Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
"Ada yang hamil di lantai kita ini.""Kenapa kamu tahu?""Barusan tadi aku lihat tes kehamilan di toilet!"Nova Jacklin baru saja masuk kantor langsung mendengar suara bisikan.Langkah kakinya tertegun, lalu menoleh ke arah dua karyawan magang yang barusan berbicara.Saat melihat Nova masuk, ekspresi dua karyawan magang itu langsung berubah dan menundukkan kepala untuk melanjutkan pekerjaannya.Nova menenangkan hati dirinya, lalu masuk ke ruang kantor dirinya.Ponselnya tidak berdering terus.Setelah membuka notifikasi, dia baru menyadari ada yang mengirim pesan ke grup.Gosip adalah hal yang sering terjadi di tempat seperti perusahaan ini.Nova merasa pelipisnya berdenyut ketika melihat obrolan di dalam grup semakin ramai.Dia terlalu ceroboh, karena seharusnya membungkus alat tes kehamilan sebelum membuangnya.Dia tidak berani membayangkan bagaimana jika Brian Frank mengetahuinya.Asistennya mengetuk pintu, lalu masuk. "Bu Nova, Pak Brian suruh Anda pergi ke kantornya."Nova agak men
Punggung Nova menegang.Dia menoleh ke belakang dengan ekspresi santai. "Kalau ya, apa rencana Anda?"Brian menyunggingkan tatapan yang muram dan dingin.Seolah-olah orang bermesraan dengan Nova barusan tadi bukan dirinya."Apa lagi yang bisa dilakukan, tentu saja melakukan aborsi."Raut wajah Nova agak pucat dan mengepalkan kedua tangan dengan erat.Tatapan Brian semakin dingin."Nova, jangan lupa dengan aturan permainan kita."Tubuh Nova tiba-tiba mematung.Ya, hubungan antara dia dan Brian memang sebuah permainan.Bagaimanapun, status Nova juga tidak serasi dengan Brian.Dia terlahir di keluarga yang sangat sederhana.Sementara Brian adalah putra Keluarga Frank, juga penguasa keluarga Frank yang sebenarnya.Sejak awal pertemuan dia dan Brian adalah hanyalah sebuah kebetulan.Tiga tahun lalu, ibunya mengalami kecelakaan mobil, sehingga memerlukan uang. Dia dengan keras kepala meminta uang terhadap keluarga ayah kandungnya.Meskipun sudah berlutut semalaman dan pingsan di luar vila ya
Di suasana yang tidak jelas, selebriti itu pun semakin tulus dalam melayani.Nova hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangan.Saat melihat Nova masuk, Brian agak mengangkat alis mata, tetapi tidak bergerakSementara Simon Frank, yang duduk di samping Brian, matanya berbinar ketika melihat Nova.Dia menoleh ke arah kakaknya, lalu menoleh ke arah Nova sambil tersenyum setengah."Bu Nova, kamu mau minum bir di sini?""Kasih sayang dari Pak Stephen yang sulit ditolak.Nova tidak menghampiri mereka, melainkan duduk di pojok."Apa kamu yakin mau duduk sejauh itu? Duduk di sini!" Simon sengaja memperbesar masalah.Orang lain tidak tahu hubungan antara Nova dengan Brian, tetapi sebagai adik Brian, Simon sangat mengerti akan itu.Sejak awal, selebriti ini memang tidak diminati oleh kakaknya, setelah kedatangan Nova, selebriti itu pun semakin disingkirkan.Nova berpenampilan cantik. Jelas dia memiliki wajah yang polos, tetapi disertai semacam pesona yang menggoda.Meskipun hanya mengenaka
Nova sangat kecewa.Dia mengerti maksud Brian.Asalkan dirinya mengangguk, makan Brian tidak akan melarang.Pria ini sama sekali tidak peduli dengan kepergiannya.Dia tidak bermaksud seperti itu terhadap Stephen.Jika pada masa lalu, dia juga akan menolak tanpa ragu-ragu.Namun, hari ini tiba-tiba tumbuh semacam niat nakal padanya.Dia tidak ingin seperti ini terus.Tangannya mengelus perutnya secara refleks.Dia tidak ingin mempergunakan anak ini untuk memaksa Brian bertanggung jawab padanya. Ini hanya sebuah permainan, sehingga tidak perlu dipertanggungjawabkan.Lagi pula, dia juga tidak bisa memaksa pria seperti Brian.Nova juga bukan mesti melahirkan anak ini.Hanya saja, jika membuang anak ini, bagaimana dengan berikutnya?Selama ini Brian benar-benar sedang menghindari kehamilan.Dalam hal ini, dia sangat berhati-hati. Dia tidak memperbolehkan Nova hamil.Sebab itu, setiap kali dia akan mengenakan kondom.Kecuali terakhir kali pada bulan lalu, dia melakukannya dengan kejam, sehin
Selebriti itu langsung mundur karena ketakutan. "Pak Brian, jangan marah. Aku keluar sekarang."Setelah selebriti itu keluar, para wanita lain di dalam ruangan juga keluar satu per satu, tinggal sekumpulan pria.Simon agak menyesal dengan candaan malam ini.Sebenarnya dulu dia juga pernah bercanda seperti ini.Hanya saja dulu Nova sangat penurut. Jangankan meninggalkan Brian, dia bahkan tidak memiliki pikiran seperti ini.Akan tetapi, hari ini ...."Kak, bagaimana kalau panggil Bu Nova kembali? Bilang saja, hanya bercanda! Bu Nova bekerja dengan baik di perusahaan kita, nggak mungkin benar-benar mau resign. Mungkin karena hari ini terlalu lelah, sehingga agak emosi."Brian menyunggingkan senyuman dingin."Aku nggak kekurangan manajer seperti ini. Kalau Pak Stephen mau, bawa pergi saja."Stephen terkekeh, lalu tiba-tiba tidak berani menjawab tuturan Brian.Jika sekarang dia masih belum menyadari hubungan antara Brian dan Nova, dia adalah orang bodoh."Hanya bercanda, siapa yang berani m
Nabila merasa agak lega setelah memarahinya, lalu mulai membicarakan hal serius."Kalau begitu, kamu pasti nggak mau anak ini, 'kan? Besok apa aku harus langsung mengatur jadwal operasi setelah kamu selesai diperiksa?"Nova mengelus perutnya sambil menahan sakit hati dan mengiakannya, "Baik."Usai berbicara, air matanya menetes.Bagaimanapun, dia bersalah pada anak ini.Namun, tanpa hubungan nikah, dia tidak bisa memberikan apa pun kepada anaknya, bagaimana mungkin berani melahirkannya?Dia hanyalah seorang wanita biasa dari keluarga biasa. Dia tidak boleh membiarkan anaknya dianggap anak haram untuk selamanya.Brian tidak akan menikah dengannya.Brian tidak akan memberikan kesempatan apa pun kepada Nova untuk menempel padanya.Perasaan.Cinta.Keluarga.Anak.Brian tidak akan memberikan semua itu kepadanya.Nova memejamkan mata dan menyeka air matanya....Larut malam, Nova tidak bisa tidur dengan nyenyak.Tiba-tiba, dia sepertinya bermimpi.Di dalam mimpi, dia kembali ke masa kecil.