirinya tidak
"Brian, apa kamu masih ingat saat kita tinggal bersama di desa nelayan kecil? Saat itu benar-benar saat paling membahagiakan bagiku."Brian sedikit mengerutkan kening. Saat hendak mengatakan sesuatu, Yasmin berbicara lagi."Tahukah kamu? Aku sudah menunggumu sejak kamu meninggalkan desa nelayan kecil, tapi kamu nggak pernah datang kepadaku."Saat Yasmin berbicara, air mata jatuh.Dia tahu betul betapa pentingnya waktu itu bagi Brian.Saat ini, mungkin hanya berguna untuk mengatakan hal-hal ini.Benar saja, ekspresi Brian akhirnya sedikit membaik.Brian mengerutkan kening. Setelah beberapa saat, Brian mengambil tisu dan menyerahkannya pada Yasmin."Jangan khawatir, aku nggak akan pernah mengabaikanmu."Yasmin sangat gembira, tapi kemudian mendengar Brian mengatakan sesuatu yang lain. "Tapi Yasmin, jangan macam-macam lagi di depanku. Aku nggak bisa menoleransi apa pun."Yasmin membuka mulutnya, tapi pada akhirnya tidak berkata apa-apa.Yasmin hanya tersenyum dan berkata, "Aku nggak melak
Nova bergegas ke rumah sakit dan melihat bibi perawat berdiri dengan cemas di depan pintu bangsal."Apa yang terjadi?" tanya Nova dengan cemberut.Wajah perawat terlihat bekas tamparan yang."Ayahmu. Sebenarnya dia sudah lama nggak datang ke sini. Entah kenapa dia datang ke sini tiba-tiba malam ini dan benar-benar mabuk. Saat datang, aku mencoba menghentikannya, tapi karena mabuk, jadi aku gagal. Setelah dia memukulku, aku tetap membiarkannya masuk. Begitu masuk, ayahmu segera mencabut ventilator, perkataannya juga sangat buruk, bahkan menyuruh ibumu mati lebih awal dan hanya buang-buang uang saja.""Aku segera memanggil satpam dan dokter, tapi untungnya dokter datang tepat waktu."Raut wajah Nova langsung berubah menjadi suram.Dia tidak pernah menyangka bahwa Gary yang telah menghilang begitu lama, tiba-tiba muncul dan menimbulkan masalah lagi.Nova memandang perawat itu dengan sedikit meminta maaf."Maaf, sudah menyebabkan masalah bagimu."Perawat itu sebenarnya cukup sedih.Gary me
Semua pengawal telah ditarik, jadi Brian tidak bisa mengambil inisiatif untuk mengirim mereka kembali.Hari ini adalah kesempatan bagus.Nova sangat menginginkan kedua pengawal itu.Setidaknya ada pengawal di sini, jika Gary datang lagi, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.Namun, Nova tidak mau berutang pada Brian.Dia tahu lebih baik dari siapa pun betapa sulitnya membalas budi pada Brian."Pak Brian, nggak perlu repot-repot. Aku bisa menangani urusanku sendiri."Setelah mengatakan itu, Nova menjauh dari Brian dan bersiap untuk pergi.Brian menariknya ke dalam pelukannya."Lalu, kamu akan merepotkan siapa? Bisma atau Rudy?"Napas hangat menyelimuti dirinya, Nova tiba-tiba mencium aroma yang bukan miliknya.Dia segera menyadari bahwa itu seharusnya adalah aroma parfum di tubuh Yasmin.Ada kejengkelan yang tak bisa dijelaskan di hatinya.Dia mendorong Brian menjauh."Aku bebas memilih siapa yang aku inginkan. Pak Brian, tolong berhenti menggangguku, oke?"Raut wajah Brian menjadi s
Zelda tertawa dan berdiri."Gary, sebaiknya kamu jangan mengecewakanku."Gary tertawa begitu keras hingga menunjukkan gigi kuning dan menatap Zelda dengan nakal."Aku nggak susah melakukan ini, tapi kesulitannya adalah uang akan sampai tepat waktu. Nona Nova, kalau uang nggak sampai tepat waktu, aku mungkin nggak bisa mengendalikan mulutku."Senyuman di wajah Zelda menghilang tanpa bekas dalam sekejap."Gary, ini bukan pertama kalinya kita bekerja sama. Kamu harus tahu bagaimana diriku. Sebaiknya kamu nggak macam-macam denganku. Aku, Zelda, nggak akan terancam oleh ini."Setelah mengatakan itu, Zelda berjalan keluar dengan kepala terangkat.Di lantai bawah dan di dalam mobil, Yasmin melihat Zelda datang dan dengan cepat bertanya, "Bagaimana?"Zelda tertawa, "Gary ini benar-benar bodoh dan serakah, tapi jangan khawatir, Nova dikendalikan olehnya. Selama dia ada, Nova pasti akan mencabut gugatannya."Yasmin merasa lega setelah mendengar ini.Yasmin mendengus.Dia mengumpulkan surat pangg
"Simon, apa kamu bisa bantu aku mencarikan dua pengawal?"Terdengar suara Nova dari ponsel. Brian tersenyum dingin saat mendengarnya.Nova lebih memilih untuk mencari Simon daripada mencarinya.Brian langsung menerjang lutut Damian.Terdengar bunyi tulang patah, lalu Damian pingsan lagi.Nova tertegun saat mendengar bunyi di sebelah Simon."Simon, apa yang terjadi?"Simon menatap Brian dengan bibir pucat.Akhirnya Brian berhenti dan mengeluarkan sebatang rokok dari saku setelan jas di samping, lalu menyalakannya.Jelas Simon merasa ekspresi kakaknya makin muram.Dia segera membuka speaker saat berbicara sama Nova.Saat pulang, Brian duduk di kursi roda.Damian dibangunkan sekali lagi.Pria yang sejak awal sudah tidak seperti manusia terus berkata, "Kakak, aku bersalah, tolong maafkan aku! Kakak, aku benar-benar sudah mengakui kesalahanku."Brian menopangkan siku di lutut dan membuka perban di tangannya.Dia membuka perban sambil bertanya, "Apa Yasmin berpartisipasi dalam hal ini?"Simo
Sebenarnya dia tidak seharusnya campur tangan terhadap hal keterlibatan Yasmin dalam kasus penculikan ini dan sudah melibatkan persoalan pidana.Akan tetapi, dia benar-benar tidak tega melihat gadis ini tertipu.Benar saja, setelah dia habis bicara, Nova menunjukkan sebuah ekspresi yang terkejut."Pak Michael, apa maksudnya?"Nova merasa dirinya salah dengar atau dirinya salah mengartikan.Michael mengatupkan bibir sambil menatapnya. Beberapa lama kemudian, barulah dia mengulangi satu kali lagi."Yasmin berpartisipasi dalam kasus penculikan. Dia dan Damian bersekongkol melakukannya."Nova mengerutkan kening dan terbungkam lama."Pak Michael, bagaimana kamu mengetahuinya?"Michael mengeluarkan ponsel dan mengemukakan sebuah video kepadanya.Di dalam video justru adegan Damian diantar ke rumah sakit.Di dalam video, sekujur tubuh Damian terluka, sudah tidak bisa melihat rupa aslinya, tetapi dia menceritakan kronologi kejadian dari awal sampai akhir.Mulai dari kenapa dia ingin menculik N
Pembuluh darah di dahi Nova menggembung, Dia tidak menjelaskan kepada pemilik rumah, hanya mengucapkan terima kasih, lalu mengakhiri panggilan.Dia menaiki taksi menuju apartemen.Tiba di apartemen dia baru menyadari bahwa ternyata pembantu rumah masih di sana.Mata bibi itu berbinar saat melihatnya."Nona Nova, akhirnya kamu pulang? Bagaimana? Apa kamu sudah sembuh?"Nova mengerutkan bibir, "Sudah membaik, terima kasih."Habis bicara, dia menoleh ke arah Brian.Brian memegang sebuah koran dan sedang duduk dengan gaya malas di sofa.Sampai sekarang pria bajingan ini masih ingin berpura-pura?Bukankah dia sedang menunggu kedatangannya?Nova meliriknya, lalu langsung menuju kamar tidur.Brian menyunggingkan ekspresi muram, tetapi tidak berbicara.Begitu masuk ke kamar, Nova tertegun sejenak.Ranjang di kamar tidur dihiasi bunga mawar. Daun bunga yang segar juga terdapat embun bunga.Aroma bunga mawar yang segar menyebar. Meja di samping juga terdapat sebuah kue besar."Apa kamu menyukain
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo